Oleh:
Dibimbing oleh :
Dr Drh Gunanti, MS
Latar Belakang
Mata merupakan salah satu indera yang penting bagi hewan. Melalui mata
hewan menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
kegiatan (Lubis et al. 2016). Mata adalah organ fotosensitif sangat berkembang
yang dapat menganalisis bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan
objek. Organ dilindungi oleh lingkaran tulang-tulang yang dibentuk oleh os
frontale, os lacrimale, os zygomaticum, dan os temporal. Otot-otot mata terdiri
atas musculus rectus dorsalis et ventralis, lateralis et medianus, m. obliqus oculi
dorsalis et ventralis, m. retractor bulbi (Adiwinata dan Sukarsih 2011). Mata
kucing memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan hewan lain. Jika
anjing memiliki kombinasi antara penglihatan, pendengaran, dan penciuman
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan, namun kucing lebih banyak
mengandalkan penglihatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kucing memiliki mata yang besar, hal ini dapat dilihat dari ukuran korneanya
yang merupakan bagian mata kucing yang paling depan (Eldredge et al. 2008).
Abnormalitas pada mata dapat mengganggu fungsi dari koordinasi hingga
fisiologis hewan secara langsung maupun tidak langsung. Abnormalitas pada bola
mata dapat dihasilkan oleh pengaruh lokal ataupun pengaruh sistemik. Perubahan
atau kelainan pada bola mata diawali oleh kelainan secara unilateral, kemudian
dapat berkembang menjadi bilateral (Birchard dan Sherding 2000). Salah satu
abnormalitas pada mata adalah prolapsus bulbi oculi. Prolapsus bulbi oculi
adalah terjadinya peristiwa bola mata keluar dari rongga mata karena adanya
spasmus dari musculus orbicularis oculi. Keadaan ini merupakan kasus mata
darurat yang dapat terjadi akibat adanya trauma, bahan kimia, dan infeksi bakteri
maupun virus. Beberapa kelainan mata pada hewan dapat ditangani dengan
menggunakan obat-obatan, tetapi tidak jarang penanganan lebih lanjut dapat
berakhir dengan pembedahan (Anggraini 2018).
Bila hewan mengalami prolapsus bulbi oculi yang parah dan tidak dapat
ditangani dengan obat, salah satu teknik operasi yang dilakukan adalah enukleasi.
Enukleasi merupakan teknik operasi pengangkatan atau pembuangan bola mata
dari cavum orbita secara keseluruhan. Terdapat dua cara kerja dalam melakukan
operasi enukleasi yaitu teknik pembedahan transpalpebral dan pembedahan
subkonjunctival. Kelebihan dari teknik ini adalah nilai estetika tetap terjaga
karena hanya sebagian otot ekstraokuler yang diangkat sehingga rongga mata
menjadi kosong dan mata tidak menjadi cekung. Kekurangan pembedahan ini
adalah teknik yang cukup sulit dan dapat menimbulkan banyak pendarahan bila
tidak dilakukan dengan hati-hati (Mitchell 2008).
Tujuan
TINJAUAN KASUS
Anamnesa
Kucing ditemukan dengan mata mengalami pembengkakan dan terjadi
prolaps. Menurut seorang yang menemukan kemungkinan kucing tersebut berkelahi
dengan kucing lain dan sudah dua minggu mata kanan prolaps.
Signalement Hewan
Status Present
Keadaan Umum
Perawatan : Cukup
Habitus : Tulang punggung lurus
Tingkah laku : Jinak
Gizi : Baik
Body condition score (BCS) :3
Pertumbuhan badan : Baik
Sikap berdiri : Tegak pada empat kaki
Suhu : 38 oC
Frekuensi nafas : 52 kali/menit
Frekuensi jantung : 120 kali/menit
CRT : < 3 detik
Palpasi
Turgor Kulit : < 3 detik
Kondisi Kulit : tidak ada perlukaan
Telinga
Posisi : Tegak keduanya
Bau : Bau khas serumen
Permukaan daun telinga : Licin halus
Krepitasi : Tidak ada
Refleks panggilan : Ada
Leher
Perototan Leher : Rata, otot teraba
Trachea : Teraba, tidak ada refleks batuk
Esophagus : Teraba kosong
Palpasi
Penekanan rongga thorak : Tidak ada respon sakit
Palpasi intercostals : Tidak ada respon sakit, tidak ada refleks batuk
Perkusi
Lapangan Paru-paru : Tidak ada perluasan
Gema perkusi : Nyaring
Auskultasi
Suara pernafasan : Suara bronchial inspirasi jelas, panjang suara
inspirasi sama dengan ekspirasi
Suara ikutan : Tidak terdengar
Antara in dan ekspirasi : Tidak terdengar
Perkusi
Lapangan jantung : Tidak ada perluasan
Auskultasi
Frekuensi : 120 kali/menit
Intensitas : Kuat
Ritme : Teratur
Suara sistol dan diastol : Jelas
Ekstraksistolik : Tidak terdengar
Sinkron pulsus dan jantung : Sinkron
Auskultasi
Peristaltik usus : Tidak terdengar
Anus
Sekitar anus : Bersih
Refleks spinchter ani : Ada
Pembesaran kolon-kucing : Tidak ada
Kebersihan daerah perineal : Bersih
Alat Gerak
Inspeksi
Perototan kaki depan : Simetris, tidak ada kelainan
Perototan kaki belakang : Simetris, tidak ada kelainan
Spasmus otot : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Sudut persendian : Tidak ada kelainan
Cara bergerak-berjalan : Koordinatif
Cara bergerak-berlari : Koordinatif
Palpasi
Struktur pertulangan
Kaki kiri depan : simetris
Kaki kanan depan : simetris
Kaki kiri belakang : simetris
Kaki kanan belakang : simetris
Konsistensi pertulangan : kokoh, keras
Reaksi saat palpasi : Tidak ada reaksi sakit
Letak rasa sakit : Tidak ada
Panjang kaki depan : Simetris, sama panjang
Panjang kaki belakang : Simetris, sama panjang
Palpasi
Limfoglandula poplitea
Ukuran : Proporsional, tidak bengkak
Konsistensi : Kenyal
Lobulasi : Jelas
Perlekatan : Tidak ada perlekatan
Panas : Sama dengan suhu kulit sekitar
Kesimetrisan : Simetris
Kestabilan pelvis
Konformasi : Tegas
Kesimetrisan : Simetris
Tuber ischii : Tegas, teraba
PEMERIKSAAN DARAH
Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam operasi enukleasi mata adalah stetoskop,
termometer, timbangan, set alat bedah minor (towel clamp, pinset anatomis, pinset
sirurgis, gagang scalpel, gunting lurus, gunting bengkok, arteri clamp anatomis
dan sirurgis, dan needle holder), pasien monitoring, cauter, perlengkapan operator
dan asisten operator (sikat, handuk, penutup kepala, masker, baju operasi, dan
sarung tangan ), blade, kapas, tampon, meja operasi, lampu penerang, tali
pengikat, plester, kasa steril, syringe, jarum jahit (penampang segitiga dan bulat),
dan benang jahit (Chromic catgut 3/0, Vicryl 5/0).
