Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT ANTIBIOTIK


AMOXICILLIN PADA PASIEN DI PUSKESMAS PONOROGO SELATAN

Oleh :
FADHILLA EY’SA VIONERRA
NIM. 202105007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi di Negara Eropa menunjukan bahwa resistensi terhadap obat antibiotik

meningkat berbanding lurus dengan jumlah peningkatan konsumsinya, ini terjadi

dikarenakan penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan Pendidikan masyarakat

yang tidak memadai (Ferri et al., 2017). Di Indonesia, penelitian pada RSUD Dr.

Soetomo dan RSUD Dr.Kariadi yang dilakukan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa

sebesar 84% pasien di rumah sakit mendapatkan resep antibiotik, sebesar 53%

diberikan sebagai terapi, sebesar 15% diberikan sebagai profilaksis, dan sebanyak

32% untuk indikasi yang tidak diketahui (Hadi et al., 2008).

Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan dalaam pengobatan,

khususnya digunakan untuk menobati berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh

bakteri. Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang dapat sembuh sendiri.

Penggunaan antibiotik harus diperhatikan dosis, frekuensi dan lama pemberian sesuai

resimen terapi dan kondisi pasien. Antibiotik harus dikonsumsi atau diminum secara

teratur sesuai cara penggunaannya. Jika pasien menggunakan antibiotik tidak tepat

seperti tidak tepat seperti tidak patuh pada regimen pengobatan dan aturan minum

obat maka memicu terjadinya resistensi (Kemenkes, 2011) yang dikutip dalam

(Prihartini et al., 2021).

Antibiotik yang paling banyak digunakan adalah turunan penisilin terutama

amoksisilin (Connors et al., 1992). Amoxicillin merupakan antibiotika golongan β-

lactamase, yaitu memiliki ikatan cincin β-lactamase dan ikatan gugus asam pada

karbon yang terikat pada nitrogen β-lactamase yang memiliki kemampuan


menghambat sintesis dan pertumbuhan bakteri dan merusak dinding sel bakteri

dengan lebih baik (Radji, 2016).

Berbagai Faktor penyebab mendukung kepatuhan penggunaan obat yang

pernah diteliti antara lain : pasien, keluarga pasien, komunikasi antara dokter dan

pasien, komunikasi informasi dan edukasi (KIE) dari Tenaga Teknis Kefarmasian

(TTK). Kemudian terdapat empat indikator kepatuhan yaitu aturan pakai, tepat jumlah

obat yang diminum, tepat interval penggunaan dan tepat lama penggunaan. Tepat

aturan pakai yang dimaksud adalah obat antibiotik diminum sesuai dengan aturan

yang diberikan oleh penulis resep dan tertera pada etiket obat. Tepat jumlah obat yang

diminum yaitu obat antibiotik diminum sesuai jumlah yang tertera dalam etiket. Tepat

interval penggunaan yaitu yaitu obat antibiotik diminum dalam jarak yang sesuai

dengan yang dianjurkan oleh dokter atau Tenaga Kefarmasian. Tepat lama

penggunaan yaitu obat antibiotik diminum sampai habis selama waktu penggunaan

yang telah ditentukan (Fauziah, 2016).

Resistensi antibiotik sangat komplek yang terjadi di Indonesia dan akan terus

meningkat setiap tahunnya. Penyakit infeksi mencapai lebih dari 13 juta kematian per

tahun di negara berkembang (BPOM, 2011). Penyakit infeksi di Indonesia masih

termasuk dalam sepuluh penyakit tertinggi, maka pada tahun 2050 kematian akibat

resistensi antibiotik mencapai 10 juta pertahun dan menjadi penyebab kematian

tertinggi diantara penyebab lain. Tingkat resistensi bakteri di Indonesia terus

meningkat, menurut Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba dari tahun 2013,

2016, sampai 2019. Bakteri resisten itu semakin naik dari 40%, 60% , dan 60,4% pada

tahun 2019. Peningkatan kejadian resistensi disebabkan karena adanya penggunaan

antibiotik yang tidak terkendali. Bakteri resisten dapat terjadi karena kesalahan

penggunaan antibiotik (Kementrian Kesehatan, 2011).


Menurut penelitian Prihartini et al. (2021) yang berjudul Gambaran Tingkat

Kepatuhan Pasien Tentang Penggunaan Obat Antibiotik Amoxicillin di Puskesmas

Tegal Barat dapat ditarik kesimpulan tingkat kepatuhan pasien dalam mengggunakan

antibiotik amoxicillin di Puskesmas Tegal Barat yaitu terdapat 86% yang patuh, dan

14% yang tidak patuh dengan jumlah 100 responden.

Menurut Penelitian Mariyani et al. (2023) yang berjudul Gambaran Tingkat

Kepatuhan Pasien Tentang Penggunaan Antibiotik Amoxicillin di Puskesmas Sawah

Lebar Kota Bengkulu dapat ditarik kesimpulan pada penggunaan obat pada pasien

yang mendapatkan antibiotik amoxicillin di Puskesmas Sawah Lebar secara

keseluruhan terdapat pasien patuh yaitu 59,10% dan yang tidak patuh yaitu 40,90%.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian

tentang Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaan Antibiotik Amoxicillin di

Puskesmas Ponorogo Selatan ini karena melihatnya dampak buruk yang terjadi dari

ketidakpatuhan dalam meminum antibiotik, serta belum adanya tentang penelitian

tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

“Bagaimana Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaan Obat Antibiotik Jenis

Amoxicillin Pada Pasien di Puskesmas Ponorogo Selatan”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Tingkat Kepatuhan Pasien Terhadap Penggunaan Obat

Antibiotik Jenis Amoxicillin Pada Pasien di Puskesmas Ponorogo Selatan


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik pasien pada pengguaan antibiotik

berdasarkan usia dan jenis kelamin di Puskesmas Ponorogo Selatan

2. Mengetahui tingkat kepatuhan pada penggunaan obat Antibiotik

Amoxicillin di Puskesmas Ponorogo Selatan

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat dalam

penggunaan antibiotik jenis amoxicillin

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan masukkan dalam

menambah pustaka dan referensi untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Antibiotik

2.1.1 Definisi Antibiotik

Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan dari berbagai macam

mikroorganisme (bakteri, fungi, actinomycete) maupun sintetik yang memiliki

tujuan untuk menghambat ataupun membunuh pertumbuhan bakteri lain (Yusuf,

2018).

Antibiotik sering kali digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan

karena adanya bakteri dengan tujuan melemahkan atau membunuh bakteri yang

menjadi penyebabnya. Antibiotik akan efektif bekerja apabila tepat dalam

penggunaannya (Nuraini, 2018).

2.1.2 Klasifikasi Antibiotik

2.1.3 Resistensi Antibiotik

Resistensi Antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk menetralisasi dan

melemahkan daya pada antibiotik (Kemenkes, 2011).Resistensi didefinisikan

sebagai tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik

secara sistemik dengan dosis normal yang seharusnya atau kadar hambat

minimalnya. Sedangkan multiple drugs resistance didefinisikan sebagai

resistensi terhadap daua atau lebih obat maupun klasifikasi obat. Sedangkan

cross resistance adalah resistensi suatu obat yang diikuti dengan obat lain yang

belum pernah dipaparkan (Tripathi, 2003).


Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang

menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan

lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi.

Penyebab dari resistensi antibiotik ini terjadi karena penggunaannya yang

berlebihan dan rasional. Bahkan, 40% dari penggunaan antibiotik ini dipakai

untuk hal yang kurang tepat seperti inveksi virus. Selain itu, berikut beberapa

faktor yang membuat resistensi itu terjadi menurut Kemenkes RI, (2011)

addalah sebagai berikut :

1. Penggunaan yang kurang tepat

2. Berbagai faktor yan berhubungan dengan pasien

3. Peresepan dalam jumlah besar yang tidak terlalu penting

4. Penggunaan monoterapi dari pada menggunakan terapi kombinasi

5. Perilaku hidup yang kurang sehat

6. Adanya infeksi endemic ataupun epidemic

7. Promosi besar-besaran yang menimbulkan salah persepsi di

kalangan orang awam (Kemenkes RI, 2011)

2.2 Amoxicillin

2.2.1 Definisi Amoxicillin

Amoxicilin adalah suati antibiotik semisintentik penicillin yang memiliki

β-laktam memiliki aktivitas sebagai antibakteri yang disebabkan oleh

mikroorganisme yang rentan. Amoxicillin termasuk antibiotik spectrum luas

dan memiliki bioavailabilitas oral yang tinggi, dengan puncak konsentrasi

plasma dalam waktu 1 sampai 2 jam sehingga pengkonsumsinya sering di

berikan kepada anak – anak dan juga orang dewasa. Antiniotik amoxicillin ini
juga dapat digunakan pada terapi peneumonia dan penyakit lain, termasuk

infeksi bakteri pada telinga, tenggorokan,sinus,kulit,saluran

kemih,abdomen,dan darah (Gambaran tingkat).

