Anda di halaman 1dari 10

MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20….

, Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT


TENTANG ANTIBIOTIK DI LINGKUNGAN
GENTUNGAN

Rahmatia1, Nini Sahrianti S2*, I Kadek Dwi Swarjana3, Wita Oileri Tikiri
1) Prodi Farmasi, Universitas Wallacea, Mamuju Indonesia
2) Universitas Wallacea, Mamuju Indonesia

e-mail: 1) rahmatiasalim3@gmail.com
2) ninisahrianti@gmail.com

ABSTRAK
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat,menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik.
Resistensi antibiotik mengakibatkan bakteri tidak merespon obat yang akan
membunuhnya, serta, Pengetahuan yang minim dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku kesehatan, termasuk dalam penggunaan antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik.
penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode deskriptif analitik. Populasi dalam
penelitian yaitu seluruh masyarakat yang ada di lingkungan gentungan, Pengambilan
sampel di tentukan dengan menggunakan tehnik accidental sampling sebanyak 90
responden, pengumpulan data menggunakan kuisioner dan uji deskriptif menggunakan
SPSS.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
penggunaan antibiotik, dengan pengetahuan baik sebanyak 21 ( 23,3% ) responden, dan
pengetahuan kurang sebanyak 69 ( 76.7% ) responden. Sehingga dapat di simpulkan
bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik memiliki
pengetahuan kurang terhadap penggunaan antibiotik. Saran kepada peneliti selanjutnya
diharapkan banyak belajar dalam penelitian dan di harapkan untuk menggunakan
sampel yang lebih banyak lagi.

Kata kunci: Antibiotik, Pengetahuan

ABSTRACT
Imporer use of antibiotics causes antibiotic resistance. Antibiotic resistance results in
bacteria not responding to drugsh that would kill them, and, minimal knowledge can
influence health attitudes and behafior, including the use of antibiotics. The aim of this
research is to determine the level of public knowledge about the use of antibiotics. This
research is quantitative with analytical descriptive methods. The population in the study
was all people living in the Gentung area. Samples were taken using accidental sampling
technique of 90 respondents, data collection used questionnaires and descriptive tests
using SPSS. The results of this research show that the level of public knowlegde
regarding the use of antibiotics is good, as many as 21 (23.3%) respondents, and lacking
knowledge as many as 69 (76.7%) respondents. So it can be concluded that the level of
publich knowledge regarding the use of abtibiotics has insufficient knowledge regarding
the use of antibiotics. Advince to future rtesearchers is that they hope to learn a lot in
research and are expencted to use more sampels.

Keyboard : Antibiotics, Knowledge


MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
PENDAHULUAN
Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang
perlu segera diselesaikan. Resistensi antibiotik mengakibatkan bakteri tidak
merespon obat yang akan membunuhnya. Hal ini mengakibatkan penurunan
kemampuan antibiotik dalam mengobati penyakit infeksi pada manusia, hewan
dan tumbuhan. Tidak hanya itu, hal ini juga akan meningkatkan angka kesakitan
dan kematian, meningkatnya biaya dan lama perawatan, meningkatnya efek
samping dari penggunaan obat ganda dan dosis tinggi. Resistensi antibiotik
merupakan fenomena yang sering ditemukan dalam beberapa tahun terakhir.
Resistensi menjadi masalah kesehatan yang serius dan dapat berakibat terhadap
aspek ekonomi dan sosial secara global bila dilihat dalam jangka panjang (Sara
Nurmala, 2023).

Pola resistensi antibiotik dihubungkan dengan berbagai faktor yang


saling terkait seperti peresepan antibiotik yang berlebihan, penggunaan
antibiotik atas keinginan sendiri tanpa indikasi, kualitas pilihan antibiotik yang
masih kurang memadai, kegagalan implementasi pengendalian infeksi,
jarangnya uji suspcetibility dan surveilans secara rutin. Penyebab utamanya
adalah kurangnya perhatian terhadap penggunaan antibiotik oleh dokter,
seringnya terjadi penyalahgunaan peresepan baik oleh dokter maupun self-
prescribing (Wulandari & Rahmawardany, 2022).

