PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas
terpenting perawat. Obat adalah alat utama terapi yang digunakan oleh dokter
menimbulkan efek yang berbahaya, bila tidak tepat diberikan dalam hal ini
perawat bertanggung jawab memahami kerja obat dan efek samping yang
ditimbulkan.
memahami masalah kesehatan klien saat ini dan sebelumnya, untuk menentukan
apakah obat tertentu aman untuk diberikan pertimbangan ini penting dalam
Obat yang pertama kali digunakan adalah obat yang berasal dari tanaman
yang dikenal dengan obat tradisional atau disebut dengan jamu. Obat-obat nabati
ini digunakan dalam bentuk rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang sering kali
berbeda-beda, tergantung dari asal tanaman dan cara pembuatannya, hal ini
dianggap kurang memuaskan, maka lambat laun ahli-ahli kimia mulai mencoba
1
mengisolasikan zat-zat aktif yang terkandung dalam tanaman-tanaman, sehingga
tahun 1941 ilmu-ilmu kimia, fisika dan kedokteran berkembang dengan pesat dan
hal ini menguntungkan sekali bagi penyelidikan yang sistematik dari obat-obat
baru.
setiap tahunnya, sehingga obat-obatan kuno semakin terdesak oleh obat-obat baru.
pengobatan tradisional dalam Primary Health Care (PHC) dalam rangka HFA By
benar dalam pemberian obat supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman,
seorang perawat harus melakukan “enam hal yang benar”yaitu klien yang benar,
obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, cara yang benar, dan
dokumentasi yang benar (Kee dan Hayes, 1996: 25). Karena pelaksanaan
2
dalam pemberian obat yang akan berakibat fatal buat klien contohnya klien dapat
menimbang berat badan klien setiap hari, mengkaji adanya udema pada jaringan
tubuh dan memantau perawat dalam memberikan perawatan yang aman dan
Di Rumah Sakit Umum Woodward Palu jumlah pasien yang dirawat inap
dari Bulan April sampai Mei berjumlah 839 orang pasien dan yang mendapat obat
secara oral berjumlah ±790 orang (94,2%). Dari jumlah tersebut di atas pasien
dewasa berjumlah 675 orang (80,45%) dan pasien anak berjumlah 164 orang
(19,55%). Dengan demikian jumlah pasien yang mendapat obat secara oral masih
cukup banyak akan tetapi dalam pelaksanaannya belum dapat diketahuai apakah
dalam pemberian obat secara oral para perawat sudah melakukan tehnik
Berdasarkan 6B Pada Pasien Rawat Inap Di RSU Woodward Palu Tahun 2007.
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
berdasarkan obat yang benar pada pasien rawat inap di RSU Woodward
Palu.
berdasarkan dosis yang benar pada pasien rawat inap di RSU Woodward
Palu.
berdasarkan klien yang benar pada pasien rawat inap di RSU Woodward
Palu.
berdasarkan cara yang benar pada pasien rawat inap di RSU Woodward
Palu.
4
e. Diketahuinya gambaran penatalaksanaan pemberian obat secara oral
berdasarkan waktu yang benar pada pasien rawat inap di RSU Woodward
Palu.
Woodward Palu
D. Manfaat Penelitian
Menjadi bahan masukan tentang penatalaksanaan obat pada pasien rawat inap.
2. Bagi Peneliti
3. Bagi Perawat
baik pada pasien rawat jalan maupun pada pasien rawat inap.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi atau data bagi
penelitian selanjutnya.
Penelitian ini akan dilakukan di RSU Woodward Palu pada bulan Juli 2007.
5
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pemberian peroral
6
Cara oral adalah cara yang paling mudah dan paling umum digunakan
1) Pemberian sublingual
Obat yang ditaruh di bawah lidah dan tidak boleh ditelan, kemudian
2) Pemberian bukal
obat Larut.
b. Cara parenteral
kulit.
1) Epidural, obat diberikan di dalam ruang epidural via kateter yang telah
7
2) Intrafekal, obat intrafekal diberikan melalui sebuah kateter yang telah
ventrikel otak.
c. Pemberian topikal
8
4) Irigasi, (mencuci bersih) rongga tubuh (contoh,
obat cair
pasase oral, atau selang yang dipasang ke dalam trakhea inhalasi dapat
1) Inhalasi nasal
menghantar obat.
9
4) Intraokuler
klien.
Untuk banyak hal cara pemberian obat kepada klien yang paling
menyenangkan adalah melalui mulut, pil, kapsul, tablet dan lainnya mudah
diberikan dengan cara ini dan untungnya banyak sekali obat-obat yang dapat
diserap dan berefek apabila diberikan dengan cara ini. Meskipun beberapa zat
mungkin akan diserap oleh selaput lendir mulut (seperti gliseril trinitat) atau
oleh lambung (alkohol), tetapi kebanyakan obat seperti barbiturat, aspirin dan
digitalis akan diserap melalui usus halus. Meskipun banyak obat yang diserap
baik oleh usus, ada beberapa pembatasan terhadap penyerapan ini yang
Pertama, beberapa zat tidak diserap sama sekali atau hanya diserap
dalam jumlah yang terbatas. Hal ini biasanya disebabkan karena obat-obat
tersebut tidak dapat melewati sel-sel selaput lendir untuk dapat mencapai
aliran darah.
Demikian juga Para Amino Salisilat (PAS) yang digunakan untuk pengobatan
10
tuberkolosis, dan beberapa garam yang digunakan di daerah tropis untuk
dalam usus, dan oleh karena itu tidak dapat diserap. Sebagai contoh,
memasuki sirkulasi portal dan menuju ke hati, dimana zat itu mungkin
(Priharjo,1997:3).
efek sistematik, yaitu obat beredar melalui pembuluh darah keseluruh tubuh,
tetapi untuk obat cacing dikehendaki efek total yaitu di usus untuk membunuh
cacing.
kerusakan oleh cairan lambung atau usus. Pada keadaan muntah-muntah, atau
11
dikehendaki onset yang cepat, penggunaan obat rute oral tidak
memungkinkan.
hayati adalah prosentase obat yang diabsorpsi tubuh dari suatu dosis yang
ketersediaan hayati dari bentuk obat-obat ialah: larutan, suspensi oral, capsule,
dipakai, karena ini merupakan cara yang paling murah, mudah, aman dan
nyaman bagi klien. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral baik
dalam bentuk tablet, sirup, kapsul, puyer. Untuk membantu absorpsi, maka
pemberian obat peroral dapat disertai dengan pemberian setengah gelas air
lambat sehingga cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang
diabsorpsi dan efeknya dicapai setelah 1 sampai dengan 1½ jam. Rasa dan bau
obat yang tidak enak sering mengganggu klien. Cara peroral tidak dapat
diberikan pada klien yang mengalami mual, muntah, semi koma, klien yang
gangguan menelan.
12
Beberapa jenis obat yang dapat mengakibatkan iritasi lambung dan
menyebabkan muntah (misalnya garam besi dan salisilat) untuk mencegah hal
ini. obat dipersiapkan dalam bentuk kapsul dan tetap utuh dalam suasana asam
dilambung, tetapi menjadi hancur pada suasana netral atau basah di usus.
Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak boleh dibuka, obat
tidak boleh dikunyah, dan klien diberitahu untuk tidak minum antasida atau
dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit
atau rasanya tidak enak. Klien dapat diberi minuman dingin (es) sebelum
minum sirop tersebut sesudah minum sirop klien dapat diberi minum, pencuci
a. Tablet
b. Kapsul
c. Pil
d. Serbuk
a) Tablet kempa.
c) Tablet salut
13
Macam salut dapat:
tablet salut dibuat dari asam ftalat, resin dan asam stearat.
(3) Supaya tablet terlihat lebih baik dan menarik karena diberi
dalam segelas air akan keluar gas CO2 dan tablet akan pecah dan
mengandung rasa sirop dan segar karena ada gasnya CO2. Sebagai
14
contohnya adalah tablet kalsium D. Redoxon dikenal sebagai
C.D.R.
2) Macam-macam kapsul
kaca yang tidak dapat hancur. Tetapi bila kapsul ini kena air akan
b) Kapsul gelatin lunak, tertutup dari pabrik dan obatnya sudah dari
3) Macam-macam serbuk
dilarutkan dulu dengan segelas air, terjadi reaksi antara asam dan
seperti limun.
15
5. Bentuk sediaan obat oral yang berefek panjang.
Efek pengobatan secara dosis tunggal dan diperpanjang, bentuk obat sendiri
b. Aksi ulang.
c. Aksi diperpanjang.
tercapai konsentrasi obat untuk terapi yang tetap dalam waktu yang lama.
pada dosis tunggal dan selanjutnya dijaga levelnya supaya tetap untuk
Konsentrasi terapi obat mungkin lebih rendah dari pada yang diperoleh
16
Metode yang banyak dipakai untuk membuat aksi panjang
ialah dalam kapsul atau tablet yang mengandung campuran butir atau
ada yang tanpa salut yang mempunyai resistensi relatif terhadap cairan
gastrointestinal.
a. Larutan, merupakan suatu larutan obat, sebagai pelarut adalah air atau
ditambah zat cair lainnya seperti sedikit gliserin, alkohol dan sebagainya.
obat dan diberi bahan pembantu. Sebagai pelarut adalah gliserin, sirup
c. Sirup adalah suatu larutan obat dalam larutan gula yang jenuh biasanya
diberi esen.
d. Emulsi adalah suatu campuran dua zat cair yang tidak mau campur,
biasanya minyak dan air, dimana zat cair yang satu dispersi dalam zat cair
yang lain dengan bantuan emulgator. Contoh: Emulsi olei lecoris tropical
17
e. Suspensi oral adalah suatu campuran obat berupa zat padat. Terbagi halus
adalah air, dan harus digosok dulu sebelum digunakan. Bentuk suspensi
a. Berat badan
Dosis orang yang kurang beratnya adalah lebih kecil atau ditentukan
b. Umur
3) Prosentasi air badan total dari berat badan total lebih besar
dibandingkan pada anak yang lebih tua. Oleh karena itu volume
distribusi obat pada bayi lebih besar dari pada anak yang lebih tua.
18
Pada klien geriatri perlu diperhatikan tentang umur biologik klien dan
menurun.
4) Jenis kelamin
Wanita lebih peka terhadap efek katartik tertentu dari pada pria.
Respon terhadap folbunamide oleh wanita lebih baik dari pada laki-
laki.
6) Idiosinkrasi
Pada umumnya setiap obat yang masuk ke dalam tubuh, akan mengalami
19
bereaksi atau disimpan di dalam tubuh, 3 biofransformasi, proses dimana obat
Umumnya obat mempunyai efek atau aksi lebih dari satu, maka itu efek dapat
berupa:
a. Efek terapi: efek atau aksi yang merupakan satu-satunya pada letak
gejala penyakit.
3) Terapi substitusi, ialah obat yang menggantikan zat yang lazim dibuat
b. Efek samping, ialah efek obat yang tidak diinginkan untuk tujuan efek
cacat janin, misalnya fotomelia (kaki dan tangan bayi seperti kepunyaan
anjing laut.
