Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pelayanan kesehatan terdiri dari dua aspek utama yaitu perawatan dan
pengobatan. Perawat saat ini dituntut mampu memberikan a s u h a n keperawatan
d e n g a n p e n d e k a t a n p e m e c a h a n m a s a l a h menggunakan metode proses
keperawatan. Disamping memberikanasuhan keperawatan, perawat dituntut juga untuk
mempunyai pengetahuand a n ketrampilan yang memadai tentang
p e n g o b a t a n . K e i k u t s e r t a a n  perawat dalam kegiatan kolaborasi pengobatan ini cukup
bervariasi selarasdengan kemajuan pembangunan dibidang kesehatan. Obat adalah alat utama
terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang memiliki masalah kesehatan.
Pemberian obat dapat melalui berbagai cara yaitu: peroral, parenteral, melalui mata, telinga,
kulit,vagina, hidung, dan anus. Di sini kami akan membahas pemberian obat melalui
oral dan Topikal. Pemberian obat per oral dan topikal merupakancara yang paling banyak
dipakai karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi
pasien.
Salah satu tugas terpenting seorang perawat/bidan adalah member obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki
masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang
serius atau  berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut
tidak sesuai dengan anjuran yang sebenarnya.Seorang perawat/bidan juga memiliki tanggung
jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah
diberikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk
menggunakannya dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan


masalah: Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pentingnya pemberian medikasi oral,
parenteral, topical dan supositoria dengan menerapkan prinsip benar?

1
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa saja pemberian medikasi oral, parenteral, topical dan
supositoria dengan menerapkan prinsip benar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Penulis mampu mengetahui prinsip pemberian obat.
2. Penulis mampu mengetahui faktor yang mempengaruhi kerja obat.
3. Penulis mampu mengetahui prosedur pemberian obat.
4. Penulis mampu mengetahui rekasi obat.
5. Penulis mampu mengetahui persiapan pemberian obat (prinsip 6 benar)
6. Penulis mampu mengetahui perhitungan dosis obat
7. Penulis mampu mengetahui teknik pemberian obat
8. Penulis mampu mengetahui pemberian medikasi oral
9. Penulis mampu mengetahui pemberian medikasi parenteral
10. Penulis mampu mengetahui pemberian medikasi topical
11. Penulis mampu mengetahui pemberian medikasi supositoria

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pinsip Pemberian Obat


Pemberian obat dibagi menjadi 3,yaitu : formulasi, cara pemberian obat, dan regimen
dosis.
I. Formulasi
Formulasi obat tergantung pada faktor-faktor :
a. Penghalang yang dapat dilewati oleh obat.
b. Keadaan saat obat akan digunakan.
c. Mendesaknya situasi medis.
d. Kestabilan obat.
e. Efek lintasan pertama.

II. Cara pemberian obat :


Cara pemberian obat meliputi :
a. Oral ( PO ) : paling cocok untuk obat-obat yang diberikan sendiri.
b. Sublingual : absorpsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah.
c. Rektal (PR ): berguna untuk pasien yang tidak sadar atau muntah-muntah atau anak
kecil

Cara pemberian obat secara tradisional/ parenteral ( sekitar saluran pencernaan ) :


a. Intravena ( IV ) : awitan ( onset ) kerjanya cepat karena obat disuntikkan langsung
kedalam aliran darah.
b. Intramuskular ( IM ) : obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran darah.
c. Subkutan ( SubQ,SC ) : obat disuntikkan dibawah kulit dan menembus dinding kapiler
untuk memasuki aliran darah
d. Inhalasi : secara umum absorpsinya cepat.
e. Topikal : berguna untuk pemberian obat-obat lokal, khusus nya yang mempunyai efek
toksik jika diberikan secara sistemik.

3
f. Transdermal : sedikit obat-obatan yang dapat diformulasikan sedemikian sehingga “
koyo “ yang berisi obat tersebut ditempelkan kekulit.

III. Regimen Dosis
Tiga regiman dosis yang umum diperbandingkan :
Dosis tunggal :
a. Plasma : konsentrasi obat dalam plasma meningkat saat obat didistribusikan kedalam
aliran darah, kemudian turun saat obat didistribusikan ke jaringan, dimetabolisme, dan
di eskresi.
b. Oral : obat yang diberika secara oral mencapai konsentrasi plasma puncak lebih
lambat dari pada obat yang diberikan secara intra vena.
c. Infus kontinu ( IV ) : keadaan stabil ( keseimbangan ) konsentrasi obat dalam plasma
di capai setelah infus kontinu selama 4-5 waktu paruh.
d. Dosis intermiten : sebuah obat harus diberikan selama 4-5 waktu paruh sebelum
tercapai keadaan stabil ( keseimbangan )
e. Puncak adalah nilai-nilai tinggi pada fluktuasi. Efek toksik paling mungkin terjadi
selama konsentrasi puncak obat.
f. Lembah adalah nilai-nilai rendah pada fluktuasi. Kurangnya efek obat paling mungkin
terjadi selama konsentrasi lembah obat.

Berikut ini yang dimaksud waktu paruh, ialah :


a. Waktu paruh adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh konsentrasi suatu obat dalam
plasma untuk turun menjadi 50% setelah penghentian obat.
b. Waktu paruh distribusi ( t½α ) mencerminkan penurunan konsentrasi obat dalam
plasma yang cepat saat suatu dosis obat didistribusikan diseluruh tubuh.
c. Waktu paruh eliminasi (t½β ) sering kali jauh lebih lambat, mencerminkan
metabolisme dan ekskresi obat.

Kadar terapeutik obat dapat dicapai lebih cepat dengan memberikan dosis muatan yang di
ikuti dengan dosis rumatan. Dosis rumatan adalah dosis awal obat yang lebih tinggi dari
dosis-dosis selanjutnya dengan tujuan mencapai kadar obat terapeutik dalam serum dengan

4
cepat. Dosis rumatan merupakan dosis obat yang mempertahankan konsentrasi plasma dalam
keadaan stabil pada rentang terapeutik.

Regimen dosis ( cara, jumlah, dan frekuensi) pemberian obat mempengaruhi awitan dan
durasi ( lama ) kerja obat. Awitan adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu obat untuk
mulai bekerja. Durasi adalah lamanya waktu suatu obat bersifat terapeutik.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kerja Obat


Faktor yang dapat mepengaruhi kerja pengobatan diantaranya absorbsi obat, distribusi
obat dalam tubuh, metabolism (biotransformasi) obat, dan ekskresi.
1. Absorbsi obat
Absorbsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber ke dalam tubuh melalui
aliran darah kecuali dari jenis tropical. Hal ini dipengaruhi oleh cara dan jalur obat, jenis
obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2. Distribusi obat kedalam tubuh
Setelah obat diabsorbsi, kemudian obat didistribusikan kedalam darah melalui vascular
dan system limfatis menuju sel dan masuk ke dalam jaringan tertentu. Proses ini dapat
dipengaruhi oleh keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan patologis

3. Metabolisme tubuh
Setelah melakukan sirkulasi obat akan mengalami proses metabolism. Obat akan ikut
sirkulasi ke dalam jaringan, kemudian berinteraksi dengan sel dan melakukan sebuah
perubahan zat kimia hingga menjadi lebih aktif . obat yang tidak bereaksi akan
disekresikan.
4. Ekskresi sisa
Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak
dapat dipakai. Sisa zat ini tidak bereaksi kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk
urine, dan intestinal dalam bentuk feses, dan dari paru-paru dalam bentuk udara.
Obat memiliki dua efek yaitu efek teraupetik dan efek samping. Efek teraupetik obat memiliki
kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti peliatif (berefek

5
untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan), suporatif (berefek sebagai
penggantif), efek kemoterapi (berefek untuk memtikan atau menghambat) dan restorative
(berefek pada pemulihan fungsi tubuh yang sehat). Efek samping merupakan dampak yang
tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakt latrogenik, kegagalan dalam pengobatan, dan
lain-lain.

2.3 Prosedur Pemberian Obat

Konsep dan Tehnik Pemberian Obat Melalui Lisan, Sublingual dan Bukal

1. Pemberian Obat Melalui Oral

Pemberianobat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati, danmengurangi


rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat. Sebuah.

a. Persiapan Alat dan Bahan :

1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.

2) Obat dan tempat.

3) Udara minum dalam tempat.

b. Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan pada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan.

3) Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, waktu yang tepat
,dan tepat tempat.

4) Bantu untuk meminumkannya dengan cara:

- Jika memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkanjumlah yang Dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ketempat

6
obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat terdiri dari kapsuljangan
dilepaskan pembungkusnya.

- Kaji kesulitan memakan. Bila ada jadian tablet dalam bentuk bubuk dan
campurdengan minuman.

- Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkanpengkajian.

5) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap


obatdengan mencatat hasil pemberian obat.

6) Cuci tangan.

2. Pemberian Obat Melalui Sublingul

Pemberianobat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang absorpsinyabaik


melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah diberikansendiri Karena tidak
melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan permeabilitasusus tidak perlu dipikirkan.
Sebuah.

a. Persiapan PersiapanAlat dan Bahan :

1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.

2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempat.

b. Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3) Disajikan obat kepada pasien.

4) Memberitahu pasien agar-agar duduk obat pada bagian bawah lidah, hingga
terlarutseluruhnya.

7
5) Mengundang pasien agar-agar tetap tutup mulut, tidak minum dan berbicara
selamaobat belum terlarut seluruhnya.

6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap


obatdengan mencatat hasil pemberian obat.

7) Cuci tangan.

3. Pemberian Obat Melalui Bukal

Pemberianobat secara Bukal adalah memberika obat dengan cara meletakkan obatdiantara
gusi dengan membran mukosa diantara pipi. Tujuannya yaitu mencegahefek lokal dan
sistemik, untuk Terima aksi kerja obat yang lebih cepatdibandingkan secara ora, dan untuk
berhenti Kerusakan obat oleh hepar.

a. Persiapan Alat dan Bahan :

1) Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.

2) Obat yang sudah ditentukan dalam tempat.

b. Prosedur Kerja :

1) Cuci tangan.

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3) Disajikan obat kepada pasien.

4) Memberitahu pasien agar-agar duduk obat diantara gusi dan selaput mukosa
pipisampai habis diabsorbsi seluruhnya.

5) Mengundang pasien agar-agar tetap tutup mulut, tidak minum dan berbicara
selamaobat belum terlarut seluruhnya.

6) Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap


obatdengan mencatat hasil pemberian obat. 7) perawat cuci tangan

2.4 Reaksi Obat

8
Sebagai bahan atau benda asing yang masuk kedalam tubuh, obat akan bekerja sesuai
dengan proses kimiawi melalui suatu reaksi obat, reaksi obat dapat dihitung dalam satuan
waktu paruh, yaitu suatu interval waktu yang diperlukan dalam tubuh untuk proses eliminasi,
sehingga terjadi pengurangan konsentrasi setengah dari kadar puncak obat dalam tubuh.

2.5 Persiapan Pemberian Obat (Prinsip 6 Benar)


Sebelum memberikan obat kepada pasien, ada beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan untuk menjamin keamanan dalam pemberian obat, diantaranya:
1. Tepat obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya petugas medis harus memperhatikan
kebenaran obat sebanyak tiga kali, yaitu ketika memindahkan obat dari tempat
penyimpanan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat
mengembalikan obat ke etempat penyimpanan
2. Tepat dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis yang
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat
tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus; alat untuk membelah tablet; dan lain-lain.
Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk diberikan kepada pasien.
3. Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan. Hal ini
dilakukan dengan mengidentifikasi identitas kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama,
nomor register, alamat, dan program pengobatan pada pasien.
4. Tepat jalur pemberian
Kesalahan rute pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal pada pasien.
Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara pemberian/jalur obat pada label
yang ada sebelumnya memberikan ke pasien.
5. Tepat waktu
Pemberian obat yang benar harus benar-benar sesuai waktu yang diprogramkan,
karena berhubungan dengan kerja oat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obet.
6. Tepat dokumentasi

9
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu, dan oleh siapa
obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
2.6 Perhitungan Dosis Obat

Cara menghitung dosis untuk anak-anak :

1. Berdasarkan umur

a. Rumus young (untuk anak usia dibawah 8 tahun)

Keterangan : n adalah umur dalam tahun.

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)

Keterangan : n adalah umur dalam tahun.

c. Rumus Fried (untuk bayi)

Keterangan : n adalah umur dalam bulan.

2. Dosis Obat Berdasarkan berat badan

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan
kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan

d. Rumus Thermich

Keterangan : n adalah berat badan dalam kilogram.

10
3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat

Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

2.7 Teknik pemberian obat

Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara di antaranya: oral,
parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan hidung. Pemberian dilakukan dengan
menggunakan prinsip lima tepat yakni tepat nama pasien, tepat nama obat, tepat dosis obat, tepat
cara pemberian, dan tepat waktu.

2.8 Pemberian medikasi oral

1. Definisi
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut
2. Tujuan pemberian
a. Untuk memudahkan dalam pemberian.
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut
dapat segera diatasi.
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri.
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
3. Persiapan alat
a. Baki berisi obat
b. Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
c. Pemotong obat(bila diperlukan)
d. Martil dan lumpang penggerus(bila diperlukan)
e. Gelas pengukur (bila diperlukan)

11
f. Gelas dan air minum
g. Sedotan
h. Sendok
i. Pipet
j. Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak.
4. Prosedur kerja
a. Siapkan peralatan dan cuci tangan
b. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral( menelan, mual, muntah,
adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung,dll)
c. Periksa kembali perintah pengobatan( nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan
cara pemberian) periksa tanggal kadaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah
pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
d. Ambil obat sesuai yang diperlukan ( baca perintah pengobatan dan ambil obat yang
diperlukan)
e. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan
dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat( gunakan teknik aseptik untuk
menjaga kebersihan obat).
1. Tablet atau kapsul
a. Tuangkan tablet atau kapsul kedalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh
obat.
b. Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang diperlukan.
c. Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan
menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan
menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi sebelum menggerus obat,
karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya
kerjanya.
2. Obat dalam bentuk cair
a. Kocok/putar obat/ dibalik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan,
buang obat yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.

12
b. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas, untuk menghindari
kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c. Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan
tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat
tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa dibaca dengan tepat.
d. Tuang obat sejumlah yang diperlukan kedalam mangkuk obat berskala.
e. Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan
kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat
yang mengering pada tutup botol.
f. Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5ml maka gunakan
spuit steril untuk mengambilnya dari botol.
g. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.
1. Identifikasi klien dengan tepat
2. Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien.
3. Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi lateral.
Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
4. Berikan klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan
anjurkan klien meletakan obat dibawah lidah bagian belakang, kemudian
anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
5. Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap
keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasan nya.
6. Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-
alat disposibel kemudian cuci tangan.
7. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.

13
2.9 Pemberian medikasi parenteral

1. Definisi
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntukkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara lain.
b. Untuk memperoleh reaksi setempat(tes alergi)
c. Membantu menegakkan diagnosa(penyuntikan zat kontras)
d. Memberikan zat imunolog.
3. Pemberian obat melalui parenteral dapat dilakukan dengan cara:
a. Intradermal(ID)/ Intracutan (IC)
1. Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam jaringan dermis dibawah epidermis kulit dengan menggunakan spuit.
2. Tujuan
a. Masukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah kulit untuk di
absorbsi.
b. Metode untuk test diagnostic terhadap alergi atau adanya penyakit-penyakit
tertentu.
3. Tempat injeksi
a. Lengan bawah bagian dalam
b. Dada bagian atas
c. Punggung dibawah skapula

4. Peralatan
a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Kapas alkohol

14
c. Sarung tangan
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 1 ml
f. Pulpen/spidol
g. Bak spuit
h. Baki obat
i. Bengkok

5. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
c. Identifikasi klien
d. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e. Atur klien pada posisi yang nyaman
f. Pakai sarung tangan
g. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa
gatal.
h. Bersihkan area penusukan dengan menggunkan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah keluar dengan diameter sedalam 5 cm. Tunggu
sampai kering
i. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pad tangan non dominan.
j. Buka tutup jarum
k. Tempatkan ibu jari dengan tangan non dominan sekitar2,4cm dibawah area
penusukan, kemudian tarik kulit.
l. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunkan tangan dominan,
masukan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 15 derajat.
m. Masukan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan
n. Cabut jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
o. Usap pelan-pelan area penyuntikan

15
p. Buat lingkaran dengan diameter 2,5cm disekitar jendalan dengan
menggunakan pulpen. Intruksikan klien untuk tidak menggosokan area
tersebut.
q. Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. Jika tes alergi, observasi
adanya reaksi sistemik( misalnya sulit bernafas, berkeringat dingin, pingsan,
mual, muntah)
r. Kembalikan posisi klien
s. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
t. Buka sarung tangan
u. Cuci tangan
v. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
w. Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit dan
selanjutnya secara periodik.

b. Intramuskular (IM)
1. Pengertian
Injeksi intramuskular adalah pengertian pemberian obat dengan cara
memasukan obat kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit.
2. Tujuan
Memasukan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi.
3. Tempat injeksi
a. Pada daerah lengan atas (deltoid)
b. Pada daerah dorsogluteal(gluteus maximus)
c. Pada daerah paha bagian luar(vastus lateralis)
d. Pada daerah bagian depan(rectus femoris)
4. Peralatan
a. Buku catatan atau pemberian obat
b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan disposibel
d. Obat yang sesuai

16
e. Spuit 2-5ml
f. Needle
g. Bak spuit
h. Baki obat
i. Plester
j. Kassa steril
k. Bengkok

5. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
c. Identifikasi klien
d. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e. Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
f. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau
rasa gatal
g. Pakai sarung tangan
h. Bersihkan area penusukan dengan menggunkan kapas alkohol dengan
gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter 5 cm. Tunggu sampai
kering
i. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan
j. Buka tutup jarum
k. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan
l. Dengan cepat masukkan jarum dengan tusukan 90 derajat dengan tangan
dominan, masukan sampai pada jaringan otot.
m. Lalukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger.
n. Observasi adanya darah pada spuit.
o. Jika tidak ada darah masukan obat perlahan-lahan

17
p. Jika ada darah :
1. Tarik kembali jarum dari kulit
2. Tekan tempat penusukan selama 2 menit
3. Observasi adanya hematoma atau memar
4. Jika perlu berikan plester
5. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah a,pilih area penusukan
yang baru,
q. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama sperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas
alkohol pada area penusukan.
r. Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan menggunakan
kassa steril sampai darah berhenti.
s. Kembalikan posisi klien
t. Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing
u. Buka sarung tangan
v. Cuci tangan
w. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
c. Subcutaneous(SC)
1. Pengertian
Injeksi subcutaneous adalah pemberian obat dengan cara memasukan obat
kedalam jaringan subcutn dibawah kulit dengan menggunakan spuit.
2. Tujuan
Memasukan sejumlah obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit untuk
diabsorbsi.
3. Tempat injeksi
a. Lengan bagian atas luar
b. Paha depan
c. Daerah abdomen
d. Area scapula pada punggung bagian atas
e. Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas

18
4. Peralatan
a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2 ml
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Kassa steril(bila perlu)
j. Bengkok
5. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
c. Identifikasi klien
d. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e. Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
f. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan atau rasa
gatal.(area penusukan yang utama adalah pada bagian lengan atas dan paha
anterior).
g. Pakai sarung tangan
h. Bersihkan area penusukan dengan mengunakan kapas alkohol dengan gerakan
sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu sampai kering.
i. Pegang kapas alkohol dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
j. Buka tutup jarum
k. Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan
l. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan
masukkan jarum dengan sudut 45 derajat atau dengan menggunakan sudut 90
derajat
m. Lepaskan tarikan tangan non dominan
n. Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit

19
o. Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
p. Jika ada darah:
1. Tarik kembali jarum dari kulit
2. Tekan rempat penusukan selama 2 menit
3. Observasi adanya hematoma atau memar
4. Jika perlu berikan plester
5. Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah a, pilih area penusukan
yang baru.
q. Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukkan.
r. Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan menggunakankassa
steril sampai darah berhenti.
s. Kembalikan posisi klien
t. Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya masing-
masing.
u. Buka sarung tangan dan cuci tangan
v. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

d. Intravenous(IV)
1. Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit
2. Tujuan
a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi dari pada dengan injeksi
parenteral lain.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
3. Tempat injeksi
a. Pada lengan( vena basalika dan vena sefalika)
b. Pada tungkai (vena saphenous)

20
c. Pada leher (vena jugularis)
d. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

4. Peralatan
a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2ml-5ml
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Perlak pengalas
j. Pembendung vena ( turniquet)
k. Kassa steril(bila perlu)
l. Bangkok

5. Prosedur kerja
a. Cuci tangan
b. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
c. Identifikasi klien
d. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e. Atur klien pada posisi yang nyaman
f. Pasang perlak pengalas
g. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
h. Letak kan pembendung
i. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda ketakutan, peradangan, atau rasa
gatl.
j. Pakai sarung tangan

21
k. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan
gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5cm. Tunggu
sampai kering.
l. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
m. Buka tutup jarum
n. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan
tangan non dominan.
o. Pegang jarum pada posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk perlahan
dan pasti.
p. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
q. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan
tangan dominan menarik plunger
r. Observasi adanya darah pada spuit
s. Jika ada darah, lepaskan turniquet dan masukan obat perlahan-lahan
t. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukan, sambil
melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area
penusukan
u. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
v. Kembalikan posisi klien
w. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
x. Buka sarung tangan
y. Cuci tangan
z. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

2.10 Pemberian Medikasi Topical

1. Definisi
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada
membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
2. Tujuan

22
Tujuan dari pemberian obat secara topical secara umum adalah untuk memperoleh reaksi
lokal dari obat tersebut.
3. Macam-macam pemberian obat topical
a. Pemberian obat topical pada kulit
1. Pengertian
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal pada kulit
2. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut.
3. Persiapan alat
a. Obat topical sesuai yang dipesankan( krim, lotion,aerosol,bubuk,spray)
b. Buku obat
c. Kassa kecil steril(sesuai kebutuhan)
d. Sarung tangan
e. Lidi kapas atau tongue spatel
f. Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
g. Kassa balutan, penutup plastic dan plaster( sesuai kebutuhan)

4. Prosedur kerja
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat
pemberian.
b. Cuci tangan
c. Atur peralatn disamping tempat tidur klien
d. Tutup gorden atau pintu ruangan
e. Identifikasi klien secara tepat
f. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang
akan diberi obat
g. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak
pada kulit
h. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara

23
i. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j. Gunakan sarung tangan bila ada insikasi
k. Oleskan agen topikal:
1. Krim, salep dan lotion yang mengandung minyak
a. Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obt di telapk
tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara
kedua tangan.
b. Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjang searah pertumbuhan bulu.
c. Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian

2. Lotion mengandung suspensi


a. Kocok wadah dengan kuat
b. Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan
kecil
c. Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering
3. Bubuk
a. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
b. Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu
jari atau bagian bawah lengan
c. Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan

4. Spray aerosol
a. Kocok wadah dengan keras
b. Baca lebel untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauhi area(biasanya 15-30 cm)
c. Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien
untuk memalingkan wajah dari arah spray.
d. Semprotkan obat dengan menggunakan cara merata pada
bagian yang sakit

24
l. Raikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah
tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
m. Cuci tangan

b. Pemberian obat mata


1. Pengertian
Pemberian obat melalaui mata adalah memberi obat kedalam mata berupa cairan dan
salep
2. Tujuan
a. Untuk mengobati gangguan pada mata
b. Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
c. Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refrak si mata
d. Untuk mencegah kekeringan pada mata

3. Persiapan alat
a. Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
b. Buku obat
c. Bola kapas kering steril (stuppers)
d. Bola kapas basah(normal salin)steril
e. Baskom cuci dengan air hangat
f. Penutup mata (bila perlu)
g. Sarung tangan
4. Prosedur kerja
a. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian
b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c. Identifikasi klien secara tepat
d. Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e. Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperextensi leher

25
f. Pakai sarung tangan
g. Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopak mata dari dalam keluar
h. Minta klien untuk melihat ke langit-langit
i. Teteskan obat tetes mata :
1. Dengan tnag dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang berisi obat kurang lebih
1-2 cm (0,5-0,7 inch) di atas sacuskonjungtiva. Sememntara jari tanag non dominan menarik
kelopak mata ke bawah.
2. Teteska sejumlah obat ang diresepkan ke dalam sacuskonjungtiva. Sacuskonjungtiva normal
menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan obat yang merata ke
seluruh mata.
3. Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata,
ulangi prosedur.
4. Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan.
5. Berikan tekanan yang lembut pada duktusnasolakrimal klien selama 30-60 detik.
j. Masukan salep mata :
1. Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan aliran
tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
2. Minta klien untuk melihat kebawah.
3. Membuka kelopak mata atas.
4. Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian bawah.
5. Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan
gerakan sirkuler dengan menggunakan bola kapas.
k. Bila terdapat kelebihan obat pad akelopak mata, dengan
perlahan usap dari bagian dalam keluar kantus.
l. Bila klien mempunyai penutup mata, paang penutup mata yang
bersih di atas pada mata yang sakit sehinga seluruh mata
terlindungi.
m. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang
sudah di pakai.
n. Catat obat, konsentasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan
mata yang menerima obat.

