Anda di halaman 1dari 6

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK

dr. Syamsul Rizal, Sp.BP-RE


Subdivisi Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Bagian Bedah FK Unsyiah
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD dr. Zainoel Abidin

Latar Belakang

Penggunan antibiotik sebagai obat utama pada penyakit-penyakit infeksi sering didapatkan
tidak rasional. Pada beberapa data penelitian hampir 70% - 80% pemberian antibiotik pada
pasien sering tidak ada indikasi yang tepat. Ketidaktepatan indikasi ini tidak hanya berdampak
kepada morbiditas dan mortalitas pasien, meningkatnya biaya pengobatan tapi juga dapat
menimbulkan permasalahan kesehatan yang lebih besar yaitu resistensi bakteri terhadap
antibiotic. Resistensi antibiotik merupakan hal penting dalam mengindikasikan kegagalan
dalam pengobatan (morbiditas, mortalitas) dan peningkatan penggunaan antibiotik empiris
dengan spektrum luas. Mempelajari pola penggunaan antibiotika adalah hal dasar dalam desain
intervensi langsung baik secara regional maupun lokal dalam optimalisasi penggunaan obat
yang rasional.

Obat rasional adalah obat yang tepat sesuai kebutuhan klinis, dosis, dan biaya terendah
namun berkualitas pada pasien atau komunitas tertentu. Pemilihan obat rasional merupakan
kunci pelayanan kesehatan yang berkualitas. Tujuan utama penggunaan antibiotik secara
rasional adalah:

1. Meningkatkan kualitas pelayanan penderita melalui penggunaan antibiotik terapeutik


dan profilaksis serta dimungkinkan memperoleh pemilihan dengan harga lebih murah.
2. Menekan timbulnya serta menghindari penyebaran bakteri resisten multiple
3. Meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan mengenai penggunaan antibiotik yang
rasional.
4. Menghindari penggunaan antibiotik yang tidak perlu termasuk preparat potensial yang
mahal sehingga tidak efektif.

Prinsip Penggunaan Antibiotik

Dalam mempergunakan antibiotik dalam pengobatan penyakit infeksi, ada beberapa prinsip
yang harus dipahami, diantaranya :
1. Pemilihan antibiotik hendaknya didasarkan atas pertimbangan beberapa faktor, yaitu
spektrum antibiotik, efektivitas, sifat-sifat farmakokinetik, keamanan, pengalaman
klinis sebelumnya, kemungkinan terjadinya resistensi kuman, super infeksi dan harga
yang terjangkau.
2. pertimbangan pemilihan antibiotik tergantung dari derajat penyakit dan tujuan
pemberian antibiotik, apakah untuk profilaksi atau terapeutik . Pemberian profilaksi
dapat berupa profilaksis bedah dan non bedah. Pemberian terapetik dapat secara empirik
(educated guess) ataupun secara past (definitif).
3. Diagnosis penyebab infeksi sedapat mungkin ditegakkan melalui tatalaksana
pemeriksaan mikrobiologi klinik yang relevan beserta interpretasi antibiogram yang
memadai dan informasi farmasi klinik mengenal jenis-jenis antibiotik yang tersedia.

Ketentuan penggunaan antibiotik

Secara umum penggunaan antibiotik di pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit


terbagi atas tiga kategori, yaitu :

Kategori 1: Antibiotik yang penggunaannya tidak dibatasi (Unrestricted).


Antibiotik yang termasuk dalam kategori ini adalah antibiotik yang sudah terbukti
efektif, aman dan relatif murah, dalam arti bahwa antibiotik tersebut:
1. Telah digunakan secara umum sejak waktu yang sama sehingga keamanan
dan efektivitasnya telah dipahami.
2. Tidak banyak mengalami kekebalan kuman akibat penggunaannya,
3. Antibiotik tersebut relatif murah.
Kategori 2: Antibiotik yang penggunaannya dibatasi (restricted), Antibiotik yang termasuk
dalam kategori ini ialah antibiotik yang penggunaannya memerlukan
pertimbangan dalam hal keamanan harga dan timbulnya bahaya kekebalan
kuman, sehingga dalam penggunaannya memerlukan pembatasan-pembatasan.
Kategori 3: Antibiotik yang dicadangkan (reserved)
Antibiotik yang termasuk dalam kategori ini untuk semua indikasi
penggunaannya harus mendapatkan persetujuan dari Rumah Sakit atau
Komite yang mengatur tentang pengendalian Komite Pengendalian
Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit tersebut.
Jenis Penggunaan Antibiotik
Penggunaan antibiotik secara umum terbagi atas :