2.3 Puskesmas

2.3.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah kesatuan organisasi kesehatan fungsional pusat

pengembangan kesehatan masyarakat juga membina peran serta masyarakat

disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas

mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan

masyarakat dalam wilayah kerjanya (Satrianegara, 2014).

Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang

menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeuruh

terpadu dan berkesinambungan (Kemenkes, 2016).

2.3.2 Tujuan Puskesmas

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas bertujuan untuk :

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat

2. Mampu menjangkau Pelayanan Kesehatan bermutu

3. Hidup daalam lingkungan sehat dan

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat (Permenkes RI No.43 2019).

2.4 Kepatuhan
2.4.1 Definisi Kepatuhan

Kepatuhan dapat didefinisikan sebagai perilaku pasien dalam menjalankan

intruksi atau cara pengobatan yang disarankan oleh dokter atau tenaga medis.

Kepatuhan yang rendah dapat meningkatkan resiko penyakit atau

memperpanjang serta memperburuk keadaan penderita, rendahnya kepatuhan

pasien juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan dalam

proses penyembuhan. Kepatuhan minum obat yang kurang optimal dalam

terapi jangka panjang merupakan faktor tyang diketahui berkontribusi

terhadap keberhasilan terapi pengobatan (Setiani & Hidayat, 2022).

2.4.2 Faktor-faktor kepatuhan

2.4.3 Metode mengukur kepatuhan

Menurut (Setiani & Hidayat, 2022) adapun metode yang digunakan untuk

mengukur kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat terdiri dari 2 metode,

yaitu :

1. Metode langsung

Dengan melakukan pengukuran kadar obat atau metabolit

dalam darah observasi terapi secara langsung dan pengukuran kadar

obat atau metabolit dalam darah

2. Metode tidak langsung

Pill count dan self-report dengan menggunakan kuesioner

Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Metode pill-count

mempunyai keuntungan diantaranya, mudah, objektif, dan

kuantitatif. Sedangkan ekurangan metode ini dapat dengan mudah


diubah oleh pasien (pill dumping). Metode self-report

menggunakan kuesioner MMAS yaitu beberapa pertanyaan yang

sudah tervalidasi untuk mengukur tingkat kepatuhan pasien.

Keuntungan metode ini adalah singkat, mudah dihitung, dan sesuai

untuk beberapa pengobatan, sedangkan kerugiannya dapat dengan

mudah dimanipulasi oleh pasien.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAAL

3.1 Kerangka Penelitian

Adaya Resistensi Antibiotika

Penggunaan Antibiotik
Amoxicillin

Kuesioner

Tingkat Kepatuhan

Pengelolaan Data

Hasil :
1. Patuh 0%-50%
2. Tidak Patuh 51%-100%

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif dengan

desain rancangan cross sectional di Puskesmas Ponorogo Selatan. Metode Cross

Sectional adalah metode yang dilakukan dengan sekali tatap muka atau pasien

melakukan pengisian kuesoner yang diisi secara langsung.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ponorogo Selatan, Jawa Timur.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2023.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien yang menggunakan obat antibiotik

amoxicillin yang berobat di Puskesmas Ponorogo Selatan pasien selama kurun

waktu penelitian pada bulan Januari sampai Maret 2023 diperoleh dengan

jumlah - pasien.
4.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah pasien yang menggunakan obat antibiotik di

Puskesmas Ponorogo Selatan selama kurun waktu penelitian pada bulan Januari

sampai Maret 2023 diperoleh dengan jumlah 100 pasien yang telah memenuhi

kriteria inklusi.

4.4 Kriteria Sampel

4.4.1 Kriteria Inklusi

1. Responden berusia 18-50 tahun.

2. Responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan

3. Responden yang bersedia mengisi kuisioner

4. Pasien yang menerima resep antibiotik amoxicillin di Puskesmas Ponorogo

Selatan

4.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Responden berusia dibawah 18 tahun

2. Pasien tidak bersedia menjadi responden

3. Kuesioner yang diisi secara tidak lengkap

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

Anda mungkin juga menyukai