Dalam pelaksanaan PPRA terdapat tim yang bertanggung jawab, dan pemilihannya
berdasarkan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf (a) dibentuk dengan
keputusan kepala/direktur rumah sakit dengan susunan kelompok pelaksana program resistensi
antimikroba yang dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas ketua, wakil ketua, sekretaris dan
anggotanya. Terdapat kualifikasi ketua kelompok PPRA menurut ayat (1) adalah klinis peminat
infeksi. Kepada seluruh tim pelaksana program resistensi antimikroba dalam melaksanakan
tugasnya bertanggung jawab langsung kepada kepala/pengelola rumah sakit. Keanggotaan tim
pelaksana program pengendalian resistensi antimikroba rumah sakit sekurang-kurangnya
meliputi unsur-unsur sebagai berikut: Klinisi perwakilan SMF, keperawatan, instalasi farmasi,
laboratorium mikrobiologi klinik, Komite/Kelompok Pencegahan Infeksi (PPI) dan
Komite/Tim Farmasi dan Terapi (KFT).
Adapun tugas dan tanggung jawab PPRA, sebagai berikut:
a. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang
pengendalian resistensi antimikroba
b. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam menetapkan kebijakan umum dan
pedoman penggunaan antibiotik di rumah sakit
c. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam pelaksanaan program surveilans resistensi
antimikroba
d. Membantu kepala/direktur Rumah sakit dalam memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
program resistensi antimikroba
e. Menyelenggarakan forum kajian kasus untuk pengelolaan terpadu penyakit menular
f. Mengendalikan pola penggunaan antimikroba
g. Memantau pola mikroba penyebab infeksi dan kepekaannya terhadap antibiotik
h. Mensosialisasikan dan meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang prinsip
pengelolaan resistensi antimikroba, penggunaan antibiotik secara bijak dan pencegahan
infeksi melalui edukasi kegiatan pendidikan dan pelatihan
i. Menegembangkan penelitian di bidang manajemen resistensi antimikroba
j. Melaporkan pelaksanaan program surveilans resistensi antimikroba kepada
direktur/kepala rumah sakit yang dilakukan setiap satu kali dalam satu tahun.
k. Indikator mutu dalam melaksanakan PPRA di rumah sakit :
l. Peningkatan penggunaan antibiotik
m. Peningkatan kualitas penggunaan antibiotik
n. Perbaikan pola kepekaan dan penurunan pola resistensi antimikroba
o. Penurunan angka kejadian infeksi mikroba multiresisten di Rumah sakit dan
p. Peningkatan kualitas penanganan kasus infeksi melalui forum kajian kasus infeksi
terintegrasi.
Pada pelaksanaan PPRA dilakukan pemberian antibiotik secara tepat dalam menangani
kasus infeksi dan pemberian antibiotik harus memenuhi prinsip-prinsip, antara lain :
1. Tepat diagnosis, penetapan diagnosis harus tepat dengan melakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan klinis, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain.
Kemudian dalam menetapkan antibiotik definitive diperlukan pemeriksaan
mikrobiologi.
2. Tepat Pasien, harus mempertimbangkan beberapa hal seperti factor resiko, penyakit
penyerta, kelompok ibu hamil, menyusui, lansia dan anak-anak. Kemudian melakukan
penilaian derajat keparahan fungsi organ dan telusuri riwayat alergi terutama alergi
terhadap antibiotik.
3. Tepat Antibiotik, mempertimbangkan beberapa hal untuk memilih jenis antibiotik
seperti keamanan antibiotik, dampak resiko resistensi, hasil pemeriksaan mikrobiologi,
panduan penggunaan antibiotik dan jenis antibiotik yang tercantum dalam formularium.
4. Tepat regimen dosis:
a. Dosis, melakukan pertimbangan dengan melihat berat badan pasien,derajat
keparahan infeksi dan gangguan fungsi organ
b. Rute pemberian, pemberian antibiotik dapat diberikan dengan cara per oral
apabila telah mencapai infeksi sedang sampai berat dapat dilakukan dengan
pemberian secara parenteral
c. Interval pemberian
d. Lama pemberian terapi antibiotic
5. Efek samping obat dan interaksi
Efek samping yang perlu diwaspadai terkait efek samping yang berkaitan dengan alergi
dan gangguan fungsi organ.
Pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) diperlukan dalam
penggunaan antibiotik secara bijak. Penggunaan antibiotik secara bijak yaitu penggunaan
antibiotik secara rasional dengan mempertimbangkan munculnya dan menyebarnya dampak
bakteri resisten. Salah satu usaha dalam melakukan penggunaan antibiotik secara bijak yaitu
dengan cara mengelompokkan antibiotik dalam tiga kategori yaitu : ACCESS, WATCH, dan
RESERVE.
Penisilin
Seftazidime-
avibaktam
A. Antibiotik Terapeutik
1. Empiris
Kasus infeksi atau diduga infeksi yang belum diketahui jenis bakteri
penyeabbnya dan pola kepekaannya. Pada antibiotik empiris dapat diberikan
selama 3 hari dengan AB non-restriktif (kategori 1)
1 Kardiotoraks Sefazolin
vaskular
4 Genitourinarius Sefazolin
Sterilisasi (laki-laki), laparoskopi diagnostik, dan
pemasangan Central Line Catheter → tanpa
antibiotik profilaksis
5 Obstetri-ginekologi Sefazolin
Laparoskopi diagnostik dan sterilisasi (MOW),
kuretase abortus spontan, persalinan per vagina,
penjahitan rupture perinei tingkat I-II → tanpa
antibiotik profilaksis