Penyusun:
Faiza Risty A.S.
Nisa Alifia Rahmi
Pembimbing:
dr. M. Supriatna T.S., SpA(K)
dr. Yusrina Istanti, Msi Med, SpA(K)
dr. Dewi Ratih, Msi. Med. SpA(K)
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Gambar 1. Audit prospektif dengan strategi algoritma feedback berdasarkan
Advisor Committe on Antimicrobial Resistance and Health Associated Infection
program “Start Smart Then Focus”2
3
Gambar 2. Usulan implementasi Antimicrobial Stewardship Programe2
Keterangan : AMR : antimicrobial resistance, ID : infectious disease.
4
2. Pemilihan antibiotik yang tepat
Antibiotik spektruk luas direkomendasikan pada infeksi berat untuk
menunjang bakteri patogen yang resisten antibiotik, yang kemudian
dilakukan de-eskalasi sesuai agen penyebab jika hasil kultur telah ada.
Pilihan antibiotik harus memperitungkan jenis dan pola kepekaan bakteri
yang sering diisolasi di unit perawatan tersebut. Terapi antibiotik yang
tidak adekuat berhubungand engan peingkatan angka mortalitas dan angka
sepsis 8 kali lebih tinggi daripada yang mendapat terapi antibiotik yang
adekuat.
Menurut Infectious Disease Society of America (IDSA)
merekomendasikan pada pasien dengan infeksi Hospitalized Acquired
Pneumonia (HAP) / Ventilator Acquired Penumonia (VAP) merupakan
indikasi memulai antibiotik dan dilakukan evaluasi klinis, mikrobiologis
setelah 48 ingga 72 jam dan dapat dilakukan stop antibiotik jika tidak
didapatkan tanda infeksi.8
Antibiotik harus distop jika memenuhi 3 kriteria :
a. Tidak didapatkan bukti diagnosis klinis pneumonia, tidak didapatkan
infiltrat definitif pada ulangan rontgent dada dan hanya didapatkan
satu dari kriteria berikut : suhu tubuh lebih dari 38,30C, leukositosis
(lebih dari 12.000/mm3) atau leukopeni (kurang dari 4.000/mm 3) atau
sekresi trakeobronkial purulen atau terdianosis non infeksi.
b. Hasil kultur aspirat tracheobronchial tidak bermakna
c. Tidak didapatkan sepsis berat atau syok
Pasien perawatan intensif dengan infeksi (termasuk infeksi onset
lambat), terapi dapat dilakukan de-eskalasi, jika hasil kultur dari traktus
respiratorius, darah atau spesimen kultur lain telah ada, jika tidak
didapatkan organisme yang resisten (seperti P. Aeruginosa, Acinetobacter
spp atau MRSA) atau didapatkan patogen yang sensitif dengan antibiotik
spektrum sempit dripada antibiotik empiris yang digunakan, contoh jika
tidak didapatkan MRSA maka antibiotik Vancomycin dan Linezolid harus
di stop kecuali pasien mengalami alergi golongan β-laktam atau terdapat
5
infeksi bakteri gram positif yang hanya sensitif terhadap antibiotik
tersebut.8
Agen antibiotik spektrum yang lebih luas (Carbapenem, Piperacillin-
Tazobactam dan Cefepime) harus direstriksi kecuali pasien yang terinfeksi
dengan patogen yang hanya snsitif terhadap agen tersebut.8
Anti jamur sebaiknya tidak diresepkan hanya berdasarkan kultur
saluran respirasi saja.8
Jika sefalosporin generasi ke tiga digunakan sebagai terapi antibiotik
pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh Enterobacteriaceae yang dapat
menginduksi β-laktamase (Entobacter, Citrobacter, Morganella morganii,
Proteus atau Seratia spp), maka dapat terjadi resistensi antibiotik yang
dapat menginduksi kegagalan terapi.
6
distribusi meningkat, terutama pada antibiotik yang hidrofilik seperti
aminoglikosida, vancomycin, colistin, glikopeptida dan antibiotik
dengan penambahan beta-laktam
b. Pendekatan individu
Strategi dosis antibiotik bedasarkan karakteristik pasien yang akan
mempengaruhi faktor farmakokinetik dan farmakodinamik, sehingga
efek bunuh bakteri dapat maksimal, mencegah berkembangnya
resistensi antimikroba, dan mencegah reaksi simpang obat yang
berkaitan dengan konsentrasi obat.
5. Kontrol sumber infeksi
Kontrol sumber infeksi bersamaan dengan pemberian antibiotik yang
adekuat merupakan hal penting lainnya, seperti drainage abses,
debridement luka, operasi eksisi jaringan nekrotik dan pengambilan alat
yang terinfeksi, sehingga tercapai keberhasilan dalam kontrol infeksi.
6. Durasi terapi antibiotik
Pemberian antimikroba empiris spektrum luas dini sesuai dengan
epidemiologi dan kemungkinan pola resistensi kuman merupakan terapi
dan evaluasi harian, dan transisi menjadi regimen antibiotik spektrum
sempit sesuai hasil kultur. Jika sumber infeksi telah dikontrol, maka
antibiotik jangka pendek dapat diberikan selama 7 hari pada pasien dengan
sakit krtis, dengan beberapa pengecualian. Demikian pula dengan terapi
pneumonia yang berhubungan dengan ventilator dapat diberikan dengan
durasi pendek (3-8 hari) dibandingkan jangka lama (10-21 hari)
memberikan efikasi yang sama.
Biomarker yang dapat digunakan dalam pamantauan terapi sebagai
pedoman melakukan de-eskalasi antibiotik adalah prokalsitonin (PCT).
PCT meningkat pada pasien dengan sepsis berat, syok sepsis, bakteremia,
trauma mayor, operasi, acute respiratory distress syndrome, multi organ
failure, post-transplantation rejection, syok kardiogenik, dan luka bakar
berat, sedangkan penurunan kadar PCT berhubungan dengan prognostik
yang baik.8
7
Langkah standar dalam terapi antibiotik di Pediatric Intensive Care Unit. 9
1. Pemeriksaan kultur sebelum memulai pemberian antibiotik
2. Hentikan pemakaian antibiotik jika kultur didapatkan hasil negatif dalam
48 jam, kecuali :
- Didapatkan tanda sepsis berat
- Kultur diambil setelah terapi antibiotik dimuali (diskusikan dengan
divisi infeksi)
- Dicurigai infeksi yang sedang berjalan
3. Ekskalasi antibiotik menjadi spektrum sempit jika telah diketahui
antibiotik yang sensitif, diskusikan dengan divisi Infeksi
4. Rekomendasi terapi antibiotik terhadap infeksi yang telah terkonfirmasi
- Pneumonia atau ventilator associated pneumonia : 5-7 hari
- Sepsis dengan hasil kultur negatif : 5-7 hari
- Sepsis dengan hasil kultur positif : 7-14 hari (diskusikan dengan divisi
infeksi)
5. Konsultasikan kepada divisi Infeksi
- Utuk konfirmasi terapi dan durasi yang tepat untuk asil kultur positif
- Jika dipertimbangkan ekskalasi antibiotik dengan spectrum antibiotik
yang lebih luas pada infeksi yang sedang berjalan.
6. Indikasi dan rencana durasi terapi terdokumentasikan pada sistem
peresepan di pediatric intensif care saat meminta antibiotik (Contoh
Vancomycin 150 mg tiap 6 jam untuk 5 hari pada terapi penumonia akibat
MRSA)
7. Review kembali rencana penggunaan antibiotik (stop, lanjut antibiotik)
dalam diskusi pagi
8. Untuk antibiotik gentamycin dan vancomycin : konsultasi dengan farmasi
untuk tatalaksana monitoring terapi yang tepat
8
9. Pasien dengan gagal ginjal, sesuaikan dosis terapi
9
< 2 bulan : Ampicilin (atau amoxicilin) 50 mg/kg intravena tiap 6 jam
(neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam) ditambah gentamicin 7,5
mg/kg iv sehari sekali (maksimal dosis awal 320 mg untuk usia < 10
tahun; maksimal 640 mg jika > 10 tahun; neonatus : usia 1 minggu :
50 mg/kg/24 jam iv)
> 2 bulan : Cefotaxim 50 mg/kg (maksimal 2 gram) iv tiap 6 jam atau
Ceftriaxon 100 mg/kg (maksimal 4 gram) iv tiap 24 jam (anak usia >
1 bulan)
Jika dicurigai faktor resiko non multiresistant MRSA (pernah
terinfeksi nmMRSA, riwayat atau baru sebelumnya) : tambahkan
lincomycin 15 mg/kg (maksimal 1,2 gram) iv tiap 8 jam.
