DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu individu baru tergantung pada ada tidaknya gangguan atau kelainan
selama masa kebuntingan. Kelainan-kelainan atau gangguan dapat saja terjadi mulai dari
fertilisasi sampai menjelang kelahiran. Gangguan atau penyakit pada masa kebuntingan dapat
terjadi pada masa embrio (disebut kematian embrio dini), pada masa fetus (menyebabkan
Abortus, Mummifikasi fetus, Maserasi fetus dll) atau menyebabkan kelainan perkembangan
fetus.
Kematian embrio dini pada hewan Sapi umumnya terjadi pada usia kebuntingan 8-6 hari,
Domba 9-15 hari, Babi 8-16 hari dan Kuda 30-36 hari. Gejalanya yang nampak adalah kawin
berulang atau siklus estrus yang panjang. Penyebabnya adalah genetik: inbreeding, kelainan
kromosom, laktasi: produksi susu tinggi, kualitas semen yang jelek, infeksi, lingkungan dan
pakan.
Kelainan kongenital atau bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat
disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Kadang-kadang suatu kelainan kongenital
belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa saat
setelah kelahiran bayi. Selain itu, pengertian lain tentang kelainan sejak lahir adalah defek lahir,
yang dapat berwujud dalam bentuk berbagai gangguan tumbuh-kembang bayi baru lahir, yang
mencakup aspek fisis, intelektual dan kepribadian.
Fertilisasi adalah proses penyatuan atau peleburan inti sel telur (ovum) dengan inti Sel
spermatozoa membentuk makhluk hidup baru yang disebut zigot. Meskipun zigot Masih satu seL
tetapi ia disebut makhluk hidup baru, karena zigot adalah bentuk paling awal dari semua
makhluk hidup yang berkembang melalui proses fertilisasi. Dari zigot dari satu sel inilah akan
berkembang menjadi embrio tahap dua sel, empat sel, morula, blastosis dan akan terus
berkembang dan berdiferensiasi membentuk organ-organ tubuh sampai .akhirnya menjadi fetus
dan lahir. Setelah mencapai dewasa kelamin (pubertas), maka aktivitas reproduksi akan dimulai
kembali melalui proses gametogenesis dan fertilisasisehingga membentuk suatu siklus yang
saling berkaitan.
Kelainan Fertilisasi
Setiap ovulasi tidak selalu diikuti oleh fertilisasi dan tidak semua fertilisasi meghasilkan
individu normal. Kegagalan fertilisasi din1ana proses fertilisasi tidak beriangsung dapat terjadi
pada kasus-kasus intertilitas baik dari induk bet ina maupun pejantan atau asinkronisasi antara
estrus (ovulasi) dengan proses kopulasi (inseminasi). Pada kasus kelainan fertilisasi dimana
fertilisasi berlangsung akan tetapi zigot atau individu yang terbentuk mengalami kelainan dapat
terjadi akibat proses fertilisasi yang normal dari sel gamet yang memiliki kelainan (seperti
kejadian nondisjunction) atau proses fertilisasi itu sendiri berlangsung tidak normal.
1) Zigot Haploid
Zigot haploid adalah suatu perkembangan yang tidak sempurna dimana hanya salah satu dari sel
gamet yang berperan dalam perkembangan berikutnya. Perkembangan lebih lanjut dari embrio
Androgenesis
Keadaan dimana terjadi fertilisasi, tetapi hanya pronukleus jantan yang berperan pada proses
perkembangan selanjutnya tanpa diikuti oleh perkembangan pronukleus betina. Oleh karena itu,
embrio yang dihasilkan hanya memiliki unsur genetik tetua jantan (embrio jantan haploid).
Ginogenesis
Kejadian fertilisasi dimana embrio yang terbentuk hanya dari pronukleus betinatanpa diikuti oleh
perkembangan pronukleus jantan. Embrio yang dihasilkan dari keadaan tersebut hanya memiliki
2) Zigot Poliploidi
Poliploid adalah keadaan dimana jumlah kromosom embrio hasil fertiiisasi berjumlah 3n
(Triploid), 4n (Tetraploid) atau lebih. Hal ini dapat terjadi sebagai akibat kejadian:
Kejadian Polispermia, dimana satu sel telur dibuahi oleh dua atau lebih spermatozoa,
Kejadian kariokinesis (proses pembelahan inti sel) tanpa disertai sitokinesis, (proses pemisahan
3) Embrio Partenogenesis
Perkembangan embrio yang terbemuk tanpa peran sedikitpun dari sperrnstozoa, dimana oosit
Seperti pada embrio ginogenetik, embrio partenogenetik hanya mempunyai unsur genetik dari
betina (bisa haploid alau diploid). Dalam perkembangan teknologi kultur in vitro, kejadian
memperoleh embrio parthenogenesis yang diploid maka proses pelepasan benda kutub II
dihambat schingga sel telur yang teraktivasi telap akan memiliki kromosom 2n.
Kelainan perkembangan umumnya terjadi terjadi pada masa/ periode tertentu, misalnya
pada; Periode ovum : (0 - 14 hari kebuntingan)
- Sangat mudah dipengaruhi faktor 2 yang merugikan
- Mutasi genetik
Periode embrio (14 - 35 hari kebuntingan), merupakan periode kritis karena;
- Merupakan periode pertumbuhan dan differensiasi organ yang dikontrol oleh beberapa
gen
- Jika salah satu reaksi biokimia gagal/ tentunda menyebabkan kelainan, dapat karena
defect genetik, keturunan dan mutasi
- Akibat teratogen/ virus yang akan merusak perkembangan jaringan
Teratologi
Teratologi adalah bagian embriologi dan patologi yang berhubungan dengan perkembangan
abnormal dan salah bentuk (malformasi) individu sebelum lahir. Kejadian malformasi dapat
terjadi pada periode ovum / embrio / fetus. Kejadian salah bentuk yang hanya satu organ atau
satu bagian tubuh disebut anomali, bila salah bentuk terjadi secara menyeluruh disebut
monster. Contoh malformasi karena genetik yang bersifat letal/ semiletal pada sapi adalah;
1. Achondroplasia / kerdil
2. Hydrochepalus
3. Ichiyosis congeneta
Malformasi yang disebabkan karena non genetik misalnya karena faktor lingkungan disebut
teratogen. Kejadian ini paling peka pada periode embrio/ organogenesis. Contoh teratogeniknya
dapat karena defisiensi makanan, obat/ kimia, gangguan endokrin, infeksi, radiasi dan karena
ova yang menua.
Gangguan atau penyakit selama kebuntingan yang paling sering menyerang ternak dapat
berupa;
1. Abortus
2. Maserasi fetus
3. Mummifikasi fetus
4. Kebuntingan diluar kandungan
5. Torsi uterus
6. Prolaps vagina servik
7. Paraplegia kebuntingan