Prosedur Operasi
Pre Operasi
A. Preparasi Ruangan
Ruangan bedah dibersihkan dari debu dan kotoran dengan cara disapu dan dipel.
Kemudian ruang bedah disterilisasi dengan radiasi atau dengan cairan desinfektan.
B. Preparasi Alat
Alat operasi berupa 1 set alat bedah minor direndam dalam air sabun,
disikat,dibilas, dan dikeringkan. Alat bedah minor dimasukan kedalam wadah
dengan urutan needle holder, tang arteri bengkok sirugis, tang arteri lurus sirugis,
tang arteri bengkok anatomis, tang arteri lurus anatomis, gunting, pinset sirugis,
pinset anatomis, scalpel dan towel clamp. Wadah alat bedah minor diletakan
ditengah kain, sisi kain dilipat ketengah wadah dengan urutan sisi bawah, sisi atas,
sisi kanan,dan sisi kiri selanjutnya wadah dibungkus lagi dengan cara yang sama.
Wadah tersebut dimasukan kedalam UV sterilizer selama 60 menit.
BB kg × dosis mg/kg BB
Dosis pemberian =
konsentrasi mg/ml
2,35 kg × 0,025 mg/kg BB
= = 0,235 ml
0,25 mg/ml
2,35 kg × 2 mg/kg BB
Dosis pemberian xylazine = = 0,235 ml
20 mg/ml
Setelah hewan teranestesi, hewan dicukur terlebih dahulu pada bagian yang akan
dilakukan penyayatan yaitu disekitar palpebrae mata kanan. Daerah yang telah
dicukur dibersihkan dengan alkohol 70% dan kemudian diikuti dengan pemberian
povidon iodine dengan rute melingkar keluar menggunakan kasa steril. Selanjutnya
hewan dibawa ke meja operasi dengan posisi berbaring ventrodorsal. Kaki hewan
masing masing diikat ke ujung meja operasi dengan tali menggunakan simpul
tomfool. Kemudian daerah kepala khususnya sekitar mata kanan ditutup dengan
kain duk dan difiksir dengan towel clamp.
F. Operasi
Teknik Operasi
Maintenance
Monitoring anestesi sangat penting terkait dengan keselamatan pasien dan
berkontribusi pada persembuhan yang baik dan sesuai periode waktunya (Debora
2013). Monitoring anestesi juga dilakukan untuk melihat seberapa perlu dilakukan
maintenance anestesi kepada hewan tersebut. Maintenance dilakukan apabila bedah
belum selesai dilakukan, tetapi hewan sudah ada refleks gerak. Tetapi perlu
diperhatikan, untuk tidak memberikan maintenance apabila suhu sangat rendah di
bawah 35oC dan denyut jantung di bawah 80 kali per menit. Selain itu untuk
maintenance hanya diberikan ketamine setengah dosis.
2,35 kg × 10 mg/kg BB
Dosis pemberian ketamine = ½ x = 0,12 ml
100 mg/ml
Rute pemberian maintenance yaitu intramuskular.
G. Post operasi
Monitoring
Luka jahitan diolesi dengan perubalsem untuk mempercepat proses
persembuhan luka. Pemeriksaan klinis pada hewan dilakukan dengan mengamati
suhu, frekuensi jantung, frekuensi napas, CRT, mukosa, defekasi, dan urinasi hewan
tersebut.
Pre operasi
40
30
20
10
0
0' 15' 30' 45' 60' 75' 90'
Waktu pengamatan (menit)
160
Frek. Jantung (kali/menit)
140
120
100
80
60
40
20
0
0' 15' 30' 45' 60' 75' 90'
Waktu pengamatan (menit)
39,5
39
38,5
Suhu (oC)
38
37,5
37
36,5
0' 15' 30' 45' 60' 75' 90'
Waktu pengamatan (menit)
Post Operasi
Hari Waktu Frek Frek Suhu Urinasi Defekasi Makan Minum Jahitan
o
Jantung Nafas ( C)
(x/mnt) (x/mnt)
1 S 148 28 38 + - + + Basah
3 S 152 40 39 + - + + Basah
P 132 40 39 + + + + Basah
5 S 148 40 38.7 + - + + Basah
SIMPULAN
LAMPIRAN