KEPERAWATAN KRITIS
Hilman Ramadhan
1701221064
Pendahuluan
Kata kunci
1. Infeksi akibat resistensi organisme berhubungan dengan
tingginya angka mortalitas, morbiditas, lamanya tinggal di
rumah sakit, dan mahalnya harga perawatan di rumah sakit.
2. Program penatalayanan antibiotik telah banyak dilirik oleh
kalangan multidisiplin yang terdiri dari klinisi, farmasi
klinik, dan mikrobiologi klinik.
3. Kunci utama dari penatalayanan antibiotik adalah untuk
memastikan bahwa obat yang diberikan telah tepat waktu,
tepat dosis, tepat durasi, sehingga mampu mengeradikasi
kuman dan meminimalisasi resiko kerusakan.
4. Komponen kunci termasuk : audit prospektive dan timbal
balik, restriksi antibiotik, de-eskalasi, pendidikan, anjuran
penggunaan, dosis optimal, dan durasi , mikrobiologis, dan
dukungan klinis dengan bantuan komputer
5. Kebijakan antbiotik yang ketat ternyata mampu
meningkatkan kualitas resep antibiotik dan pola resistensi
6. Strategi resistensi antibiotik dalam kurun waktu
lima tahun.
-meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang resistensi
antibiotik
-mempromosikan macam tindakan untuk mengontrol infeksi
- mewujudkan perkembangan mutakhir dari antibiotik baru
dan alat diagnosis yang cepat.
Keperawatan krisis
Pemakaian antibiotik yang tepat berhubungan dengan
indetifikasi yang cepat dan tepatnya penatalaksanaan infeksi
yang sesuai dengan farmakinetik dan farmakodinamik dari
obat tersebut, mencegah penggunaan berlebihan dari agen
antibiotik sprektum luas, memperpendek durasi pemberian
dan meminimalisir jumlah pasien yang diberikan antibiotik
yang tidak dibutuhkannya
Resistensi antibiotik
Peningkatan yang dramatis dari resistensi Carbapenem
Enterobacteriaceae sekarang menjadi sebuah tantangan global
Di keperawatan krisis, kebanyakan infeksi merupakan hasil
dari kelompok kecil bakteri, yang mana akan
mengembangkan resistensi antibiotik. Kelompok kecil ini
telah diberi singkatan/ akronim dengan sebutan ESCAPE
Penatalayanan Antibiotik di NHS
Penatalayanan antibiotik merupakan praktik di seluruh rumah
sakit yang menghubungkan kontrol infeksi dengan
kebijaksanaan dalam manajemen antibiotik
Secara sederhana, target dari praktik ini adalah untuk
memberikan obat yang tepat bersamaan dengan tepat waktu
pemberian, tepat dosis, dan tepat durasi dalam rangka untuk
mengeradikasi infeksi dan meminimalisir kerusakan seperti
infeksi nosokomial, toksisitas obat, kemunculan resistensi
baru dan menurunkan biaya kebutuhan rumah sakit.
Departemen kesehatan dan kesehatan masyarakat (public
health) Inggris memperkenalkan kampanye penatalayanan
antibiotik yakni “start smart-then focus” dan sebuah toolkit
yang mampu menyediakan kerangka kerja baik untuk
program intervensi penatalayanan antibiotik para klinisi
maupun non klinisi. (lihat gambar 1)
Kerangka ini didukung oleh panduan NICE
Tim Multidisiplin Penatalayanan
Antibiotik
Peran
memastikan bahwa pedoman lokal yang sudah sesuai dengan
bukti (evidence based) dapat dibentuk dan dikaji ulang secara
berkala, praktik dalam peresepan dapat diaudit dan diberi
masukan (feedback) kepada para spesialis dengan memberikan
rekomendasi antibiotik yang sesuai dengan prevelensi patogen
lokal dan praktik dalam penulisan resep
Fungsi
edukasi lokal dan pelatihan, pola resistensi lokal, laporan
konsumsi antibiotik, insiden keselamatan pasien dan laporan
mengenai infeksi yang jarang dan serius
Audit prospektif dan umpan balik
Lingkaran yang terpusat untuk antibiotik sangat
direkomendasikan dimana para mikrobiologis dan farmasi
mengkaji kembali peresepan antibiotik dengan tim
keperawatan klinis
Resep tersebut kemudian dapat diteliti dibawah hasil
mikrobiologi dan perubahan kondisi klinis pasien, untuk
kemudian dapat dibuat suatu rekomendasi agar antibiotik
yang diberikan bisa sesuai dengan mikroba yang ditemukan,
penetrasi jaringan dari antibiotik tersebut dan durasinya.
Pembatasan Formularium
Pembatasan formularium, atau pentingnya pemberian kode
numerik pada resep merupakan metode yang paling efektif
dalam penggunaan antibiotik secara luas
Ketidakuntungan yang paling jelas dari intervensi ini adalah
hilangnya kebebasan para klinisi dan berpotensi juga dengan
penundaan pemberian obat kepada pasien karena diperlukan
waktu untuk proses persetujuan pemberian antibiotik
tersebut
Pedoman Berbasis Bukti
Perkembangan multidisiplin dari pedoman berbasis bukti
menggabungkan mikrobiologi lokal dan pola resistensi
sehingga meningkatkan pemanfaatan antimikroba
harus merekomendasikan dosis antibiotik secara empiris, rute
pemberian, durasi dan regimen de-eskalasi, anjuran untuk
pemanatauan pasien setelah diberikan antibiotik, dan rencana
kontingensi apabila terjadi kegagalan pengoabatan
Implementasi pedoman pada keperawatan krisis
menunjukkan adanya penurunan durasi tinggal dirumah sakit,
lamanya durasi pemakaian ventilator, dan durasi pengobatan
dengan antibiotik
Optimalisasi antibiotik
Perpanjangan penggunaan antibiotik sprektum luas sudah lama
diketahui berkontribusi terhadap terjadinya resistensi antibiotik
dan de-eskalasi (atau memberhentikan antibiotik jika infeksi tidak
terlalu bergejala) haruslah sekitar 48-72 jam atau secepatnya bila
hasil kultur telah ada.
Pendekatan alternatif dalam penggunaan antibiotik sprektum luas
adalah dengan cara mengkombinasikan agen sprektum sempit
(narrow sprektum) yang memanfaatkan sinergisitas antibiotik,
meskipun begitu sensitifitas dari organisme diperlukan untuk
pendekatan jenis ini dan mungkin hal ini dapat membuat pasien
mendapatkan “poli-pharmacy” atau mendapatkan obat yang
bemacam macam dan adanya efek samping toksik tanpa adanya
reduksi dari resistensi antibiotik.
Optimalisasi Dosis