Anda di halaman 1dari 19

BAB I

DEFINISI

Panduan Pemberian Obat Rumah Sakit adalah materi yang berisi petunjuk tentang
penyerahan, persiapan pemberian, prosedur pemberian obat dan dokumentasi yang terkait
di dalamnya dalam rangka meningkatkan keberhasilan terapi dan meningkatkan kualitas
hidup pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 Latar Belakang


Panduan pelayanan pemberian obat Rumah Sakit ini berkaitan dengan bagaimana
cara pemberian obat kepada pasien. Pemberian obat kepada pasien didasarkan atas
beberapa faktor, diantaranya faktor stabilitas obat, zat aktif dan faktor formulasi obat. Obat
pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan
penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit,
menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Namun efek terapeutik obat yang diharapkan
dapat mengakibatkan efek yang serius seperti syok, alergi, ataupun kematian apabila tidak
digunakan secara benar sesuai dengan cara pemberian obat. Sehingga penting bagi kita
untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana pemberian obat di Rumah Sakit.

2.2 Tujuan
Panduan pelayan pemberian obat Rumah Sakit ini dibuat dengan tujuan :
1. Apoteker dan tenaga farmasi yang diberikan kewenangan klinis dalam penyerahan
obat mampu menjelaskan cara penggunaan obat oral, yaitu obat yang diberikan
melalui mulut, kemudian ditelan.
2. Mampu menjelaskan cara penggunaan obat luar, meliputi obat suntik, salep, krim,
dan obat tetes.
3. Menjadi panduan dalam pemberian obat kepada pasien sehingga mencapai
keseragaman yang benar agar pasien mengerti dan memahami tentang informasi
obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan rumah sakit .

2.3 Manfaat
1. Meminimalisir terjadinya kesalahan penggunaan obat.
2. Meningkatkan pengetahuan pasien dan tenaga kesehatan lainnya tetang cara
pemberian obat yang benar.
3. Dapat digunakan sebagai panduan pemberian obat yang benar oleh tenaga
kesehatan lainnya di rumah sakit.

2
2.4 Prinsip pemberian obat
Pemberian obat merupakan salah satu upaya yang penting dalam kesembuhan
pasien. Prinsip pemberian obat di rumah sakit menggunakan formula sebagai berikut :
1. Benar pasien
Berkaitan dengan identifikasi pasien (nama, tanggal lahir, medrec, ruang pasien
dirawat). Jika pasien dalam keaadaan tidak sadar atau bayi, identifikasi pasien
dapat dilakukan dengan melihat gelang identitas pasien.
2. Benar obat
Memastikan bahwa obat yang akan diberikan kepada pasien rumah sakit adalah
obat-obat yang benar, sesuai dengan apa yang ditulis dalm resep maupun form
drug order nya.
3. Benar dosis
Memastikan dosis yang diberikan kepada pasien rumah sakit sesuai dengan
intruksi dokter dan catatan pemberian obat pasien.
4. Benar waktu
Periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan
pemberian obat. Perhatikan apakah obat diberikan sebelum makan, saat makan
atau sesudah makan. Perhatikan juga apakah obat pasien diberikan pada pagi hari
saja, malam hari saja, atau pagi siang dan malam.
5. Benar dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan dengan baik dan benar meliputi
dosis, cara, waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
meminum obat atau tidak dapat diminum harus dicatat dan dilaporkan.
6. Benar expired/ kadaluwarsa
Harus diperhatikan expired date/masa kadaluwarsa obat yang akan diberikan.
Biasanya pada kemasan obat tertera kapan obat tersebut kadaluwarsa. Perhatikan
perubahan warna sediaan, apakah sebuah tablet menjadi basah/ bentuknya rusak,
apakah sirup berubah viskositasnya, dll. Tanggal kadaluarsa ini menggambarkan
batas waktu penggunan produk obat setelah diproduksi oleh pabrik farmasi,
sebelum kemasannya dibuka. Selain tanggal kadaluarsa, kita juga harus
memperhatikan Beyond Use Date (BUD). BUD adalah batas waktu penggunaan

3
produk obat setelah diracik/ disiapkan atau setelah kemasan primernya dibuka/
dirusak.
7. Benar cara
Pasien Rumah Sakit harus mendapatkan informasi yang benar tentang cara
pemakaian obat sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pemberian obat.
8. Benar penyimpanan
Memberitahukan pasien untuk dapat menyimpan obat sesuai stabilitasnya. Seperti
penyimpnan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung, penyimpanan obat
pada suhu dingin dan suhu sejuk disimpan di lemari pendingin.
9. Benar indikasi
Memastikan bahwa obat yang berikan sesuai dengan diagnosa pasien, dan pasien
mengetahui kegunaan masing-masing obat yang dikonsumsinya.
10. Waspada efek samping
Pengetahuan akan efek samping obat sangat penting sehingga akan lebih
meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam memberikan obat kepada
pasien. Rumah Sakit melakukan monitoring efek samping obat kepada pasien, baik
itu pasien rawat jalan, maupun pasien rawat inap.

