Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

B DENGAN HIPERTENSI
DI PUSKESMAS KULAWI KECAMATAN KULAWI
KABUPATEN SIGI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program studi


Pendidikan Diploma III Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan
Prodi DIII Keperawatan Palu

Oleh:

Maranatha Yaso P
PO7120119097

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN RPL KEPERAWATAN PRODI
D III KEPERAWATAN PALU
2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Maranatha Yaso P
Nim : PO7120119097
Jurusan / Prodi : DIII Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini benar-benar
karya saya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan KTI ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

Palu, November 2020


Yang membuat pernyataan
Tanda tangan

Maranatha Yaso P

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh
tim penguji Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu Jurusan Keperawatan Program Studi
D III Keperawatan Palu.

Nama : Maranatha Yaso P


Nim : PO7120119097

Palu Oktober 2020


Pembimbing Utama

Metrys Ndama, SST., M.Kes


NIP.

Palu Oktober 2020


Pembimbing Pendamping

Drs. Junaidi, M.Kes


NIP:

Menyetujui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Palu

I Wayan Supetran, S.Kep., Ns., M. Kes


NIP: 196906051990021002

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini, yang berjudul berjudul “Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan

hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi”, Karya Tulis

Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan program DIII Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu

Jurusan Keperawatan.

Ucapan terima kasih yang tak ternilai penulis ucapkan kepada suami, anak dan

seluruh keluarga selalu memberikan motivasi, pengorbanan, kesabaran dan doa yang

tulus dan ikhlas kepada penulis dan senantiasa menjadikan semangat utama penulis

dalam menyelesaikan pendidikan. Atas dukungan dan bantuannya, penulis hanya

dapat membalas dengan doa semoga Tuhan akan melimpahkan berkah dan karunia-

Nya kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan,

mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman serta referensi yang penulis miliki.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif sehingga

dapat menyempurnakan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.

Penulisan Karya Tulis Imiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai

pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Nasrul SKM, M. Kes., Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Palu.

2. Kepala Puskesmas Kulawi yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk

melanjutkan pendidikan dan melakukan penelitian di Puskesmas Kulawi

iv
3. I Wayan Supetran, S.Kep., Ns., M. Kes.Ketua Program Studi DIII Keperawatan

Palu

4. Metrys Ndama, SST., M.Kes, sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan serta arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

5. Drs. Junaidi, M.Kes, sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

serta arahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

6. Penguji yang telah banyak memberi saran dan masukan demi kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah.

7. Bapak/Ibu Dosen jurusan Keperawatan yang selama ini telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan dan keterampilan serta membimbing penulis hingga bisa

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

8. Semua rekan-rekan mahasiswi Prodi DIII keperawatan tahun 2020

9. Serta semua pihak yang telah banyak membantu hingga terselesainya Karya Tulis

Ilmiah ini, yang penulis tidak dapat menyebutkan namanya satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun hasil

penelitian ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan

penelitian sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palu, Oktober 2020

Penulis

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU
JURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII KEPERAWATAN PALU

Maranatha Yaso. 2020. Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi di Puskesmas


Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi. Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII
Keperawatan Palu Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palu.
Pembimbing: (1) Metrys Ndama (2) Junaidi

ABSTRAK
(i-x1 + 62 halaman + 5 BAB + 1 Gambar + 5 tabel + 2 halaman lampiran )

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.
Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering
tidak menampakkan gejala. Penanganan pada penderita hipertensi membutuhkan kerja
sama tim termasuk tenaga perawat. Perawat dapat melakukan perannya melalui
penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang asuhan
keperawatan pada Tn. B dengan hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi
Kabupaten Sigi
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini
adalah dilaksanakannya asuhan keperawatan pada Tn. B dengan hipertensi di
Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.
Hasil penelitian ini meliputi pengkajian keperawatan dengan data yang
ditemukan keluhan keluhan utama yaitu klien merasa sakit kepala disertai leher terasa
tegang dan kaku dan pusing. TD:160/100 mmHg, Suhu 36,5oC, Nadi 20 x/mt.
Diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah nyeri berhubungan resistensi
pembuluh darah otak meningkat dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan dan pusing serta gangguan tidur berhubungan dengan nyeri yang
dirasakan. Intervensi yang ditetapkan disesuaikan dengan diagnose yang dirumuskan.
Pada implementasi keperawatan peneliti melaksanakan implementasi sesuai dengan
intervensi yang direncanakan Evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan
menggunakan metode Subjektif, Objektif, Assesment danp lanning ( SOAP).
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu keluhan utama yang didapatkan adalah
klien merasa sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku dan pusing dan
pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan masalah yang dirumuskan
dan hasil evaluasi masalah teratasi
.
Kata kunci : Asuhan keperawatan klien hipertensi.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ….............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN …................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………… iv
KATA PENGENTAR................................................................................................... v
ABSTRAK ……………….…................................................................................
vii
DAFTAR ISI …..........................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….. ix
DftFTAR TABEL ………………………………………………………………. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ….............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ….......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian …............................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian …......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Tentang Hipertensi ……………………………………..
5
B. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………..
18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian …............................................................................ 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………. 32
C. Subyek Studi Kasus ………………………………………………. 32
D. Definisi Operasional …....................................................................... 33
E. Pengumpulan Data ……………………………………………… 34
F. Analisa Data …………………………………………………….. 35
G. Etika Penelitian ……………………………………………………. 36

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Pengkajian ………….…………………………..
37
B. Pembahasan ………………………………………..
54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


vii
A. Kesimpulan ……………..………….…………………………..
59
B. Saran ………………………………………………………..
59

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Patway 10

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Batasan hipertensi berdasarkan The Joint National Commite VIII
Tahun 2014 6

Tabel 2.2 Kategori tekanan darah berdasarkan american heart association 6

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan 23

Tabel 4.1 Aktivitas Sehari-Hari 45

Tabel 4.1 Analisa Data 46

Tabel 4.1 Intervensi 47

Tabel 4.1 Tindakan Keperawatan 48

ix
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Permohonan Menjadi Responden


2. Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden

x
xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang serius. Hipertensi

merupakan tantangan besar dalam sistem pelayanan kesehatan Indonesia.

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal

ginjal), jantung (penyakit jantung), dan otak (menyebabkan stroke) (Kemenkes RI

2014).

Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal

ginjal. Disebut juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan

hipertensi sering tidak menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang

wanita dari pada pria. Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas,

konsumsi alkohol yang berlebihan dan rangsangan kopi sertaobat-obatan yang

merangsang dapat berperan disini, tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi faktor

keturunan (Sujono Riyadi, 2011)

World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita

hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang semakin

bertambah banyak. Pada tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga

dunia menderita hipertensi.Persentase penderita hipertensi saat ini paling banyak

terdapat di negara berkembang.Negara berkembang memiliki penderita hipertensi,

sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak

penderita hipertensi sebanyak 46%, kemudian diikuti oleh kawasan Asia Tenggara

36% orang dewasa menderita hipertensi (WHO 2015). Prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada masyarakat berusia 18 tahun ke atas di

1
2

Indonesia sebesar 34,1%.Provinsi Sulawesi Tengah mencapai 29,3% (Riskesdas

2018).

Data penderita hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi

Kabupaten Sigi pada tahun 2018 berjumlah 140 orang dan pada tahun 2019 jumlah

hipertensi yaitu 150 orang dan pada bulan Januari sampai Mei tahun 2020 jumlah

hipertensi yaitu 66 orang (Profil Puskesmas Kulawi 2020).

Penatalaksanaan hipertensi seharusnya bertumpu pada pilar pengobatan

standard dan merubah gaya hidup yang meliputi diantaranya berhenti merokok,

menurunkan berat badan berlebih, mengurangi konsumsi alkohol berlebih, berolah

raga atau melakukan latihan fisik secara teratur serta meningkatkan konsumsi buah

dan sayur (Sofro & Anurogo, 2013). Penanganan pada penderita hipertensi

membutuhkan kerja sama tim termasuk tenaga perawat. Perawat dapat melakukan

perannya melalui penerapan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi

pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi dan evaluasi keperawatan. Penerapan asuhan keperawatan ini

dengan melibatkan tenaga kesehatan yang lain dan juga keluarga pasien.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kulawi

didapatkan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien hipertensi menunjukan

bahwa pemberian asuhan keperawatan hanya berfokus pada pemberian edukasi dan

pemberian tindakan kolaburasi seperti pemberian obat dan tindakan keperawatan yang

dilakukan tidak didokumentasikan dengan baik.

Berdasarkan fenomena di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus

dengan pemberian asuhan keperawatan pada Tn. B dengan hipertensi di

Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.


3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

studi kasus ini adalah dilakukannya penerapan asuhan keperawatan pada Tn. B

dengan hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah memberi gambaran tentang

penerapan asuhan keperawatan pada Tn. B dengan hipertensi di Puskesmas

Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.

2. Tujuan Khusus

a. Dilakukannya pengkajian pada Tn. B dengan hipertensi di Puskesmas

Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.

b. Ditetapkannya rumusan diagnosa keperawatan pada Tn. B dengan

hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.

c. Dilakukannya penyusunan perencanaan keperawatan pada Tn. B dengan

hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.

d. Dilaksanakannya implementasi keperawatan pada Tn. B dengan hipertensi

di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi.

e. Dilakukannya evaluasi asuhan keperawatn yang telah diberikan pada Tn. B

dengan hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten

Sigi.
4

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Masyarakat

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi

pasien serta keluarga untuk mengatasi masalah hipertensi.

2. Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan

bagi perkembangan keperawatan medikal bedah dan sebagai acuan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan keperawatan

medical bedah pada pasien hipertensi

3. Manfaat Bagi Peneliti

Hasil dari studi kasus ini diharapkan penulis dapat mengaplikasikan

pengetahuan yang didapat dari pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien hipertensi serta dapat meningkatkan wawasan dan

keterampilan khususnya bagaimana merawat pasien dengan hipertensi.

.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Hipertensi

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang persinten.

Dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHgdan tekanan

diastol sama atau lebih besar dari 90 mmHg (North american Nursing

Diagnosis association, 2013).