1. Antibiotik profilaskis
2. Antibiotik terapeutik, yang terbagi menjadi
a. Empiris
b. Defenitif

1. Penggunaan Antibiotik Profilaksis


Antibiotik profilaksis merupakan pemberian antibiotik sebelum adanya tanda-
tanda dan gejala suatu infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya manifestasi klinis
infeksi tersebut yang diduga dapat terjadi. Dalam hal pemilihan antibiotik untuk
profilaksis, obat harus terbukti efektif terhadap sebagian besar kuman yang dihadapi
Perlu “educated guess yang baik untuk memperhitungkan jenis kuman yang paling
besar kemungkinannya menimbulkan infeksi tertentu. Pemeriksaan sederhana dan
bahan dengan cara pengecatan ‘Gram seringkali sangat membantu menentukan pilihan
antibiotik secara lebih selektif.
Antibiotik yang dipilih adalah jenis antibiotik profilaksis dengan spektrum yang
sempit, penggunaan antibiotik dengan spektrum yang lebar atau jenis yang masih baru
atau yang dicadangkan tidak disarankan sebagai profilaksis. Tujuan pemberian
antibiotik profilaksis dapat dibagi menjadi:
a. Profilaksis yang bertujuan mencegah infeksi oleh mikroorganisme yang
diperkirakan dapat timbul pada tempat operasi.
b. Pencegahan infeksi pada tempat dengan risiko infeksi tinggi, misalnya implan
prostetik atau endocarp yang rusak oleh mikroorganisme yang masuk ke dalam
darah sebagai akibat intervensi di tempat lain (cabut gigi, operasi rongga mulut,
dan sebagainya).
Dalam hal cara (route) pemberian, hendaknya diupayakan agar antibiotik sudah
mencapai konsentrasi di dalam darah atau jaringan yang lebih tinggi dari konsentrasi
hambat minimal dari jenis-jenis kuman yang diperkirakan mengkontaminasi lapangan
operasi. Secara umum rute pemberian antibiotik profilaksis adalah parenteral atau
melalui pembuluh darah baik perifer maupun sentral yang diberikan 30 -60 menit
sebelum insisi operasi dimulai. Pada beberapa keadaan tertentu dapat diberikan secara
oral atau supositoria. Pemberian secara supositoria misalnya: metronidazole yang dapat
diberikan 2-4 jam sebelum pembedahan sedangakan jika diberikan secara oral, obat
diberikan 6-12 jam sebelum pembedahan. Pemeberian antibiotik profilaksis diberikan
secara dosis tunggal dan sesuai dengan dosis terapi pasien. Secara umum antibiotik
profilaksis hanya diberika pada saat sebelum operasi, akan tetapi pada keadaan dimana
operasi yang lebih dari 3 jam atau perdarahan saat operasi lebih dari 1500 ml, maka
obat antibiotik profilaksis dapat diulang pemberiannya dengan dosis yang sama.
Antibiotik profilaksis hanya diberikan tidak melebih dari 24 jam.
Pemberian antibiotik profilaksis hanya pada operasi -operasi yang bersih dan
bersih terkontaminasi. Sedangkan pada operasi – operasi yang kotor/terinfeksi.
Antibiotik di sini dianjurkan sebagai pemberian antibiotik terapetik dan bukan lagi
profilaksis.

