Latar Belakang
Penggunan antibiotik sebagai obat utama pada penyakit-penyakit infeksi sering didapatkan
tidak rasional. Pada beberapa data penelitian hampir 70% - 80% pemberian antibiotik pada
pasien sering tidak ada indikasi yang tepat. Ketidaktepatan indikasi ini tidak hanya berdampak
kepada morbiditas dan mortalitas pasien, meningkatnya biaya pengobatan tapi juga dapat
menimbulkan permasalahan kesehatan yang lebih besar yaitu resistensi bakteri terhadap
antibiotic. Resistensi antibiotik merupakan hal penting dalam mengindikasikan kegagalan
dalam pengobatan (morbiditas, mortalitas) dan peningkatan penggunaan antibiotik empiris
dengan spektrum luas. Mempelajari pola penggunaan antibiotika adalah hal dasar dalam desain
intervensi langsung baik secara regional maupun lokal dalam optimalisasi penggunaan obat
yang rasional.
Obat rasional adalah obat yang tepat sesuai kebutuhan klinis, dosis, dan biaya terendah
namun berkualitas pada pasien atau komunitas tertentu. Pemilihan obat rasional merupakan
kunci pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tujuan utama penggunaan antibiotik secara
rasional adalah:
Dalam mempergunakan antibiotik dalam pengobatan penyakit infeksi, ada beberapa prinsip
yang harus dipahami, diantaranya :
1. Pemilihan antibiotik hendaknya didasarkan atas pertimbangan beberapa faktor, yaitu
spektrum antibiotik, efektivitas, sifat-sifat farmakokinetik, keamanan, pengalaman
klinis sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman, super infeksi dan harga
yang terjangkau.
2. pertimbangan pemilihan antibiotik tergantung dari derajat penyakit dan tujuan
pemberian antibiotik, apakah untuk profilaksi atau terapeutik . Pemberian profilaksi
dapat berupa profilaksis bedah dan non bedah. Pemberian terapetik dapat secara empirik
(educated guess) ataupun secara past (definitif).
3. Diagnosis penyebab infeksi sedapat mungkin ditegakkan melalui tatalaksana
pemeriksaan mikrobiologi klinik yang relevan beserta interpretasi antibiogram yang
memadai dan informasi farmasi klinik mengenal jenis-jenis antibiotik yang tersedia.
1. Antibiotik profilaskis
2. Antibiotik terapeutik, yang terbagi menjadi
a. Empiris
b. Defenitif
Pada suatu Rumah Sakit penggunaan antibiotik agar berdayaguna secara optimal, perlu
dilakukan monitoring secara berkala dan berkelanjutan. Pemantauan dan evaluasi ini bertuuan
untuk melihat pola perilaku tenaga kesehatan dalam penggunaan antibiotik,
Penggunaan antibiotik akan dilakukan monitor dan surveillance dengan menggunakan
parameter di bawah ini.
▪ Jumlah penggunaan antibiotik
o Penggunaan antibiotik dalam DDD/100 hari pasien/operasi
o Jumlah (%) pasien yang mendapat antibiotik
o Jumlah (%) pasien yang mendapat antibiotik profilaksis
o Jumlah (%) pasien yang mendapat antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas
▪ Kualitas penggunaan antibiotik
o Jumlah (%) penggunaan antibiotik tanpa indikasi
o Jumlah (%) penggunaan antibiotik yang tidak tepat berkaitan dengan 1) Jenis
antibiotik, 2) Dosis, 3). Rule, 4). Saat pemberian, dan 5). Lama pemberian.
o Jumlah (%) kasus yang mendapat antibiotik sesuai dengan pedoman di rumah sakit.
o Jumlah (%) kasus yang ada indikasi, tetapi tidak mendapat antibiotik.
Daftar Pustaka
World Health Organization. Guideline for ATC classification and DDD assignment: Oslo, 2012.
Chetley A, Hardon A, Hodgkin C, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
70 Haaland A, Fresle D. How to improve the use of medicine by consumers. WHO office of
publications: Geneva. 2007.
Wirtz VJ, Dreser A, Gonzales R. Trends in antibiotik in eight latin american countries 1997-2007. Rev
Panam Salup Publica. 2010;27(3):219–25.