Hipertensi adalah jika kenaikan sistolik >140 mmHg dan tekanan

diastolik > 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah ini berlangsung dalam jangka

waktu yang lama (persisten) dan dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal ,

jantung dan otak. Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada saat

istirahat atau pagi hari pada saat bangun tidur (JNC VII 2011).

2. Klasifikasi

a. Klasifkasi berdasarkan etiologi

1) Hipertensi esensial (primer)

Sembilan puluh persen penderita hipertensi mengalami hipertensi

esensial (primer).penyebabnya secara pasti belum diketahui.beberapa faktor

yang mempengaruhi terjadinya hipertensi ensensial,yaitu faktor genetik,

stres dan psikologis, faktor lingkungan , dan diet (peningkatan penggunaan

garam dan berkurangnya asupan kalium atau kalsium)

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder lebih mudah dikendalikan dengan pengunaaan

obat-obatan . penyebab hipertensi sekunder diantaranya adalah berupa

kelainan ginjal: obesitas, retensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian


6

obat-obatan, seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid ( Majid Abdul,

2018)..

b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

Berdasarkan The Joint National Commite VIII (2014) tekanan darah

dapat diklasifikasikan berdasarkan usia dan penyakit tertentu. Diantaranya

adalah:

Tabel 2.1. Batasan hipertensi berdasarkan The Joint National


Commite VIII Tahun 2014

Batasan (mmHg) Kategori


≥150/90 mmHg Usia ≥ 60 tahun tanpa penyakit diabetes dan
cronic kidney disease
≥140/90 mmHg Usia 19-59 tahun tanpa penyakit penyerta
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal
≥140/90 mmHg Usia ≥18 tahun dengan penyakit diabetes
Joint National Commite VIII (2014)
American Heart Association (2014) menggolongkan hasil pengukuran
tekanan darah menjadi:
Tabel 2.2 Kategori tekanan darah berdasarkan american heart association

Kategori Sistolik Diastolik


Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180mmHg ≥ 110 mmHg
(keadaan gawat)
American Heart Association (2014)

3. Etioligi

Bagi kebanyakan orang dewasa , tidak ada penyebab pasti tekanan darah

tinggi primer (esensial). Tekanan darah tinggi jenis ini cenderung berkembang

secara bertahap selama bertahun – tahun . sebaliknya, beberapa orang memiliki

tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya atau disebut
7

hipertensi sekunder. Tekanan darah tinggi jenis ini, cenderung muncul tiba – tiba

dan menyebabkan tekanan darah lebih tinggi dari pada hipertensi primer. Berbagai

kondisi dan pengobatan dapat menyebabkan hipertensi sekunder,termasuk

obstructive sleep apnea, masalah ginjal, tumor kelenjar adrenal, masalah tiroid,

cacat bawaan tertentu pada pembuluh darah, obat – obatan tertentu, seperti pil KB,

pengobatan dingin , dekongestan, penghilang rasa sakit, obat-obatan ilegal, seperti

kokain dan amfetamin, serta penyalahgunaan alkohol atau penggunaan alkohol

kronis (Jitowiyono, Sugeng, 2018)..

4. Patofisologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke

bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca

ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah (Saiful Nurhidayat, 2015).

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi

respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan

hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana

system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang

emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan


8

vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang

dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.

Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi

natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra

vaskuler (Saiful Nurhidayat, 2015).

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi untuk

pertimbangan gerontology. Perubahan structural danfungsional pada system

pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas

jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer

(Brunner & Suddarth, 2013).

5. Patway

Faktor predisposisi :stress, merokok, kurang


gerak, genetik, alkohol, konsentrasi

HIPERTENSI

Kerusakan vaskuler pembuluh darah


9

Fatique
Respon
RAA
Merangsang
Resiko
aldosteron
ketidakefektifan
Intoleransi
perfusi jaringan otak
Aktivitas
Retensi natrium

Gangguan Tidur
Mekanisme pengaturan
melemah dan ssupan
cairan berlebihan

edema Kelebihan volume cairan

6. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala hipertensi menurut Nurarif dan Kusuma (2013)

dibedakan menjadi:
10

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

Hal ini berarti hipertensi artrial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelaha.Dalam kenyataannya ini merupakan gejala lazim

yang mengenai kebanyakan pasien mencari pertolongan medis.

Menurut Tambayong dalam Nuratif & Kusuma, 2015, tanda dan gejala

dikarakteristikkan sebagai berikut:

1) Sakit kepala atau pusing

2) Nyeri atau berat di tengkuk

3) Sukar tidur

4) Mudah lelah dan marah

5) Tinnitus

6) Mata berkunang-kunang

7) Epistaksis

8) Gemetar

9) Nadi cepat setelah aktivitas

10) Sesak napas

11) Mual, muntah

7. Komplikasi
11

Hipertensi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam

jangka panjang akan terjadi komplikasi serius pada organ-organ sebagai berikut

Setiati et al. (2014):

1. Jantung

Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan

meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran

jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu

lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan

tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak

nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung

2. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke. Hipertensi

dapat menyebabkan dua jenis stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Jenis stroke yang paling sering (sekitar 80% kasus) adalah stroke

iskemik. Stroke ini terjadi karena aliran darah di arteri otak terganggu. Otak

menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi. Stroke hemoragik (sekitar 20%

kasus) timbul saat pembuluh darah di otak atau di dekat otak pecah.

Penyebab utamanya adalah tekanan darah tinggi yang persisten. Hal ini

menyebabkan darah meresap ke ruang di antara sel-sel otak. Walaupun

stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun komplikasinya dapat

menjadi lebih serius.

3. Ginjal
12

Hipertensi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem

penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu

membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran

darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

4. Mata

Hipertensi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di mata,sehingga

menyebabkan kerusakan pada retina (area pada mata yang sensitif terhadap

cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina. Penyakit ini dapat

menyebabkan kebutaan dan merupakan indikator awal penyakit jantung.

5. Stroke

Hipertensi menyebabkan stroke, hipertensi yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan stroke yang dapat menjurus pada kerusakan otak dan saraf.

Stroke umumnya disebabkan oleh kebocoran darah atau suatu gumpalan

darah dari pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak. Dan

pencegahan yang paling baik untuk komplikasi-komplikasi hipertensi adalah

mengontrol tekanan darah.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu:

1. Pemeriksaan yang segera seperti :

1) Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari

sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.


13

2) Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan

hipertensi).

3) Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

4) Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan

hipertensi

5) Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa

( efek kardiovaskuler )

6) Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi

dan hipertensi

7) Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab)

8) Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi

9) EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi

ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola

regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda

dini penyakit jantung hipertensi (Saiful Nurhidayat, 2015).

2. Pemeriksaan Lanjutan

1) IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

2) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.


14

3) IUP: Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,

perbaikan ginjal (Saiful Nurhidayat, 2015)

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Kategori obat yang diresepkan tergantung pada pengukuran tekanan

darah dan masalah medis lainnya.

1) Diuretik thiazide, diuretik adalah obat yang berkerja pada ginjal untuk

membantu tubuh menghilangkan sodium dana air, sehingga bisa

mengurangi volume darah.diuretik thiazide sering kalai merupakan

pilihan obat tekanan darah tinggi yang pertama namun bukan satu-

satunya. Diuretik thiazide meliputi hyrochlorothiazide (microzide),

chlorthalidone dan lain-lain.diuretik atau penghambat saluran kalsium

dapat bekerja lebih baik untuk prang kulit hitam dan lebih tua dari pada

penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) saja.efek samping yang

umumdari diuretik adalah peningkatan buang air kecil.

2) Penghambat beta (bete blocker).obat ini mengurangi beban kerja jantung

dan membuka pembuluh darah,menyebabkan jantung berdetak lebih

lambat dan dengan kekuatan lebih rendah.beta blocker meliputi

acebutolol(sectral), atenolol(tenormin) dan lain-lain.bila diresepkan

sendiri , beta blocker tidak bekerja dengan baik,terutama padaorang kulit

hitam dan lanjut usia,namun mungkin efektif bila dikombinasikan dengan

obat ekanan darah lainnya.

3) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat-obatan ini

membantu merelaksasi pembuluh darah dengan menghalangi


15

pembentukan zat kimia alami yang mempersempit pembuluh darah.

orang dengan penyakit ginjal kronis mungkin mendapat manfaat dari

memilikiinhibitor ACE sebagai salah satu obat mereka.yang termasuk

dalam ACE antara lain lisinopril (Zestril), benazepri (lotensin), kaptopril

dan lainnya.

4) Penghambat reseptor angiotensin II ARBs. obat-obat ini membantu

mengendurkan pembuluhdarah dengan menghalangi zat kimia alami

yang mempersempit pembuluh darah.yang termasuk golongan ARBs

antara lain candesartan (Atacand), losartan (Cozaar) dan lain-lain.orang

dengan penyakit ginjal kronis mungkin mendapat manfaat dari memiliki

ARB sebagai salah satu obatnya.

5) Penghambat saluran kalsium. obat-obatan membantu mengendurkan otot-

otot pembuluh darah dan beberapa ada yang bisa memperlambat detak

jantung .penghambat saluran kalsium dapat bekerja lebih baik untuk

orang kulit hitam dan lebih tua dari pada penghambat ACE saja. Yang

termasuk jenisobat ini antara lain amlodipin (Norvasc), diltiazem

(Cardizem, tiazac, lainnya) dan lainnya.

6) Penghambat renin. Aliskiren (Tekturna) memperlambat produksi enin,

enzim yang diproduksi oleh ginjal,yang memulai serangkaian langkah

kimia meningkatkan tekanan darah.tekturna bekerja dengan cara

mengurangi kemampuan renin untuk memulai proses ini .karena risisko

komplikasi serius, termasuk stroke, klien sebaiknya tidak menggunakan

aliskiren dengan ACE inhibitor atau ARB.

b. Penatalaksanaan keperawatan
16

Menganjurkan klien makan-makanan yang sehat dengan sedikit garam

(asupan garam tidak lebih dari ¼-1/2 sendok teh (6 gram/hari), berolah raga

secara teratur (berupa jalan , lari, jogging, bersepeda 20-25 menit dengan

frekuensi 3-5 x per minggu, berhenti merokok, dan mempertahankan berat

badan yang sehat ,menghindari minuman berkafein, minuman beralkohol,

bcukup istirahat 6-8 jam dan mengendalikan stres (Sugeng, 2018).