d. Efek toksis, ialah aksi tambahan dari obat yang lebih berat dibanding efek
20
e. Indiosinkrasi, ialah efek suatu obat yang secara kualitatif berlainan sekali
tidak boleh dipandang secara terpisah dari pasien dan ini harus dikaitkan
21
dapat mengobservasi keefektifitasan obat dan mendeteksi adanya
diketahui perawat cukup bervariasi, antara lain tentang dosis, reaksi obat,
mekanisme tubuh, efek obat, efek samping obat, cara pemberian, interaksi
obat dengan bahan yang lain, makna pemberian obat, serta perilaku dan
pemberian obat, maka perawat harus bersikap sesuai dengan profesi dan
22
menyelamatkan nyawa klien. Perawat secara independen dapat pula
c. Peran perawat dalam mengobservasi efek samping obat dan alergi obat
melakukan hal ini, perawat harus mengetahui obat yang diberikan kepada
klien serta kemungkinan efek samping yang dapat terjadi. Beberapa efek
23
samping obat khususnya yang menimbulkan keracunan memerlukan
bervariasi antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lain. Perawat harus
tahu tata cara penyimpanan obat yang benar karena penyimpanan salah
dapat merusak struktur kimia maupun efek obat. pada umumnya, obat
tidak boleh kena sinar matahari langsung, kena cahaya yang tajam,
disimpan di tempat yang lembab atau disimpan pada tempat yang bersuhu
ekstrim. Suhu dapat dikatakan ekstrim apabila suhu mencapai di atas 40 oc.
Suhu sejuk berkisar antara 8 oc dan 15 oc, suhu kamar berkisar antara 15 oc
kesehatan pada klien, keluarga dan masyarakat luas. Hal ini termasuk
24
pendidikan yang berkaitan dengan obat. Perawat dapat memberikan
Enam hal yang benar dalam pemberian obat supaya dapat tercapainya
pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan “enam hal yang
benar”: klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar,
rute yang benar, dan dokumentasi yang benar. Pada waktu lampau hanya ada lima
hal yang benar pemberian obat, ada hal keenam yang dimasukkan, yaitu
dokumentasi.
dengan nama yang sembarang atau tidak dapat berespons, maka gelang
identifikasi harus diperiksa pada setiap klien setiap kali pengobatan diberikan.
Implikasi:
25
Dalam keadaan-keadaan dimana klien tidak memakai gelang
identifikasi (sekolah, kecelakaan kerja, atau klinik berobat jalan) perawat juga
bertanggung jawab untuk secara tepat pada setiap orang pada saat
memberikan pengobatan.
pengobatan. Resep dapat ditulis pada buku resep dan diisi oleh Ahli Farmasi
di toko obat atau apotik rumah sakit. Bagi klien yang tinggal di rumah sakit,
perintah pengobatan ditulis “lembar instruksi dokter” dan ditanda tangani oleh
ditanda tangani oleh dokter yang menelepon dalam waktu 24 jam. Perawat
b. Nama obat.
c. Dosis obat.
d. Rute pemberian.
e. Frekuensi pemberian.
26
Meskipun menjadi tanggung jawab seorang perawat untuk mengikuti
perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada, perintah
pengobatan tidak lengkap maka obat tidak boleh diberikan. Harus diperoleh
perintah yang jelas, dan biasanya dengan menghubungi dokter atau pemberi
asuhan kesehatan.
(tanda tangan).
bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip sehingga penting sekali membaca
a. Periksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah. Jika perintah tidak
lengkap atau tidak sah, beritahu perawat atau dokter yang bertanggung
jawab.
27
d. Ada empat kategori perintah pemberian obat
kasus, dosis diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat yang
diresepkan (diminta). Dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus
hitung. Jika didapatkan hasil sebagian dari dosis atau dosis dalam jumlah yang
sangat besar.
Metode obat stok dan metode dosis unit adalah 2 metode yang sering
dipakai dalam metode dosis unit obat-obatan secara terpisah dibungkus dan
dilabel untuk dosis tunggal. Metode unit kini populer dipakai dalam banyak
institusi. Dengan memakai dosis unit maka tidak terjadi lagi kesalahan dosis
obat.
28
Implikasi dalam perawatan termasuk:
Hitungan obat dosis dengan benar, jika ragu-ragu dosis harus dihitung lagi
dan diperiksa oleh perawat lain. Dalam banyak institusi, perawatan pertama
yang memberikan obat tertentu pada seorang klien harus menghitung dosis
dan membubuhkan tanda tangan pada kolom tanda tangan perawat jika
diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti dua kali sehari, tiga kali
sehari, empat kali sehari, sehingga kadar obat dalam plasma dapat
dipertahankan. Jika obat mempunyai waktu paruh (±½) yang panjang, obat
kali sehari pada selang waktu yang tertentu. Beberapa obat diberikan sebelum
a. Berikan obat pada saat yang khusus. Obat-obat diberikan setengah jam
sebelum makan.
c. Berikan obat-obat, seperti kalium dan aspirin, yang dapat mengiritasi perut
29
d. Adalah tanggung jawab perawat untuk memeriksa apakah klien telah
Perlu untuk absorpsi tepat dan memadai. cara yang lebih sering dari
absorpsi adalah oral (melalui mulut): cairan, suspensi, pil, tablet atau kapsul;
sublingual (di bawah lidah untuk absorpsi vena), bukan antara gusi dan pipi,
tropikal (dipakai pada kulit), inhalasi (semprot aerosol), instilasi (pada hidung,
mata, telinga, rectum, atau vagine), dan evopat rute parenteral: indermal,
peroral.
30
6. Dokumentasi yang benar
informasi yang sesuai mengenai obat yang telah diberikan. Ini meliputi nama
obat, dosis, cara. (tempat suntikan jika perlu), waktu dan tanggal, dan inisial
atau tanda tangan perawat. Respons klien perlu dicatat untuk beberapa macam
atau (2) analgesik nonarkotik, (3) sedativa, (4) antiemetik dan/atau (5) reaksi
Dua hak tambahan klien juga dapat ditambahkan: hak untuk klien
mengetahui pemberian obat dan hak klien untuk menggunakan sebuah obat.
a. Mengetahui nama, kerja obat, tujuan, dan efek potensial yang tidak
diinginkan
termasuk alergi
d. Mendapat nasihat yang benar berkenaan dangan sifat suatu terapi obat
e. Menerima obat yang dilabel dengan aman tanpa tanpa merasa tidak
31
f. Menerima terapi pendukung yang dilakukan dengan terapi obat yang
dijalani.
32
B A B III
A. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini, ada beberapa variabel yang akan diteliti yaitu klien
benar, obat benar, dosis benar, waktu benar, cara benar dan dokumentasi benar
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Pemberian Obat
Klien benar
Obat benar
Dosis Benar Penatalaksanaan Pemberian
Waktu benar Obat Secara Oral
Cara benar
Dokumentasi Benar
B. Definisi Operasional
1. Klien Benar
33
Cara Ukur : Observasi
2. Obat Benar
3. Dosis Benar
dibutuhkan klien.
34
4. Waktu Benar
5. Cara benar
6. Dokumentasi Benar
dengan benar yang meliputi nama obat, jenis obat, dosis obat,
35
Alat Ukur : Kuesioner
Hasil Ukur : 0 = Tidak baik (bila salah satu dari pelaksanaan pemberian
tangan perawat)
perawat)
36
B A B IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Populasi
Yang akan menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua perawat
2. Sampel
penelitian ini, yang menjadi sampel ialah sebagian perawat yang bertugas di
unit rawat inap RSU Woodward Palu dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
37
b. Besar sampel
rumus slovin.
Rumus:
N
n=
1 + N (d2)
Keterangan:
N = besar populasi
n = besar sampel
Dimana:
N = 73
d = 10% (0,1)
73
n =
1 + 73 (0,1)2
n = 73
1 + 73 (0,01)
n = 73
1 + 0, 73
n = 73
1, 73
n = 42 responden
38
3. Cara Pengambilan Sampel
Ruang Zamrud : 15 x 42 = 9
73
Ruang Yaspis : 12 x 42 = 7
73
Ruang Nilam : 11 x 42 = 6
73
Ruang ICU : 12 x 42 = 7
73
C. Pengumpulan Data
2. Data sekunder, yaitu data yang didapat dari bagian keperawatan RSU
39
D. Pengolahan Data
sebagai berikut :
yang salah.