26
2.11 Pemberian Medikasi Suppositoria

1. Definisi
Cara memberikan obat dnegan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk
suppositoria.
2. Tujuan
a. Untuk memperoleh efek obat lokal sistemik.
b. Untuk melunakkan veses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Persiapan
a. Kartu obat
b. Suppositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. sarung tangan
e. tissue

4.prosedur kerja

a. cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis.

b. siapkan klien

1. identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan nama

2. jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu

3. atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal

4. tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja

c. pakai sarung tangan

d. buka supossitoria dari kemasan nya dan beri pelumnas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri
Spelumnas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.

e. minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani

27
f. regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan
suppositoria kedalam anus, melalui sfinger ani dan mengenai dinding rectal 10cm, pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.

g. tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien

h. anjurkan klien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama 5 menit.

i. bila suppositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letak kan tombol pemanggil dalam
jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil fispot atau ke kamar mandi

j. lepaskan sarung tangan , buang ditempat semestinya

k. cuci tangan

l. kaju respon klien

m. dokumentasikan semua tindakan

d. Intravenous (IV)

1) Pengertian

Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh
darah vena dengan menggunakan spuit.

2) Tujuan

a. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral
lain.
b. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
c. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar

3) Tempat Injeksi

a. Pada lengan (vena basalika dan sefalika)


b. Pada tungkai (vena saphenous)
c. Pada leher (vena jugularis)

28
d. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

4) Peralatan

a. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat


b. Kapas alkohol
c. Sarung tangan
d. Obat yang sesuai
e. Spuit 2 ml – 5 ml
f. Bak spuit
g. Baki obat
h. Plester
i. Perlak pengalas
j. Pembendung vena (torniquet)
k. Kassa steril (bila perlu)
l. Bengkok

5) Prosedur Kerja

a. Cuci tangan
b. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
c. Identifikasi klien
d. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
e. Atur klien pada posisi yang nyaman
f. Pasang perlak pengalas
g. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
h. Letakkan pembendung
i. Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
j. Pakai sarung tangan
k. Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler
dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. tunggu sampai kering. Metode ini
dilakukan untuk membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
l. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.

29
m. Buka tutup jarum
n. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non
dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan
penusukan.
o. Pegang jarum pada posisi 30 derajat sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti.
p. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena.
q. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan
dominan menarik plunger.
r. Observasi adanya daerah pada spuit.
s. Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
t. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan
penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
u. Tutup area pemasukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin.
v. Kembalikan posisi klien.
w. Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
x. Buka sarung tangan
y. Cuci tangan
z. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pemberian obat oral dan topikal adalah suatu tindakan untuk membantu  proses
penyembuhan dengan cara memberikan obat-obatan melalui mulut d a n melalui
organ yang terkena penyakit sesuai dengan
p r o g r a m  pengobatan dari dokter. Tujuan dari pengobatan antara lain mencegah,
mengobati dan mengurangir a s a s a k i t s e s u a i d e n g a n e f e k t e r a p i d a r i j e n i s o b a t ,
d a n m e n g h i n d a r i  pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
sedangkan hal yang harus diperhatikan meliputi indikasi, kontraindikasi, penggunaan prinsip
benar, jenis obat, serta memastikan bahwa pasien benar-benar meminum obat tersebut.

3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa dan mahasiswi diharapkan untuk menambah wawasand e n g a n
banyak membaca buku dan terus mencari in/ormasi
t e t a n g  pengobatan melalui oral dan topical.
2. Bagi para tenaga kesehatan diharapkan untuk melakukan
c a r a  pemberian obat melalui oral dan topical dengan baik dan benar.

31
DAFTAR PUSTAKA

 
Hidayat A. Aziz Alimul & Musrifatul (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Untuk Kebidanan. Jakarta:Salemba Medika.
Damayanti, Ika Putri dkk. (2015). Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan
II. Yogyakarta:Deepublish.
Priharjo, Robert. 1995. Tekhnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat,
Jakarta:EGC

32

Anda mungkin juga menyukai