2.5 Macam-Macam Pemberian Obat Berdasarkan Bentuk Sediaan


a. Pemberian Obat Oral
Pemberian obat oral merupakan cara yang paling banyak dipakai di rumah sakit,
karena ini merupakan cara yang paling mudah, murah, aman pemakaianya dan
nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral, baik dalam
bentuk tablet, sirup, kapsul ataupun puyer.
Keuntungan dan kerugian pemberian obat oral:
1. Keuntungan
a. Harga relatif murah
b. Bisa dikerjakan sendiri oleh pasien
c. Tidak menimbulkan rasa nyeri
d. Mobilitas pasien dapat meningkat
e. Kemungkinan terjadi komplikasi akibat injeksi lebih kecil
f. Waktu yang diperlukan oleh tenaga medis untuk memberikan lebih sedikit

4
2. Kekurangan
a. Tidak bisa digunakan pada pasien dalam keadaan gawat dan tidak sadar
b. Membutuhkan waktu absorbsi yang lama, biasanya membutuhkan waktu
30 hingga 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai setelah
1 sampai dengan 1 ½ jam
c. Rasa dan bau obat yang tidak enak

b. Pemberian obat Parenteral


Pemberian obat parenteral adalah pengobatan yang diberikan melalui rute yang
tidak melibatkan usus.
Sediaan injeksi sebaiknya diberikan apabila:
1. Obat yang rusak oleh asam lambung atau tidak dapat diabsorbsi, misalnya
insulin, gentamisin, heparin.
2. Obat diabsorbsi tetapi dieksresikan dengan cepat akibat metabolisme lintas
pertama, seperti nitrat, verapamil.
3. Absorbsi obat dipengaruhi oleh makanan, contohnya fenitoin.
4. Pasien tidak dapat menelan karena menderita stroke, tidak sadar ataupun
gangguan jiwa.
5. Usus tidak berfungsi dengan baik, misalnya pada pasca pembedahan, diare
parah ataupun muntah.
6. Diperlukan absorbsi obat yang sangat cepat, misalnya pada pemberian obat-
obat anestesi.
7. Diperlukan kadar obat yang tingi dalam jaringan, contohnya pemberian
antibiotik pada infeksi parah.
8. Diperlukan penyesuaian dosis secara terus menerus, seperti morfin dan
nitropurosid.

5
c. Pemberian obat suppositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat melalui anus atau
rektum dalam bentuk suppositoria.
1. Tujuan pemberian obat suppositoria:
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feces sehingga mudah untuk dikeluarkan
2. Klasifikasi suppositoria
a. Suppositoria rektal
Merupakan pemberian obat dengan cara memberikan obat melalui anus
atau rektum.
Contoh obat suppositoria
1. Kaltrofen suppositoria
2. Ketoprofen suppositoria
3. Dulcolax suppositoria
4. Stesolid suppositoria
5. Dumin suppositoria
b. Suppositoria vaginal
Merupakan cara pemberian obat dengan memasukkan obat melalui vagina,
yang bertujuan untuk mendapatkan terapi obat dan mengobati saluran
vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria
yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.
Contoh obat suppositoria vaginal
1. Flagil ovula
2. Vagistin ovula
3. Albotil ovula
4. Neo gynoxa ovula
3. Keuntungan dan kerugian pemberian obat suppositoria
a. Keuntungan
1. Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi
dan kemudian dikeluarkan
2. Mengobati infeksi pada vagina
3. Mengurangi peradangan

6
b. Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak dan dalam vagina berupa
bau dan rasa tidak nyaman serta tidak boleh diberikan pada pasien yang
mengalami pembedahan rektal.

d. Pemberian obat inhalasi


Pemberian obat inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran nafas dengan cara
inhalasi. Penggunaan terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting
dalam proses pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik
seperti pengobatan asma dan penyakit paru obtruksi klinik (PPOK), dimana
penggunaanya terbatas hanya untuk obat-obat yang berbentuk gas atau cairan yang
mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol.
Jenis terapi inhalasi :
1. Inhaler dosis terukur (metered dose inhaler (MDI)
2. Penguapan (gas powered hand held nebulizer)
3. Inhalasi dengan intermitent positive pressure breathing (IPPB)
4. Pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator
Setelah penggunaan inhaler basuh dan kumur dengan menggunakan air, hal ini
bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan obat yang tertinggal di dalam
rongga mulut dan juga mencegah munculnya penyakit di mulut akibat efek obat
(terutama kortikosteroid).