10 Komplikasi

Hipertensi jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi melalui

aterosklerosis, dimana pembentukan plak menyebabkan penyempitan pembuluh

darah. Hal ini membuat hipertensi memburuk, karena jantung harus memompa

lebih keras untuk mengantarkan darah ke tubuh. Aterosklerosis terkait

hipertensi dapat menyebabkan (Sugeng, 2018):

a. Gagal jantung dan serangan jantung

b. Aneurisma atau tonjolan abnormal didinding arteri yang bisa meledak,

menyebabkan perdarahan hebat dan dalam beberapa kasus, kematian.

c. Gagal ginjal

d. Amputasi retinopati hipertensi dimata, yang bisa menyebabakan kebutaan

11. Prognosis

Tanpa pengobatan, hipertensi akan berakibat lanjut seusia dengan organ

yang diserangnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis hipertensi

adalah etiologi hipertensi dan komplikasi.hipertensi sekunder yang ditemukan

pada tahap dini memiliki prognosis yang lebih baik.begitu pula dengan

komplikasi,hipertensi dengan sedikit komplikasi juga akan menghasilkan

prognosis yang lebih baik. (Sugeng, 2018).


17

B. Konsep Dasar Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien sebagai tatanan

pelayanan kesehatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu pengkajian,

menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan dokumentasi.

Setiap tahap dari proses keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama

lain (Budiono, 2015).

Tahap pertama yaitu Pengkajian, ialah langkah pertama dalam proses

keperawatan. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan data dasar tentang

kesehatan klien baik secara fisik, psikologis, maupun emosional. Data dasar ini

digunakan untuk menetapkan status kesehatan klien, menemukan masalah actual

atau potensial, serta sebagai acuan dalam memberi edukasi pada klien. Ada dua

jenis data yang bisa didapatkan oleh perawat yaitu data subjektif dan data objektif.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengumpulkan data yaitu melalui, observasi,

wawancara, pemeriksaan fisik meliputi Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi,

riwayat kesehatan, dan pemeriksaan diagnostik lainnya (Hutahean, 2010).

Tahap kedua yaitu menentukan Diagnosa, ialah proses menganalisis data

subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses

berfikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam

medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain. Diagnosa keperawatan adalah

terminologi yang digunakan oleh perawat untuk menjelaskan masalah kesehatan,

tingkat kesehatan, respons klien terhadap penyakit, atau kondisi klien

(actual/potensial) sebagai akibat dari penyakit yang diderita (Hutahean, 2010).


18

Menurut Potter & Perry (2013), ada 3 jenis diagnosa keperawatan yaitu:

diagnosis Aktual, yaitu menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan

atau proses kehidupannya klien mengalami masalah kesehatan dan diagnosis

risiko, yaitu menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko mengalami masalah

kesehatan serta diagnosis Promosi kesehatan, yaitu menggambarkan adanya

keinginan dan motivasi klien untuk meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat

yang lebih baik atau optimal. Diagnosis keperawatan memiliki dua komponen

utama yaitu masalah (Problem) dan Indikator diagnostik meliputi penyebab

(Etiology), tanda (Sign) dan Gejala (Symptom).

Tahap ketiga adalah tahap perencanaan (Intervensi), Intervensi adalah

panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atau tindakan yang

harus dilakukan perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu klien mencapai

hasil yang diharapkan. Ada tiga komponen utama yang harus ada dalam sebuah

rencana asuhan keperawatan, yaitu diagnosa keperawatan atau masalah yang

diprioritaskan, tujuan dan kriteria hasil yaitu menuliskan tujuan yang akan dicapai

dan hal-hal yang menjadi kriteria dalam keberhasilan pemberian asuhan

keperawatan, intervensi yaitu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

atau kriteria hasil. Dalam penulisan tujuan perawatan harus berdasarkan SMART,

yaitu secara Spesific (tidak menimbullkan arti ganda), Measureable (dapat di ukur,

dilihat, didengar, diraba, dirasakan, atau dibau), Achievable (dapat dicapai),

Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah), dan Time (memiliki

batas waktu yang jelas) (Budiono, 2015).


19

Tahap keempat yaitu melakukan penatalaksanaan (Implementasi), tahap ini

muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tindakan yang

dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat

pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan kepada pasien akan berbeda,

disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan kebutuhan yang paling dirasakan

oleh klien (Debora, 2012).

Tahap yang kelima yaitu evaluasi, pada tahap ini kita membandingkan hasil

tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta

menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagian,

atau bahkan belum teratasi semuanya. Tujuan dari evaluasi adalah untuk

mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik

terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau

muncul masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan

tujuan, kriteria hasil yang telah di tetapkan. Setelah itu masuk pada tahap terakhir

yaitu tahap dokumentasi, dimana kita menulis catatan tentang penyusunan

kegiatan-kegiatan yang telah diberikan kepada klien dalam menyelesaikan

masalah yang didapatkan (Hutahean, 2010).

Selanjutkan penerapan asuhan keperawatan pada pada pasien hipertensi

dilakukan sesuai tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian

a. Data: Nama, alamat, umur, tanggal MRS, diagnose medis, penanggung jawab,

catatan kedatangan.

b. Riwayat kesehatan.
20

1) Keluhan utama: kepala terasa pusing, tidak bisa tidur, lemah.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang: biasanya saat dilakukan pengkajian pasien

masih mengeluh kepala terasa pusing, tidak bisa tidur, lemah, penglihatan

berkunang-kunang, tidak bisa tidur.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu: biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit yang sudah lama di alami oleh pasien, dan biasanya pasien

mengkonsumsi obat rutin.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga: biasanya penyakit hipertensi ini adalah

penyakit turunan dari keluarga pasien.

5) Riwayat psikososial: hubungan pasien dengan keluarga, kerabat, teman.

6) Riwayat spiritual: pasien selalu tabah dan sabra menghadapi pasien.

c. Pola aktivitas sehari-hari

1) Nutrisi

Kebiasaan makan, menu makanan, porsi makan, porsi minum.

2) Istirahat (tidur)

Kebiasaan tidur pasien, gangguan tidur pasien.

3) Eliminasi

a) BAK (kebiasaan BAK, warna, bau)

b) BAB (kebiasaan BAB, warna, bau)

4) Personal hygiene

a) Mandi (kebiasaan mandi, memakai sabun)

b) Gosok gigi (kebiaasaan gosok gigi)

5) Aktivitas
21

d. Data subjektif

1) Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum

a) Kesadaran : composmentis

b) Penampilan : rapi

c) TTV : TD, suhu, nadi, RR

2) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

b) Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut beruban atau tidak, adakah

benjolan dan lesi, bentuk wajah simetris.

c) Palpasi : Adakah nyeri tekan disekitar luka.

d) Mata

e) Inspeksi : Mata simetris, pupil isokor, scleranormal, konjungtiva

pucat, pergerakan bola mata normal, alis mata.

f) Hidung

g) Inspeksi : Kesimetrisan, fungsi penciuman, adakah secret, adakah

pernafasan cuping hidung, nafas spontan.

h) Mulut dan tenggorokan

i) Inspeksi : Bukosa bibir, lidah kotor atau tidak, karies gigi, nafsu

makan, adakah nyeri telan, gusi berdarah atau tidak.5)LeherInspeksi :

Adakah benjolan, adakah lesi.

j) Palpasi : Adakah pembesaran kelenjar tiroid.

k) Thorak, paru, dan jantung


22

l) Inspeksi : Bentuk dada, pergerakan dinding dada, adakah keluhan

sesak, adakah tarikan interkoste, batuk (+/-), adakah nyeri saat

bernafas, pola nafas

m) Palpasi : Adakah nyeri tekan pada daerah dada.

n) Perkusi : Suara sonor (paru kira dan paru kanan)

o) Auskultasi : Suara nafas, suara jantung, adakah suara tambahan.

p) Abdomen

q) Inspeksi : simetris, mual (+/-), muntah (+/-)

r) Palpasi: adakah nyeri tekan

s) Perkusi: timpani Auskultasi : bising usus 22 x/menit

t) Genetalia

u) Inspeksi : Distensi kandung kemih (+/-), terpasang kateter (+/-),

produksi urine.

v) Palpasi : Adakah nyeri tekan pada kandung kemih.

w) Ekstermitas atas dan bawah :

x) Inspeksi : Pergerakan sendi terbatas atau tidak, adakah kelemahan

pada ekstermitas atas dan bawah.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa

medis & NANDA NIC-NOC (Nurarif & Kusuma, 2015) adalah sebagai berikut:

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokontriksi, hipertrofi atau ragiditas ventrikuler, ikemia miokard.

b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan

iskemia
23

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan

melemah dan asupan cairan berlebihan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan suplai O2 keotak

menurun

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut aplikasi NANDA (2015), antara lain:

