Anda di halaman 1dari 4

EDUKASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA SISWA/SISWI SMA NEGERI 1

STM HILIR, JLN. PENDIDIKAN DUSUN I TALUN KENAS, KEC. SINEMBAH


TANJUNG MUDA HILIR, KAB. DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

Masria Pheterhesia Sianipar1, Pintata Sembiring2


Institute Kesehatan Deli Husada Deli Tua

Abstract
Excessive use of antibiotics has the potential for irrational use. This is one of the factors
causing resistance. WHO in Antimicrobial Resistance: Global Report on Surveillance states
that the highest cases of antibiotic resistance in the world are in Southeast Asia, especially
methicillin-resistant Staphylococcus aureus (Ministry of Health, 2015).
The results of Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) research in 2000-2005,
showed that around 43% of Escherichia coli were resistant to various types of antibiotics,
including: ampicillin (34%), co-trimoxazole (29%) and chloramphenicol (25%) (Republic of
Health Minister , 2015). An important factor causing the high rate of antibiotic resistance is
irrational use. The lack of public knowledge about antibiotics can affect health attitudes and
behavior, including the irrational use of antibiotics. Knowledge has an important role in
shaping beliefs and attitudes about certain behaviors, including behavior in using antibiotics.
The level of education is considered to have a major influence on this behavior (Ivoryanto,
2017).
Keywords : antibiotics, resistant, student

PENDAHULUAN
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan pola hidup seseorang yang harus
diperhatikan dan dijaga oleh setiap orang. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga seseorang dapat mengontrol dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan kesehatan di masyarakat.
Anak pada masa Sekolah Menengah Atas termasuk kelompok usia yang kritis, karena
pada usia tersebut seorang anak rentan terhadap masalah kesehatan. Selain rentan terhadap
masalah kesehatan, anak pada usia tersebut juga terdapat pada kondisi yang sangat peka
terhadap stimulus sehingga mudah untuk di bombing, diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat serta kebiasaan dalam mengkonsumsi
obat yang baik dan benar. Pada umumnya, anak pada masa usia tersebut juga memiliki sifat
yang selalu ingin menyampaikan apa yang diterima dan diketahuinya dari orang lain.
Penggunaan antibiotik berlebihan berpotensi terhadap penggunaan irasional. Hal ini
menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya resistensi. WHO dalam Antimicrobial
Resistence: Global Report on Surveillance menyatakan bahwa kasus resistensi antibiotik
tertinggi di dunia terdapat di Asia Tenggara khususnya Staphylococcus aureus resisten
metisilin (Kemenkes 2015).
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000-
2005, menunjukkan sekitar 43% Escherichia coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik,
diantaranya: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%) (Menkes RI,
2015).
Faktor penting yang menyebabkan tingginya angka resistensi antibiotik ialah
penggunaan yang tidak rasional. Pengetahuan masyarakat tentang antibiotik yang minim, dapat
memengaruhisikap dan perilaku kesehatan, termasuk dalam penggunaan antibiotik yang tidak
rasional. Pengetahuan memiliki peran penting dalam membentuk kepercayaan dan sikap
mengenai perilaku tertentu, termasuk perilaku dalam penggunaan antibiotik. Tingkat
pendidikan dianggap berpengaruh besar terhadap perilaku tersebut (Ivoryanto, 2017)

METODE
Kegiatan PKM dilakukan dengan menggunakan metode penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan ini
melalui tahapan Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi. Kegiatan edukasi disampaikan dengan
materi terkait tema yang dibawakan menggunakan Power Point menggunakan laptop dan
infocus. Tujuan evaluasi operasional untuk melihat perkembangan program yang telah
dilaksanakan, untuk mengetahui kendala yang ada dan cara penanggulangannya sehingga
program pelayanan yang dilaksanakan benar-benar efektif dan fungsional. Evaluasi terakhir
yaitu melihat apakah siswa/siswi SMA Negeri 1 STM Hilir dapat memahami arti dan
implementasi materi yang telah disampaikan. Evaluasi yang diterapkan adalah melakukan
tanya jawab serta games yang langsung diberikan kepada seluruh siswa/i SMA Negeri 1 STM
Hilir dan mendapat kesimpulan dari hasil analisis evaluasi yang telah diterapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil yang didapatkan pada pengabdian masyarakat di SMA N 1 STM Hilir, yaitu:
1. Adanya interaksi aktif antara pemateri dengan siswa/i yang membuktikan bahwa siswa/i
paham tentang penggunaan antibiotic.
2. Meningkatnya pengetahuan siswa/i terkait luasnya bidang-bidang mengenai profesi
apoteker.
3. Meningkatnya pengetahuan siswa/i terkait obat antibiotik dan mekanisme kerjanya.
4. Meningkatnya pengetahuan siswa/i terkait penggunaan obat yang baik yang nantinya
siswa/i dapat memberikan edukasi kepada anggota keluarga siswa/i terkait penggunaan
obat yang baik.
Pada kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) ini kepada siswa/i terkait
pengenalan profesi apoteker dan edukasi penggunaan antibiotik di SMA Negeri 1 STM Hilir
terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa/i. Hal ini sesuai dengan yag
diharapkan dimana siswa/I dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan mengedukasi
keluarga siswa/I terkait penggunaan obat antibiotik dengan baik dan benar serta dapat
meningkatkan derajat kesehatan keluarga dan masyarakat sekitar.
Dalam hal pengenalan profesi apoteker banyak siswa/I yang tertarik ikut terlibat dalam
dunia kesehatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pengenalan
profesi apoteker ini juga dapat memberikan gambaran dan pilihan serta memotivasi kepada
siswa/I yang akan melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi lagi. Gambaran yang
diberikan kepada siswa/I SMA N 1 STM Hilir salah satunya adalah peran apoteker di
masyarakat dalam meningkatkan kesehatan dimasyarakat.
Kegiatan PKM ini juga mengedukasi siswa/I SMA N 1 STM Hilir tentang penggunaan
obat antibiotik yang baik dan benar. Penggunaan obat dimasyarakat masih banyak terjadinya
ketidakrasionalan penggunaan obat karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait
penggunaan obat yang baik.
Penggunaan obat antibiotik di masyarakat secara bebas masih tergolong tinggi dimana
masyarakat percaya bahwa obat antibiotik dapat diperjual belikan secara bebas. Dalam
kegiatan PKM kali ini kami mengedukasi siswa/i terkait penggunaan obat antibiotik secara
rasional dalam masyarakat.

KESIMPULAN
Kegiatan PKM yang dilakukan kepada siswa/i di SMA Negeri 1 STM Hilir efektif
dalam meningkatkan pengetahuan siswa/i tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang baik
dan benar serta bahayanya efek pengguna antibiotik yg dikonsumsi secara tidak disiplin dan
tidak tepat terhadap siswa/i di SMA Negeri 1 STM Hilir maupun masyarakat. Dimana siswa/i
mampu ikut mengambil peran dalam mengedukasi keluarga terkait penggunaan dan pemilihan
antibiotik yang baik dan benar sehingga terhindar dari efek samping yang bahaya akibat
penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Ivoryanto E., Sidharta B., Kurnia R., 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat
terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan Antibiotika Oral di Apotek Kecamatan
Klojen. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Brawijaya, Malang.
Indonesia Medicus Veterinus, 2020. Resistensi Escherichia coli Terhadap Berbagi Macam
Antibiotik pada Hewan dan Manusia. Universitas Udayana. Bali.
Ministry of Health Republic of Indonesia, 2015. Penggunaan Antibiotik Bijak dan Rasional
Kurangi Beban Penyakit Infeksi. Menkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai