Anda di halaman 1dari 34

PPAB

Pedoman Penggunaan Antibiotik
RSM SITI KHODIJAH GURAH KEDIRI
2018

Pedoman Penggunaan Antibiotik
RSM SITI KHODIJAH GURAH
PENDAHULUAN

Antibiotik merupakan salah satu obat yang saat ini paling banyak digunakan dalam praktek
klinik, baik di rawat jalan maupun perawatan di rumah sakit. Penggunaan antibiotik yang
berlebihan, dengan indikasi dan dosis yang tidak sesuai, merupakan penyebab peningkatan
resistensi antibiotik.

Saat ini kita dihadapkan pada permasalahan patogen yang semakin resisten dan laju
resistensi  yang semakin  cepat;  sebaliknya, ketersediaan  antibiotik  baru sangat  sedikit. Berbagai
strategi dilakukan untuk menahan laju resistensi, baik melalui upaya meningkatkan ketepatan
penggunaan antibiotik, mencegah penyebaran kuman resisten di rumah sakit dan mengoptimalisasi
penggunaan antibiotik dalam mengatasi kuman resisten banyak obat (multi drug resistant/MDR).

Khusus pada pasien usia lanjut, gejala dan tanda infeksi seringkali tidak khas. Munculnya
sindrom geriatri dan manifestasi lain seperti gangguan status mental, gangguan nutrisi, jatuh,
gangguan status fungsional, dan inkontinensia, patut dievaluasi lebih lanjut adanya infeksi.

Penanganan infeksi komplikata memerlukan pendekatan holistik dalam eliminasi sumber
infeksi, terapi antimikroba yang optimal dan pencegahan penyebaran infeksi nosokomial.
Kerjasama tim antara dokter penanggung jawab pasien (DPJP), konsultan penyakit tropik dan
infeksi serta konsultan lain terkait lokasi infeksi sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan.

PRINSIP TERAPI ANTIBIOTIK1
1. Pilih  antibiotik  empirik  berdasarkan  kemungkinan  kuman  penyebab,  pola  kepekaan  dan
resistensi di Rumah Sakit setempat.
2. Pertimbangkan kondisi pasien: risiko terinfeksi kuman resisten, komorbiditas, risiko bila
terjadi kegagalan terapi, usia, terdapatnya disfungsi dan kegagalan organ yang
mempengaruhi ekskresi obat.

3. Bila dimungkinkan, pilih antimikroba dengan spektrum paling sempit kecuali pada infeksi
berat atau sepsis. Lakukan strategi deeskalasi. Infeksi yang berasal dari komunitas dapat
dimulai dengan antibiotik spektrum sempit (Cephalosporin generasi ketiga, Penicillin,
Fluroquinolon), kecuali  pada infeksi  yang didapat  dari Rumah Sakit (Hospital  Acquired
Infection/HAI atau Health Care Associated Infections/HCAI). Pasien dengan risiko tinggi
terinfeksi pathogen MDR, dapat dipertimbangkan pemberian antibiotik spektrum luas
seperti golongan Karbapenem, Betalaktamase inhibitor, Cephlosporin Antipseudomonas,
baik monoterapi atau kombinasi.
4. Sebelum pemberian antibiotik, lakukan pemeriksaan mikrobiologi dengan sampel yang
diambil secara legeartis.
5. Bilamana patogen definit dapat diidentifikasi, segera ganti antibiotik dengan spektrum
yang lebih sempit berdasarkan pilihan obat untuk patogen tersebut.
6. Lakukan optimalisasi terapi antibiotik bila pasien dalam kondisi infeksi berat atau sepsis,
risiko  terinfeksi  patogen  resisten,  atau  pada  hasil  pemeriksaan  kultur  didapatkan  kuman
MDR.
7. Lakukan evaluasi respon terapi setiap 3 hari baik secara klinis, laboratorik dan/atau
pencitraan (radiologi/ultrasonografi). Bilamana dimungkinan lakukan pemantauan dengan
biomarker (PCT kuantitatif).
Bila antibiotik tidak memberikan respon sesuai dengan yang diharapkan, lakukan evaluasi:

- Apakah diagnosis sudah tepat?
- Apakah terdapat sumber infeksi yang belum ditatalaksana secara adekuat?
- Apakah spektrum antibiotik yang diberikan sesuai?
- Apakah dosis yang diberikan cukup?
- Apakah cara pemberian antibiotik sudah tepat?
8. Apabila spektrum antibiotik sebelumnya dinilai belum adekuat, dapat dilakukan eskalasi
antibiotik dengan cara: 2
- Meningkatkan spektrum terapi,
- Melakukan kombinasi yang rasional
- Optimalisasi dosis dan cara pemberian PKPD
9. Deeskalasi dilakukan bila:
- Patogen definit dapat diidentifikasi

- Kondisi klinis/laboratorik pasien menunjukkan perbaikan
- Terdapat pilihan antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit
- Terdapat pilihan antibiotik yang merupakan pilihan untuk patogen tertentu
10. Deeskalasi sebaiknya dihindari bila:
- Hasil kultur merupakan kolonisasi
- Klinis pasien belum menunjukkan perbaikan
- Tidak terdapat pilihan antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit
- Risiko tinggi bila antibiotik diganti dan risiko mengalami kegagalan
11. Penghentian antibiotik sebaiknya dilakukan bila:
- Klinis pasien menunjukkan perbaikan
- Parameter laboratorik/biomarker menunjukkan perbaikan
- Pemeriksaan imaging menunjukkan perbaikan
- Durasi pemberian antibiotik optimal 7-8 hari dan maksimal 14 hari untuk mencegah
risiko collateral damage dan resistensi kuman.
Kondisi tertentu memerlukan durasi antibiotik lebih lama seperti prostatitis (4 minggu);
tifoid karier (4 minggu); endokarditis, infeksi vaskuler, infeksi pada tulang, infeksi
pada implan dan ensefalitis toksoplasma (6-8 minggu).

PENILAIAN POLA KEPEKAAN DAN RESISTENSI

Dalam membaca pola kuman di Rumah Sakit, beberapa hal yang dapat membantu dalam penilaian
adalah :1,3

1. Lihat pola berdasarkan seluruh kuman di Rumah Sakit. Pola berdasarkan sampel sputum,
pus, dan urin .
2. Lihat pola berdasarkan masing-masing kuman. Pada infeksi yang berasal dari komunitas,
beberapa kuman yang perlu mendapat perhatian adalah: S. pneumonia, E. coli, Klebsiella
pneumonia. Pada infeksi yang berasal dari Rumah Sakit, kuman yang perlu mendapat
perhatian adalah: E. coli, K. pneumonia (ESBL), P. aeruginosa, A. baumanii (MDR) dan
S. aureus (MRSA).4

3. Perhatikan pola antibiotik untuk masing-masing kuman tersebut. Untuk Pseudomonas,
diperhatikan pola kepekaan, antibiotik yang digunakan adalah anti Pseudomonas seperti
Ceftazidime, Cefepime, Carbapenem grup 2, Piperacillin-tazobactam dan Aminoglikosida.
4. Lakukan analisa pilihan antibiotik untuk infeksi tertentu. Antibiotik yang memiliki profil
paling optimal, apakah cukup monoterapi atau diperlukan kombinasi.

STRATEGI DEESKALASI1

Deeskalasi adalah  strategi  optimalisasi  antibiotik  pada  pasien  dengan  kondisi  berat  atau  sepsis,
dimana pada terapi empirik diberikan antibiotik spektrum luas, dan setelah patogen definit
diidentifikasi dilakukan penggantian ke antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit.

Keuntungan dari strategi deeskalasi adalah penurunan risiko kegagalan terapi antibiotik,
menurunkan morbiditas dan mortalitas, serta menurunkan risiko peningkatan angka resistensi.

Deeskalasi dapat dilakukan bilamana patogen definit dapat diidentifikasi. Oleh karena itu,
pemeriksaan mikrobiologi yang akurat, mulai dari pengambilan sampel yang legeartis, pengiriman
spesimen, pemeriksaan kultur dan resistensi serta pelaporan hasil pemeriksaan dalam waktu yang
cepat, menjadi kunci keberhasilan strategi deeskalasi.

OPTIMALISASI DOSIS2 4

Dosis merupakan parameter yang selalu mendapat perhatian dalam terapi antibiotik karena
efektivitas antimikroba sangat bergantung dari seberapa tinggi kadar obat dibandingkan MIC
kuman pada lokasi infeksi.

Dosis yang sama akan memberikan kadar obat yang berbeda di tempat infeksi bergantung dari:
1. Absorpsi dan ekskresi obat.
2. Ikatan obat dengan protein plasma (albumin).
3. Penetrasi obat ke tempat infeksi.
Kadar obat relatif lebih rendah pada infeksi jaringan tertentu seperti tulang, prostat, SSP, sehingga
diperlukan dosis yang lebih besar untuk mencapai efektivitas yang diharapkan.

Eliminasi/klirens obat merupakan faktor yang  menentukan kadar obat, dan ini bergantung dari
fungsi organ pemetabolisme obat yaitu hati dan ginjal.

Pada sepsis dengan kondisi hiperdinamik, kadar obat yang bersifat hidrofilik relatif lebih rendah
akibat volume distribusi yang bertambah dan eliminasi yang meningkat. Hipoalbumin (<2,5 g/dL)
juga menyebabkan ikatan obat berkurang sehingga obat lebih cepat dieksresikan.

DOSIS PADA PASIEN OBESE5

Berat badan selalu harus diperhitungkan pada terapi antibiotik. Dosis obat yang direkomendasikan
adalah untuk berat badan 60 kg. Pada pasien dengan obesitas, diperlukan dosis obat  yang lebih
besar.

Perhitungan untuk pasien non-obese umumnya mengacu pada berat badan aktual dikali
dosis/kgBB. Sementara, pada pasien dengan obesitas digunakan berat badan ideal/adjusted body
weight. Untuk berat badan yang lebih dari 120% IBW, diperhitungkan berdasarkan adjusted body
weight (AdjBW).

AdjBW = (Total Body Weight - IBW) x 0.4 + IBW

TERAPI ANTIBIOTIK PADA GANGGUAN FUNGSI GINJAL6

Pada gangguan fungsi ginjal, penyesuaian dosis didasarkan pada perhitungan CCT (metode
Cockcroft-Gault). Penggunaan perhitungan berat badan berdasarkan Berat Badan Ideal/ adjusted
body weight (pasien obese).
7

Tabel1. Untuk obat yang dieliminasi di ginjal:

CCT 60-100% Tidak memerlukan penyesuaian dosis.

CCT 25-60% Loading dose dilanjutkan 50% dosis awal, atau

Obat diberikan dengan interval 2 kali

CCT 10-25% Loading dilanjutkan 25% dosis awal atau

Obat diberikan dengan interval 4 kali

CCT <10 Diberikan tergantung rekomendasi masing-masing obat atau

Diberikan dengan monitoring kadar obat

Untuk obat-obat yang nefrotoksik diperlukan monitoring kadar kreatinin serum setiap 24-48 jam.
Bila creatinin meningkat >0.5 g/dL selama terapi, obat tersebut dipertimbangkan untuk dihentikan.

PHARMACOKINETIC DAN PHARMACODYNAMIC (PKPD)2, 4

PKPD merupakan salah satu parameter penting yang dapat memprediksi kemungkinan
keberhasilan terapi antibiotik. PK merupakan hubungan antara dosis dengan kadar obat,
sedangkan PD merupakan hubungan antara kadar obat dalam serum dengan efek terapi. Penentuan
target PKPD didasarkan atas karakteristik antibiotik, kaitan antara pencapaian target dengan
keberhasilan pengobatan.

MIC pada hasil pemeriksan mikrobiologi menggambarkan kadar minimal yang dapat menghambat
pertumbuhan kuman in vitro. MPC (Mutant Prevention Concentration) adalah kadar minimal obat
dalam plasma yang dapat menghambat terjadinya resistensi/mutasi.

Untuk antibiotik yang bersifat concentration-dependent, efek terapeutik diperlukan dengan kadar
antibiotik 8-10 di atas MIC kuman. Untuk antibiotik yang bersifat time-dependent, efek terapeutik
diperlukan dengan kadar obat di atas 4 kali di atas MIC.

Untuk antibiotik yang bersifat time-dependent digunakan parameter T > MIC, dengan target 40-
60% dari interval pemberian dalam 24 jam. Sedangkan antibiotik yang  bersifat concentration-
dependent, digunakan parameter CMAX > MIC dan AUC > MIC.

Antibiotik golongan Betalaktam bersifat time-dependent, sedangkan yang bersifat concentration-
dependent adalah Aminoglikosida (CMAX > MIC) serta Fluoroquinolon dan Glicopeptide (AUC
> MIC).

Penilaian PKPD attainment merupakan simulasi yang digunakan bilamana kuman yang
didapatkan dari hasil kultur relatif resisten, sehingga berapa dosis yang diperlukan dapat
diperhitungkan.

MODIFIKASI CARA PEMBERIAN MENURUT PKPD2

Optimalisasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Antibiotik yang tergolong time-dependent:
- Intermitten infusion: pemberian infus antibiotik secara intermiten, misalnya tiap 8 atau
12 jam secara infus selama 30 menit hingga 1 jam.
Tujuan intermitten infusion adalah untuk mengurangi efek samping pemberian
antibiotik akibat bolus yang terlalu cepat.

- Prolonged  infusion: pemberian  antibiotik dengan infus yang  lebih  lama, misalnya  3


hingga 4 jam dengan rentang tiap 8 atau 12 jam. Pemberian prolonged infusion
merupakan modifikasi dari continuous infusion karena obat yang diberikan tidak bisa
stabil hingga 24 jam.
- Continuous infusion: pemberian infus kontinu selama 24 jam. Umumnya diberikan
pada antibiotik yang relatif lebih stabil untuk waktu yang lebih lama.
2. Antibiotik yang tergolong concentration-dependent:
- Aminoglikosida: diberikan dosis 1 kali sehari secara infus intermiten selama 1 jam.
- Fluoroquiolone: diberikan infus intermiten tiap 12-24 jam tergantung jenis antibiotik.

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK MENURUT GOLONGAN ANTIBIOTIK

1. Ertapenem

- Karbapenem Grup1
- Spektrum luas terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif dan anaerob kecuali
Pseudomonas aeruginosa.
- Indikasi : a. Empirik : infeksi komunitas berat/sepsis
b. Definit infeksi karena ESBL

c. Tempat infeksi : Pneumonia (CAP) berat, intraabdominal komplikata, kulit dan
jaringan lunak komplikata, infeksi aliran darah (BSI)

- Dosis : 1 g/hari, dosis > 1 g dipertimbangkan pada BB > 70 kg.

2. Piperacillin-tazobaktam

- Penisilin antipseudomonas
- Spektrum luas terhadap bakteri Gram positif, Gram negatif, anaerob, termasuk Pseudomonas
sp.
- Indikasi : a. Empirik : - infeksi berat dan sepsis, Healthcare-associated infections (HAI)
- Pneumonia (Hospital-acquired Pneumonia/Ventilator-associated
Pneumonia)
- cIAI (Complicated Intra-abdominal Infections), SSTI ( Skin and Soft
Tissue Infections), cUTI (Complicated Urinary Tract Infection), BSIs
(Bloodstream Infections) dan febril netropenia

b. Definit : infeksi Psudomonas sp.
- Efektivitas terhadap ESBL lebih rendah dibandingkan golongan Karbapenem.

- Dosis 4 x 4.5 g dengan intermitten atau continuous infusion.

10

3. KARBAPENEM GRUP2

- Meropenem, Imipenem, Doripenem
- Spektrum luas meliputi Gram positif, Gram negatif, anaerob, Pseudomonas sp. dan
Acinetobacter baumanii, kecuali MRSA dan E. fecalis
- Indikasi: a. Empirik: - Infeksi berat dan sepsis karena infeksi nosokomial
(HAI) termasuk HAP, VAP

- cIAI, SSTI dan cUTI, BSIs dan febril netropenia

b. Definit : Infeksi yang disebabkan oleh ESBLs, Pseudomonas sp., Acinetobacter
baumanii.

c. Penanganan MDR Pseudomonas dan Acinetobacter sp. dalam kombinasi dengan
Colistin/Polymixin

d. Untuk infeksi SSP, Meropenem merupakan obat pilihan utama.

- Dosis :
a. Meropenem 3 x 1g maksimal 3 x 2g intermitten infusion atau prolonged infusion 3 jam.

b. Imipenem 4 x 500 mg maksimal 3 x 1 g dengan intermitten infusion atau prolonged
infusion 3 jam.

c. Doripenem 3 x 500mg maksimal 3 x 1g dengan intermitten infusion atau prolonged
infusion 4 jam.

d. Pada infeksi MDR atau patogen dengan MIC ≥ 4 ug/L, digunakan dosis maksimal
kombinasi dengan obat lain : Colistin/ aminoglikosida

4. TIGECYCLINE
- Derivat tetrasiklin dengan spektrum luas
- Spektrum meliputi kuman Gram positif termasuk MRSA, Gram negatif termasuk
Acinetobacter sp., Anaerob.

11

- Spektrum tidak termasuk Pseudomonas sp.
- Indikasi :a. CAP, cIAI, cSSTI yang berasal dari komunitas
b. Jangan diberikan pada cUTI karena kadar dalam urin rendah dan pada BSI karena
kadar dalam serum sangat rendah.

c. Hindari monoterapi pada sepsis karena mortalitas tinggi

d. Definitif : - Infeksi karena MRSA pada organ (kulit, paru dan abdomen)

- Infeksi karena ESBL

- Alternatif pilihan pada Acinetobacter baumanii

- Dosis : loading 100 mg iv dilanjutkan 2 x 50 mg iv intermitten infusion.

5. AMIKACIN

- Aminogliksida
- Indikasi :
a. Infeksi karena Gram negatif termasuk Pseudomonas, sebagian infeksi karena
Gram positif kecuali MRSA
b. Empirik : HAP, VAP kombinasi bersama Carbapenem, Piperacillin-tazobactam,
Antipseudomonal Cephalosporin

c. Febril neutropenia, UTI

d. Definit : Infeksi karena Pseudomonas aeruginosa

6. POLYMIXIN B

- Indikasi : Terapi definitif MDR/PDR Pseudomonas aeruginosa dan Acinetobacter baumanii
dalam kombinasi dengan Karbapenem Grup 2, Piperacillin-tazobactam, Fosfomycin,
Aminoglikosida

12

- Dosis :

Polymixin B : 0.75-1.25 mg (7,500-12,500 U)/kg/ IV tiap 12 jam

Dosis untuk 60 kg = 2.5 mg x 60 = 150 mg/hari = 1.500.000 Unit/hari atau 2 x 750.000 Unit

7. CEPHALOSPRIN ANTIPSEUDOMONAS

- Ceftazidime (Generasi 3), Cefepime (Generasi 4)

- Indikasi :a. Empirik: HAP kombinasi dengan Aminogliksida

b. Inferior tehadap Carbapenem Grup2

c. Netropenia Febril

d. Definitif : Infeksi Pseudomonas sp.

- Dosis :
a. Ceftazidime 3 x 2 g intermitten infusion atau continuos infusion 24 jam.

b. Cefepime 3 x 2 g intermitten infusion atau prolonged infusion 3 jam.

8. AMPISILIN-SULBACTAM

- Spektrum : Gram positif, Gram negatif non Pseudomonas non ESBL
- Indikasi :a. Infeksi komunitas : Pneumonia Komunitas, UTI, SSTI
b. Deeskalasi pada infeksi Acinetobacter

- Dosis:
3-4 x 1.5 g intermitten infusion (Per vial berisi Ampisilin 1 gram dan Sulbactam 500 mg)
- Pada infeksi Acinetobacter diberikan Sulbactam 3 g/hari dalam dosis terbagi.
13

9. FOSFOMYSIN

- Spektrum: Gram positif, Gram negatif
- Indikasi pada UTI (oral)
- Terapi alternatif pada infeksi Acinetobacter

10. FLUOROKUINOLON (CIPROFLOXACIN/LEVOFLOXACIN)

- Indikasi : Infeksi Gram negatif dan Gram positif (S. aureus).
- Terapi HAP/VAP dalam kombinasi dengan Karbapenem Grup2, Piperacillin-tazobactam atau
antipseudomonas Cephalosporin.
- Dosis : Untuk infeksi didapat di rumah sakit (HAP) :
Ciprofloxacin diberikan dengan dosis 3 x 400 mg iv, Levofloxacin 1 x 750 mg iv.

11. VANCOMYCIN

- Golongan Glycopeptide

- Indikasi : a. Empirik :

- infeksi dengan kecurigaan yang disebabkan MRSA.

- cSSI termasuk necrotizing fasciitis, gangren diabetikum dan septic flebitis yang

progresif

- Necrotizing pneumonia

- Neutropenia febril

- HAP/VAP yang tidak responsif dengan terapi antibiotik empirik spektrum luas

b. Definit : infeksi MRSA
- Dosis : Vancomycin 2 x 1 g iv intermitten infusion

- Teicoplanin : loading 2 x 400 mg iv dilanjutkan 400 mg iv/hari.

14

12. LINEZOLIDE

- Golongan Oxazolidinone
- Indikasi : a. Empirik : infeksi dengan kecurigaan karena MRSA
termasuk CAP, HAP, VAP, cSSTI, infeksi aliran darah (BSI)

b. Definit : infeksi MRSA dibuktikan dari hasil kultur

- Dosis : 2 x 600 mg iv. Tidak ada penyesuaian dosis pada gangguan ginjal, kecuali gangguan
fungsi hati berat.