Resistensi antibiotik menimbulkan infeksi bakteri yang tidak dapat


diobati dengan antibiotik lini pertama. Penurunan efikasi bakteri patogen
terhadap terapi ini tidak hanya sekedar menimbulkan pergeseran pilihan
antibiotik ke spektrum lebih luas, namun dampak yang ditimbulkan lebih
merugikan seperti peningkatan morbiditas, mortalitas, Length Of Stay (LOS),
biaya perawatan yang disebabkan karena terbatasnya daya beli dan ketersediaan
terapi antibiotik lini kedua (Waridiarto et al., 2019).

Antibiotika yang pertama kali ditemukan secara kebetulan oleh


Alexander Flemming, yaitu penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi
senyawa tersebut dari Penicillium chrysogenum pada tahun 1928, tetapi baru
dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II pada tahun 1941
ketika obat - obatan antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi.
Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit infeksi.
Tingginya insiden penyakit infeksi mengakibatkan tingginya penggunaan
antibiotik (Putri, 2023).

Penggunaan antibiotika secara rasional dan bijak dapat mengendalikan


penyebaran bakteri yang resisten, dan keterlibatan seluruh tenaga kesehatan,
terutama peran seorang farmasis sangat dibutuhkan untuk mengedukasi
masyarakat dan memberikan informasi tentang penggunaan obat khususnya
antibiotika yang rasional kepada tenaga kesehatan lainnya. Penggunaan
antibiotik akan memberikan keberhasilan terapi jika digunakan secara rasional.
Namun demikian, jika tidak digunakan secara rasional, penggunaan antibiotik
akan mengakibatkan resistensi antibiotik (Ainu Zuhriyah et al., 2018).

Penggunaan antibiotik berlebihan berpotensi terhadap penggunaan


irasional. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya resistensi. WHO
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
dalam Antimicrobial Resistence: Global Report on Surveillance menyatakan
bahwa kasus resistensi antibiotik tertinggi di dunia terdapat di Asia Tenggara
khususnya Staphylococcus aureus resisten metisilin (Kemenkes 2015). Hasil
penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000-2005,
menunjukkan sekitar 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis
antibiotik, diantaranya: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol
(25%). Hasil penelitian yang dilakukan WHO dari 12 negara termasuk Indonesia,
sebanyak 53-62% berhenti minum antibiotik ketika merasa sudah sembuh.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh (Irma, 2022) gambaran
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di dusun bonde desa
lombong kecamatan malunda di peroleh data responden yang memiliki
pengetahuan baik yaitu sebanyak 16 (23%), dan yang memiliki pengetahuan
cukup yaitu 53 (77%), hal tersebut menunjukkan bahwa responden
berpengetahuan cukup lebih banyak di bandingkan yang berpengetahuan baik
dalam menggunakan obat antibiotik (Tandjung et al., 2021).

Penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai


permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama
resistensi bakteri terhadap antibiotik, resisten antibiotik tersebut terjadi akibat
penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar
(standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan.
Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan daya
kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :1) Merusak
antibiotik dengan enzim yang diproduksi. 2) Mengubah reseptor titik tangkap
antibiotik. 3) Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
4) Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding
sel bakteri. 5) Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan
dari dalam sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel (kemenkes RI, 2011).

Pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang minim, dapat


mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan, termasuk dalam penggunaan
antibiotik yang tidak rasional. Pengetahuan memiliki peran penting dalam
membentuk kepercayaan dan sikap mengenai perilaku tertentu, termasuk
perilaku dalam penggunaan antibiotik. Tingkat pendidikan dianggap
berpengaruh besar terhadap perilaku tersebut. Akibat kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang pengetahuan dan penggunaan antibiotika yang benar dapat
menjadi faktor yang memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Masyarakat
tidak diperbolehkan membeli antibiotika sendiri tanpa ada resep dari dokter.
Apabila sakit, harus melakukan pemeriksaan dan pengobatan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Antibiotika harus diminum sampai tuntas dan teratur
sesuai anjuran dokter (Gunawan et al., 2021).

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk


melihat Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Penggunaan
Antibiotik di Lingkungan Gentungan Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah dekstriptif
yaitu dengan pengambilan data menggunakan kuisioner. Penelitian deskriktif
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
adalah suatu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau dekstristif tentang suatu keadaan secara
objektif.Adapun variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengetahuan
masyarakat. Sedangkan variabel dependen pada penelitian ini yaitu penggunaan
obat antibiotik.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Terhadap Antibiotik Di Lingkungan Gentungan, hasil persentase data yang di
peroleh sebagai berikut :

Tabel 4.1
Karakteristik responden berdasarkan Umur, Jenis
Kelamin,Pekerjaan,Pendidikan.

Umur F %
12-16 1 1.1%
17-25 24 26.7%
26-35 28 31.1%
36-45 21 23.3%
46-55 11 12.2%
46-55 5 5.6%
Total 90 100%
Jenis Kelamin F %
Perempuan 48 53.3%
Laki – Laki 42 45.6%
Total 90 100%
Pekerjaan F %
Irt 31 34.4%
Petani 31 34.4%
Pelajar 8 8.9%
Wiraswasta 15 16.7%
Guru 5 5.4%
Total 90 100%
Pendidikan F %
Sd 46 51.1%
Smp 8 8.9%
Sma 30 33.3%
Sarjana 6 6.7%
Total 90 100%

Sumber : Data Primer 2023


MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Tabel 4.2

Karakteristik responden berdasarkan umur, Jenis


Kelamin,Pekerjaan,Pendidikan dan persentase yang berpengetahuan baik dan
kurang

Umur Baik % Kurang %


12-16 1 1,1% 0 0%
17-25 4 4,4% 20 22,2%
26-35 13 14,4% 15 16,7%
36-45 1 1.,1% 20 22,2%
46-55 1 1.,1% 10 11,1%
56-65 0 0,% 5 5,6%
Jumlah 20 22% 70 78%
Jenis
Baik % Kurang %
Kelamin
Perempuan 12 13,3% 36 40%
Laki – laki 8 8,9% 34 37,8%
Jumlah 20 22% 70 78%
Pekerjaan
Baik % Kurang %

IRT 7 2,8% 24 26,7%


Petani 3 3,3% 28 31,1%
Pelajar 2 2,2% 6 6,7%
Wiraswasta 4 4,4% 11 12,2%
Guru 5 5,5% 0 0%
Jumlah 21 23% 69 77%
Pendidikan
Baik % Kurang %

Sd 6 6,7% 40 41,1%
Smp 3 3,3% 5 22,2%
Sma 5 5,5% 25 16,7%
Sarjana 5 5,5% 1 1,1%
Jumlah 19 21% 71 79%
Sumber : Data Primer 2023

Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik responden berdasarkan umur dari


total 90 responden, sebanyak 1 orang pada rentang usia remaja awal ( 12 – 16 )
tahun sebesar 1.1%. Usia remaja akhir sebanyak 24 orang responden ( 17 – 25 )
tahun sebesar 26.7% . Usia dewasa awal sebanyak 28 orang responden ( 26 – 35 )
tahun sebesar 31.1%.Usia dewasa akhir sebanyak 21 orang responden ( 36 – 45)
tahun sebesar 23.3%. Usia lansia awal sebanyak 11 orang responden ( 46 – 55 )
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
tahun sebesar 12.2%. Usia lansia akhir sebanyak 5 orang responden ( 56-65 )
tahun sebesar 5.6%.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari total 90


responden, sebanyak 48 orang responden berjenis kelamin perempuan sebesar
53,3%, dan laki-laki sebanyak 42 responden sebesar 46.6%.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dari total 90 responden,


IRT sebanyak 31 orang responden ( 34.4%),petani sebanyak 31 orang ( 34.4),
pelajar sebanyak 8 orang responden ( 8.9%), wiraswasta sebanyak 15 orang
responden ( 16.7%), guru sebanyak 5 orang responden (5.4%).

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dari total 90 responden,


yaitu SD sebanyak 46 orang ( 51.1%), SMP sebanyak 8 orang responden ( 8.9% ),
SMA sebanyak 30 orang responden ( 33.3%), sarjana sebanyak 6 orang responden
( 6.7%).

Berdasarkan tabel 4.2, karakteristik responden berdasarkan umur dan


persentase berpengetahuan baik dan kurang dari total 90 responden, pada umur
12 – 16 tahun kategori baik 1 orang dengan persentase 1,1% dan kategori kurang
0 dengan persentase 0%, umur 17 – 25 dengan kategori baik 4 orang dengan
persentase 4,4% dan kategori kurang 20 orang, dengan persentase 22,2%, umur
26 – 35 kategori baik 13 orang dengan pesentase 14,4% dan kategori kurang baik
15 orang 16,7%, umur 36 – 45 kategori baik 1 orang dengan persentase 1,1% dan
kategori kurang 20 orang dengan persentase 22,2%, umur 45 – 55 kategori baik 1
orang dengan persentase 1,1%, dan kategori kurang baik 10 orang dengan
persentase 11,1%,umur 56 – 65 kategori baik 0 dengan persentase 0% dan
kategori kurang 5 orang dengan kategori 5,6%.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan peresentase


berpengetahuan baik dan kurang dari total 90 responden, perempuan dengan
kategori baik 12 orang, dengan persentase 13,3%, dan kategori kurang 36 orang
dengan persentase 40%, laki- laki dengan kategori baik 8 orang dengan
persentase 8,9%, dan kategori kurang 70 orang dengan persentase 37,8%.

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dan peresentase


berpengetahuan baik dan kurang dari total 90 responden, IRT dengan kategori
baik 7 orang , dengan persentase 2,8%, dan kategori kurang 24 orang dengan
persentase 26,7%, petani dengan kategori baik 3 orang dengan persentase 3,3%,
dan kategori kurang 28 orang dengan persentase 31,1%, pelajar dengan
persentase baik 2 orang dengan persentase 2,2%, dan kategori kurang 6 orang
dengan persentase 6,7%, wiraswasta kategori baik 4 orang dengan persentase
4,4%, dan kategori kurang baik 11 orang dengan kategori 6,7%, guru kategori
baik 5 orang dengan persentase 5,5%, dan kategori kurang 0 dengan persentase
0%.

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dan peresentase


berpengetahuan baik dan kurang dari total 90 responden, sd dengan kategori
baik 6 orang dengan persentase 6,7%, dan kategori kurang 40 orang dengan
persentase 41,1%, smp kategori baik 3 orang dengan persentase 3,3%, kategori
kurang 5 orang dengan persentase 22,2%,sma kategori baik 5 orang dengan
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
persentase 5,5%, kategori kurang 25 orang dengan persentase 16,7%,dan sarjana
kategori baik 5 orang dengan persentase 5,5%, dan kategori kurang 1 dengan
persentase 1,1%.

Tabel 4.3

Karakteristik responden berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan F %
Baik 21 23.3%
Kurang Baik 69 76.7%
Total 90 100%
Sumber : Data Primer 2023
Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden berdasarkan pengetahuan
dari total 90 responden, pada pengetahuan penggunaan obat antibiotik di
Lingkungan Gentungan Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju yaitu tingkat
pengetahuan baik sebabyak 21 orang (23.3%), dan pengetahuan kurang sebanyak
69 orang ( 76.7%).
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat
terhadap penggunaan obat antibiotik di Lingkungan Gentungan Kecamatan
Kalukku Kabupaten Mamuju. Pengumpulan data di lakukan menggunakan
kuisioner, yang berisi 20 pertanyaan terhadap 90 responden.

Peneliti memilih lokasi di Lingkungan Gentungan Kecamatan Kalukku


Kabupaten Mamuju, karena masyarakat Lingkungan Gentungan masih banyak
yang menggunakan antibiotik tidak sesuai dengan petunjuk dokter. Kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan antibiotik yang benar serta
pengetahuan tentang antibiotik yang tidak tepat menjadi faktor yang memicu
resistensi bakteri terhadap antibiotik merupakan masalah kesehatan global yang
menjadi perhatian saat ini. Resisitensi obat adalah keadaan dimana kuman tidak
dapat lagi di bunuh dengan antibiotik. Pada saat antibiotik di berikan, sejumlah
kuman akan mati. Tapi kemudian terjadi mutasi pada gen kuman sehingga ia
dapat bertahan dan hidup. Kuman ini lalu membela dengan cepat dan
terbentuklah jutaan koloni kuman yang mampu melawan antibiotik tersebut.
Bila nanti kuman ini menginfeksi individu lain, maka antibiotik tersebut tidak
akan mampu mengatasi infeksi tersebut. Sampel yang di ambil adalah sebanyak
90 responden.

Hasil penelitian yang menggambarkan tingkat pengetahuan masyarakat


tentang penggunaan antibiotik di Lingkungan Gentungan Kecamatan Kalukku
Kabupaten Mamuju adalah sebagai berikut, menunjukkan bahwa masyarakat
yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 21 orang dengan pesentase
23,3%, dan pengetahuan kurang baik sebanyak 69 orang 76,7%. Hal ini mungkin
di karenakan kurangnya akses untuk memperoleh informasi sehingga
masyarakat tidak mudah mengakses informasi seperti akses untuk brosing
internet, yang mana kita ketahui, saat ini apapun yang ingin di ketahui oleh
sesorang bisa di akses melalui brosing di internet, sedangkan akses internet di
Lingkungan Gentungan sendiri tidak stabil, sehingga masyarakat tidak mudah
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
dalam mengakses informasi – informasi yang ingin di ketahui, seperti informasi
dalam hal mengenai penggunaan antibiotik yang benar dan tepat. Penelitian ini
sejalan dengan (Arimbawa & Melasari, 2020) yang menyatakan bahwa
kehadiran internet mempengaruhi sebagian besar cara hidup dan aktivitas
manusia sehari-hari. Berkembangnya teknologi informasi dan kehadiran internet
digunakan sebagai media komunikasi modern yang memungkinkan semua
orang dapat berkomunikasi dan mengetahui sesuatu dengan mudah melalui
sosial media. Perlu kita ketahui bahwa persentase di atas sangat kurang dalam
arti masyarakat Gentungan masih banyak belum mengetahui bagaimana cara
menggunakan antibiotik dengan benar agar tidak berbahaya bagi masyarakat.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat


Lingkungan Gentungan tentang penggunaan antibiotik masuk dalam kategori
kurang sehingga perlu dilakukannya edukasi yang rutin terkait penggunaan
antibiotik dan diharapkan kepada instansi yang terkait untuk lebih
memerhatikan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar agar dapat
lebih memahami bagaimana penggunaan antibiotik yang baik dan benar.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Tentang Penggunaan Antibiotik di Lingkungan Gentungan Kecamatan Kalukku
Kabupaten Mamuju dapat di simpulkan bahwa, Tingkat pengetahuan
masyarakat terhadap penggunaan antibiotik, mendapatkan penilaian yang
kurang baik karena hasil menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan baik
sebanyak 21 orang dengan persentase 23,3% dan kategori kurang baik sebanyak
69 orang dengan persentase 76,7%.

SARAN
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Dengan adanya penelitian ini diharapkan adanya upaya untuk
mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan tentang
pentingnya pengetahuan penggunaan antibiotik. Terutama pada petugas
kesehatan perlu peningkatan dengan penyuluhan mengenai pentingnya
pengetahuan terhadap antibiotik oleh petugas kesehatan dan memberikan
pengalaman kepada masyarakat serta cara penggunaan antibiotik dengan
baik dan benar sehingga masyarakat dapat terhindar dari resistensi
antibiotik.
2. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah terkait agar lebih mengawasi peredaran obat dan
lebih meningkatkan pemberian informasi obat khususnya obat keras dan
antibiotik pada umumnya.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode penelitian
yang lain, dan menggunakan sampel yang lebih besar.
MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
DAFTAR PUSTAKA
Ainu Zuhriyah, Nawafilla Februyani, & Laily Alifatul Jamilah. (2018). Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Jenis Amoxicillin Pada Masyarakat
Desa Pilanggede Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Hospitality 41,
7(2), 8.Https://Stp-Mataram.E-Journal.Id/Jih/Article/Download/197/170/

Arimbawa, P. E., & Melasari, N. W. N. R. (2020). Perbandingan Penggunaan


Sosial Media Terhadap Pemahaman Penggunaan Antibiotik Di Kota
Denpasar.Medfarm:JurnalFarmasiDanKesehatan,9(2),42–48.
Http://Jurnalfarmasidankesehatan.Ac.Id/Index.Php/Medfarm/Article/Vi
ew/33

Dewi Silvia, N. S. (2021). Сравнительные Жизнеописания: В 2-Х Т. Т. 1. Изд. 2-


Е, Испр. И Доп. Jurnal Poinir Lppm, 7(1), 210–219.

Farahim, N. (2021). Profil Peresepan Antibiotik Golongan Penisilin Di Apotek


Sakti Farma Periode Januari 2020-Maret 2020. Jurnal Ilmiah Farmasi Attamru,
2(1), 27–36. Https://Doi.Org/10.31102/Attamru.V2i1.1266

Fauziah, E. B. (2019). Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Yang Mendapat


Terapi Antibiotik Di Puskesmas Mendawai Pangkalan Bun. Jurnal Surya
Medika, 2(1), 38–46. Https://Doi.Org/10.33084/Jsm.V2i1.373

Gunawan, S., Tjandra, O., & Halim, S. (2021). Edukasi Mengenai Penggunaan
Antibiotik Yang Rasional Di Lingkungan Smk Negeri 1 Tambelang Bekasi.
JurnalBaktiMasyarakatIndonesia,4(1),156–164.
Https://Doi.Org/10.24912/Jbmi.V4i1.11925

Heryana, A. (2018). Ade Heryana, S.St, M.Km | Resistensi Antibiotika. 1–5.