2. Coding : Pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat
kategori
E. Analisa Data
F. Penyajian Data
Untuk penyajian data dari hasil penelitian ini, penulis menggunakan cara
penyajian dalam bentuk gambar sedemikian rupa dengan teks atau naskah untuk
40
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
dengan menyertakan judul penelitian agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
3. Confidentiality
H. Keterbatasan Penelitian
1. Pada saat mengumpulkan data sangat dipengaruhi oleh waktu pemberian obat
melaksanakan observasi.
41
BAB V
A. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis univariat yaitu
sebagai berikut:
pemberian obat berdasarkan klien benar yang kurang baik dengan skor <3 dan
pemberian obat berdasarkan klien benar yang baik dengan skor ≥3.
Gambar 5.1
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan
Klien Benar Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
90
80 73.8%
70
60
50
40 26.2%
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
Sumber: data primer yang diolah
42
Gambar di atas terlihat bahwa dari 42 responden, yang melaksanakan
pemberian obat berdasarkan obat benar yang kurang baik dengan skor <6 dan
pemberian obat berdasarkan obat benar yang baik dengan skor ≥6.
Gambar 5.2
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Obat Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
100
90 85.7%
80
70
60
50
40
30
20 14.3%
10
0
Baik Kurang Baik
43
sedangkan yang tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan obat benar
pemberian obat berdasarkan dosis benar yang kurang baik dengan skor < 2
dan pemberian obat berdasarkan dosis benar yang baik dengan skor ≥ 2.
Gambar 5.3
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Dosis Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
110
100 92.9%
90
80
70
60
50
40
30
20 7.1%
10
0
Baik Kurang Baik
Sumber: data primer yang diolah
44
4. Pemberian Obat Berdasarkan Waktu Benar
pemberian obat berdasarkan waktu benar yang kurang baik dengan skor <3
dan pemberian obat berdasarkan waktu benar yang baik dengan skor ≥3.
Gambar 5.4
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Waktu Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
100
90 85.7%
80
70
60
50
40
30
20 14.3%
10
0
Baik Kurang Baik
Sumber: data primer yang diolah
45
5. Pemberian Obat Berdasarkan Cara Benar
pemberian obat berdasarkan cara benar yang kurang baik dengan skor <3 dan
pemberian obat berdasarkan cara benar yang baik dengan skor ≥3.
Gambar 5.5
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Cara Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
90
80 71.4%
70
60
50
40
28.6%
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
46
6. Pemberian Obat Berdasarkan Dokumentasi Benar
dengan skor <6 dan pemberian obat berdasarkan dokumentasi benar yang baik
Gambar 5.6
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan
Dokumentasi Benar Di RSU Woodward Palu
Tahun 2007
100
90 85.7%
80
70
60
50
40
30
20 14.3%
10
0
Baik Kurang Baik
47
B. Pembahasan
berdasarkan klien benar. Hal ini berarti sebagian besar perawat memastikan
nama klien dengan benar sehingga kesalahan dalam pemberian obat (tertukar)
dapat dihindari. Sebagaimana yang dikatakan Kee dan Hayes (1996) bahwa
bertanggung jawab untuk secara tepat pada setiap orang pada saat
memberikan pengobatan
berdasarkan klien benar dapat terjadi karena pasien yang akan diberi obat
sudah lama dirawat sehingga perawat telah mengenal dengan baik pasien
Sedangkan yang kurang baik karena perawat hanya memastikan nama klien
sesuai dengan nama klien yang sudah mereka tulis dan letakan dalam gelas
obat yang sudah ditentukan sesuai dengan nomor tempat tidur klien sehingga
obat hanya diantar dan diletakkan dimeja klien tanpa menanyakan kembali
nama klien tersebut. Hal ini sangat berisiko terjadi kesalahan karena obat yang
diletakan di atas baki jumlahnya bisa saja lebih dari satu(obat untuk beberapa
klien).
48
2. Pemberian Obat Berdasarkan Obat Benar
melaksanakan dengan baik pemberian obat berdasarkan obat benar lebih besar
berdasarkan obat benar. Memberikan obat yang benar sesuai dengan yang
bahwa dengan memastikan nama obat berarti klien menerima obat yang telah
tertentu mempunyai nama dan bunyinya hampir sama dan ejaannya mirip
berdasarkan obat benar dapat terjadi karena perawat tersebut sudah beberapa
hari bertugas dibagian obat sehingga sudah tahu obat yang dipakai oleh klien
dan tidak lagi memeriksa tanggal dan saat perintah ditulis, tidak memeriksa
membuat kesalahan karena bisa saja perintah pengobatan dibuat baru oleh
dokter dengan nama obat yang lain dan dosis yang berbeda.
49
dibandingkan dengan yang tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan
dosis benar. Hal ini berarti perawat telah memastikan dosis obat dengan
mengatakan bahwa perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat,
diresepkan (diminta). Dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus
sudah lama bertugas dibagian obat dengan klien yang sama dan pada saat
oleh klien dalam buku perintah pengobatan. Dan hal ini kurang baik karena
bisa saja pada saat dokter menulis instruksi obat dilanjutkan akan tetapi dosis
berdasarkan waktu benar. Artinya perawat memberian obat pada waktu yang
50
tepat sehingga obat membantu klien dalam proses penyembuhan. Karena obat
yang diberikan dengan waktu benar berarti reaksi obat tidak akan terputus.
bahwa pemberian obat pada klien harus sesuai dengan yang dijadualkan
terapeutik.
memberi obat sesuai dosis harian yang diberikan akan tetapi tidak pada waktu
tertentu yang sudah ditentukan dalam sehari karena obat yang diberi
sebelumnya terlambat diminum dan juga terjadi karena keadaan klien yang
sulit minum obat sehingga obat terlambat diminum dan merubah waktu
minum obat saat obat diantar melainkan hanya meninggalkan obat tersebut di
cara yang tidak benar. Hal ini berarti perawat telah melaksanakan pemberian
51
obat dengan cara yang benar yaitu sesuai dengan prosedur. Karena dengan
melaksanakan pemberian obat dengan cara yang benar akan membantu proses
penyembuhan klien.
bahwa pemberian obat dengan cara benar yaitu dengan cara menilai
perawat tidak bersama klien sampai obat-obat oral telah ditelan sehingga bisa
saja klien membuang obat yang diberikan karena merasa tidak sanggup untuk
menelannya.
52
hukum dokumentasi yang benar akan menjadi bukti apa saja yang sudah
pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir,
tanda tangan yang jelas pada catatan keperawatan sehingga bila terjadi
kesalahan dalam pemberian obat akan sulit mencari siapa yang harus
bertanggung jawab.
53
BAB VI
A. Kesimpulan
54
6. Responden yang melaksanakan dokumentasi yang benar lebih besar
dokumentasi benar.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang ada maka ada beberapa saran yang peneliti
2. Untuk Perawat
penelitian kearah yang bersifat analitik dengan variabel yang lebih luas.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anief Mohammad, 2000. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gajah Mada
Universiti Press, Jogjakarta.
Griffin Anne, Farry, Potter, A. Patricia. 1999. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur
Dasar. EGC, Jakarta.
56
Potter A. Patricia, Griffin Anne, Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses dan Praktik. EGC, Jakarta.
Priharjo Robert, 1995. Tehnik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. EGC, Jakarta.
BAB V
57
A. Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk analisis univariat yaitu
sebagai berikut:
berdasarkan klien benar yang kurang baik dengan skor <3 dan pemberian obat
Gambar 5.1
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan
Klien Benar Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
73.8%
90
80
70
60 26.2%
50
40
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
Sumber: data primer yang diolah
58
sedangkan yang tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan klien benar
berdasarkan obat benar yang kurang baik dengan skor <6 dan pemberian obat
Gambar 5.2
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Obat Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
85.7%
100
90
80
70
60
50
40 14.3%
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
59
6. Pemberian Obat Berdasarkan Dosis Benar
berdasarkan dosis benar yang kurang baik dengan skor < 2 dan pemberian
Gambar 5.3
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Dosis Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
92.9%
110
100
90
80
70
60
50
40
7.1%
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
60
Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian ditetapkan dua
berdasarkan waktu benar yang kurang baik dengan skor <3 dan pemberian
Gambar 5.4
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Waktu Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
85.7%
100
90
80
70
60
50
40 14.3%
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
Sumber: data primer yang diolah
61
Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian ditetapkan dua
berdasarkan cara benar yang kurang baik dengan skor <3 dan pemberian obat
Gambar 5.5
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan Cara Benar
Di RSU Woodward Palu Tahun 2007
71.4%
90
80
70
60
50 28.6%
40
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
62
Setelah melakukan perhitungan secara keseluruhan kemudian ditetapkan dua
obat berdasarkan dokumentasi benar yang kurang baik dengan skor <6 dan
pemberian obat berdasarkan dokumentasi benar yang baik dengan skor ≥6.
Gambar 5.6
Distribusi Responden Menurut Pemberian Obat Berdasarkan
Dokumentasi Benar Di RSU Woodward Palu
Tahun 2007
85.7%
100
90
80
70
60
50
40 14.3%
30
20
10
0
Baik Kurang Baik
63
B. Pembahasan
yang tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan klien benar. Hal ini
obat dapat dihindari. Menurut pendapat Kee dan Hayes (1996) mengatakan
bahwa dengan memastikan nama klien dalam pemberian obat berarti perawat
bertanggung jawab untuk secara tepat pada setiap orang pada saat
memberikan pengobatan
pemberian obat berdasarkan obat benar lebih besar dibandingkan dengan yang
tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan obat benar. Hal ini berarti
memastikan nama obat yang benar kesalahan dalam pemberian obat dapat
dihindari. Dan cara yang baik dalam memastikan nama obat adalah dengan
membaca label obat berulang-ulang. Menurut pendapat Kee dan Hayes (1996)
obat yang telah diresepkan sesuai kebutuhannya dan Perawat harus menyadari
64
obat-obat tertentu mempunyai nama dan bunyinya hampir sama dan ejaannya
yang tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan dosis benar. Hal ini
dosis obat karena dengan memastikan dosis obat dengan benar kesalahan
dalam pemberian obat serta resiko klien keracunan obat karena dosis yang
mengatakan bahwa perawat harus menghitung setiap dosis obat secara akurat,
diresepkan (diminta). Dalam keadaan tertentu, berat badan klien juga harus
karena pemberian obat dengan waktu yang benar akan membantu klien dalam
proses penyembuhan. Karena obat yang diberikan dengan waktu benar berarti
65
reaksi obat tidak akan terputus. Sejalan dengan pendapat dari Kee dan Hayes
(1996) yang mengatakan bahwa pemberian obat pada klien harus sesuai
waktu yang sama (misalnya, setiap 8 jam) sepanjang 24 jam untuk menjaga
pemberian obat berdasarkan cara benar lebih besar dibandingkan dengan yang
tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan cara benar. Hal ini berarti
perawat telah melaksanakan pemberian obat dengan cara yang benar yaitu
cara yang benar akan membantu proses penyembuhan klien. Sejalan dengan
pendapat dari Kee dan Hayes (1996) yang mengatakan bahwa pemberian obat
memberikan obat.
benar. Hal ini berarti perawat telah melaksanakan pemberian obat dengan baik
66
karena dengan melaksanakan pendokumentasian yang benar dan segera
dengan apa yang dikatakan oleh Kee dan Hayes (1996) yang mengatakan
pengobatan atau perawat lain memberikan obat itu kembali karena ia berpikir,
BAB VI
B. Kesimpulan
sebagai berikut:
melaksanakan pemberian obat berdasarkan klien benar, obat benar, dosis benar,
waktu benar, cara benar serta pendokumentasian benar lebih besar dibandingkan
dengan yang tidak melaksanakan pemberian obat berdasarkan klien benar, obat
benar, dosis benar, waktu benar, cara benar serta pendokumentasian benar
B. Saran
67
Berdasarkan hasil kesimpulan yang ada maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
5. Untuk Perawat
68