Anda di halaman 1dari 5

PROLAPSUS UTERI PADA SAPI

Tugas Program Koasistensi Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran


Hewan Universitas Syiah Kuala

Dosen :

Dr. drh. Dasrul, M. Si

Disusun Oleh:

Nama : Muhtarihil Ahda Sitanggang, S.KH

Nim : 1902101020150

Kelompok :1

Gelombang : 18

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
FEBRUARI 2021
Prolapsus Uteri Pada Sapi

1. Pendahuluan

Hardjopranjoto (1995) menyatakan bahwa, pada hakekatnya gangguan reproduksi


sudah merupakan hal yang umum terjadi pada semua peternak, walaupun telah dilakukan
usaha penanggulangannya. Hal ini ditandai dengan masih tingginya keluhan peternak
mengenai penyakit gangguan reproduksi.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi diantaranya retensio
sekundinarium (ari-ari tidak keluar), distokia (kesulitan partus), abortus (keguguran), dan
prematur. Hal ini menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak
terhadap penurunan pendapatan peternak. Umumnya disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya penyakit reproduksi dan buruknya sistem pemeliharaan (Riady 2006).
Beragamnya faktor penyebab gangguan reproduksi, terutama kasus prolapsus uteri,
mengakibatkan sulitnya untuk mendiagnosis dan pengobatannya, sehingga hal ini merupakan
salah satu problema yang sulit dipecakan oleh peternak maupun petugas kesehatan hewan
(Hardjopranjoto, 1995).
Prolapsus uteri adalah suatu kejadian dimana uterus keluar melewati vagina dan
menggantung di vulva . Prolapsus uteri terjadi pada stadium ketiga setelah pengeluaran fetus
dan setelah kotiledon fetus terpisah dari karankula induk (Wardhani, 2015). Faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya prolaps uteri pada sapi yaitu distokia atau kesulitan
melahirkan yang menyebabkan cedera atau iritasi pada saluran reproduksi bagian eksternal,
mengejan berlebihan selama persalinan atau adanya tekanan yang berlebihan pada saat
menarik fetus keluar. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan prolapsus uteri yaitu
rendahnya tingkat kalsium darah (lebih umum pada sapi perah) atau kurangnya nutrisi yang
diberikan pada saat bunting sehingga menyebabkan keadaan ligamenta penggantung uterus
menjadi kendor, lemah dan tidak cepat kembali ke posisi sebelum bunting(Toelihere, 1985
dan Powell, 2008). Predisposisi lainnya terhadap prolapsus uteri adalah pertautan
mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, dan relaksasi daerah pelvis yang berlebihan
(Toelihere,1985).
Gambar. Prolapsus uteri

Prolapsus Uteri merupakan pembalikan uterus, vagina dan servik, menggantung


melalui vulva.Penyebabnya adalah hewan selalu dikandangkan tingginya estrogen, tekanan
intra abdominal saat berbaring maupun genetik. Pada keadaan , organ masuk ke saluran
reproduksi seperti semula saat berdiri namun bila terjadi secara total maka organ akan tetap
menggantung keluar meskipun dalam keadaan berdiri Penanggulangan secara teknis yaitu
dengan ditempatkan kandang dengan kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi di bagian belakang.
Secara medis dapat dilakukan dengan reposisi ke posisi semula, irigasi (pemasukan
dilanjutkan dengan pengeluaran) antiseptik povidon iodine) dan injeksi dengan antibiotika
spektrum luas (oxytetracycline) (Ratnawati et al., 2007).
Penyebab prolapsus uteri adalah atoni uteri pasca melahirkan disertai kontraksi
dinding perut yang kuat, mendorong dinding uterus membalik keluar, sedang servik dalam
keadaan terbuka lebar atau ligamentum lata uteri kendor, serta posisi 8 tubuh belakang lebih
rendah dibandingkan dengan bagian tubuh depan, sehingga memudahkan terjadinya
prolapsus uteri. Demikian pula kontraksi uterus yang kuat disertai tekanan dinding perut yang
berlebihan pada waktu melahirkan, dapat menyebabkan keluarnya fetus bersama - sama
selaput fetus dan dinding uterusnya (Hardjopranjoto,1995).
2. Gejala Klinis
Gejala klinis Hewan biasa berbaring tetapi dapat pula berdiri dengan uterus
menggantung ke kaki belakang.Selaput fetus atau selaput mukosa uterus terbuka dan dapat
terkontaminasi dengan feses, jerami, kotoran, atau gumpalan darah.Uterus dapat membesar
terutama bila kondisi ini telah berlangsung 4-6 jam atau lebih (Toelihere 1985).

Penanganan Penanggulangan secara teknis yaitu dengan menempatkan induk sapi


pada kandang dengan kemiringan 5 –15 cm lebih tinggi dari bagian belakang.Secara medis
dapat dilakukan dengan reposisi ke posisi semula, irigasi (pemasukan dilanjutkan dengan
pengeluaran) antiseptik dan injeksi dengan antibiotika spectrum luas (oxytetracycline) (Riady
2006).Uterus harus dicuci bersih dengan larutan NaCl fisiologis hangat, atau air dengan
antiseptika, begitupun dengan vagina dan vulva.Pada saat reposisi, vulva dikuakkan, bagian
ventral kemudian dorsal uterus dimasukkan, mulai dari 5 pangkalnya di bagian servik yang
terdekat pada vulva. Sesudah uterus kembali ke tempat semula, ke dalam uterus dimasukkan
antibiotik seperti metritin, terdomyocel, preparat terramycin, aureomycin, tetracyclin, atau
larutan antibiotika yang berspektrum luas lainnya. Injeksi antibiotika secara intra muskuler
untuk membantu pencegahan infeksi dalam uterus (Toelihere, 1985).

Kasus prolapsus uteri sering terjadi pada hewan tidak diberi kesempatan untuk
bergerak secara teratur sehingga menyebabkan otot-otot saluran reproduksi tidak fleksibel
dan menyebabkan gangguan sirkulasi darah sehingga pada saat partus dapat mengalami
kesulitan partus (distokia) yang dapat memicu terjadinya prolapsus uteri. Induk sapi bunting
harus dibiarkan berexcercise di lapangan penggembalaan selama 1-2 jam setiap hari karena
dapat memberi kesempatan kepada ternak sapi untuk melatih otot daging dan urat-urat tubuh
sehingga peredaran darah menjadi lancar. Dengan demikian maka dapat menunjang
kelancaran proses kelahiran (Toelihere, 1985).
Daftar Pustaka

Hardjopranjoto, S. (1995). Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan.


Universitas Airlangga Surabaya.
Powell Jeremy. (2008). Reproductive Prolapses of Cattle. University of Arkansas Division of
Agriculture. Department of Animal Science, Fayetteville.

Riady. (2006). Implementasi Program Menuju Swasembada Daging. 2006. Petunjuk Teknis
Penanganan Gangguan reproduksi Pada sapi potong.
http://Lolitsapi.Litbang.Deptan.Go.Id/Ind/Images/Stories/Juknis/Gangguan
%20reproduksi.Pdf

Toelihere MR. (1985). Fisiologi Reproduksi pada Ternak.Bandung. Angkasa press.

Toelihere, M.R. (1985). Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). Jakarta.
Wardhani, S.A.B.( 2015). Prevalensi Kejadian Prolapsus Uteri Pada Sapi Perah Di Kabupaten
Sleman.Skripsi. YOGYAKARTA : Fakultas Kedokteran Hewan- UGM

Anda mungkin juga menyukai