Jika syok sepsis yang memerlukan terapi inotropik : tambahkan
Vancomycin 15 mg/kg (maksimal 750 mg untuk dosis awal) iv tiap 6
jam (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam, usia 2-4 minggu : tiap 8
jam)
Dan tambahkan Gentamicin 7,5 mg/kg/hari (maksimal 320 mg dosis
awal jika < 10 tahun; maksimal 640 mg jika > 10 tahun; neonatus :
usia 1 minggu : 5 mg/kg/hari)
3. Sepsis Nosokomial9
Ceftazidime 50 mg/kg/kali (maksimal 2 gram) iv tiap 8 jam (neonatus :
usia 1 minggu, tiap 12 jam)
Jika terdapat akses vena sentral atau syok septik :
Tambahkan vancomycin 15 mg/kg (maksimal 750 mg untuk dosis awal)
iv tiap 6 jam (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam, usia 2-4 minggu :
tiap 8 jam) dan Gentamicin 7,5 mg/kg/hari iv (maksimal 320 mg dosis
awal jika < 10 tahun; maksimal 640 mg jika > 10 tahun; neonatus : usia 1
minggu : 5 mg/kg/hari)
Jika sepsis nosokomial dengan meningitis _ diskusikan dengan
konsultan penyakit infeksi
10
4. Sepsis pada pasien immunocompromised dengan febril neutropeni9
Piperacillin-tazobactam 100 mg/kg/24 jam iv (maksimal dosis 4 gram
Piperacillin) iv tiap 6 jam (< 1 bulan : tiap 8 jam) ditambah Gentamicin
7,5 mg/kg/24 jam iv (maksimal dosis 320 mg untuk dosis awal jika usia <
10 tahun, maksimal 640 mg jika usia > 10 tahun, neonatus : usia 1
minggu : 5 mg/kg/24 jam iv) ditambah Vancomycin 15 mg/kg (maksimal
750 mg untuk dosis awal) iv tiap 6 jam (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12
jam, usia 2-4 minggu : tipa 8 jam iv)
5. Pneumonia9
5.a. Community acquired penumonia
Semua usia dan infeksi berat : Cefotaxime 50 mg/kg (maksimal 2 gram)
tiap 6 jam iv (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam)
Usia > 5 tahun pertimbangkan penambahan : Azithromycin 10 mg/kg
(maksimal 500 mg) per hari iv (alternatif makrolid peroral : Roxithromycin
4 mg/kg (maksimal 150 mg) peroral tiap 12 jam) jika dicurigai pneumonia
mycoplasma/atypical
Jika empiema atau terdapat faktor resiko terpapar non-multiresistant
MRSA (riwayat baru terinfeksi nmMRSA, riwayat pernah terinfeksi),
tambahkan Lincomycin 15 mg/kg (maksimal 1,2 gram) tiap 8 jam iv.
Jika pneumonia dengan ancaman jiwa atau curiga multi-resistant
MRSA, tambahkan Vancomycin 15 mg/kg (maksimal dosis awal 750 mg)
tiap 6 jam iv (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam, usia 2-4 minggu :
tiap 8 jam iv) dan Lincomycin 15 mg/kg (maksimal 1,2 gram) tiap 8 jam
iv.
11
Jika lebih dari 5 hari perawatan PICU : Ceftazidim 50 mg/kg
(maksimal 2 gram) tiap 8 jam iv (neonatus usia 1 minggu : tiap 12 jam)
Berikut merupakan tatalaksana penggunaan antibiotik pada pasien
dengan VAP.8
6. Pertusis9
Azithromicin 10 mg/kg (maksimal 500 mg) perhari iv atau peroral selama
5 hari
12
Jika infeksi luka yang dicurigai akibat Staphylococcal dan
mengancam jiwa tambahkan Vancomycin 15 mg/kg (maksimal dosis
awal 750 mg) tiap 6 jam iv (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam, 2-4
minggu : tiap 8 jam)
13
Benzylpenicillin 60 mg/kg (maksimal 2,4 gram) tiap 4 jam iv (neonatus :
usia 1 minggu : tiap 12 jam) ditambah Lincomycin 15 mg/kg (maksimal
1,2 gram tiap 8 jam iv, ditambah pertimbangkan intragram 2 gram/kg
dosis tunggal iv
Jika fascitis dengan nekrotik :
Cefotaxim 50 mg/kg (maksimal 2 gram) tiap 6 jam iv (neonatus : usia 1
minggu : tiap 12 jam) ditambah Vancomycin 15 mg/kg (maksimal dosis
awal 750 mg) tiap 6 jam iv (neonatus : usia 1 minggu : tiap 12 jam, 2-4
minggu : tiap 8 jam) ditambah Lincomycin 15 mg/kg (maksimal 1,2 gram
tiap 8 jam iv, ditambah pertimbangkan intragram 2 gram/kg dosis tunggal
iv
Jika luka eksternal/inokulasi yang berhubungan dengan fascitis
nekrotik :
Ganti Cefotaxim dengan Meropenem iv 40 mg/kg/kali (hingga 2 gram)
tiap 8 jam (neonatus : usia 1-2 minggu : 40 mg/kg/kali tiap 12 jam, usia 3-
4 minggu : 40 mg/kg/kali tiap 8 jam)
14
Seluruh pasien (100%) mendapat terapi empiris ataupun profilaksis, 76% pasien
mendapat terapi antibiotik kombinasi atau multipel (2 atau lebih obat). Pada
penelitian ini 42% pasien mendapat terapi antibiotik tanpa disertai bukti infeksi
secara mikrobiologi. Terdapat 15% pasien yang gagal dilakukan pemberhentian
antibiotik empiris dengan tanpa isolat mikroorganisme. Angka tersebut hampir
sama dengan penelitian di Kanada. Terapi antibiotik yang sering digunakan adalah
golongan carbapenem (meropenem), cephazolin, ceftriaxone.4
15
Gambar1. Checklist tatalaksana penggunaan antibiotik5
Penelitian oleh Newland dan Hesh mengemukakan bahwa audit prospektif
dengan feedback adalah strategi yang paling baik dan efisien dalam penatagunaan
antibiotik pada anak. Tantangan terbesar adalah mengembangkan strategi untuk
memfasilitasi implementasi antimikroba yang lebih besar dengan biaya dan
sumber daya yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Stocker dkk di London
16
digunakan checklist dalam pemantauan penggunaan antibiotik untuk kepentingan
tersebut.5
Checklist penggunaan antibiotik ini mencantumkan indikasi dan
keecenderungan infeksi pada saat awal pemakaian antibiotik, dan dievaluasi pada
48 jam dan 5 hari terapi, dicantumkan pula alasan melanjutkan antibiotik dan
target terapi berdasarkan patogen jika hasil kultur positif.5
DAFTAR PUSTAKA
17
2. Brett A, Bielicki J, Newland JG, Rodrigues F, Schaad UB and Sharland
M. Neonatal and pediatric antimicrobial stewardship programs in
Europe_defining the research agenda. The Pediatric Infectious Disease
Journal. 2013; 32(12) : 456-65.
3. Raveh D, Levy Y, Schlesinger Y, Greenberg A, Rudensky B and Yinnon
A.M. Longitudinal surveillance of antibiotic use in the hospital. Q.J. Med.
2001; 94 : 141-152.
4. Abbas Q, Haq AU, Kumar R, Ali SA, Hussain K, and Shakoor S.
Evaluation of antibiotic use in pediatric intensive care unit of a develping
country. Indian J. Of Crit Care Med. 2016; 20(5) : 39-42.
5. Stocker M, Ferrao E, Banya W, Cheong J, Macrae D, and Furck A.
Antibiotic surveillance on a paediatric ontensive care unit : easy attainable
strategy at low costs and resources. Pediatrics. 2012; 12 : 196 – 202
6. Patrozou E, Christaki E. Antibiotic management in the ICU. ICU. 2014;
14 (4) : 1-5
7. Akrami K, Sweeney D, and Malhotra A. Antibiotic stewardship in the
intensive care unit : tools for de-escalation from the american thoracic
society meeting 2016.
8. Luyt CE, Brechot N, Trouillet JL, and Chastre J. Antibiotic stewardship in
the intensive care unit. Critical Care. 2014; 18 : 480-492.
9. Antimicrobial stewardship pharmacist. Guidline Empiric Antibiotic
Guidelines for Paediatric Intensive Care Unit (PICU). Children’s Health
Queensland Hospital and Health Service. 2017 : 1-7.
18