Anda di halaman 1dari 6

Paper Farmakologi II

drh. Rasmaidar, M. Si

DRUG OF CHOICE, SUPER INFEKSI dan


RESISTENSI
Disusun Oleh :
Muhtarihil Ahda Sitanggang
1502101010125

PENDIDIKAN DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, ACEH
2017
Drug Of Choice
Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan
berbagai penyakit tidak dapat di lepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakioterapi.
Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga di perlukan pertimbangan-pertimbangan yang
cermat dalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu di
gunakan secara benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Terlalu banyaknya jenis
obat yang tersedia ternyata juga dapat memberikan masalah tersendiri dalam praktek, terutama
menyangkut bagaimana memilih dan menggunakan obat secara benar dan aman.

Para pemberi pelayanan (provider) atau khususnya para dokter (prescriber) harus selalu
mengetahui secara rinci, obat yang dipakai dalam pelayana. Di banyak system pelayanan
kesehatan, informasi mengenai obat maupun pengobatan yang sampai ke para dokter seringkali
lebih banyak berasal dari produsen obat. Informasi ini seringkali cenderung mendorong
penggunaan obat yang di produksi oleh masing masing produsennya dan kurang obyektif.

Drug of choice adalah adalah sekelompok golongan obat (antibiotik) yang dipilih oleh
dokter yang di perlukan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis,
terapi dan rehabilitasi, yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan
fungsi dan tingkatnya. Obat yang terbukti memberikan manfaat klinik paling besar, paling aman,
paling ekonomis, dan paling sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan yang ada.

Tujuannya drug of choice adalah untuk meningkatkan ketepatan, keamanan, kerasionalan


penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya
yang tersedia sebagai salah satu langkah untuk memperluas, memeratakan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Adapun pemilihan obat antibiotic tersebut mempunyai kriteria sebagai berikut :

• JENIS PENYAKIT

• BERAT RINGAN

• KEADAAN FISIK

• SOSIO EKONOMI

Selanjutnya pada drug of choice ada hal hal yang penting yang harus diketahui, adapun itu
sebagai berikut :

1. Sifat aktifitasnya
2. Spectrum
3. Mekanisme kerja
4. Pola resistensi
5. Efek samping.
Berikut daftar obat pilihan :
Super Infeksi
Pemberian antibiotik yang dilakukan secara spektrum luas dalam waktu lama dapat
menimbulkan efek yang disebut sebagai super infeksi. Pengertian super infeksi bukanlah berarti
sebagai infeksi yang hebat sekali. Namun, super infeksi adalah infeksi yang disebabkan oleh
mikroba yang tadinya tidak patogen. Timbul karena populasi mikroba menjadi berlebihan karena
resistensi terhadap antibiotika yang menyebabkan flora normal dalam tubuh tidak seimbang
seperti normal karena pemberian antibiotika yang berlebihan.

Contohnya adalah pemberian antibiotika dalam waktu lama dengan dosis besar, dapat
menyebabkan terjadinya jamuran. Ketika jamur ada dan bakteri ada maka munculah persaingan
di antara keduanya. Jamur dapat tumbuh berlipat ganda, di tempat - tempat tersembunyi, di
lipatan paha, lipatan ketiak, bahkan memunculkan keputihan karena kandida pada lipatan alat
kelamin betina

Sebab - sebab terjadinya superinfeksi ialah dosis kurang cukup, pemakaian tidak teratur
atau waktunya kurang cukup sehingga hanya mikroba yang peka yang dapat dimusnahkan tetapi
mikroba yang kuat tidak mati bahkan tumbuh lebih hebat dan menginfeksi lebih ganas.

aktor yang memudahkan terjadinya superinfeksi dan factor atau penyakit yang
mengurangi daya tahan pasien. Penggunaan antimikroba terlalu lama, luasnya spectrum
antimikroba baik tunggal maupun kombinasi.

Resistensi

Resistensi antibiotik terjadi apabila bakteri mempunyai kemampuan untuk menahan efek
antibiotik yang dulunya masih bersifat sensitif terhadap efek tersebut sehingga antibiotik tidak
lagi efektif dalam terapi. Apabila antibiotik mulai tidak efektif dalam menangani kasus infeksi,
maka dikhawatirkan akan terjadi kegawatdaruratan kesehatan global. Pada beberapa dekade
terakhir sering terjadi penyalahgunaan antibiotik yang menyebabkan munculnya strain bakteri
resisten.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Antibiotik


Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi resistensi bakteri terhadap antibiotik adalah: 27
1. Penggunaan antibiotik yang terlalu sering
2. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional.
3. Penggunaan antibiotik yang berlebihan.
4. Penggunaan antibiotik untuk jangka waktu lama.
Pencegahan Resistensi Antibiotik
Cara mencegah resistensi antibiotik secara individu :
a) Pasien diharapkan untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan petunjuk dokter
b) Pasien diharapkan untuk menghabiskan antibiotik dan tidak menggunakan sisa antibiotik di
waktu yang akan datang.
c) Dokter diharapkan untuk memberikan terapi definitif antibiotik sesuai dengan kultur
mikrobiologi.
d) Petugas pelayanan kesehatan diharapkan untuk mencatat dosis antibiotik, durasi pemberian
dan indikasi pemberian antibiotik.
e) Pemerintah diharapkan untuk mengawasi pola perkembangan kuman dan pola resistensi
kuman.

Cara mencegah resistensi antibiotik secara luas dengan program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi :
a) Mengawasi pola kepekaan bakteri terhadap antibiotik yang dipakai di rumah sakit terutama
pada ruang perawatan penderita dengan resiko tinggi dan mengadakan evaluasi tiap bulan
b) Mengawasi mekanisme dan alur pemakaian antibiotik secara rasional dan bijaksana
c) Pemeriksaan sterilitas ruang tindakan di rumah sakit
d) Melakukan sampling dari peralatan yang dicurigai sebagai mata rantai sumber infeksi
e) Melakukan tes potensi desinfektan/antiseptik
Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten adalah dengan menggunakan
antibiotika secara tepat dan rasional. Pengobatan rasional dimaksudkan agar masyarakat
mendapatkan pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang tepat bagi
kebutuhan individunya, untuk waktu yang cukup dan dengan biaya yang paling terjangkau bagi
diri dan komunitasnya (Darmansjah, 2011). WHO menyatakan bahwa lebih dari setengah
penggunaan obat diberikan secara tidak rasional (WHO, 2001). Menurut WHO, kriteria
pemakaian obat yang rasional, antara lain :
a. Sesuai dengan indikasi penyakit Pengobatan didasarkan atas keluhan individual dan hasil
pemeriksaan fisik.

b. Diberikan dengan dosis yang tepat Pemberian obat memperhitungkan umur, berat badan dan
kronologis penyakit.

c. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat. Jarak minum obat sesuai dengan
aturan pemakaian yang telah ditentukan.

d. Lama pemberian yang tepat. Pada kasus tertentu memerlukan pemberian obat dalam jangka
waktu tertentu.

e. Obat yang diberikan harus efektif dengan mutu terjamin. Hindari pemberian obat yang
kedaluarsa dan tidak sesuai dengan jenis keluhan penyakit.
f. Tersedia setiap saat dengan harga yang terjangkau. Jenis obat mudah didapatkan dengan harganya
relatif murah.

g. Meminimalkan efek samping dan alergi obat

Anda mungkin juga menyukai