Tabel 2.3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


1. Resiko penurunan 1. Cardiac pump Cardiac care
curah jantung effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri
Definisi : ketidakkuatan 2. Circulation statu dada (intensitas, lokasi,
darah yang dipompa oleh 3. Vital sign status durasi)
jantung untuk memenuhi Kriteria Hasil : 2. Catat adanya disritmia
kebutuhan metabolic 1. Tanda vital dalam jantung
tubuh rentang normal 3. Catat adanya tanda dan
Batasan karakteristik (tekanan darah, gejala penurunan
1. Perubahan nadi, respirasi) cardiac output
frekuensi/irama jantung 2. Dapat 4. Monitor status
a.Aritmia Bradikardi, mentoleransi kardiovaskuler
takikardi aktivitas, tidak ada 5. Monitor status
b. Perubahan EKG kelelahan pernafasan yang
c.Palpitasi 3. Tidak ada edema menandakan gagal
2. Perubahan preload paru, perifer, dan jantung
a.Penurunan tekanan tidak ada asites 6. Monitor abdomen
vena central (central 4. Tidak ada sebagai indicator
venous pressure, penurunan penurunan perfusi
CVP) keasadaran 7. Monitor belance cairan
b. Penurunan 8. Monitor respon pasien
tekananarteri paru terhadap efek
(pulmonary artery pengobatan antiaritmia
wedge pressure, 9. Atur periode latihan
PAWP) dan istirahat untuk
c.Edema, keletihan menghindari kelelahan
d. Peningkatan 10. Monitor toleransi
CVP aktivitas pasien
24

e.Peningkatan PAWP 11. Monitor adanya


f. Distensi vena jugular dyspneu, fatigue,
g. Murmur takipneu, dan ortopneu
h. Peningktan berat 12. Anjurkan untuk
badan menurunkan stress
3.Perubahan afterload Vital Sign Monitoring
a.Kulit lembab 1. Monitor TD, nadi,
b. Penurunan nadi suhu, dan RR
perifer 2. Catat adanya fluktuasi
c.Penurunan rasistensi tekanan darah
vascular paru 3. Monitor VS saat pasien
(pulmonary vascular berbaring, duduk, atau
resistence, PVR) berdiri
d. Penurunan 4. Auskultasi TD pada
resistensi vascular kedua lengan dan
sistemik (sistemik bandingkan
vascular restence, 5. Monitor TD, nadi, RR,
SVR) sebelum, selama. Dan
e.Dipsnea setelah aktivitas
f. Peningkatan PVR 6. Monitor kualitas dari
g. Peningkatan nadi
SVR 7. Monitor adanya pulsus
h. Oliguria paradoksus
4. Perubahan warna kulit 8. Monitor adanya pulsus
Variasi pada embacaan alterenas
tekanan darah 9. Monitor jumlah dan
5. Perubahan irama jantung
kontrakstilitas 10. Monitor bunyi jantung
a.Batuk, crackle 11. Monitor frekuensi dan
b. Penurunan irama pernafasan
indeks jantung 12. Monitor suara paru
c.Penurunan frekuensi 13. Monitor pola
ejeksi pernafasan abnormal
d. Ortopnea 14. Monitor suhu, warna,
e.Dispnea paroksimal dan kelembaban kulit
nocturnal 15. Monitor sianosis perifer
f. Penurunan LVSWI 16. Monitor adanya
(left ventricular cushing triad (tekanan
stroke work index) nadi yang melebar,
g. Penurunan stroke bradikardi, peningkatan
volume index (SVI) sistolik)
h. Bunyi S3, bunyi 17. Identifikasi penyebab
S4 dari perubahan vital
6.Prilaku/emosi sign
Asietas, gelisah
Faktor yang
berhubungan
a. Perubahan afterload
25

b. Perubahan
kontraktilitas
c. Perubahan frekuensi
jantung
d. Perubahan preload
e. Perubahan irama
f. Perubahan volume
sekuncup
2. Nyeri Akut Noc NIC
Definisi : pengalaman 1. Pail level Pain management
sensori dan emosional 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian
yang tidak 3. Comfort level myeri secara
menyenangkan yang Kriteria Hasil : komprehensif termasuk
muncul akibat kerusakan 1. Mampu lokasi, karakteristik,
jaringan yang aktual atau mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
potensial atau (tahu penyebab kualitas dan faktor
digambarkan dalam hal nyeri, mampu presipitasi
kerusakan sedemikian menggunakan 2. Observasi reaksi
(international tehnik nonverbal dari
association for study of nonfarmakologi ketidaknyamanan
pain) awitan yang tiba untuk mengurangi 3. Gunakan teknik
tiba atau lambat dari nyeri, mencari komunikasi terapeutik
intensitas ringan hingga bantuan) untuk mengetahui
berat dengan akhir yang 2. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
dapat diantisipasi atau nyeri berkurang pasien
diprediksi dan dengan 4. Kaji kultur yang
berlangsung <6 bulan menggunakan mempengaruhi respon
Batasan Karakteristik: manajeman nyeri nyeri
1. Perubahan selera 3. Mampu mengenali 5. Evaluasi pengalaman
makan nyeri (skala, nyeri yang masa
2. Perubahan tekanan intensitas, lampau
darah frekuensi dan 6. Evaluasi bersama
3. Perubahan frekwensi tanda nyeri) pasien dan tim
jantung kesehatan lain tentang
4. Perubahan frekwensi ketidakefektifan control
pernafasan nyeri masa lampau
5. Laporan isyarat 7. Bantu pasien dan
6. Diaforesis keluarga menemukan
Perilaku distraksi dukungan
7. Mengekspresikan 8. Kontrol lingkungan
perilaku yang dapat
8. Sikap melindungi mempengaruhi nyeri
area nyeri fokus seperti suhu ruangan,
menyempit pencahayaan dan
9. Indikasi nyeri yang kebisingan
dapat diamati 9. Kurangi faktor
10. Perubahan posisi presipitasi nyeri
untuk menghindari 10. Pilih dan lakukan
26

nyeri penangan nyeri


11. Sikap tubuh (farmakologi, non
melindungi farmakologi dan
12. Dilatasi pupil interpersonal)
13. Melaporkan nyeri 11. Kaji tipe dan sumber
secara verbal nyeri untuk
14. Gangguan tidur menentukan intervensi
Faktor yang 12. Ajarkan tentang teknik
berhubungan : non farmakologi
Agen cedera (biologis, 13. Berikan analgetik untuk
zat kimia, fisik, mengurangi nyeri
pskilogis) 14. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajeman nyeri
Analgesic Admistration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
3. Kelebihan Volume NOC : NIC :
27

Cairan 1. Electrolit and acid 4. Pertahankan catatan


Berhubungan dengan : base balance’ intake dan output yang
- Mekanisme 2. Fluid balance akurat
pengaturan melemah 3. Hydration 5. Pasang urin kateter jika
- Asupan cairan Setelah dilakukan diperlukan
berlebihan tindakan keperawatan 6. Monitor hasil lab yang
DO/DS : selama sesuai dengan retensi
Berat badan Kelebihan volume cairan (BUN , Hmt ,
meningkat pada waktu cairan teratasi dengan osmolalitas urin )
yang kriteria: 7. Monitor vital sign
singkat 1. Terbebas dari 8. Monitor indikasi retensi
Asupan berlebihan edema, efusi, / kelebihan cairan
dibanding output anasarka (cracles, CVP , edema,
Distensi vena jugularis 2. Bunyi nafas bersih, distensi vena leher,
Perubahan pada pola tidak ada asites)
nafas, dyspnoe/sesak dyspneu/ortopne 9. Kaji lokasi dan luas
nafas, 3. Terbebas dari edema
orthopnoe, suara nafas distensi vena 10. Monitor masukan
abnormal (Rales atau jugularis, makanan / cairan
crakles), 4. Memelihara 11. Monitor status nutrisi
, pleural effusion tekanan vena 12. Berikan diuretik sesuai
Oliguria, azotemia sentral, tekanan interuksi
Perubahan status kapiler paru, 13. Kolaborasi pemberian
mental, kegelisahan, output jantung dan obat:
kecemasan vital sign DBN 14. Monitor berat badan
5. Terbebas dari 15. Monitor elektrolit
kelelahan, 16. Monitor tanda dan
kecemasan atau gejala dari Odema
bingung
4. Intoleransi aktifitas NOC NIC
Definisi:ketidakcukupan 1. Energy Activity Therapy
energy psikologis dan conservation. 1. Kolaborasikan dengan
fisiologis untuk 2. Activity tolerance. Tenaga Rehabilitasi
melanjutkan atau 3. Self care: ADLs Medik dalam
menyelesaikan aktifitas Kriteria Hasil: merencanakan program
kehidupan sehari-hari 1. Berpartisipasi terapi yang tepat.
yang harus atau yang dalam aktivitas 2. Bantu klien untuk
ingin dilakukan.Batasan fisik tanpa disertai mengidentifikasi
karakteristik: peningkatan aktivitas yang mampu
1. Respon tekanan darah tekanan darah, dilakukan.
abnormal terhadap nadi, dan RR. 3. Bantu untuk
aktivitas. 2. Mampu melakukan mendapatkan alat
2. Respon frekwensi aktivitas sehari- bantuan aktivitas
jantung abnormal hari (ADLs) secara seperti kursi roda, krek.
terhadap aktivitas. mandiri. 4. Bantu untuk
3. Perubahan EKG yang 3. Tanda-tanda vital mengidentifikasi
mencerminkan normal. aktivitas yang disukai.
aritmia. 4. Energi psikomotor. 5. Bantu klien untuk
28

4. Perubahan EKG yang 5. Level kelemahan. membuat jadwal latihan


mencerminkan 6. Mampu berpindah: diwaktu luang.
iskemia. dengan atau tanpa 6. Bantu pasien atau
5. Ketidaknyamanan bantuan alat. keluarga untuk
setelah beraktivitas. 7. Status mengidentifikasi
6. Dispnea setelah kardiopulmunari kekurangan dalam
beraktivitas. adekuat. beraktivitas.
7. Menyatakan merasa 8. Sirkulasi status 7. Bantu pasien untuk
letih. baik. mengembangkan
8. Menyatakan merasa 9. Status respirasi: motivasi diri dan
lemah. pertukaran gas dan penguatan.
Faktor yang ventilasi adekuat 8. Monitor respon fisik,
berhubungan: emosi, sosial dan
1. Tirah baring atau spiritual.
mobilisasi.
2. Kelemahan umum.
3. Ketidakseimbangan
antara suplei dan
kebutuhan oksigen.
4. Imobilitas.
5. Gaya hidup monoton
5 Gangguan pola tidur NOC : NIC :
berhubungan dengan Kebutuhan tidur Sleep Enhancement
nyeri yang dirasakan terpenuhi 1. Determinasi efek-efek
Setelah dilakukan medikasi terhadap pola
tindakan tidur-
keperawatan 2. Jelaskan pentingnya
selama .... gangguan tidur yang adekuat
pola tidur pasien 3. Fasilitasi untuk
teratas idengan mempertahankan
kriteria hasil: aktivitas sebelum tidur
1. Jumlah jam (membaca)-
tidurdalam batas 4. Ciptakan lingkungan
normal yang nyaman
2. Pola 5. Kolaburasi pemberian
tidur,kualitasdala obat tidur
m batas normal
3. Perasaan
freshsesudahtidur/
istirahat
4. Mampumengident
ifikasi hal-hal
yangmeningkatka
n tidur
6 Resiko ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan otak b/d c. Circulation status 1. Monitor TTV
penurunan suplai O2 d. Neurologic status 2. Monitor AGD, ukuran
keotak menurun e. Tissue Prefusion pupil, ketajaman,
29