PILIHAN TERAPI MDR BERDASARKAN POLA KUMAN (Antibiotik Intravena)

1. MRSA (methicillin-resistant Staphylococcus aureus)

 Kulit dan jaringan lunak komplikata : Vancomycin, Teicoplanin, Linezolid
 BSI : Vancomycin, Linezolid
 Paru : Linezolid, Vancomycin

2. ESBL (Extended spectrum beta-lactamase) :

 Paru : Karbapenem Grup1 dan 2, Piperacillin-tazobactam, Tygecicline
 BSI : Karbapenem Grup 1 dan 2, Piperacillin-tazobactam
 Kulit dan jaringan lunak : Karbapenem Grup 1 dan 2, Piperacillin-tazobactam

3. Pseudomonas aeruginosa

 Ceftazidime, Cefepime
 Piperacillin-tazobactam
 Karbapenem Grup2
 Amikacin, Levofloxacin, Ciprofloxacin

15

4. XDR Acinetobacter baumanii

 Colistin/Polymixin B + Karbapenem + Fosfomycin

5. XDR Pseudomonas

 Colistin/Polymixin B + Karbapenem + Fosfomycin

6. KPC (Klebsiella pneumoniae Carbapenemase)

 Colistin/Polymixin B + Karbapenem
 Tigecycline + Karbapenem

PANDUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BERDASARKAN INFEKSI

1. PNEUMONIA

1.1 Pneumonia Komunitas

Tabel 1.1 Antibiotik empirik Pneumonia Komunitas7

I. Pasien rawat jalan

1. Kondisi sebelum sakit sehat dan tidak ada riwayat pemakaian antibiotik 3 bulan terakhir
a. Makrolida (level 1, rekomendasi kuat)
b. Doksisiklin (level 3, rekomendasi lemah)
2. Adanya  komorbiditas  seperti  penyakit  jantung,  paru,  hati  dan  ginjal yang  kronik,  diabetes
mellitus, alkoholisme, keganasan, asplenia, kondisi imunokompromis, penggunaan obat
imunosupresan, atau penggunaan antibiotik dalam 3 bulan terakhir.
a. Fluorokuinolon respirasi tablet (moksifloksasin, levofloksasin (level 1, rekomendasi
kuat)
b. Beta laktam ditambah makrolida tablet (rekomendasi kuat, level 1)
16
Pilihan antibiotik untuk Gram Negatif Pilihan antibiotik untuk Gram Negatif Pilihan untuk Gram Positif
dengan Beta laktam Antipseudomonas dengan Non-Beta laktam dengan aktivitas terhadap MRSA

Lini 1 Lini 2 Lini 3

Antispeudomonas Penisilin : Fluorokuinolon : Glikopeptida :

Ciprofloxacin 400 mg IV tiap 8 jam Vancomycin 15 mg/kgIV tiap 8-12
jam (pertimbangkan dosis loading

II. Pasien rawat inap bukan ICU

1. Fluorokuinolon respirasi injeksi (rekomendasi kuat, level 1)
2. Beta laktam non-antipseudomonas (cefotaksim, ceftriaxone, atau ampisilin sulbaktam)
ditambah makrolida (rekomendasi kuat, level 1)
III. Pasien rawat inap ICU

1. Beta laktam non-antipseudomonas (cefotaksim, ceftriaxone, atau ampisilin sulbaktam)
ditambah pilihan antara azitromisin (level 2) atau florokuinolon respirasi (level 1)
(rekomendasi kuat) pada pasien dengan alergi betalaktam penggunaan fluorokuinolon
respirasi dan aztreonam direkomendasikan.
A. Perhatian khusus pada pasien dengan imunokompromais ( neutropenia ) dengan risiko
infeksi patogen Pseudomonas

1. Beta laktam antipenumococcal, antipseudomonas (piperacillin-tazobactam, cefepime,
imipinem, atau meropenem) ditambah ciprofloksasin atau levofloxacin (750 mg)
Atau

2. Beta-laktam antipseudomonas (piperacillin-tazobactam, cefepime, imipinem, atau


meropenem) ditambah aminoglikosida dan azitromisin
Atau

3. Beta laktam (piperacillin-tazobactam, cefepime, imipinem, atau meropenem) ditambah
aminoglikosida dan fluorokuinolon respirasi. Pada pasien yang  alergi dengan beta laktam
dapat diberikan aztreonam sebagai pengganti beta laktam.

Pada kecurigaan MRSA komunitas tambahkan vankomisin atau linezolid (level 3).

B. Perhatian khusus pada pasien dengan risiko infeksi patogen ESBL

Karbapenem (ertapenem, imipinem, meropenem)
1.2 Pneumonia akibat pemakaian Ventilator (Ventilator-associated Pneumonia /VAP)

Tabel 1.2. Antibiotik Empirik untuk  Ventilator-associated Pneumonia 8

17
Piperacillin-tazobactam 4,5 gram IV  Levofloxacin 750 mg IV tiap 24 jam 25-30 mg/kgBB 1x pada kondisi
tiap berat)
6 jam
ATAU ATAU ATAU
Cephalosporin : Aminoglikosida : Oxazolidinone :

Cefepime 2 gram IV tiap 8 jam Amikasin 15-20 mg/kgBB IV tiap 24  Linezolid 600 mg IV tiap 12 jam


jam
Ceftazidime 2 gram IV tiap 8 jam
Gentamisin 5-7 mg/kgBB IV tiap 24 
jam

ATAU ATAU
Tobramisin 5-7 mg/kgBB IV tiap 24 jam
Karbapenem : Polimiksin : untuk Pneumonia XDR

Imipenem 500 mg IV tiap 6 jam Colistin 5 mg/kgBB IV 1x (loading
dose), diikuti 2,5 mg/kgBB IV tiap 12
Meropenem 1 gram IV tiap 8 jam jam (maintenance dose)

Polymixin B 2,5-3,0 mg/kgBB/hari IV
dibagi 2 dosis

Pemberian Polymixin B :                     
2 x 750.000 Unit IV drip ATAU
Nebulisasi 2 x 500.000 Unit

ATAU

Monobaktam :

Aztreonam 2 gram IV tiap 8 jam

Catatan :

Pemberian antibiotik Lini 3 dan Pneumonia MDR/XDR dengan persetujuan tim PPRA
18
Tidak Berisiko Tinggi Tidak Berisiko Tinggi Berisiko Tinggi Meninggal atau
Meninggal dan Tidak ada Faktor Meninggal namun dengan Faktor Mendapat Antibiotik Intravena
yang meningkatkan Risiko MRSA yang meningkatkan Risiko MRSA selama 90 hari terakhir

Salah satu dari berikut : Salah satu dari berikut : Dua dari berikut, Hindari 2 pilihan


Beta Laktam :

Piperacillin-tazobactam 4,5 gram IV Piperacillin-tazobactam 4,5 gram IV Piperacillin-tazobactam 4,5 gram IV


tiap 6 jam tiap 6 jam tiap 6 jam

ATAU ATAU ATAU

Cefepime 2 gram IV tiap 8 jam Cefepime atau Ceftazidime 2 gram  Cefepime atau Ceftazidime 2 gram 


tiap 8 jam tiap 8 jam

ATAU ATAU ATAU

Levofloxacin 750 mg IV per hari Levofloxacin 750 mg IV per hari Levofloxacin 750 mg IV per hari