(Juwita, Hartoyo, Budiarti, 2013). (2020). Upaya Pengendalian Resistensi


Antibiotik Melalui Penyerahan Antibiotik Secara Tepat Di Apotek Wilayah
Seberang Ulu Palembang. In Jurnal Abdikemas (Vol. 2, Pp. 28–36).

Jmt, A. (2020). Cara Memperoleh Ilmu Pengetahuan. In Nucl. Phys. (Vol. 13, Issue
1, Pp. 104–116).

Kemenkes Ri. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2406
Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Menteri
Kesehatan Republik Indoonesia, 19(6), 34–44.

Masrifah, S. (2021). View Of Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Klinik Anak Di
Rumah Sakit Mm Indramayu Periode Januari-Maret 2021 _ Jurnal Health Sains.

Pratiwi, R. H. (2018). Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap


Antibiotik. Jurnal Pro-Life, 4(3), 418–429.

Pratomo, G. S., & Dewi, N. A. (2018). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa


Anjir Mambulau Tengah Terhadap Penggunaan Antibiotik. Jurnal Surya
Medika, 4(1), 79–89. Https://Doi.Org/10.33084/Jsm.V4i1.354

Putri, Y. H. (2023). Jacom : Journal Of Community Empowerment Pencegahan


MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, Vol…, No…., 20…., Hal,……
e-ISSN : 2715-9957
p-ISSN: 2354-8487
Resistensi Melalui Sosialisasi Bijak Kawasan Wisata Pantai Panjang Prevention Of
Resistance Through Wise Socialization Using Antibiotics In Communities In The
Bengkulu Panjang Beach Tourism Area. 01(01), 1–5.

Sara Nurmala, D. Oktavia G. (2013). Pengetahuan Penggunaan Obat Antibiotik Pada


Masyarakat Yang Tinggal Di Kelurahan Babakan Madang | Nurmala |
Fitofarmaka:JurnalIlmiahFarmasi.
Https://Journal.Unpak.Ac.Id/Index.Php/Fitofarmaka/Article/View/1728
/Pdf

Septiyana, R. Dan M. K. B. I. (2019). 47-208-1-Pb. 3(2), 123–129.

Sugihantoro, H. (2020). Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan


Antibiotik (Studi Kasus Pada Konsumen Apotek-Apotek Kecamatan Glagah
Kabupaten Lamongan). Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa, 3(2), 102–112.
Https://Doi.Org/10.29313/Jiff.V3i2.5655

Syah Putra, A. R., Effendi, M. H., Koesdarto, S., Suwarno, S., Tyasningsih, W., &
Soelih Estoepangestie, A. T. (2020). Identifikasi Bakteri Escherichia Coli
Penghasil Extended Spectrum Β-Lactamase Dari Swab Rectal Sapi Perah
Menggunakan Metode Vitek-2 Di Kud Tani Wilis Sendang Kabupaten
Tulungagung. Journal Of Basic Medical Veterinary, 8(2), 108.
Https://Doi.Org/10.20473/.V8i2.20414

Tandjung, H., Wiyono, W. I., & Mpila, D. A. (2021). Pengetahuan Dan


Penggunaan Antibiotik Secara Swamedikasi Pada Masyarakat Di Kota
Manado.Pharmacon,10(2), 780. Https://Doi.Org/10.35799/Pha.10.2021.34044

Waridiarto, D., Priambodo, A., & Lestari, E. (2015). Kualitas Penggunaan


Antibiotik Pada Kasus Bedah Orthopedi Di Bangsal Bedah Rsup Dr.
Kariadi. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 4(4), 618–625.

Wulandari, A., & Rahmawardany, C. Y. (2022). Perilaku Penggunaan Antibiotik


DiMasyarakat.SainstechFarma,15(1),9–16.
Https://Doi.Org/10.37277/Sfj.V15i1.1105

Anda mungkin juga menyukai