DO :cerebral kesimetrisan dan reaksi


- Gangguan status Setelah dilakukan 3. Monitor adanya
mental asuhan diplopia, pandangan
- Perubahan perilaku selama……… kabur, nyeri kepala
- Perubahan respon ketidakefektifan 4. Monitor level
motorik perfusi kebingungan dan
- Perubahan reaksi pupil jaringan cerebral orientasi’
- Kesulitan menelan teratasi 5. Monitor tonus otot
- Kelemahan atau dengan kriteria hasil: pergerakan
paralisis 1. Tekanan systole 6. Monitor tekanan
ekstrermitas dan diastole intrkranial dan respon
- Abnormalitas bicara dalam rentang nerologis
yang diharapkan 7. Catat perubahan pasien
2. Tidak ada dalam merespon
ortostatik stimulus
hipertensi 8. Monitor status cairan
3. Komuni kasi jelas 9. Pertahankan parameter
4. Menunjukkan hemodinamik
konsentrasi dan 10.Tinggikan kepala 0-
orientasi 45o tergantung pada
5. Pupil seimbang konsisi pasien dan
dan reaktif order medis
6. Bebas dari
aktivitas kejang

4. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan tindakan dan kegiatan yang

telah di rencanakan dalam rencana keperawatan. Implementasi juga merupakan

tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan

keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen), saling

ketergantungan/kolaborasi (independent), dan tindakan rujukan/ketergantungan

(dependent) (Tarwoto, 2015).

5. Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam menilai tindakan

keperawatan yang telah ditentukan , untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan

klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Untuk
30

mempermudah proses mengevaluasi/ memantau perkembangan klien.

Digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:

a. S : data sujektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

b. O : data objektif

Data berdasarkan hasil pengkajian atau observasi perawat secara langsung

kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

c. A : analisa

Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,

atau juga dapat dilakukan suatu masalah / diagnosis baru yang terjadi akibat

perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanta dalam

data subjektif dan objektif

d. P : Planning

Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau

ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan

sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data

tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis peneltian ini adalah deskriptif dengan bentuk studi kasus. Metode

deskriptif analitis merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan atau

memberi gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel

atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum

(Sugiyono, 2015). Penulis akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada

pasien dengan kasus hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi

Kabupaten Sigi. Pendekatan yang digunakan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan dan evaluasi

keperawatan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Studi kasus akan dilaksanakan pada pasien rawat jalan. Penulisan akan

dilakukan di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi pada bulan

Oktober 2020

C. Subyek Studi Kasus

Subyek penulisan yang digunakan pada studi kasus asuhan keperawatan ini

menggunakan satu responden yang dirawat di Puskesmas Kulawi Kecamatan

Kulawi Kabupaten Sigi, dengan kriteria subjek :

1. Pasien berobat Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi dengan

diagnosa hipertensi.

2. Pasien mampu berkomunikasi dengan baik.


32

3. Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani surat persetujuan

(informed consent) sebagai bukti persetujuan.

D. Definisi Operasional)

Definisi operasional adalah batasan dan cara pengukuran variabel yang akan

diteliti. . Definisi operasional dibuat untuk memudahkan dan menjaga konsistensi

pengumpulan data, menghindari perbedaan interprestasi serta membatasi ruang

lingkup variabel (Supardi, 2013)

1. Penkajian keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses asuhan

keperawatan yang meliputi pengumpulan data, kliasifikasi data, analisa data,

diagnose keperawatan dan perioritas berdasarkan diagnose keperawatan.

2. Diagnose keperawatan

Diagnose keperawatan adalah kesimpulan yang diambil oleh perawat

berdasarkan data yang didapatkan.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan yang akan dilakukan

sesuai dengan konsep/literatur yang ada.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan adalah realisasi dari intervensi keperawatan

yang sebelumnya telah ditentukan.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah penilaian yang dilaksanakan dengan

mengacu pada SOAP.


33

E. Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu

sebagai berikut (Sujarweni, 2014):

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu pola dalam memulai komunikasi dengan tujuan

yang spesifik dan terarah dalam area tertentu. Dalam keperawatan tujuan dari

wawancara adalah untuk mengetahui riwayat kesehatan/keperawatan

mengidentifikasi kebutuhan kesehatan, faktor-faktor resiko, dan faktor-faktor

spesifik dari perubahan status kesehatan dan pola kehidupan klien, serta untuk

menjalin hubungan perawat klien. Wawancara dapat dilakukan dengan klien

langsung atau dengan orang lain yang terdekat.

2. Pengamatan/ Observasi

Pengamatan (observasi) adalah metode observasi dan memberikan

tindakan keperawatan yang memantau kondisi klien sebelum, saat dan setelah

diberikan asuhan keperawatan. Pengamatan adalah mengamati perilaku dan

keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah keperawatan, data yang

diamati saat memberikan asuhan keperawatan pada klien menyangkut aspek

bio-psiko-sosial-spiritual yang klien miliki.

Pemeriksaan fisik adalah mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran

lainnya serta pemeriksaan semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Sepanjang pemeriksaan fisik, data diukur

terhadap standard, yang merupakan peraturan yang telah di tetapkan atau dasar

pembandingan dalam pengukuran atau penilaian kapasitas, kuantitas,

kandungan dan nilai dari objek dalam kategori yang sama.


34

3. Dokumentasi adalah berupa bukti tindakan yang telah kita lakukan selama

melakukan tindakan asuhan keperawatan ).

4. Instrumen Pengumpulan Data

Alat dan instrument yang dibutuhkan dalam penelitian adalah format

pengkajian, alat pemeriksaan fisik yang terdiri dari tensi meter, thermometer,

stetoskop.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti melakukan penelitian. Dilakukan mulai

awal pengkajian dan dilakukan asuhan keperawatan pada setiap hari untuk

mengetahui perkembangan dari pasien. Teknik analisis data yang dipakai oleh

peneliti adalah dengan cara pengumpulan data dengan wawancara dan observasi

pada klien. Urutan dari analisis data adalah (Pamungkas, 2017) :

1. Pengumpulan data. Data dikumpulkan dari wawancara, observasi, pemeriksaan

fisik, serta pendokumentasian. Hasil ditulis dalam buku catatan terstruktur.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan pengkajian setelah itu

menetapkan diagnosis keperawatan yang muncul, melakukan perencanaan

untuk mengatasi masalah yang muncul, melakukan tindakan serta melakukan

evaluasi disetiap tindakan.

2. Mengolah data-data yang sudah terkumpul kemudian diklasifikasikan menjadi

data subjektif dan data objektif berdasarkan data yang diperoleh dilapangan.

Data subjektif yaitu data yang diperoleh dari pernyataan klien dan keluarga di

Puskesmas, sedangkan data objektif didapat dari observasi kepada pasien

hipertensi.
35

3. Kesimpulan dari data diinterpretasikan dan dibandingkan, teori yang ada

sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut.

G. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan. Masalah etika yang

harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut (Hidayat, 2011):

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden oleh peneliti

dengan menyertakan judul penelitian agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghargai atau menghormati hak-hak yang dimiliki responden (subjek).

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian
36

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.   Hasil Penelitian

1.    Pengkajian

Identitas Klien

a.      Nama Klien : Tn. “B”

b.      Umur : 53 Tahun

c.      Jenis Kelamin : Laki - Laki

d.      Agama Kristen

e.      Status Pernikahan : Kawin

f.      Pekerjaan : Tani

g.      Suku Bangsa : Kulawi, Indonesia

h.      No. RM : 00267

i.      Tanggal Masuk RS : 20 Oktober 2020

j.  Tanggal Pengkajian : 21 Oktober 2020

Penanggung Jawab

a.      Nama : Ny. “R”

b.      Usia : 47 Tahun

c.      Jenis Kelamin : Perempuan

d.      Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

e.      Hubungan Dengan Klien : Istri Klien

2.    Riwayat kesehatan

a.   Keluhan Utama : Sakit kepala disertai leher terasa tegang

dan kaku dan pusing


37

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Sakit kepala dirasakan sejak 19 Oktober 2020 sebelum pasien datang

ke Puskesmas kemudian disertai leher terasa tegang dan kaku dan pusing.

Keluhan dirasakan semakin berat jika melakukan aktivits. Untuk

mengurangi sakit kepala dan pusing klien hanya beristirahat.. Keadaan ini

dirasakan klien sejak ± 1 hari sebelum masuk ke Puskesmas..

c. Riwayat Kesehatan Lalu

Menurut klien kurang lebih 4 bulan yang lalu pasien pernah dirawat

dengan penyakit yang sama, setelah itu pasien tidak pernah kontrol dan

tidak minum obat.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang

menderita penyakit hipertensi, yaitu ibu klien

Genogram :

Keterangam

Laki-Laki Klien Hubungan suami istri

Perempuan + Meninggal Hubungan anak


38

e. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasinya

Sendiri : Istirahat, tidur, mengatur posisi yang nyaman

Dibantu : Klien dibantu oleh keluarga untuk mengatur posisinya dan klien

juga dibantu oleh perawat untuk memeriksa tanda-tanda vital klien

serta memberikan obat dan mengganti cairan infus klien sesuai

dengan anjuran dokter.

3.  Riwayat Psikososial

a.    Pola Konsep Diri

Citra Tubuh : Klien menganggap dirinya hanya sebagai orang biasa

Identitas Diri : Klien anak ke 2 dari 4 bersaudara

Peran Diri : Klien berperan sebagai kepala rumah tangga

Ideal Diri : Klien berharap cepat sembuh dan berkumpul kembali dengan

keluargannya

Harga Diri : Klien dihargai oleh istri dan keluargannya

b.   Pola Kognitif: Klien tidak mengalami gangguan ingatan jangka panjang

maupun jangka pendek

c.   Pola Koping : Klien merasa cemas terhadap penyakitnya

d.   Pola Interaksi: Klien dapat berinteraksi dengan baik dengan keluarga,

perawat, dokter

4. Riwayat Spiritual

a. Ketaatan klien beribadah : Sebelum masuk rumah sakit klien menjalankan

ibadah sesuai keyakinan yang dianut namun setelah dirawat di rawat klien

hanya berdoa.
39

b. Dukungan keluarga klien : Keluarga sangat memperhatikan klien, melihat

istri klien menemani klien selama dirawat dan nampak saudara dan keluarga

klien datang menjenguk apabila ada waktu luang.

c. Ritual yang biasa dijalankan klien : ritual yang biasa dijalankan klien selama

sakit yaitu klien hanya mampu berdoa.