Ciprofloxacin 400 mg IV tiap 8 jam Ciprofloxacin 400 mg IV tiap 8 jam

ATAU ATAU

Imipenem 500 mg IV tiap 6 jam Imipenem 500 mg IV tiap 6 jam Imipenem 500 mg IV tiap 6 jam

Meropenem 1 gram IV tiap 8 jam Meropenem 1 gram IV tiap 8 jam Meropenem 1 gram IV tiap 8 jam

ATAU ATAU

Aztreonam 2 gram IV tiap 8 jam Amikasin 15-20 mg/kgBB IV per hari

Gentamisin 5-7 mg/kgBB IV per hari

Tobramisin 5-7 mg/kgBB IV per hari

ATAU

Aztreonam 2 gram IV tiap 8 jam

Ditambah Ditambah
Tabel 1.3 Terapi Antibiotik Empirik untuk Pneumonia didapat di Rumah Sakit (Non
Ventilator-associated Pneumonia)

19
Tipe Infeksi Infeksi Ringan-Sedang Infeksi Berat

Kolesistitis Akut, Kolangitis Akut padaCephalosporin based therapy Cefoperazon-sulbactam
Infeksi Komunitas
Ceftriaxon, Cefotaxime Ertapenem

Tygecycline

Piperacillin-tazobactam

Cefepime+Metronidazole

Meropenem, Imipenem, Doripenem

Infeksi Bilier Nosokomial Piperacillin-tazobactam atau Imipenem, Meropenem, Doripenem,


Cefepime+Metronodazole, Tygecycline, Piperacillin-tazobactam
Ciprofloxacin +Metronidazole, atau Cefepime+Metronodazole,

+ Vancomycin

Vancomycin 15 mg/kgIV tiap 8-12  Vancomycin 15 mg/kgIV tiap 8-12 jam
jam (pertimbangkan dosis loading 25-30
(pertimbangkan dosis loading 25-30 mg/kgBB 1x pada kondisi berat)
mg/kgBB 1x pada kondisi berat)
ATAU ATAU

Linezolid 600 mg IV tiap 12 jam Linezolid 600 mg IV tiap 12 jam

Bila tidak diperlukan antibiotik untuk
MRSA dan diperlukan antibiotik untuk
MSSA. Pilihan antibiotik empirik
sebagai berikut :

Piperacillin-tazobactam, cefepime,
levofloxacin, imipenem, meropenem

Bila pasien memiliki alergi penisilin berat maka digunakan Aztreonam ( dapat digunakan pula untuk MSSA) dari
pada β-lactam-
based antibiotic.
2. INFEKSI INTRAABDOMINAL

Tabel 2.1 Rekomendasi Terapi Antibiotik Empirik pada Infeksi Bilier Akut9

20

Levofloxacin +Metronidazole, ATAU
Moxifloxacin

+ Vancomycin

2.2 SIROSIS HATI10

Antibiotik profilaksis digunakan untuk pasien sirosis hati dengan perdarahaan gastrointestinal dan
asites untuk mencegah infeksi bakteri : sefalosporin generasi ke-3, ciprofloksasin IV.

Peritonitis Bakterial /Spontaneus bacterial peritonitis (SBP):

Antibiotik pilihan utama :

Cephalosporin generasi ke-3: Cefotaxime 2 gram IV tiap 8 jam selama minimal 5 hari.

Pilihan antibiotik lainnya :

- Ciprofloxacin 2 x 200 mg IV lalu ganti oral
- Ceftazidime 2 x 2 gram IV selama 8 hari
- Ceftriakson 2 x 1 gram IV selama 5 hari

2.3 DIARE AKUT

Pilihan terapi antibiotik empirik :

- Cephalosporin generasi ketiga : Cetriaxon, Cefotaxime

- Fluorokuinolon : Ciprofloxacin, Levofloxacin

-TMP-SMX (Trimetoprim-sulfametoksazol)
21
Tipe Infeksi Sediaan Oral Sediaan Parenteral

Sistitis Tanpa Komplikasi

Wanita Hamil Betalaktam :

Amoxicillin-clavulanate, cefixim,
cefdinir, cefaclor, cefpodoxim,
cephalexin selama 3-7 hari

Fosfomycin (3 gram dosis tunggal)

Trimetoprim-sulfametoksazol
2x160/800 mg tablet selama 3 hari

WanitaTidak hamil atau Pria Betalaktam :

Amoxicillin-clavulanate, cefixim,
cefdinir, cefaclor, cefpodoxim,
cephalexin selama 3-7 hari

Fluorokuinolon selama 7 hari
Ciprofloxacin 2 x 500 mg atau
Levofloxacin 1 x 750 mg

Fosfomycin (3 gram dosis tunggal)

Sistitis dengan Komplikasi

WanitaTidak hamil atau Pria Fluorokuinolon selama 7 hari Fluorokuinolon


Ciprofloxacin 2 x 500 mg tablet Ciprofloxacin 2 x 400 mg IV (7 hari)
Levofloxacin 1 x 500 mg tablet Levofloxacin 1 x 500 mg IV (5 hari)

ATAU

Betalaktan :

Cefotaxim, Ceftriaxone, Ampicillin-
Sulbactam, Amoxicillin-clavulanat (IV)

Wanita Hamil Fosfomycin (3 gram dosis tunggal)
3. INFEKSI SALURAN KEMIH

Tabel 3.1 Rekomendasi Terapi Antibiotik pada Infeksi Saluran Kemih 11 12

22
Trimetoprim-sulfametoksazol selama
3
hari (bila masih sensitif), hindari pada
kehamilan trimester ketiga
Pielonefritis

WanitaTidak hamil atau Pria Betalaktam :

Ceftriaxone, Cefotaxim, Ampicillin-
Sulbactam ( IV)

Fluorokuinolon

Ciprofloxacin 2 x 400 mg (IV)
Levofloxacin 1 x 500 mg (IV)

Wanita Hamil Betalaktam :

Ceftriaxone, Cefotaxim, Ampicillin-
Sulbactam, Amoxicillin-clavulanat (IV)

Urosepsis Ampicillin-sulbactam IV

Ciprofloxacin/Levofloxacin IV

Ertepenem 1 x 1 gr IV

Meropenem/Imipinem IV

4. ENDOKARDITIS INFEKTIF 13

Regimen antibiotik empirik inisial (sebelum identifikasi patogen)
 Community acquired native valve atau prostetic valve ≥ 12 bulan setelah operasi
o Ceftriaxon 2-4 gram IV/hari + gentamicin 3 mg/kg/hari IV dosis satu kali sehari
o Vancomycin 30-60 mg/kg/hari i.v dalam 2-3 dosis + gentamisin 3 mg/kg/ hari i.v dosis
satu kali sehari
 Prostetic valve < 12 bulan setelah operasi atau health care associated endocarditis
o Vancomycin 30 mg/kg/ hari i.v dalam 2 dosis + gentamicin 3 mg/kg/hari i.v dosis tunggal

Regimen antibiotik untuk  Streptococcus, Staphylococcus
- Ceftriaxone
- Ampicillin
- Ampicillin-sulbactam

23

Regimen antibiotik untuk MRSA
Vancomycin

Regimen antibiotik untuk Enterococcus spp.
 Ampicillin-sulbactam
 Vancomycin

Untuk pasien Endokarditis Infektif yang sudah mendapatkan terapi, pilihan profilaksis
sekunder untuk pencegahan penyakit jantung rematik (berat badan > 27 kg):14

 Demam rematik dengan karditis dan penyakit katup jantung persisten :
Benzatin penisilin 1,2 juta IM / 1x sebulan selama 10 tahun atau pada pasien usia muda
sampai usia 40 tahun.
 Demam rematik dengan karditis tanpa penyakit katup jantung persisten :
Benzatin penisilin 1,2 juta IM / 1x sebulan selama 10 tahun atau pada pasien usia muda
sampai usia 21 tahun.
 Demam rematik tanpa karditis
Benzatin penisilin 1,2 juta IM / 1x sebulan selama 5 tahun atau pada pasien usia muda
sampai usia 21 tahun.

Terapi alternatif pada alergi penisilin : Eritromisin 1x250 mg per oral atau Macrolide per oral
dengan lama tahun seperti di atas atau pasien usia muda sampai usia 21 tahun.

5. NEUTROPENIA FEBRIL15

Tatalaksana

Regimen antibiotik empirik untuk pasien risiko tinggi
 Pasien dengan risiko tinggi (Skor MASCC <21) membutuhkan perawatan di rumah sakit dan
diberikan antibiotik empiric intravena (i.v). Antibiotik yang direkomendasikan oleh Infectious
Disease  Society  of America (IDSA)  berupa monoterapi dengan  β-laktam anti-pseudomonas
seperti cefepime, carbapenem (meropenem atau imipenem-cilastatin), atau piperacillim-
tazobactam. Antimikroba lain yang dapat ditambahkan (aminoglikosida, florokuionolon, dan/
atau vankomisin) untuk tata laksana komplikasi (seperti hipotensi dan pneumonia) atau jika
terdapat resistensi antimikroba15
 Modifikasi antibiotik empirik inisial dapat dipertimbangkan pada pasien dengan risiko infeksi
mikroorganisme resisten, khususnya pada kondisi pasien yang tidak stabil atau jika ditemukan
hasil  positif pada kultur  darah  yang mengarah pada  bakteri  resisten. Yang  termasuk  bakteri

24
Tipe Infeksi Dugaan Patogen Antibiotik Keterangan
Ringan Staphylococcus aureus Clindamycin Biasanya dapat digunakan untuk
(biasanya terapi oral) (MSSA); MRSA komunitas, menghambat
Streptococcus spp sintesis protein dari toksin bakteri
Levofloxacin Dosis 1x sehari; suboptimal
terhadap S. aureus
Amoxicillin-clavulanate Merupakan AB yang mempunyai
spektrum relatif luas termasuk
kuman anaerob

resisten yaitu methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA), vancomycin resistant
enterococcus (VRE), bakteri gram negative yang memproduksi extended-spectrum-β-
lactamase (ESBL), dan organisme yang memproduksi carbapenemase seperti Klebsiella
pneumonia carbapenemase (KPC).
o Pada MRSA pertimbangkan untuk menambahkan vancomycin, linezolid.
o Pada VRE pertimbangkan untuk menambahkan linezolid.
o Pada ESBL pertimbangkan untuk menambahkan karbapenem.
o Pada KPC pertimbangkan untuk menambahkan polymixin-colistin atau tigecycline.
 Sebagian besar pasien yang alergi penisilin dapat mentoleransi pemberian sefalosporin, tetapi
yang  memiliki  riwayat  hipersensitivitas  tipe  I  (urtikaria  dan  bronkospasme)  perlu  diberikan
kombinasi yang tidak mengandung β-laktam dan karbapenem, seperti ciprofloxacin plus
clindamycin atau aztreonam plus vancomycin

Regimen antibiotik empirik untuk pasien risiko rendah
 Pasien dengan risiko rendah dapat diberikan antibiotik inisial oral atau IV.
Kombinasi ciprofloxacin plus amoxicillin-clavulanate direkomendasikan untuk antibiotik
empirik oral.

Profilaksis Antibiotik
 Profilaksis dengan florokuinolon perlu dipertimbangkan pada pasien risiko tinggi dengan
neutropenia berkepanjangan (ANC ≤100 sel/ mm3 selama > 7 hari). Levofloxacin dan
ciprofloxacin dianggap memiliki efektivitas yang setara, tetapi levofloxacin lebih disukai pada
kondisi dengan risiko terjadinya mukositis oral yang disebabkan kuman kelompok
Streptococcus viridans.
 Penambahan antibiotik yang dapat meliputi bakteri gram positif tidak direkomendasikan.
 Pemberian  profilaksis  tidak  secara  rutin  direkomendasikan  untuk  pasien  risiko  rendah yang
diantisipasi akan mengalami neutropenia < 7 hari. 15

6. INFEKSI KAKI DIABETES16

25
Methicillin-resistant Doksisiklin Aktif terhadap MRSA dan
S. aureus (MRSA) beberapa bakteri gram negatif,
aktivitas belum pasti terhadap
spesies streptococcus
Trimetoprim- Aktif terhadap MRSA dan bebera
sulfametoksazole pa
(TMP-SMX) bakteri gram negatif, aktivitas bel
Infeksi Sedang MSSA; Streptococcus spp; Levofloxacin um
Dosis 1x sehari; suboptimal
(Dapat diobati dengan oral
Enterobacteriaceae; anaerob terhadap S. aureus
atau parenteral inisial) obligat
Infeksi Berat
(Biasanya diobati dengan
parenteral)
Ceftriaxon Dosis sekali sehari
Ampicillin-sulbactamAdekuat bila risiko P. aeruginosa
kecil
Moxifloxacin Dosis sekali sehari; relatif
spektrum luas; termasuk sebagia
n
Ertapenem besar organisme anaerob
Dosis sekali sehari; relatif
spektrum luas; termasuk untuk
anaerob; tidak aktif terhadap P.
aeruginosa
Tigecycline Aktif terhadap MRSA. Termasuk
spektrum luas.
Imipenem Spektrum sangat luas; namun tid
ak
untuk MRSA; gunakan hanya bila
sangat diperlukan.
Dipertimbangkan bila ada risiko
MRSA Linezolid ESBL.
Mahal; meningkatkan risiko
toksisitas bila digunakan lebih dar
6.1 Tabel terapi antibiotik empirik pada Infeksi Kaki Diabetes i
Vancomycin 2 minggu
MIC Vancomycin terhadap MRSA
meningkat bertahap
Pseudomonas aeruginosa Piperacillin-tazobactam Berguna untuk spektrum luas. P.
aeruginosa merupakan patogen
yang tak sering ditemukan pada
infeksi kaki DM kecuali pada
kondisi tertentu
MRSA, Vancomycin; ditambah Spektrum sangat luas; biasanya
Enterobacteriaceae, satu dari antibiotik hanya digunakan untuk terapi
Pseudomonas, dan anaeroberikut : Ceftazidime, empirik pada infeksi berat.
b Cefepime, Piperacillin-
Obligat tazobactam, aztreonam
atau Karbapenem
Tatalaksana Rekomendasi Infectious Disease Society of America (IDSA) :16
 Antibiotik definitif direkomendasikan setelah didapatkan hasil kultur dan sensitivitas.
 Pada infeksi berat dan sebagian besar infeksi moderat lebih dipilih antibiotik parenteral dan
dapat diganti ke terapi oral setelah pasien secara sistemik stabil dan hasil kultur tersedia. Pada

26
Tipe Infeksi Pilihan Terapi Terapi Alternatif

Infeksi Ringan-Sedang TMP-SMX Primakuin 1 x 30 mg per oral ditamb


ah
(15-20 mg TMP dan 75-100 mg  Clindamycin 4 x 300 mg per oral
SMX)
/kgBB/hari pemberian per oral dibagi
3
kali pemberian.

