Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ANTI BIOTIK DAN ANTI MIKROBA

Mata kuliah: mikrobiologi farmasi

Dosen: Malika RohmaniM, PD

Nama kelompok : mahendra ipendi

Mirazul azizah

SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN STIKES KUSUMA BANGSA

TAHUN 2023/2024

DAFTAR ISI

Kata pengantar .....................................................................................................................................I


Prinsip penggunaan antimikrobia .......................................................................................................II

Penggunaan antimikrobia dalam klinik ..............................................................................................III

Mekanisme antimikrobia .....................................................................................................................IV

Penutup .................................................................................................................................................V
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak Penggunaan Gawai pada Anak Usia
di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Bandung, September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Prinsip penggunaan antibiotik secara baik dan sesuai ialah dengan

menggunakan antibiotik spektrum sempit, tepat indikasi, tepat dosis serta

tepat interval atau lama pemberian. (PerMenKes, 2011). Menurut (Priyanto

dan Batubara, 2008) Kerugian penggunaan antibiotik dapat menyebabkan

alergi, toksik dan suprainfeksi karena terjadi perubahan pada flora normal dan

dapat membunuh bakteri bermanfaat bagi tubuh yang menyebabkan

berkembangnya bakteri resisten secara cepat dan berakibat infeksi baru.

Resistensi antibiotik juga dapat menyebabkan semakin lama menderita

penyakit, meningkatkan resiko kematian, dan semakin lama rawat inap

(Utami, 2012). Keadaan ini diperburuk dengan Angka penggunaan antibiotik

di Indonesia dinilai berlebihan. Studi di 3 negara yaitu Indonesia, Pakistan

serta India menunjukan data bahwa sekitar lebih dari 70% pasien diberikan

antibiotik dan sekitar kurang lebih 90% pasien mendapatkan terapi antibiotik

yang sebenarnya belum tepat indikasi atau tidak begitu dibutuhkan

(Perceptions Comunities in physicians, 2011). Tingkat penggunaan antibiotik

di Indonesia yang berlebihan mencapai 43% (Gaash, 2008).

Kasus pneumonia masih menjadi masalah penyebab tingginya angka

mortalitas dan morbiditas bagi penduduk indonesia dan dunia. Di Amerika

pada tahun 2006, pneumonia merupakan penyakit berbahaya pembunuh

1
2

nomor 8 dengan menyumbang angka sekitar 55.000 kematian (CDC, 2010).

Kenaikan kejadian kasus pneumonia pada 11 provinsi (33,3%) di Indonesia

dari tahun 2007-2013 (Kemenkes, 2014) menggambarkan perlunya

penanganan yang optimal bagi tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan di

Indonesia. Pentalaksanaan dengan pemberian antibiotik masih sebagai pilihan

utama pada saat ini (Rosita, 2013). Peningkatan angka kejadian pneumonia

ini akan berpotensi meningkatkan jumlah kuantitas penggunaan antibiotik.

BPJS sebagai badan penyelenggara jaminan sosial yang dibentuk oleh

pemerintah memiliki kebijakan tersendiri terhadap perawatan bagi pasien

yang terdaftar dalam program BPJS. Kebijakan mengenai pemberian

antibiotik salah satunya juga berpengaruh terhadap kuantitas penggunaan

antibiotik pada pasien (Kemenkes, 2012)

Menurut penelitian di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum

Daerah Dokter Moewardi Surakarta (2015), didapatkan kuantitas penggunaan

antibiotik terhadap kasus pneumonia adalah seftriakson yang paling besar

(44,19 %), dan metronidazol (15,12%), siprofloksasin (12,80%), gentamisin

(10,46%), seftazidin (8,14%), levofloksasin (4,65%), azitromisin (2,32%),

sefadroksil (1,16%) dan meropenem (1,16%) (Marsono, 2015 ). Berbeda

dengan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan azitromisin (62,96

%) lebih besar daripada seftriakson (55,55%) (Rahman, 2014).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti perbedaan kuantitas

penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia rawat inap dengan BPJS dan
3

non BPJS di Rumah Sakit Islam Sultan Agung karena termasuk dari 10 kasus

penyakit infeksi terbesar di Rumah Sakit Islam Sultan Agung.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ada, bisa dirumuskan suatu

masalah, “Apakah ada perbedaan kuantitas penggunaan antibiotik pada pasien

pneumonia rawat inap dengan BPJS dan non BPJS”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan kuantitas penggunaan antibiotik pada

pasien pneumonia rawat inap dengan BPJS dan non BPJS di RSISA.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Mengetahui DDD (Define Daily Dosed) antibiotik pada

pasien Pneumonia BPJS di Rumah Sakit Islam Sultan Agung

Semarang.

1.3.2.2. Mengetahui DDD (Define Daily Dosed) antibiotik pada

pasien Pneumonia non BPJS di Rumah Sakit Islam Sultan

Agung Semarang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Praktisi

1.4.1.1. Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk manajemen

rumah sakit terkait dengan penggunaan antibiotik pada pasien

rawat inap pneumonia BPJS dan non BPJS.


4

1.4.1.2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi terkait penggunaan

antibiotik khususnya tim PPRA rumah sakit.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Sebagai salah satu referensi untuk penelitian atau

pengembangan ilmu selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai