Anda di halaman 1dari 29

FARMAKOLOGI

DASAR-DASAR FARMAKOLOGI

Pengertian : ilmu yang mempelajari semua yang berhubungan dengan obat


dan interaksinya dengan proses kehidupan

 pengertian sangat luas , mencakup : sejarah, sumber, sifat kimia dan


fisik, komposisi, efek thd fungsi biokimiawi dan fisiologinya , mekanisme
kerja , ADME dan penggunaan dalam klinik dan efek toksiknya

Sejarah :
- Penggunaan obat untuk tujuan sosial,keagamaan atau pengobatan 
sudah dikenal sejak lama  coba-coba  pengetahuan turun-temurun
pengetahuan empiris.
 Resep peninggalan orang Samaria ( 5000 th yg lalu ) menggunakan
akar, biji-2an, kulit pohon,garam.
 Jamur  antibiotik  di China sudah digunakan sejak 2500 th BC 
obat bisul.
 Resep  tidak masuk akal  buta : mata babi, madu, antimon
Masuk akal : orang Mesir mengobati rabun senja dengan hati
sapi  dipanggang  digerus
- Bahan alam  aktivitasnya tidak seragam  perkembangan ilmu-ilmu
lain
- Pertengahan abad 19  perkembangan  obat sintetis, keuntungannya
hasil lebih banyak, lebih murni dan lebih stabil

Ilmu lain yg berkaitan dengan farmakologi :


- Farmakognosi dan galenika
- Farmasi
- Farmakokinetika
- Farmakodinamika
- Farmakoterapi
- Toksikologi

Tujuan mempelajari :
1. Supaya dapat menggunakan obat secara rasional
2. Supaya mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan
berbagai gejala penyakit

Penggunaan Obat Rasional


 Tujuan penggunaan obat (kuratif,preventif )  secara medis memberi
manfaat dan aman bagi pasien
 Dalam praktek : tidak memberi manfaat klinis, tidak aman dan tidak
cost effective
 Masalah serius dampak mutu pelayanan kesehatan dan biaya
pelayanan kesehatan  upaya promosi penggunaan obat rasional
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan.
Pengertian
 WHO : penggunaan obat dikatakan rasional bila “ pasien menerima
obat sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai
dengan kebutuhan individunya, dalam jangka waktu yang cukup, dan
dengan biaya yang paling ekonomis untuk pasien dan untuk
komunitasnya “

Penggunaan obat tidak rasional jika dilakukan pada keadaan berikut :


1. Penggunaan obat dimana sebenarnya tidak ada indikasi
farmakologinya  pemberian multivitamin untuk memacu
kemampuan belajar, pemberian antibiotik untuk infeksi non-bakterial
dll
2. Obat yang diberikan bukan obat yanng paling efektif, aman atau
ekonomis  polifarmasi, pemberian obat penenang pada kasus
hipertensi tanpa memandang latar belakang penyebab dll
3. Dosis tidak sesuai dengan kondisi pasien  lebih / kurang
4. Cara pemberian bukan yang paling aman, efektif atau ekonomis 
pemberian injeksi berlebihan, pemberian racikan campuran tanpa
memperhatikan kemungkinan terjadinya interaksi dll
5. Pemberian obat terlalu singkat atau terlalu lama  antibiotik hanya 3
hari
6. Tidak memberikan obat yang telah terbukti aman dan bermanfaat 
tidak memberikan oralit untuk kasus diare akut, tidak memberikan
antibakteri yang tepat
7. Pemberian obat yang mahal  pemberian obat branded tanpa
melihat kemampuan pasien.
8. Pemberian obat tanpa disertai informasi kepada pasien.

Dampak
 Menurunkan mutu pelayanan  penurunan kesembuhan,
peningkatan kegagalan terapi dan komplikasi
 Meningkatkan biaya pelayanan dan pemborosan
 Meningkatkan resiko efek samping obat dan efek yang tidak
dikehendaki
 Mendorong peningkatan kebutuhan obat secara semu 
penggunaan multivitamin yang berlebihan.

Faktor pendorong terjadinya


 Dapat berasal dari : pemberi pelayanan , penerima pelayanan (pasien,
masyarakat ) sistem pelayanan, aktifitas promosi dari industri
 Pemberi pelayanan kurang menyadari kepentingan penggunaan obat
yang efektif, aman dan ekonomis terhadap mutu pelayanan dan
terhadap pasien, kurang menyadari dampak negatif penggunaan obat
tidak rasional terhadap pasien dan masyarakat serta terhadap
pembiayaan pelayanan.
 Pemberi pelayanan kurang mengetahui dan kurang menguasai dan
mengenal prinsip-2 penggunaan obat secara rasional.
 Banyaknya kekeliruan informasi dan anggapan serta pengetahuan
baik di kalangan pemberi pelayanan maupun masyarakat mengenai
kemanfaatan, keamanan dan ketepatan berbagai jenia obat untuk
pencegahan atau pengobatan penyakit.
 Aktifitas promosi yang berlebihan dari industri farmasi.
 Kelemahan dalam sistem pemantauan dan supervisi dalam
penggunaan obat, penggunaan obat tidak termonitor.
 Tuntutan pasien yang berlebihan terhadap obat-2 tertentu karena
pengaruh informasi yang kurang tepat.

Obat :
1. Semua senyawa kimia yang mempengaruhi jaringan biologi
2. Semua substansi yang dapat mempengaruhi fungsi normal tubuh
pada tingkat sel.
3. WHO  obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik
atau psikis.
4. KONAS : obat adalah bahan atau sediaan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau kondisi patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan dari rasa sakit , gejala sakit, dan/atau penyakit, untuk
meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.

Syarat2 untuk obat yg ideal :


3 syarat utama :
1. Efektif, mempunyai efikasi
2. Aman
3. Selektif

Sifat lain :
1. Kerjanya reversibel
2. Efeknya dapat diramalkan
3. Cara pemberian mudah, sederhana, hasil memuaskan
4. Jumlah dosis per hari rendah
5. Bebas dari interaksi dengan sesama obat
6. Relatif stabil
7. Harga murah
8. Mempunyai nama generik yang sederhana

Aplikasi Farmakologi :
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam pemberian obat, yaitu :
1. Obat yang benar
2. Pasien yang benar
3. Dosis yang benar
4. Cara pemberian yang benar
5. Waktu pemberian yang benar
6. Pencatatan dan pelaporan yang benar ( administrasi )
Dalam memberikan obat, pemberi obat mempunyai peran dalam :
1. Patient Care
2. Patient education

Patient Care mencakup aspek :


1. Dosis dan cara pemberian obat
2. Meningkatkan efek terapetik
3. Memperkecil efek yang tidak dikehendaki
4. Memperkecil interaksi obat yang tidak dikehendaki
5. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi
6. Dapat menanggulangi toksisitas obat

Patient education adalah pemberian informasi kepada pasien berupa :


1. Nama generik obat dan kategori terapetiknya
2. Besarnya dosis
3. Waktu pemberian obat
4. Rute dan teknik pemberian obat
5. Respons terapetik yang diharapkan dan waktu respons mulai
6. Lama obat dapat digunakan dan penyimpanannya
7. Efek yang tidak diinginkan dan cara mengurangi efek tsb
8. Memperkecil interaksi sesama obat yang tidak diinginkan
FARMAKOKINETIKA
( nasib obat di dalam tubuh , pengaruh tubuh terhadap obat )

Adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari proses dimana obat


mengalami absorpsi, pengikatan dan distribusi untuk sampai di tempat
kerja dan timbul efek, kemudian dengan atau tanpa biotransformasi obat
diekskresi dari tubuh  berlangsung secara serentak.

Reseptor Depot jaringan

Terikat Bebas Terikat Bebas

Sirkulasi Sistemik

Obat Bebas Ekskresi


Absorps
i
Obat Terikat
Metabolit

Biotransformasi

ABSORPSI DAN BIOAVAILABILITAS


Absorpsi : proses penyerapan obat dari tempat pemberian, meliputi :
 kelengkapan
 kecepatan
yang dinyatakan dalam % dari jumlah obat yang diberikan.

Proses absorpsi penting dan menentukan efek obat  pd umumnya obat


yg tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek kecuali obat yg bekerja lokal ,
mis antasid

Absorpsi dipengaruhi oleh :


- sifat fisik dan kimia bahan obat
- bentuk obat yg diberikan : tablet, cairan dll
- formulasi obat
- cara pemberian
- konsentrasi obat
- luas permukaan kontak dg obat
- sirkulasi pd tempat abs

Metabolisme / eliminasi lintas pertama ( eliminasi prasistemik ) :


 metabolisme yg dialami oleh obat pada pemberian per oral, oleh enzim
di dinding usus atau di hati, pada waktu obat pertama kali melalui organ-
organ tsb
 dapat dihindari dengan pemberian secara parenteral, sublingual, rektal
atau memberikan bersama makanan

Bioavailabilitas : jumlah obat yang dinyatakan dalam persen ( % ) terhadap


dosis yg dikonsumsi , yang dapat mencapai sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh atau aktif.

 tergantung pada : kelengkapan absorpsi, kecepatan absorpsi dan


adanya eliminasi prasistemik

Cara – cara obat melalui membran sel:


1. transport pasif
2. transport aktif
3. endositosis :pinositosis dan fagositosis

Cara-cara pemakaian obat :

1. Secara enteral
a. Per oral
- Paling umum digunakan
- Keuntungan : mudah, aman, murah
- Kerugian : banyak faktor yg mempengaruhi bioavailabilitasnya ( mis.
Obat yg melalui sistem portal ), iritasi sal cerna, perlu kerjasama dg
pasien, efek timbul setelah beberapa saat, tidak bisa diberikan
kepada penderita yg muntah, tidak sadar., dapat membentuk
kompleks dg makanan shg sukar diabs, sirkulasi pada tempat abs
- Mekanisme absorpsi :
 difusi pasif
 transpor aktif  utk obat-2 yg mempunyai struktur kimia mirip
zat makanan ( levodopa, metildopa, 6- merkaptopurin, 5-
fluorourasil )

- sebelum diabsorpsi obat akan mengalami fase farmasetika : obat


akan mengalami disintegrasi dan disolusi.

Larut Absorpsi
- Sediaan yg cepat larut  cepat diabs  efek cepat timbul
- Urutan kecepatan larut beberapa sediaan :

LARUTAN > SUSPENSI > SERBUK > KAPSUL > TABLET >
TABLET SALUT

- Sediaan padat selain berupa sediaan biasa, ada yg berupa :


 Sediaan lepas lambat ( sustained release ) : sediaan yg sengaja
dibuat dg waktu disolusi lebih lama  masa absorpsi lebih
panjang  obat dapat diberikan dengan interval waktu lebih
lama
 Sediaan salut enterik ( enteric coated ) : obat yg sengaja dibuat
untuk tidak mengalami disintegrasi dalam lambung, karena
rusak oleh asam lambung atau menyebabkan iritasi lambung

- Faktor-faktor yg dapat mempengaruhi bioavailabilitas :


 Faktor obat :
 Sifat fisiko-kimia obat :
 stabilitas obat terhadap pH lambung , enzim pencernaan
dan flora usus  menentukan jumlah obat yg diabs
 kelarutan obat, ukuran mol, kelarutan dl lemak 
menentukan kecepatan abs
 stabilitas thd enzim dk dinding sal cerna dan hati 
menentukan jumlah obat bebas yg mencapai sirkulasi
 Formulasi obat : keadaan fisik obat, adanya zat pengisi 
menentukan kecepatan disintegrasi dan disolusi

 Faktor penderita : pH sal cerna, motilitas sal cerna dll


 Interaksi dalam sal cerna : adanya makanan dll

b. Sublingual : tidak mengalami metabolisme lintas pertama , tidak untuk


obat yg merangsang mukosa dan pahit.

c. Per rektal :
 keuntungan : dapat dipergunakan untuk penderita yg muntah,
tidak sadar, pasca bedah dan metabolisme lintas pertama kecil
 kerugian : iritasi mukosa rektum, absorpsi tidak lengkap dan
tidak teratur.

2. Secara parenteral ( injeksi, suntik )


- keuntungan :
 efek timbul cepat dan teratur
 dapat diberikan pada penderita yg muntah, tidak sadar atau
tidak kooperatif
 sangat berguna dalam keadaan darurat
 tidak mengalami metabolisme lintas pertama

- kerugian :
 butuh cara asepsis
 bahaya penularan penyakit : hepatitis
 sukar dilakukan sendiri oleh penderita
 tidak ekonomis
 menimbulkan rasa nyeri
 lebih berbahaya dari pada per oral
- jenis : I.V, I ARTERIAL, I. SPINAL , dll

3. Pemberian melalui paru-paru ( inhalasi )


- hanya untuk obat yg berbentuk gas atau cairan mudah menguap dan
obat dan obat yg dapat diberikan dalam bentuk aerosol
- absorpsi terjadi melalui epitel paru-2 dan mukosa sal nafas
- keuntungan :
 absorpsi cepat  karena permukaan absorpsi luas
 terhindar dari eliminasi lintas pertama
 pada penyakit paru ( asma bronkial )  obat langsung bekerja
pada bronkus  efek cepat terjadi dan menghindari efek
samping sistemik
- kerugian :
 perlu alat dan metode khusus
 sulit dikerjakan
 dosis sukar diatur
 obat yg berbentuk gas atau cairan yg mudah menguap bersifat
iritasi pd endotel paru-2

4. Secara topikal
a. Pada kulit
- epidermis merupakan sawar yg baik dan dermis merupakan lapisan
yg permeabel
- ada beberapa senyawa kimia yg bisa menembus kulit utuh
- jumlah obat yg diserap tergantung pada luas permukaan kulit yg
terpajan dan kelarutan obat dalam lemak

- hal-2 yg dapat meningkatkan absorpsi obat :


 inflamasi dan keadaan lain yg meningkatkan aliran darah kulit
 membuat suspensi obat dalam lemak
 menggosokkan di atas kulit
 memakai penutup di atas kulit

b. Pada mata
- untuk mendapat efek lokal pada mata
- absorpsi melalui kornea dan akan lebih cepat bila kornea infeksi atau
trauma
- dapat menimbulkan efek sistemik yg tidak diinginkan  absorpsi
melalui sal nasolakrimalis  mis : beta blocker untuk glaukoma dapat
menimbulkan efek toksik sistemik

Lain 2 : intra nasal, intra aural dll


DISTRIBUSI

- Adalah proses penyebaran obat melalui sirkulasi darah ke seluruh tubuh


- Tergantung pada :
 aliran darah
 sifat fisiko-kimia obat
- Distribusi dibedakan atas 2 fase :
a. distribusi fase pertama  terjadi segera setelah absorpsi, yaitu ke
organ yg perfusinya sangat baik : jantung, hati, ginjal dan otak
b. distribusi fase ke dua : lebih luas, mencakup jaringan yg perfusinya
kurang baik , mis otot, visera, kulit dan jaringan lemak.
- Difusi ke ruang interstisiel jaringan  cepat , karena celah antarsel
endotel cukup besar
- Distribusi dipengaruhi oleh :
 kelarutan obat dalam lemak :
 Obat yg larut lemak  melintasi membran sel  distribusi di dl sel
 Obat yg tidak larut lemak  distribusi terutama dl cairan ekstrasel
 ikatan obat pada protein plasma :
hanya obat bebas yg dapat berdifusi
derajat ikatan ditentukan oleh afinitas obat thd protein , kadar obat
dan kadar protein plasma

- pegikatan obat dengan protein plasma dapat berkurang pada


keadaan malnutrisi berat  defisiensi protein

Akumulasi
Adalah peristiwa penumpukan obat dalam organ atau jaringan
- Obat dapat terakumulasi dalam sel jaringan dengan mekanisme :
 adanya transport aktif
 ikatan dg komponen intrasel : protein, fosfolipid, nukleoprotein
 kelarutan di dalam lemak
- Contoh jaringan yg bisa menjadi tempat akumulasi :
 hati : penggunaan kuinakrin kronik
 Jaringan lemak : obat yg larut lemak ( mis: tiopental )
 Protein plasma :
 obat yg bersifat asam terikat pd albumin
 obat yg bersifat basa terikat pd α 1-glikoprotein
 Tulang : logam berat ( Pb, radium )
 Cairan lambung : obat yg bersifat basa lemah
 Sal cerna : reservoir untuk obat dl sediaan lepas lambat
- Obat yg terakumulasi  dl keseimbangan dg obat dl plasma  akan
dilepas waktu kadar dl plasma turun  memperpanjang kerja obat

Sawar
- Adalah pertahanan spesifik pada jaringan tertentu sehingga sulit
ditembus oleh mol obat
- Ada 2 sawar penting :
1. sawar darah-otak ( Blood Brain Barrier )
2. sawar uri : terdiri dari sel epitel vili dan sel endotel kapiler janin 
semua obat oral yg diterima ibu akan masuk ke dl sirkulasi janin 
keseimbangan antara sirkulasi ibu dan janin tercapai dl waktu 40
menit

BIOTRANSFORMASI
- Adalah perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalisis oleh enzim
- Molekul obat akan dirubah  lebih poler  lebih mudah larut air 
lebih mudah diekskresikan
- Perubahan aktifitas :
 obat menjadi tidak aktif  kerja obat berakhir
 obat tetap aktif, lebih aktif, lebih toksik
- Metabolit yg aktif :
 Langsung diekskresikan
 mengalami biotransformasi lebih lanjut  diekskresikan
 kerja obat berakhir
- Prodrug : bentuk belum aktif dr obat  mengalami aktifasi pada proses
biotransformasi

- Reaksi :
1. Reaksi Fase I = Reaksi Non-sintetik
 berupa reaksi : oksidasi, reduksi, hidrolisa
 tidak perlu energi
 metabolit : tidak aktif, kurang aktif, lebih aktif

2. Reaksi Fase II = Reaksi sintetik


 konjugasi obat atau metabolit hasil reaksi fase 1 dengan
substrat endogen ( asam glukuronat, asam sulfat, asam asetat,
asam amino )
 metabolit tidak aktif
 metabolit lebih poler  mudah larut air  mudah diekskresi
 perlu energi

- Enzim yg berperan dalambiotransformasi :


 Enzim mikrosom : terletak dalam retikulum endoplasma
 Enzim non mikrosom
- Enzim terdapat dalam :
 Sel hati
 Sel jar lain : ginjal, paru, epitel sal cerna

- Aktifitas enzim2 biotransformasi ditentukan oleh faktor genetik 


metabolisme obat sangat bervariasi pada setiap individu.

EKSKRESI
- Obat diekskresi dalam bentuk molekul asal atau metabolit
- Jalur ekskresi :
 Ginjal  yang terpenting
 ekskresi melalui ginjal akan menurun bila terjadi
gangguan fungsi ginjal  dosis obat harus diturunkan
atau interval diperpanjang
 Obat yg larut air dieks melalui ginjal lebih cepat
daripada obat yg larut lemak.
 Empedu :
Metabolit yg dieks melalui empedu akan mengalami dibawa
kedalam usus , ada beberapa nasib :
1. Dibuang bersama feses
2. Mengalami siklus enterohepatik  hati  biotransformasi 
ginjal.
3. Untuk metabolit yg berupa glukuronida akan mengalami
hidrolisa oleh enzim2 flora usus  obat + asam glukuronat.
Obat akan mengalami reabsorpsi  efek menjadi lebih lama
( kontrasepsi oral )
 Jalur lain ; saliva, ASI, air mata, rambut  sangat kecil
FARMAKODINAMIKA
( pengaruh obat terhadap tubuh )
- Mempelajari efek biokimiawi dan fisiologi obat dan mekanisme kerjanya

Mekanisme Kerja Obat


- Efek obat timbul karena terjadi interaksi antara obat dengan reseptor
pada sel  timbul perubahan biokimiawi dan fisiologi yang merupakan
respons yang khas bagi suatu obat

O + R OR Efek

- Semakin baik ikatan O-R  aktifitas semakin baik


- Reseptor :
 Berupa komponen makromolekul fungsional ( protein ; komponen
paling penting )  enzim atau gugus fungsional sel, yg berinteraksi
dg obat dan yg mengawali proses biokimia dl tubuh.

- Konsep penting ikatan obat dan reseptor :


1. Obat hanya mengubah kecepatan kegiatan fisiologi tubuh
2. Obat tidak menimbulkan fungsi baru, tetapi hanya memodulasi fungsi
yg sudah ada.

Golongan obat berdasarkan sifat ikatan terhadap reseptor :


Ada sekelompok reseptor tertentu yang selain berperan sebagai reseptor
obat, juga berperan sebagai resepor bagi ligan endogen ( hormon,
neurotransmitor )
Ada 2 golongan obat :
1. Agonis :
obat yg efeknya menyerupai efek menyerupai efek senyawa endogen
2. Antagonis :
Obat yg tidak mempunyai aktifitas intrinsik ( tidak menimbulkan efek
farmakologi ), tapi menghambat secara kompetitif efek agonis senyawa
endogen

Reseptor Obat
- Sifat kimia
 komponen yang paling penting : protein
 Asam nukleat : reseptor untuk obat sitostatika

- Hubungan Struktur dan Aktifitas


 Struktur kimia obat menentukan sifat-2 farmakologinya : afinitas obat
terhadap reseptor dan aktifitas intrinsiknya
 Perubahan struktur  perubahan sifat farmakologi
**Waktu efek obat**
- Besarnya intensitas efek obat sulit diukur  digunakan ukuran tidak langsung
yaitu kadar obat dalam plasma  besar intensitas efek tidak berbanding lurus
dengan kadar obat dalam darah
- Besar efek dipengaruhi oleh kadar obat dalam darah yg ditentukan oleh
ADME

100%

t0 t1
T

Kurva menunjukkan hub antara kons obat dalam darah dengan waktu pada
pemberian obat secara IV

100%

C
50%

MEC

T0 t1 t1/2 t2
T
Gambar tsb adalah kurva hub antara konsentrasi obat dalam darah dengan waktu,
pada pemberian obat per oral, dan dosis obat yg diberikan adalah dosis terapi
maksimal  mis : 10 mg
MEC ( minimum effective conc ) : konsentrasi obat dalam darah yg paling kecil
untuk dapat menimbulkan efek  konsentrasi efektif minimal
t0 – t1 : onset of act = mula kerja obat : waktu mulai obat diminum sampai
menimbulkan efek pertama kali
t1 – t2 : duration of act = lama kerja obat : waktu antara timbulnya efek yg pertama
sampai efek obat berakhir
t1/2 : waktu paruh : waktu sejak obat dikonsumsi sampai waktu konsentrasi obat
dalam darah mencapai 50% sejak konsentrasi dalam darah maksimal 
besar waktu paruh mempengaruhi lama kerja obat.

100%
KTM

100%

C
50%

MEC

t0 t1’ t2’

kurva di atas menggambarkan hub antara kons obat dalam darah dengan waktu bila dosis yg
diberikan melebihi dosis terapi
KTM = konsentrasi toksik minimal : konsentrasi obat dalam darah yg sudah menimbulkan gejala
keracunan.
Kurva diatas menggambarkan hub kons obat dalan darah dengan waktu bila obat
diberikan beberapa dosis dengan interval waktu waktu pemberian lebih besar dari
waktu paruh  pemberian obat yg tidak efektif

Kurva diatas menggambarkan hub kons obat dalam darah beberapa dosis bila
waktu interval waktu pemberian obat lebih kecil dari t1/2 nya  akan terjadi
penumpukan obat dalam darah , perpanjangan waktu paruh
Kurva diatas menggambarkan hub antara kons obat dalam darah dengan waktu bila
interval waktu pemberian obat setara dengan t1/2  kadar obat dalam darah akan
berkisar pada kons maksimal  pemberian obat yg ideal
**Interaksi Obat – Reseptor**
 Ikatan antara obat dengan reseptor  ikatan lemah / non-kovalen
 Hubungan antara dosis dengan intensitas efek
 Intensitas efek berbanding lurus dengan jumlah reseptor yang
diikat oleh obat, dan efek akan maksimal bila seluruh resepor
diikat oleh obat
 Hubungan antara dosis obat dengan besarnya efek  kurva
dosis-intensitas efek ( Dose – effect curve = DEC )  bentuk
hiperbola  diambil bentuk log dosis  kurva berbentuk sigmoid 
lebih mudah membandingkan DEC

Emaks

efek

P P

dosis Dmaks

 Variabel hubungan dosis – intensitas efek


Ada 4 variabel : potensi, efek maksimal, kecuraman ( slope ) dan
variasi biologik.
1. Potensi : menunjukkan rentang dosis yang menimbulkan efek,
besarnya ditentukan oleh :
a. kadar obat yang mencapai reseptor
b. afinitas obat terhadap reseptor

2. Efek maksimal : respons maksimal yang ditimbulkan oleh obat bila


diberikan pada dosis yang tinggi  pada penggunaan klinik , dosis
dibatasi oleh timbulnya efek samping

3. Kecuraman : menunjukkan batas keamanan obat

4. Variasi biologik : variasi antar individu dalam besarnya respons


terhadap dosis yang sama dari suatu obat.
 bisa berlaku untuk satu orang pada satu waktu
 bisa merupakan nilai rata-2 dari populasi

Untuk mendapatkan efek terapi yg diinginkan  perlu dosis yg tepat


Faktor-2 yg mempengaruhi pemilihan dosis yg tepat :
 Berat badan
 Umur
 Jenis kelamin  berat badan dan hormonal
 Cara pemberian
 Kecepatan biotransformasi dan ekskresi :
Gangguan fungsi hepar dan ginjal  memperlambat eliminasi obat
tertentu  dosis dikurangi

 Faktor genetik
 Interaksi obat
 Variasi biologik

Hubungan antara efek terapi dan efek toksis  indeks terapi : yaitu ratio
antara LD50 dengan ED50  makin besar indeks terapi maka obat semakin
aman

**Kerja obat yang tidak diperantarai reseptor**


Ada beberapa jenis obat yang untuk bisa menimbulkan efek, tidak perlu
berikatan dengan reseptor.
Kerja obat ini mungkin dengan cara :
1. Mengubah sifat cairan tubuh :
 Perubahan sifat osmotik
Mis : diuretik osmotik ( urea , manitol )  meningkatkan
osmolaritas filtrat glomerulus  mengurangi reabsorpsi air pada
tubuli  efek diuretik
 Perubahan sifat asam-basa
Mis : antasid  menetralkan asam lambung

2. Berinteraksi dengan molekul kecil atau ion :


 Mis : Ca Na EDTA ( chelating agent ) akan mengikat Pb menjadi
kelat yang tidak aktif  pada keracunan Pb

3. Masuk ke dalam komponen sel dan kemudian bertindak sebagai


antimetabolit.
 obat yang merupakan analog purin atau pirimidin dapat masuk ke
dalam asam nukleat  fungsi terganggu , mis : 6-merkaptopurin,
flusitosin, antikanker
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RESPONS PENDERITA TERHADAP OBAT

DOSIS YANG DIBERIKAN


( RESEP )

- Kepatuhan penderita
- Kesalahan medikasi

DOSIS YANG DIMINUM

Faktor-2 Farmakokinetik

- Kondisi fisiologik
- Kondisi patologik
- Faktor genetic
- Interaksi obat
KADAR OBAT DI - Toleransi
TEMPAT KERJA

Faktor-2 Farmakodinamik

INTENSITAS EFEK FARMAKOLOGIK


( RESPONS PENDERITA )
KONDISI FISIOLOGIK

1. Anak
Pada neonatus dan bayi terdapat perbedaan respons yang disebabkan
karena berbagai fungsi farmakokinetik dan farmakodinamik yang belum
sempurna :
a. Absorpsi :
 produksi asam lambung masih sedikit  pH lambung >
 peristaltik lambat  laju absorpsi lambat  O.o.a lambat
 metabolisme lintas pertama kurang
b. Distribusi :
 kapasitas ikatan protein plasma rendah
 sawar darah otak dan sawar kulit belum sempurna
 ada jaringan yang sedang tumbuh yang peka terhadap obat-2
tertentu
c. Biotransformasi : terutama glukuronidasi dan hidroksilasi belum
sempurna
d. Ekskresi : fungsi ekskresi ginjal lebih rendah

Harus diperhatikan pada penggunaan obat :


a. Sulfonamid, salisilat, vit K sintetik ( K3 ) : kernikterus karena
 obat mendesak ikatan antara bilirubin dengan protein plasma
 kapasitas ikatan protein plasma masih rendah
 glukuronidasi bilirubin oleh hepar turun
 sawar darah otak belum sempurna
b. Heksaklorofen : neorutoksisitas karena sawar kulit belum sempurna
c. Kloramfenikol : sindrom bayi abu-2 , karena :
 glukuronidasi oleh hepar rendah
 filtrasi obat utuh oleh ginjal rendah
 kadar obat dalam jaringan tinggi
d. Aminoglikosida : intoksikasi karena filtrasi glomerulus rendah
e. Morfin, barbiturat IV : depresi pernafasan karena sawar darah – otak
belum sempurna
f. Tetrasiklin : perubahan warna gigi yang permanen

2. Usia lanjut
Faktor-2 yang menyebabkan terjadinya perubahan respons obat :
a. Absorpsi : diperlambat karena aliran darah ke GIT dan motilitas
berkurang  absorpsi diperlambat  mula kerja obat tertunda
b. Distribusi :
 cairan tubuh berkurang  kadar obat dalam darah dan jaringan
>>
 rasio lemak terhadap air >>  obat yg larut lemak dapat
terakumulasi
 jumlah albumin berkurang  jumlah obat bebas >>
c. Biotransformasi :
 penurunan produksi enzim
 penurunan aliran darah hati
 penurunan fungsi hati total
 penurunan metabolisme  waktu paruh diperpanjang
d. Ekskresi : penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi
glomerulus ( 40-50% ) penurunan ekskresi
e. Perubahan farmakodinamik : peningkatan sensitivitas reseptor ,
terutama reseptor di otak
f. Adanya berbagai penyakit  penggunaan banyak jenis obat 
kemungkinan interaksi >>

Yang perlu diperhatikan pada pemberian obat pada usila :


a. Berikan obat hanya dengan indikasi yang paling tepat
b. Pilih obat yang paling menguntungkan dan tidak berinteraksi
c. Mulai dengan dosis separuh lebih sedikit daripada dosis dewasa
muda
d. Berikan regimen dosis yang sederhana ( 1x sehari ) dan sediaan
yang mudah ditelan
e. Periksa secara berkala obat yang dikonsumsi penderita, hentikan
obat yang tidak diperlukan lagi

Perubahan respons obat yang sering terjadi :


a. Digoksin : intoksikasi, karena berat badan turun, filtrasi glomerulus
turun, gangguan elektrolit dan penyakit kardiovaskuler yang lanjut
b. Tiazid, furosemid : hipotensi, hipokalemia, hipovolemia, hiperglikemia,
hiperurikemia karena bert badan turun, fungsi ginjal turun, meknisme
homeostatik kardiovaskuler turun.
c. Barbiturat : gelisah sampai psikosis karena sensitivitas otak
meningkat dan metabolisme hepar turun
d. Diazepam, nitrazepam, flurazepam : depresi SSP meningkat karena
meningkatnya sensitivitas otak dan metabolisme menurun

Ketidakpatuhan pada usila menimbulkan masalah khusus , sebab-2 :


a. menurunnya daya ingat
b. Berkurangnya mobilitas dan keluwesan gerak
c. Gangguan penglihatan dan pendengaran
d. Efek samping merugikan dari obat
e. Tidak mengerti tujuan penggunaan obat

KONDISI PATOLOGIK
1. Penyakit saluran cerna
- mengurangi kecepatan dan / atau jumlah obat yang diabsorpsi p.o,
melalui :
 perlambatan pengosongan lambung
 percepatan waktu transit dalam sal cerna
 malabsorpsi
 dan/ atau metabolisme dalam sal cerna
- Prinsip pemberian obat :
 hindarkan obat yang bersifat iritan pada keadaan stasis /
hipomotilitas sal cerna
 hindarkan sediaan lepas lambat dan sediaan salut enterik pada
keadaan hiper atau hipomotilitas
 dosis disesuaikan berdasarkan respons klinik

2. Penyakit kardiovaskuler
- Dapat mengurangi distribusi obat dan aliran darah ke hepar dan ginjal
 kadar obat dalam darah >>
- Prinsip pemberian obat :
 turunkan dosis awal dan penunjang
 sesuaikan dosis berdasarkan respons klinik

3. Penyakit hepar
Terutama pada penyakit hati yang parah , karena hati mempunyai
kapasitas cadangan yang besar
- Mengurangi metabolisme dan sintesa protein plasma  kadar obat
bebas dalam plasma >>
- Meningkatkan sensitivitas reseptor di otak terhadap obat-2 : depresan
( sedatif-hipnotik, analgesik narkotik ), diuretik yang menimbulkan
hipokalemia, dan obat yang dapat menimbulkan konstipasi.
 pencetus ensefalopati hepatik
- Berkurangnya sintesa faktor pembekuan darah  respons terhadap
antikoagulan >>
- Obat-obat yang dapat menyebabkan retensi cairan ( antiinflamasi
non-steroid, kortikosteroid, kortikotropin ) memperburuk udem dan
asites.
- Obat-2 hepatotoksik yang berhubungan dengan dosis, sudah akan
menyebabkan toksisitas pada hepar pada dosis rendah
- Prinsip pemberian obat :
 Pilih obat yang ekskresi utama melalui ginjal
 Hindarkan penggunaan obat-2 depresi

4. Penyakit ginjal
- mengurangi ekskresi melalui ginjal
- Mengurangi kadar protein plasma atau mengurangi ikatan protein
plasma ( ureum dan FFA dalam darah >> ), akibatnya :
 kadar obat bebas dalam darah >>
 terjadi perubahan keseimbangan elektrolit dan asam basa
 meningkatkan sensitifitas atau respons jaringan terhadap obat-2
tertentu
 mengurangi atau menghilangkan efektifitas beberapa jenis obat
- Prinsip pemberian obat :
 Pilih obat yang eliminasinya terutama melalui hati
 Hindarkan penggunaan tetrasiklin, diuretik merkuri, diuretik
hemat kalium, diuretik tiazid, antidiabetik oral dan aspirin
 Gunakan dosis lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-2
yang eliminasi utama melalui ginjal
FAKTOR GENETIK
- Farmakogenetik : cabang farmakologi yang mempelajari perubahan
respons obat karena pengaruh faktor genetik
- Perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik tergantung pada gen,
yang disebabkan oleh kekurangan, kelebihan atau polimorfisme enzim
tertentu, yaitu pada pembentukan isoenzim dengan aktifitas enzim yang
berubah  terjadi sejak lahir
- Idiosinkrasi : hipersensitifitas bawaan terhadap senyawa tertentu
- Contoh : defisiensi enzim Glukosa-6-fosfat-dehidrogenase  pemberian
obat-2 antimalaria, sulfonamid dan nitrofurantoin  anemia hemolitik
( orang negro, penduduk L tengah, India )

FAKTOR LAIN
1. Interaksi obat
2. Toleransi  T. Farmakokinetik dan T. farmakodinamik
3. Pengaruh lingkungan :
Mis : kebiasaan merokok  mempercepat metabolisme obat-2
tertentu ( mis. Teofilin )  respons penderita <<
4. Faktor obat : bentuk, dosis, cara pemakaian, waktu pemakaian,
tempat pemakaian, cara penyimpanan.
EFEK SAMPING

Efek yang ditimbulkan oleh obat :

1. Efek utama ( efek terapi )


Efek yg ditimbulkan oleh obat untuk mengurangi gejala penyakit atau
menyembuhkan penyakit
Mis : Parasetamol  mengurangi / menyembuhkan demam atau
nyeri

2. Efek samping ( efek ikutan )

Menurut WHO 1970 :


Adalah segala sesuatu khasiat yg tidak diinginkan untuk tujuan terapi yg
dimaksudkan, pada
dosis yg dianjurkan.

Lain :
Adalah setiap efek yg tidak dikehendaki yg merugikan atau membahayakan
pasien ( adverse reaction ) dari suatu obat.

- Efek samping tidak dapat dihindari / dihilangkan sama sekali , hanya


dapat ditekan/ dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor2
resiko yg sebagian besar sudah diketahui.
- Contoh efek samping :
 Reaksi alergi  penisilin
 Osteoporosis  penggunaan kortikosteroid jangka panjang
 Agranulositosis penggunaan beberapa analgetik
 Hipoglikemia  penggunaan insulin
 Iritasi sal cerna  penggunaan asetosal

- Dampak negatif efek samping :


 Kegagalan pengobatan
 Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat yg
semula tidak diderita pasien
 Dampak ekonomi  biaya yg harus ditanggung karena kegagalan
terapi
 Efek psikologik  menurunnya kepatuhan pasien untuk minum obat.
Pembagian efek samping :
Efek samping dapat dikelompokkan dg berbagai cara  sesuai dg
kebutuhan
Antara lain :
1. Diinginkan atau tidak diinginkan
Mis : reserpin ( antihipertensi ) yg mempunyai efek samping sedasi,
sehingga :
 penggunaan pada pasien dengan hipertensi karena faktor psikis
 menguntung
 penggunaan pada pasien depresi  merugikan

2. Tidak merugikan atau parah


 Eritromisin  mual
 Bleomisin  fibrosis paru-2

3. Dapat diperkirakan sebelumnya atau tidak


 Asam mefenamat  agranulositosis
 Reaksi-2 alergi

4. Tergantung pada dosis atau tidak

Yang termasuk efek samping :


1. Efek toksik
 Tergantung pada dosis dan sifatnya spesifik pada masing-2 obat
 Penggunaan obat pada dosis besar  efek toksik pasti terjadi
 Kadang-2 bisa terjadi pada penggunaan obat dengan dosis terapi
 variasi biologik
 Efek toksik dapat berupa :
a. Gangguan pada GIT dan SSP
b. Kerusakan sel-2 parenkim hati dan ginjal
c. Perubahan pembentukan sel-2 darah
d. Mutagen, karsinogen
 Penyakit karena obat : suatu keadaan atau penyakit yang timbul
setelah penggunaan obat tertentu, yang tetap ada walaupun
pemakaian obat telah dihentikan
mis : Streptomisin  tuli

2. Reaksi alergi
- Adalah suatu keadaan dimana terjadi perubahan reaksi organisme
terhadap senyawa tertentu
- Sifat :
 tidak tergantung pada dosis
 tidak spesifik pada suatu senyawa
 terjadi karena ada reaksi antigen – antibodi
- Syarat : harus ada kontak pertama  sensibilisasi
- Faktor -2 yang mempercepat timbulnya alergi :
 Genetik
 Frekuensi pemakaian
 Cara pemakaian
- Jenis reaksi alegi :
 Jenis reaksi segera  anafilaktik
 Jenis reaksi lambat  reaksi tuberkulin
 Bentuk khusus  Sindrom Stevens – Johnson
3. Efek samping sekunder
Akibat yang tidak diinginkan dari kerja utama obat  penyakit lain

4. Efek samping pada kehamilan


Dapat berupa :
 kematian janin
 teratogen
 kerusakan lain : cacat pendengaran, anomali gigi, maskulinisasi
fetus perempuan.

5. Ketergantungan obat
Adalah suatu keadaan psikis dan fisik yang terjadi karena interaksi
obat dengan organisme, yang dikarakterisasi melalui reaksi perilaku,
antara lain selalu terpaksa menggunakan obat secara periodik atau
berulang untuk mengalami efek psikisnya dan untuk mencegah efek
yang tidak enak karena kehilangan obat tsb

Tahap-2 :
 Habituasi ( pembentukan kebiasaan ) : kebutuhan untuk
menggunakan obat tertentu secara teratur untuk mencapai
suatu keadaan euforia  sifat ketergantungan : psikis
 Toleransi : setelah pemberian berulang suatu obat, maka dosis
harus ditingkatkan untuk mendapatkan efek yang sama 
ketergantungan fisik
 Adiksi : ketergantungan psikis dan fisik

- Faktor2 pendorong terjadinya efek samping :


1. Faktor bukan obat
a. Intrinsik (dr pasien) : umur, jenis kelamin, sikap dan kebiasaan
hidup, kecenderungan untuk alergi dll
b. Ekstrinsik ( dr luar pasien ) : pemberi obat dan lingkungan
( pencemaran oleh antibiotik )

2 Faktor obat
a. Intrinsik dr obat sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek
samping
b. Pemilihan obat
c. Cara penggunaan obat
d. Interaksi antar obat
- Upaya pencegahan dan penanganan efek samping
 Hal2 yg perlu diperhatikan :
 Jangan terlalu terpaku pada obat baru  efek samping yg jarang
tetapi fatal kemungkinan besar belum ditemukan.
 Selalu mengikuti evaluasi /penelaahan mengenai manfaat dan
resiko obat  pustaka , pertemuan2 ilmiah
 Penguasaan terhadap efek samping yg paling sering ditemui dr
suatu obat  sangat bermanfaat untuk melakukan evaluasi
pengobatan.

Upaya pencegahan :
Untuk menekan kejadian efek samping dianjurkan melakukan :
a. Telusuri riwayat yg rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien , baik
yg didapat dr dokter atau pengobatan sendiri.
b. Gunakan obat bila ada indikasi yg jelas, dan tidak ada alternatif terapi
non-farmaka
c. Hindari pengobatan dg berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus
d. Berikan perhatian khusus tergadap dosis dan respons pengobatan
pada : anak dan bayi, usia lanjut, pasien dengan gangguan hepar,
ginjal dan jantung.
Pada bayi dan anak , gejala dini efek samping sulit dideteksi karena
kurangnya kemampuan komunikasi.
e. Perlu ditelaah terus , apakah pengobatan harus diteruskan atau
segera dihentikan bila dirasa tidak diperlukan lagi.
f. Bila selama pengobatan ditemukan keluhan atau gejala penyakit
baru, atau penyakitnya menjadi lebih berat  telaah lagi apakah
perubahan disebabkan oleh perjalanan penyakit, komplikasi, kondisi
pasien memburuk atau justru karena efek samping obat.

Penanganan efek samping


Dengan melihat jenis efek samping yg timbul dan kemungkinan
mekanisme terjadinya, dapat disusun sendiri suatu pedoman , misalnya :
a. Bila ada kecurigaan terjadi efek samping  hentikan semua obat yg
diberikan. Evaluasi bentuk dan kemungkinan mekanismenya :
 Bila dicurigai ES akibat dr efek farmakologi yg terlalu besar 
setelah gejala hilang dan kondisi pasien sudah pulih , mulai lagi
pengobatan dimulai dg dosis kecil.
 Bila dicurigai sebagai akibat dr reaksi alergi  ganti dg obat lain
dan obat yg lama atau yg sekelompok tidak boleh dipergunakan
lagi
 Bila sebelumnya digunakan berbagai jenis obat, sehingga tidak
pasti obat penyebab terjadinya ES  hentikan penggunaan
semua obat  pengobatan dimulai lg dengan menggunakan obat
satu per satu.
b. Upaya penanganan klinik tergantung pada bentuk efek samping dan
kondisi penderita.
Pada bentuk2 efek samping tertentu dapat diperlukan penanganan
dan pengobatan yg spesifik :
 Syok anafilaktik : perlu pemberian adrenalin dan tindakan lain
untuk mengatasi alergi : syok
 Keadaan alergi : hentikan obat yg diberikan  beri antihistamin ,
atau kl diperlukan kortikosteroid.

Anda mungkin juga menyukai