ATAU

TMP-SMX 3x160 mg/800 mg per 
Infeksi Sedang-Berat al
TMP-SMX Primakuin 1 x 30 mg per oral ditamb
ah
(15-20 mg TMP dan 75-100 mg  Clindamycin 4 x 600 mg
SMX)
/kgBB/hari pemberian tablet dibagi
3
atau 4 kali pemberian. Lama terapi
21

sebagian besar kasus infeksi ringan dan moderat dapat digunakan antibiotik oral dengan
bioavailabilitas tinggi. Pada infeksi ringan superfisial dapat diberikan antibiotik topikal.
 Pemberian antibiotik disarankan hingga resolusi infeksi, tetapi tidak perlu sampai luka sembuh.
Pemberian antibiotik untuk infeksi jaringan lunak disarankan selama 1-2 minggu untuk infeksi
ringan dan 2-3 minggu untuk infeksi moderat hingga berat.

7. ARTRITIS SEPTIK

Terapi antibiotik empirik pada arthritis septik17

 Tidak ada faktor risiko infeksi organisme atipikal
o cephalosporin generasi ketiga : ceftriaxone IV
 Risiko tinggi sepsis gram-negatif (lanjut usia, ISK berulang, dan operasi abdomen)
o Cephalosporin generasi ketiga : ceftriaxone IV, Ampicilin –sulbactam IV
 Risiko MRSA (perawatan di rumah sakit dalam waktu dekat, tinggal di rumah perawatan,
ulkus pada tungkai bawah, penggunaan kateter)
o Vancomycin i.v + cephalosporin generasi ketiga IV

8. INFEKSI OPORTUNISTIK PADA HIV

Tabel 8.1 Rekomendasi Terapi Pneumocystis Pneumonia18

27
Tipe Infeksi Pilihan Terapi Terapi Alternatif

Infeksi Akut Pirimetamin 200 mg per oral (hari I) Pirimetamin 200 mg per oral (hari I)

Selanjutnya dosis disesuaikan berat bada+ leucovorin 1x10-25 mg/per oral
n
+ Clindamycin 4x600 mg IV/per oral
BB <60 kg :
Lama terapi 6 minggu
Pirimetamin 1x50 mg + Sulfadiazin 1000
mg/hari + leucovorin 1x10-25 mg/per oral

BB >60 kg :

Pirimetamin 1x75 mg + Sulfadiazin 1500
mg/hari + leucovorin 1x10-25 mg/per oral

Lama terapi 6 minggu
Profilaksis Primer Diberikan bila CD4 < 100 sel/μL

TMP-SMX (per oral) 1x160 mg/800 mg

Terapi Profilaksis TMP-SMX (per oral) Profilaksis sekunder setelah terapi


komplit PCP (per oral)
1x160 mg/800 mg
1x160 mg/800 mg (3 kali seminggu)

Tabel 8.2 Rekomendasi Terapi Ensefalitis Toxoplasma18

9. SEPSIS

Terapi antibiotik empirik pada Sepsis19 20

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada sepsis akan meningkatkan risiko kegagalan
pengobatan yang berdampak pada peningkatan morbiditas dan mortalitas.

1. Antibiotik intravena yang efektif diberikan dalam waktu satu jam sejak diagnosis
renjatan septik dan 3 jam pada sepsis tanpa renjatan.
2. a. Terapi antibiotik empiris awal dapat berupa satu atau lebih obat yang memiliki
aktivitas terhadap semua patogen yang mungkin dan juga memiliki kemampuan

28
Dugaan Sumber Infeksi

Paru7 Abdomen Infeksi Kulit dan Saluran Sumber Belum


Jaringan Lunak Kemih Pasti

Sebagian Besar Streptococcus pneumoniEschericia coli Streptococcus E coli


Patogen ae pyogenes
Komunitas Klebsiella sp
Haemophilus influenzae
Enterobacter sp
Legionella Staphylococcus aure
Bacteroides fragilis us Proteus spp
Chlamydia pneumoniae
Enterococci

Polymicrobial

penetrasi dalam konsentrasi yang adekuat ke dalam jaringan yang diduga menjadi
sumber sepsis.
b. Rejimen antibiotik yang diberikan harus dinilai setiap hari untuk melihat
kemungkinan deeskalasi.
3. Gunakan kadar prokalsitonin atau CRP umtuk memonitor respons terhadap
pengobatan tiap 3 hari sampai dengan 5 hari tergantung respons klinis.
4. a. Terapi empiris kombinasi digunakan untuk pasien neutropenia dengan sepsis berat
dan  untuk pasien yang  sulit diterapi karena  diduga  terinfeksi patogen yang  resisten
terhadap banyak obat seperti Acinetobacter dan Pseudomonas sp. Untuk pasien
tertentu dengan infeksi berat yang disertai kegagalan napas dan renjatan septik karena
bakteremia P. aeruginosa diberikan terapi kombinasi beta-laktam spektrum luas
dengan aminoglikosida atau fluorokuinolon. Terapi empiris kombinasi sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 3-5 hari. Deeskalasi harus segera dilakukan sesudah profil
kepekaan kuman definitif diketahui.
5. Lama terapi antimikroba sebaiknya 7-10 hari. Pemberian lebih lama dapat
dipertimbangkan pada pasien-pasien dengan respons klinis yang lambat, fokus infeksi
yang tidak dapat didrainase, atau beberapa infeksi dimana penetrasi antibiotik ke
jaringan sulit dicapai seperti prostat, tulang, endokarditis dan susunan saraf pusat.

Tabel 9.1. Pilihan Antibiotika Empiris pada pasien Sepsis dan Syok Sepsis20

29
Terapi Antibiotik Moxifloxacin/ Infeksi Intraabdominal Ampicillin-sulbactam,Ciprofloxacin/ Imipenem/
Empirik Komplikata :
Levofloxacin/ Levofloxacin Meropenem /
Ertapenem
Azithromycin + Doripenem/
Atau Atau Ertapenem
Atau
Cefotaxim, Ceftriaxon Meropenem/ Ampicillin- +
Tygecyclin Imipenem sulbactam
Ampicillin Sulbactam Vancomycin
Atau /Ertapenem Atau
Ceftriaxon+Metronidazol Cefriaxon
Ceftotaxim+Metronidazol+ Atau
Vankomisin Ertapenem
Bila sumber infeksi bilier
Ampicillin-sulbactam,
Atau
Cefoperazon Sulbactam
Atau
Ceftriaxon+Metronidazol

Sebagian Besar Basil gram negatif AeroBatang Gram negatif AerStaphylococcus aureBatang gram Pertimbangkan