2. Penggunaan Antibiotik Terapeutik


Pemberian antibiotik terapeutik adalah pemberian antibiotik sebagai terapi
berdasarkan kemungkinan kuman yang menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotik
secara empirik adalah pemberian antibiotik pada kasus infeksi yang belum diketahui
pasti jenis kumannya. Antibiotik diberikan berdasarkan data epidemiologik kuman
yang ada. Bersamaan dengan itu, segera dilakukan pemeriksaan kuman, dengan
pengecatan gram, biakan kuman dan uji kepekaan kuman. Penggunaan antibiotik
defenitif adalah pemberian antibiotik pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis
pasti kumannya. Antibiotik yang dipilih, hendaklah yang paling efektif, paling aman
dan dengan spektrum yang sempit. Cara pemberian dapat secara parenteral/oral atau
topikal. Dalam memilih cara pemberiannya hendaknya, dipertimbangkan berdasarkan
tempat infeksi dan berat infeksi.
Pada dasarnya penggunaan antibiotik topikal hanya pada infeksi mata, dan kulit.
Bila diperlukan antibiotik kombinasi hendaknya penggunaannya ditujukan untuk
memperlebar spektrum aktivitas (misalnya pada terapi empirik atau infeksi campuran),
mendapatkan efek bakterisidal yang cepat dan sempurna (sinergistik, misalnya pada
kasus endokarditis enterokokus). Atau untuk mencegah timbulnya kekebalan kuman
(misalnya pada pengobatan tuberkulosis).
Ketentuan pembuatan biakan (kultur) kuman penyebab penyakit dan uji kepekaan
terhadap antibiotik.
Secara ideal pada tiap penderita penyakit infeksi perlu dilakukan pemeriksaan
mikrobiologis yaitu pembuatan sediaan Gram, kultur kuman dan uji kepekaannya, untuk
menunjang diagnosis klinis dan pemberian pengobatan yang tepat. Pengambilan spesimen
pemeriksaan mikrobiologis dilakukan sebelum pengobatan berdasarkan educated guess (terapi
empirik) diberikan.

Pemantauan dan Evaluasi

Pada suatu Rumah Sakit penggunaan antibiotik agar berdayaguna secara optimal, perlu
dilakukan monitoring secara berkala dan berkelanjutan. Pemantauan dan evaluasi ini bertuuan
untuk melihat pola perilaku tenaga kesehatan dalam penggunaan antibiotik,
Penggunaan antibiotik akan dilakukan monitor dan surveillance dengan menggunakan
parameter di bawah ini.
▪ Jumlah penggunaan antibiotik
o Penggunaan antibiotik dalam DDD/100 hari pasien/operasi
o Jumlah (%) pasien yang mendapat antibiotik
o Jumlah (%) pasien yang mendapat antibiotik profilaksis
o Jumlah (%) pasien yang mendapat antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas
▪ Kualitas penggunaan antibiotik
o Jumlah (%) penggunaan antibiotik tanpa indikasi
o Jumlah (%) penggunaan antibiotik yang tidak tepat berkaitan dengan 1) Jenis
antibiotik, 2) Dosis, 3). Rule, 4). Saat pemberian, dan 5). Lama pemberian.
o Jumlah (%) kasus yang mendapat antibiotik sesuai dengan pedoman di rumah sakit.
o Jumlah (%) kasus yang ada indikasi, tetapi tidak mendapat antibiotik.
Daftar Pustaka

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman penggunaan antibiotika; 2011.

World Health Organization. Guideline for ATC classification and DDD assignment: Oslo, 2012.

Chetley A, Hardon A, Hodgkin C, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 1, Maret 2015
70 Haaland A, Fresle D. How to improve the use of medicine by consumers. WHO office of
publications: Geneva. 2007.

Wirtz VJ, Dreser A, Gonzales R. Trends in antibiotik in eight latin american countries 1997-2007. Rev
Panam Salup Publica. 2010;27(3):219–25.

Schechner V, Temkin E, Hartbarth S, Carmeli Y, Schwaber MJ. Epidemiological interpretation of


studies examining the effect of antibiotic usage on resistance. Clin Microbiol Rev. 2013;26(2):289–
307. doi: 10.1128/CMR.00001-13.

Anda mungkin juga menyukai