5. Pemeriksaan Fisik

a.    Keadaan Umum Klien

1) Kesadaran compos mentis

2) Tanda-tanda tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,5oC

Pernapasan : 20 x/menit.

b.  Sistem Pernapasan

1)    Hidung

Inspeksi : Kedua lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat

pernapasan cuping hdung, tidak ada sekret, tidak ada epistaksis.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

2)   Leher

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan pembesaran vena jungularis, tidak

ada tumor

3) Dada

Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada kiri dan
40

kanan tidak terdapat retraksi.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

c.   Sistem cardivaskuler

Jantung

I : Dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran

pada jantung.

P: tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan.

P: Bunyi suara jantung redup

A: bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi

tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan

gallop.

d.  Sistem Pencernaan

1)  Bibir

Inspeksi : bibir lembab, tidak ada labio skisis

2)  Mulut

Inspeksi : tidak terdapat stomatitis, kemampuan menelan baik,

mukosa bibir lembab

3) Gaster

Palpasi : Tidak ada nyeri

4)  Abdomen

Palpasi : Tidak ada kelainan pada abdomen

Auskultasi : Bising usus normal

5)    Anus : tidak dikaji karena pasien menolak


41

e.    Sistem Indera

1) Mata

a)   Kelopak mata

Inspeksi : kelopak mata mampu membuka dan menutup, bulu mata

tipis, alis mata tebal.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

b)  Visus

Inspeksi : klien mampu melihat objek dengan jarak jauh

c)   Lapang Pandang

Inspeksi : Dapat mengikuti pergerakan tangan

2)    Hidung

Inspeksi : Penciuman klien baik (mampu membedakan bau minyak

kayu putih dan parfum), tidak ada epistaksis, tidak ada perih dihidung,

tidak ada sekret yang menghalangi penciuman.

3)    Telinga

Inspeksi : Keadaan daun telinga simetris kiri dan kanan, daun telinga

bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik dengan cara

menguji meletakkan arloji dibelakang telinga klien.

f.   Sistem Syaraf

1)    Fungsi Cerebral

a) Status Mental Orientasi : daya ingat baik, klien dapat mengingat

kejadian dimasa lalu dan sekarang, klien dapat mengenal orang,

tempat dan waktu dimana ia berada sekarang dan mengenal bahasa

dengan jelas saat dilakukan pengkajian.


42

b) Kesadaran (GCS)

Eyes : membuka mata spontan 4

Motorik : menurut pada perintah 6

Verbal: Orientasi baik 5

c)    Bicara Jelas

2)   Fungsi Cranial

a) Nervus I (olfaktorius) : klien mampu membedakan bau minyak

kayu putih dan bau parfum yang diberikan

b) Nervus II (Optikus) : Klien mampu melihat objek dengan jarak

jauh

c) Nervus III (okulomotorius) : klien mampu menggerakkan bola mata

d) Nervus IV (trokhlearis) : reaksi pupil baik terhadap cahaya

e) Nervus VI (abdusen) : mampu membuka dan menutup kelopak

mata

f) Nervus V(trigeminus): klien dapat menutup dan mengatupkan

mulutnya.

g) Nervus VII (fasialis) : klien mampu membedakan rasa manis

dan pahit

h) Nervus VIII (akustikus): fungsi pendengaran baik, klien dapat

mendengar detik jarum jam tangan

i) Nervus IX (glosofaringeus) : klien mampu merasakan makanan

j) Nervus X (vagus) : klien mampu menelan dengan baik

k) Nervus XI (asccesiorius) : klien mampu mengerakkan kepala leher

dan bahunya
43

l) Nervus XII (Hupoglosus): klien dapat mengerakkan lidahnya

kesegala arah.

3)   Fungsi Motorik

-       Massa otot : baik 5 5

-       Tonus otot : baik

-       Kekuatan otot : baik 5 5

Keterangan :

-      Klien mampu mengangkat tangan kiri dan mampu melawan gravitasi

dan tekanan/beban. Tangan kanan mampu diangkat dan melawan

gravitasi dan tekanan/beban.

-      Klien mampu mengangkat kaki kiri dan mampu melawan gravitasi

dan tekanan/beban. kaki kanan mampu diangkat dan melawan

gravitasi dan tekanan/beban.

4)  Fungsi Sensorik

Suhu : klien dapat membedakan suhu panas dan dingin

Nyeri : klien dapat merasakan nyeri

Getaran : terasa

5) Fungsi Cerebellum

Koordinasi : klien dapat menunjukkan anggota tubuh dengan baik sesuai

perintah

g. Sistem Muskuloskeletal

1) Kepala : normal dan tidak ada pembengkakan, terdapat nyeri

kepala

2) Vertebrae : tidak ada scoleosis, lordosis, kiposis


44

3) Pelvis : tidak ada kelainan

4) Lutut : tidak terdapat pembengkakan, gerakan baik

5) Kaki : tidak terdapat pembengkakan, dapat digerakkan dengan baik

6) Tangan : tidak terdapat pembengkakan, dapat digerakkan dengan

baik

h. Sistem Integumen

1) Rambut : berwarna hitam, tidak mudah dicabut, rambut kusam, kulit

rambut tidak terdapat ketombe

2) Kulit : warna kulit sawo matang, temperatur hangat, kulit bersih

3) Kuku : warna kuku merah muda, kuku panjang, tidak mudah patah

namun kurang bersih

i. Sistem Endokrin

1) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

2) Ekskresi urine lancar

3) Tidak ada riwayat air seni dikelilingi semut

j.    Sistem Perkemihan

Tidak ada nyeri pada daerah kandung kemih, klien sering kencing.

k. Sistem Imun

Tidak ada alergi terhadap cuaca, obat-obatan, debu dan zat kimia dan tidak

ada penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca.


45

6. Aktivitas Sehari-Hari

Tabel 4. 1 Aktivitas Sehari-Hari


No Aktifitas Sehat Sakit
1 Makan dan
minumanNutrisi
1. Makanan Diet :Makanan Lunak
a. Menu Nasi dan sayur Habis 1 porsi
b. Porsi Habis 1 piring Tidak ada
c. Pantangan Tidak ada
2. Minuman 6-7 gelas
a. Jumlah 7-8 gelas Tidak ada
b. Pantangan Tidak ada
2 Eliminasi
1. BAB
a. Frekuensi 1x dalam sehari 1x sehari
b. Warna Kuning Kuning
c. Bau Khas Khas
d. Konsistensi Lembab Lembab
e. Kesulitan Tidak ada ada
2. BAK
a. Frekuensi 5-6 x sehari 5-6 x sehari
b. Warna Kuning kuning
c. Bau Pesing Pesing
d. Konsistensi Cair Cair
e. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
3. Istirahat dan tidur
a. Waktu tidur Siang malam siang malam
b. Lama tidur 9-10 jam 6- 7 jam,
c. Hal yang Tidak ada Tidak ada
mempermudah tidur
d. Kesulitan tidur Tidak ada Ada, karena nyeri
kepala
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 1 x 2 sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada
c. gosok gigi 2 kali sehari 1 x 2 sehari
d. potong kuku 1 x seminggu 1x seminggu
46

7. Analisa Data

Tabel 4. 2 Analisis Data


N DATA ETIOLOGI MASALAH

O
1 DS Stress, merokok, Nyeri
1. Klien mengatakan sakit kepala kurang gerak, genetik, berhubungan
2. Klien mengatkan leher terasa alkohol, konsentrasi Resistensi
tegang dan kaku pembuluh darah
DO Hipertensi otak meningkat
1. Klien tampak lemah dan
Gangguan sirkulasi
gelisah
2. TD:160/100 mmHg Resistensi pembuluh
Suhu 36,5oC darah otak meningkat
Nadi 20 x/mt
Nyeri Kepala

2. DS Hipertensi Intoleransi
1. Klien mengatakan aktivitas Aktivitas
tebatas karena pusing Gangguan sirkulasi
2. Klien mengtakan aktivitas
Resistensi pembuluh
dibantu keluarga
darah otak meningkat
DO
1. Aktivitas klien tampak Penurunan curah
dibantu keluarga jantung
2. Saat makan klien nampak
dibantu keluarga Intoleransi Aktivitas
3. Klien makan sambil berbaring
3. DS Hipertensi Gangguan tidur
1. Klien mengatakan sering berhubungan
terbangun karena nyeri Gangguan sirkulasi dengan nyeri
kepala yang dirasakan
2. Klien mengatakan susah Resistensi pembuluh
tidur darah otak meningkat
DO
1. Klien tampak lemah Nyeri Kepala
2. Klien tampak sering
terbangun (gelisah) Gangguan Tidur
3. Tidur 6-7 jam/24 jam

9. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan Resistensi pembuluh darah otak meningkat

b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing


47

c. Gangguan tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

10. Intervensi

Tabel 4. 3 Intervensi

No Diagnosa
Dx Keperawatan Tujuan Intervensi

1 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


Resistensi pembuluh tindakan 1. Kaji secara
darah otak meningkat keperawatan 2 x 24 komprehensif terhadap
jam diharapkan nyeri termasuk lokasi,
DS masalah nyeri dapat karakteristik, durasi,
1. Kilen mengatakan teratasi dengan frekuensi, kualitas,
sakit kepala kriteria hasil : intensitas nyeri
2. Klien mengatkan 1. Klien mengatakan 2. Ajarkan cara melakukan
leher terasa tegang nyeri berkurang teknik relaksasi nafas
dan kaku 2. Klien mengenal dalam
DO lamanya nyeri 3. Kaji tipe dan sumber
1. Klien tampak lemah 3. Klien dapat nyeri
dan gelisah menggunakan 4. Kolaborasi pemberian
2. TD:160/100 mmHg teknik non obat
Suhu 36,5oC farmakologi 5. Anjurkan klien untuk
Nadi 20 x/mt 4. Klien tidak gelisah tidak makan makanan
rendah garam
6. Tingkatkan istirahat
7. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
2 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi defisit
kelemahan tubuh dan selama 2x 24 jam tingkat aktivitas
pusing pasien: 2. Identifikasi kemapuan
DS 1. Mengungkapkan berpartisipasi dalam
1. Klien mengatakan peningkatan tingkat aktivitas tertentu
aktivitas tebatas energy 3. Fasilitasi pasien dan
karena pusing 2. Mengungkapkan keluarga dalam
2. Klien mengtakan bahwa rasa pusing menyesuiakan
aktivitas dibantu hilang lingkungan untuk
keluarga 3. Menunjukkan mengakomodasi
DO perbaikan aktivitas yang di pilih
1. Aktivitas klien kemampuan untuk 4. Bantu klien untuk
tampak dibantu berpartisipasi dalam mengidentifikasi
keluarga aktivitas yang aktivitas yang mampu
2. Saat makan klien diinginkan dilakukan
nampak dibantu 5. Libatkan keluarga
keluarga dalam aktivitas
48

3. Klien makan sambil


berbaring
3 Gangguan tidur Kebutuhan tidur 1. Jelaskan pentingnya
berhubungan dengan terpenuhi setelah tidur yang adekuat
nyeri yang dirasakan dilakukan tindakan 2. Fasilitasi untuk
DS
keperawatan selama mempertahankan
1. Klien mengatakan
sering terbangun 2x24 jam gangguan aktivitas sebelum tidur
karena nyeri kepala pola tidur pasien (membaca)-
2. Klien mengatakan teratasi dengan 3. Ciptakan lingkungan
susah tidur kriteria hasil: yang nyama
DO 4. Kolaburasi pemberian
1. Klien tampak lemah 1. Jumlah jam tidur obat tidur
2. Klien tampak sering dalam batas normal
terbangun (gelisah) 9- 10 jam/24 jam
3. Tidur 6-7 jam/24 2. Pola
jam tidur,kualitasdalam
batas normal
3. Perasaan fresh
sesudah tidur/
istirahat
4. Mampu
mengidentifikasi
hal-hal yang
meningkatkan tidur

11. Tindakan Keperawatan

Tabel 4. 4 Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Hari/
dx Keperawatan Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Nyeri Rabu, Manajemen Nyeri Rabu, 21-10-2020


berhubungan 21-10- 08.15 1. Mengkaji secara Jam 13.00
Resistensi 2020 komprehensif terhadap S :
pembuluh nyeri termasuk lokasi, Klien mengatakan
darah otak karakteristik, durasi, nyeri kepala
meningkat frekuensi, kualitas, masih dirasakan
intensitas nyeri tapi agak
08.35 2. Mengajarkan cara berkurang
melakukan teknik O:
relaksasi nafas dalam 1. Klien tampak
08.40 3. Mengkaji tipe dan tenang
sumber nyeri 2. TD 150/90
08.50 4. Melakukan mmHg
kolaborasi pemberian A : Masalah belum
09.00 obat tertasi tekanan
49

5. Menganjurkan darah belum


09.10 klien meningkatkan normal
istirahat P :Intervensi
6. Menganjurkan dilanjutkan
09.20 klien makan makanan 1. Menganjurkan
rendah garam klien istirahat
7. Memonitor 2. Mengajarkan
penerimaan pasien cara melakukan
tentang manajemen nyeri teknik relaksasi
nafas dalam
3. Menganjurkan
klien makan
makanan
rendah garam
4. Melakukan
edukasi
program
pengobatan dan
diet hipertensi
2 Intoleransi Rabu, Terapi Aktivitas Rabu,21-10-2020
Aktivitas 21-10- 09.30 1. Mengidentifikasi Jam 13.30
berhubungan 2020 defisit tingkat S:
dengan aktivitas 1. Klien
kelemahan 09.40 2. Mengidentifikasi mengatakan
tubuh dan kemapuan belum bisa
pusing berpartisipasi dalam beraktivitas
aktivitas tertentu sendiri
09.50 3. Memfasilitasi pasien 2. Klien
dan keluarga dalam mengtakan
menyesuiakan aktivitas dibantu
lingkungan untuk keluarga
mengakomodasi O:
aktivitas yang di pilih 1. Aktivitas
10.00 4. Membantu klien untuk klien tampak
mengidentifikasi dibantu
aktivitas yang mampu keluaraga
dilakukan 2. Saat
6. Melibatkan keluarga makan klien
10.10 dalam aktivitas nampak dibantu
keluarga
A : Masalah belum
teratasi intoransi
aktivitas
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Melakuka
n terapi aktivitas
2. Melibatka
50

n keluarga dalam
aktivitas
3 Gangguan Rabu, 11.00 1. Rabu, 21-10-2020
tidur 21-10- Menjelaskan pentingnya Jam 14.00
berhubungan 2020 11.10 tidur yang adekuat S:
dengan nyeri      Klien mengatakan
2.
yang sudah membaik.
dirasakan Memfasilitasi untuk
         
mempertahankan O : Keadaan
11.30 aktivitas sebelum tidur umum masih
(membaca) sedikit lemah
11.30 3. A : Masalah
Menciptakan lingkungan sebagian teratasi
P : Lanjutkan
yang nyaman
Intervensi
4. 1.
Mengkolaburasi pentingnya tidur
pemberian obat tidur yang adekuat
2.
untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum
tidur (membaca)
3.
lingkungan yang
nyaman
4.
pemberian obat
tidur.
51

TINDAKAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari/
dx Keperawatan Tanggal Jam Implementasi Evaluasi

1 Nyeri Kamis, Manajemen Nyeri Kamis, 22-10-2020


berhubungan 22-10- 08.15 1. Mengkaji secara Jam 13.00
Resistensi 2020 komprehensif S:
pembuluh darah terhadap nyeri Klien mengatakan
otak meningkat termasuk lokasi, nyeri kepala masih
karakteristik, durasi, dirasakan tapi agak
frekuensi, kualitas, berkurang
intensitas nyeri O:
08.35 2. Mengajarkan 1. Klien tampak
cara melakukan tenang
teknik relaksasi nafas 2. TD 140/90
08.40 dalam mmHg
3. Mengkaji tipe A : Masalah tertasi
08.50 dan sumber nyeri tekanan darah
4. Melakukan normal
09.00 kolaborasi pemberian P :Intervensi
obat dilanjutkan
5. Menganjurkan Melakukan edukasi
09.10 klien meningkatkan program pengobatan
istirahat dan diet hipertensi
6. Menganjurkan
klien makan makanan
rendah garam
2 Intoleransi Kamis, 09.30 Terapi Aktivitas Kamis, 22-10-2020
Aktivitas 22-10- 1. Mengidentifikasi Jam 13.30
berhubungan 2020 defisit tingkat S:
dengan aktivitas Klien mengatakan
kelemahan 09.40 2. Mengidentifikasi bisa beraktivitas
tubuh dan kemapuan sendiri
pusing berpartisipasi dalam O :
aktivitas tertentu Aktivitas klien
09.50 3. Membantu klien dilakukan sendiri
untuk A : Masalah teratasi
mengidentifikasi P : Intervensi
aktivitas yang dihentikan klien
mampu dilakukan boleh pulang
10.00 4. Melibatkan
keluarga dalam
aktivitas
52

3 Gangguan tidur Kamis, 11.00 1. Menjelaskan Kamis, 22-10-2020


berhubungan 22-10- pentingnya tidur yang Jam 14.00
dengan nyeri 2020 adekuat S:
yang dirasakan          Klien mengatakan
2. Memfasilitasi untuk
11.10 sudah membaik.
mempertahankan          
aktivitas sebelum O : Keadaan umum
tidur (membaca) baik
11.30 3. Menciptakan A : Masalah s
lingkungan yang teratasi
nyaman P : Lanjutkan
Intervensi edukasi
4. Mengkolaburasi
11.30 mempertahankan
pemberian obat tidur kondisi yang sudah
baik klien boleh
pulang

B. PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Sebelum penulis mengemukakan kesenjangan antara teori dengan fakta

yang ada, maka penulis terlebih dahulu menguraikan teori-teori yang

mendasari tahap pengkajian ini. Dalam teori dikemukakan bahwa jika

seseorang menderita penyakit hipertensi, maka orang tersebut akan

memperlihatkan gejala-gejala seperti sakit kepala atau pusing, nyeri atau berat

di tengkuk, sukar tidur, mudah lelah dan marah, tinnitus, mata berkunang-

kunang, epistaksis, gemetar, nadi cepat setelah aktivitas, sesak napas dan mual,

muntah. Dengan melihat gejala yang ada pada teori dengan fakta yang ada,

tidak semua keluhan yang ada pada teori juga terdapat pada fakta yang ada.

Adapun gejala-gejala yang ditemukan dalam kasus di lahan yaitu : sakit kepala

disertai leher terasa tegang dan kaku dan pusing. Hal ini bisa terjadi

disebabkan oleh tingkat perkembangan penyakit diabetes yang dialami klien.


53

Dari pengkajian Tn. B hasilnya yaitu pasien mengatakan bahwa klien

merasa sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku dan pusing.

TD:160/100 mmHg, Suhu 36,5oC, Nadi 20 x/mt

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga dan masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan

data dan analisi cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-

tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya.

Kemudian berdasarkan teori bahwa klien dengan hipertensi mempunyai 6

diagnosa keperawatan, antara lain:

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,

vasokontriksi, hipertrofi atau ragiditas ventrikuler, ikemia miokard.

b. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular serebral dan

iskemia

c. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan

melemah dan asupan cairan berlebihan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen.

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d penurunan suplai O2

keotak menurun.

Sedangkan pada kasus Tn.”B” ditemukan tiga diagnosa keperawatan

yaitu:

a. Nyeri berhubungan Resistensi pembuluh darah otak meningkat

b. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan dan pusing


54

c. Gangguan tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan

Dengan demikian ada tiga diagnosa atau masalah keperawatan yang

tidak ditemukan. Ini merupakan kesenjangan yang terjadi antara teori dengan

kenyataan yang ada hal ini disebabkan karena tidak semua gejala pada teori

didapatkan pada saat penelitian.

Sedangkan diagnosa prioritas/utama diangkat berdasarkan dengan data

yang ada yakni nyeri berhubungan resistensi pembuluh darah otak meningkat

yang ditandai dengan kilen mengatakan sakit kepala, klien mengatkan leher

terasa tegang dan kaku dan klien tampak lemah dan gelisah TD:160/100

mmHg, Suhu 36,5oC, Nadi 20 x/mt

3. Rencana Keperawatan

Untuk mengatasi masalah utama pada Tn.”B” yaitu pada diagnosa nyeri

berhubungan resistensi pembuluh darah otak meningkat yaitu kaji secara

komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, ajarkan cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam,

kaji tipe dan sumber nyeri, kolaborasi pemberian obat, anjurkan klien untuk

tidak makan makanan rendah garam, tingkatkan istirahat, monitor penerimaan

pasien tentang manajemen nyeri

Dengan harapan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x 24 jam maka diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria klien

mengatakan nyeri berkurang, klien mengenal lamanya nyeri, klien dapat

menggunakan teknik non farmakologi, klien tidak gelisah.

Diagnosa kedua, dalam perencaannya intoleransi aktivitas berhubungan

dengan kelemahan tubuh dan pusing yaitu identifikasi defisit tingkat aktivitas,
55

identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu, fasilitasi pasien

dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas

yang dipilih, bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan, libatkan keluarga dalam aktivitas.

Dengan harapan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x

24 jam pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energy, mengungkapkan

bahwa rasa pusing hilang, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Perencaanaan untuk diagnosa terakhir yaitu gangguan tidur berhubungan

dengan nyeri yang dirasakan yaitu jelaskan pentingnya tidur yang adekuat,

fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca). ciptakan

lingkungan yang nyaman dan kolaburasi pemberian obat tidur

Dengan harapan bahwa setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2x24 jam diharapkan kebutuhan tidur terpenuhi setelah dilakukan tindakan

keperawatan dengan kriteria jumlah jam tidur dalam batas normal 9- 10 jam/24

jam. pola tidur,kualitasdalam batas normal dan perasaan fresh sesudah tidur/

istirahat serta mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur.

Dari ketiga perencanaan keperawatan untuk tiga diagnosa yang

ditegakkan, penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing–

masing diagnosa. Dimana dari masing diagnose mempunyai kriteria hasil yang

berbeda-beda.

4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan rencana keperawatan mengacu pada rencana yang telah

ditetapkan dalam teori. Namun, penulis tidak dapat melaksanakan semua


56

rencana yang ada pada teori tetapi penulis melaksanakan semua rencana sesuai

dengan diagnosa keperawatan pada Tn.”B” dengan kasus hipertensi, dalam

rencana tindakan semua dilaksanakan oleh penulis. Untuk membantu

melengkapi tindakan keperawatan maka penulis melihat tindakan yang

dilakukan perawat ruangan, penulis melihat dan membaca dibuku laporan

tindakan yang ditulis oleh perawat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai

waktu yang telah ditetapkan. Implementasi merupakan suatu perwujudan dari

perencanaan yang sudah disusun pada tahap perencanaan sebelumnya (Nanda

2012). Berdasarkan hal tersebut penulis dalam mengelola pasien dalam

implementasi dengan masing-masing diagnosa.

Implementasi pada dignosa keperawatan pada diagnosa nyeri

berhubungan resistensi pembuluh darah otak meningkat yaitu mengkaji secara

komprehensif terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, mengajarkan cara melakukan teknik relaksasi nafas

dalam, mengkaji tipe dan sumber nyeri, melakukan kolaborasi pemberian obat,

menganjurkan klien meningkatkan istirahat dan menganjurkan klien makan

makanan rendah garam serta memonitor penerimaan pasien tentang manajemen

nyeri.

Implementasi pada diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelemahan tubuh dan pusing adalah mengidentifikasi

defisit tingkat aktivitas, mengidentifikasi kemapuan berpartisipasi dalam

aktivitas tertentu, memfasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan

lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang di pilih dan membantu klien

untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan serta melibatkan


57

keluarga dalam aktivitas. Berdasarkan hal-hal di atas penulis melakukan

implementasi sesuai dengan tinjauan teori yang ada menurut Nanda (2013).

Implementasi pada diagnosa keperawatan gangguan tidur berhubungan

dengan nyeri yang dirasakan yaitu menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat,

memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca),

menciptakan lingkungan yang nyaman dan mengkolaburasi pemberian obat

tidur.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan suatu proses kontinyu yang terjadi saat melakukan

kontak dengan klien dan penulis menggunakan teori SOAP yaitu S (Subjektif)

berisi data klien melalui anamnesis yang mengungkapkan perasaan langsung, O

(Objektif) berisi data yang ditemukan setelah melakukan tindakan, dapat dilihat

secara nyata dan dapat diukur, A (assasment) merupakan kesimpulan tentang

kondisi klien setelah dilakukan tindakan dan P (Planning) adalah rancana

lanjutan terhadap masalah yang dialami klien.

Klien mengatakan ada perbaikan. Secara objektif ditemukan keadaan

umum klien mulai membaik, pasien nampak tenang sehingga dapat disimpulkan

bahwa masalah utama teratasi dan intervensi dihentikan karena pasien

diperbolehkan pulang.
58

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pengkajian pada Tn.”B” didapatkan keluhan utama yaitu pasien

mengatakan bahwa klien merasa sakit kepala disertai leher terasa tegang dan

kaku dan pusing. TD:160/100 mmHg, Suhu 36,5oC, Nadi 20 x/mt.

2. Diagnosa keperawatan yang utama ditegakkan adalah nyeri berhubungan

Resistensi pembuluh darah otak meningkat dan intoleransi Aktivitas

berhubungan dengan kelemahan dan pusing serta gangguan tidur berhubungan

dengan nyeri yang dirasakan

3. Dalam perencanaan penulis menentukan prioritas masalah memilih tindakan

yang tepat dalam proses keperawatan klien hipertensi. Pada tahap ini intervensi

yang dilaksanakan disesuaikan dengan intervensi yang terdapat dalam teori.

4. Tahap pelaksanaan asuhan keperawatan Tn. B didasarkan pada perencanaan

yang telah disusun penulis bersama klien dan keluarga.

5. Dalam mengevaluasi proses keperawatan pada klien dengan hipertensi selalu

mengacu pada tujuan pemenuhan kebutuhan klien. Hasil evaluasi yang

dilakukan selama 2 kali 24 jam menunjukkan semua masalah dapat teratasi.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini bisa menjadi bahan referensi bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi selama dirawat

di Puskesmas maupun layanan kesehatan lainnya.


59

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi tambahan dalam

pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

3. Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pihak puskesmas untuk

meningkatkan pemberian asuhan keperawatn pada pasien hipertensi selama dirawat di

di Puskesmas.
60

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung Seto.

American Heart Assosiation. 2014. Understanding anf Managing High Blood


Pressure. Internet] [diunduh 2020 Juni 28]. Tersedia pada
http//heart.orgidcgroupsheartpublic

Brunner and Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi. 8 volume


2. Jakarta : EGC

Budiono, Pertami Sumirah Budi, (2015). Konsep Dasar Keperawatan. Editor Suryani
Parman, Restu Damayanti. Cet 1. Bumi Medika. Jakarta.

Debora, Oda. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba
Medika.

Hidayat,A.A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Salemba Medika, Jakarta

Hutahaean. (2010). Konsep dan dokumentasi keperawatan, Jakarta : Trans Info Media

JNC-7. 2011. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (online).
Internet] [diunduh 2020 Juni 6]. Tersedia pada
http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines hypertension/jnc7full.pdf.

Jitowiyono, Sugeng. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Hematologi.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

[Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Profil Kesehatan


Indonesia. Jakarta Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Nursalam. (2014). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta. Salemba Medika.

Pamungkas, C. A., (2017). Pengantar Dan Implementasi Basis Data. Yogyakarta:


Deepublish

Potter, P.A., Perry, A.G., Stockert, P.A., Hall, A.M. (2013). Fundamentals of nursing.
8th ed.St. Louis, Missouri: Elsevier Mosby
61

Riskesdas. (2018). Perubahan indikator determinan derajat kesehatan (Yankes,


Lingkungan, Perilaku) tingkat Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota
Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Saiful Nurhidayat (2015) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi. Penerbit


:UNMUH Ponorogo Press. Ponorogo

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid VI. Jakarta (ID): Interna Publishing

Sofro, M., Anurogo, D., 2013, 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan,


Jogjakarta: D-MEDIKA.

Sugeng Jitowiyono (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Hematologi.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dab R&D. Bandung: Alfabeta

Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sujono Riyadi, S. M. 2011. Buku Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Pelajar:


Yogyakarta
Supardi. (2013) Aplikasi Statistika dalam Penelitian Konsep Statistika yang Lebih
Komprehensif. Jakarta: Change Publication

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Ed
4. Salemba Medika: Jakarta
62

Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada :
Yth. Saudara Responden
Di-
Tempat

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir di program studi DIII Keperawatan


Poltekkes Palu, maka saya :
Nama : Maranatha Yaso P
NIM : PO7120119097
Sebagai Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Program Studi DIII Keperawatan,
akan melakukan penelitian dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn. B dengan
hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi”.
Sehubungan dengan hal ini, saya mohon kesediaan saudara untuk berkenan
menjadi subyek penelitian. Identitas dan informasi yang berkaitan dengan saudara
dirahasiakan oleh peneliti. Atas partisipasi dan dukungannya disampaikan terima kasih.

Palu, Oktober 2020

Hormat Saya,

Maranatha Yaso P
63

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, tidak keberatan untuk menjadi
responden dalam penelitian ini yang dilakukan oleh mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Palu Program Studi DIII Keperawatan, dengan judul “Asuhan keperawatan pada Tn. B
dengan hipertensi di Puskesmas Kulawi Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi”.
Demikian pernyataan ini, secara sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan
dari pihak manapun, semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Palu, Oktober 2020

Responden

Anda mungkin juga menyukai