Komensal atau b ob us negatif aerob MDRO pada
Mikroorganisme daerah dgn
Anaerob ( MRSA ) Enterococci
Nosokomial prevalensi tinggi
Candida spp Batang gram negatif
aerob Pertimbangkan
echinocandin jika
neutopenia atau
penggunaan katet
er
intravaskular
(Blood stream
infection)
Terapi Antibiotik Meropenem/Imipenem Meropenem/Imipenem Meropenem/ Meropenem Meropenem/
Empirik Imipenem
Doripenem/ /Doripenem /Imipenem Imipenem
/Cefepim
Atau + Vancomycin /Cefepime + Vancomycin
+ Vancomycin
Cefepime Pertimbangkan Pertimbangkan

30
+ Levofloxacin / Echinocandin Bila kecurigaan + Echinocandin
Ciprofloxacin/ (Anidulafungin/ E. faecalis (Anidulafungin/
Aminoglikosida Micafungin) Vancomycin Micafungin)

+ Vancomycin /
Linezolid

DOSIS OPTIMAL PADA INFEKSI BERAT (CCT>50%)

a. Ciprofloxacin: 400 mg tiap 8 jam

b. Levofloxacin 750 mg/24 jam

c. Imipenem 500 mg tiap 6 jam, maksimal 1000 mg tiap 8 jam, intermitten infusion atau
prolonged infusion 3 jam.

d. Meropenem 1000 mg tiap 8 jam, maksimal 2000 mg tiap 8 jam, intermitten infusion atau
prolonged infusion 8 jam.

e.  Doripenem  500  mg  tiap  8  jam,  maksimal 1000  mg  tiap  8  jam,  intermitten  infusion  atau
prolong infusion 8 jam.

f. Piperacillin/Tazobactam 4.5 g tiap 6 jam intermitten infusion atau continuous infusion 24
jam.

g.  Cefepime  2  g tiap 12  jam, maksimal  2  g tiap  8  jam, intermiten infusion  atau prolonged


infusion 3 jam.

h. Ceftazidime 2 g tiap 8 jam intermitten atau continuous infusion 24 jam..

i. Gentamicin atau Tobramycin 7 mg/kg/hari sebanyak 1x/hari.

j. Amikacin 15-20 mg/kg/hari 1x/hari intermitten infusion 1 jam.

k. Linezolid 600 mg tiap 12 jam.

l. Vancomycin 15 mg/kg tiap 12 jam.

31

DAFTAR PUSTAKA
1. Conan MacDougall. Antimicrobial Stewardship. In: Mandell Douglas, and Bannett’s
Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia: Elsevier; 2015. p. 605–
11.

2. Manjunath P Pai, Mackenzie L Cotrell, Angela DM Kashuba, Joseph S Bertino.
Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Anti-infective Agents. In: Mandell, Douglas,
and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia: Elsevier;
2015.

3. Eliopoulos GM, Moellering RC. Principles of Anti-infctive Therapy. In: Mandell, Douglas,
and Bennett’s Principles and Practice of Infectious Disease. 8 th. Philadelphia: Elsevier;
2015. p. 224–34.

4. Paul Lewis, James W Myers. Therapeutic Drug Monitoring. In: Gantz’s Manual of Clinical
Problems in Infectious Disease. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
p. 442–54.

5. Paul Lewis, James W Myers. Antibiotic Dosing in Obesity. In: Gantz’s Manual of Clinical
Problems in Infectious Diseasse. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
p. 455–60.

6. Paul Lewis, James W Myers. Dosing Patients in Renal Failure. In: Gantz’s Manual of
Clinical Problems in Infectious Disease. 6th ed. Philadelphia; 2013. p. 461–72.

7. Mandell LA, Wunderink RG, Anzueto A, Bartlett JG, Campbell GD, Dean NC, et al.
Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society Consensus Guidelines
on the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clin Infect Dis. 2007
Mar 1;44(Supplement 2):S27–72.

8. Kalil AC, Metersky ML, Klompas M, Muscedere J, Sweeney DA, Palmer LB, et al.
Management of adults with hospital-acquired and ventilator-associated pneumonia: 2016
clinical practice guidelines by the Infectious Diseases Society of America and the American
Thoracic Society. Clin Infect Dis. 2016;ciw353.

9. Costi D Sifri, Lawrence C Madoff. Infections of the Liver and Biliary System (Liver Abcess,
Cholangitis, Cholecystitis). In: Mandell, Douglas and Bennett’s Principles and Practice of
Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia; 2015. p. 960–8.

10.  Bruce A Runyon. Practice Guideline Management of Adult Patients with Ascites Due to
Cirrhosis : Update 2012. The American Association for the Study of Liver Diseases. 2012;

11.  International Clinical Practice Guidelines for the Treatment of Acute Uncomplicated Cystitis
and Pyelonephritis in Women: A 2010 Update by the Infectious Diseases Society of America
and the European Society for Microbiology and Infectious Diseases | Clinical Infectious
Diseases | Oxford Academic [Internet]. [cited 2017 Aug 13]. Available from:
https://academic.oup.com/cid/article/52/5/e103/388285/International-Clinical-Practice-
Guidelines-for-the

32

12.  Jack D Sobel, Donald Kaye. Urinary Tract Infections. In: Mandell, Douglas, and Bennett’s
Principles and Practice of Infectious Diseases. 8th ed. Philadelphia; 2015. p. 886–913.
13.  Habib G, Lancellotti P, Antunes MJ, Bongiorni MG, Casalta J-P, Del Zotti F, et al. 2015
ESC guidelines for the management of infective endocarditis: the Task Force for the
Management of Infective Endocarditis of the European Society of Cardiology (ESC)
endorsed by: European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS), the European
Association of Nuclear Medicine (EANM). Eur Heart J. 2015;36(44):3075–3128.

14.  Practice Guidelines : AHA Guidelines on Prevention of Rheumatic Fever and Diagnosis and
Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis. Am Fam Physician. 2010;346–59.

15.  Freifeld AG, Bow EJ, Sepkowitz KA, Boeckh MJ, Ito JI, Mullen CA, et al. Clinical practice
guideline for the use of antimicrobial agents in neutropenic patients with cancer: 2010 update
by the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2011;52(4):e56–e93.

16.  Lipsky BA, Berendt AR, Cornia PB, Pile JC, Peters EJ, Armstrong DG, et al. 2012
Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and
Treatment of Diabetic Foot Infections a. Clin Infect Dis. 2012;54(12):e132–e173.

17.  Coakley G, Mathews C, Field M, Jones A, Kingsley G, Walker D, et al. BSR & BHPR,
BOA, RCGP and BSAC guidelines for management of the hot swollen joint in adults.
Rheumatology. 2006;45(8):1039–1041.

18.  Paul E Sax, Calvin J Cohen, Daniel R Kuritzkes. Prophylaxis and Treatment of
Opportunistic Infections. In: HIV Essentials. 7th ed. United States of America: Jones &
Bartlett Learning; 2014. p. 71–128.
19.  Andrew Rhodes, Laura E Evans, Waleed alhazzani. Surviving Sepsis Campaign :
International Guidelines for Management of Sepsis and Septic Shock 2016. Crit Care Med.
2017;45(3):1–67.

20.  Munford RS, Suffredini AF. Sepsis, Severe Sepsis and Septic Shock. In: Mandell, Douglas,
Bennett’s Principles and Practice of Infecctious Disease. 8 th ed. Philadelphia: Elsevier;
2015. p. 914–34.

33

Anda mungkin juga menyukai