e. Pemberian obat topikal


Obat topikal adalah obat yang diberikan pada tempat-tempat tertentu pada kulit
Tujuan pemberian obat topikal :
1. Mempertahankan hidrasi permukaan kulit, melindungi bagian atas kulit
2. Mengurangi iritasi kulit lokal
3. Membuat anestesi lokal mengobati infeksi
Penggolongan obat topikal :
1. Salep (lotion)
2. Obat-obat tetes mata, hidung, telinga

7
f. Pemberian obat kumur
Menggunakan obat kumur untuk menjaga gusi, gigi, dan lidah bersih serta
bebas dari bakteri merupakan cara terbaik untuk meningkatkan kesehatan
mulut dan gigi. Obat kumur sering merupakan campuran alkohol dan bahan
lainnya yang dirancang untuk membunuh bakteri di mulut yang menyebabkan
plak. Untuk penggunaanya dapat dilakukan dengan berkumur selama 3 – 5
menit agar membantu memulihkan kesehatan gusi serta membunuh bakteri
penyebab bau mulut dan tetap menjaga bakteri baik.
Faktor penyebab bau mulut :
1. Merokok
2. Konsumsi alkohol
3. Gigi berlubang
4. Penyakit gusi

2.6 Kualifikasi Staf


Untuk penyerahan obat kepada pasien rawat jalan, dilakukan oleh apoteker
penyerahan obat atau petugas farmasi lain yang didelegasikan di bagian penyerahan.
Untuk menyerahkan obat rawat jalan, dilakukan oleh tenaga farmasi bagian penyerahan
atau bagian pelayanan ODD kepada perawat ruangan. Di ruang rawat inap Rumah Sakit ,
penyerahan obat ke pasian didelegasikan kepada perawat ruangan. Untuk penyutikan obat
obat parenteral dilakukan oleh perawat ruangan dengan kualifikasi perawat level 1.2.

2.7 Informasi Obat


Pemberian informasi obat kepada pasien adalah untuk memberikan penjelasan kepada
pasien cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
1. Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi.
2. Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau menimbulkan
hal–hal yang tidak diinginkan, segera hubungi apoteker, dokter dan perawat
rumah sakit.
3. Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah.
4. Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket tersebut
tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang penting.

8
5. Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga periksalah
tanggal kadaluarsa.
6. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
7. Bertanyalah kepada apoteker rumah sakit untuk mendapatkan informasi
penggunaan obat yang lebih lengkap.

9
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Persiapan Penyerahan Obat


3.11 Persiapan pemberian obat per oral dan injeksi rawat jalan
a. Petugas farmasi menerima resep rawat jalan dan menginput data ke komputer,
serta melakukan skrining atas nama pasien, nama obat, dosis dan jumlah obat,
waktu dan cara pemberian
b. Petugas farmasi melakukan penyiapan resep di ruang racik dan ruang
penyiapan obat
c. Petugas farmasi memeriksa kesesuaian obat yang diambil dengan inputan pada
struk resep
d. Petugas farmasi mencetak etiket aturan pakai obat sesuai dengan nomor resep
pasien yang dientri
e. Bila ditemukan ketidak sesuaian, petugas farmasi melakukan tindak lanjut
sesuai dengan hasil pemeriksaan tersebut
f. Obat diserahkan kepada petugas penyerahan obat

3.1.2 Persiapan pemberian obat rawat inap


a. Daftar obat pasien diperiksa dengan hati-hati berkaitan (nama pasien, nama
obat, dosis dan jumlah obat, waktu dan cara pemberian) sesuai dengan pesanan
obatnya.
b. Perawat harus mencocokan daftar obat pesanan dengan etiket pada kemasan
obat untuk meyakinkan obat yang diberikan sesuai dengan permintaan yang
telah disiapkan oleh farmasi.
c. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar.

10
3.2 Tempat Penyerahan Obat
Pelayanan pemberian obat pasien rawat jalan dan rawat inap dilakukan di instalasi
farmasi rumah sakit selama 24 jam. Khusus poli rawat jalan BPJS, pemberian obatnya
diberikan di unit farmasi basement dengan waktu pelayanan senin sampai sabtu pada
pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB sementara untuk pasien rawat inap yang pulang,
penyerahan obat dilakukan oleh apoteker.

3.3 Prosedur Pemberian Obat


3.3.1 Obat Oral
Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis, mudah dan
aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan air matang. Obat oral terdapat
dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul, puyer dan cairan.
Petunjuk pemakaian obat oral untuk dewasa :
a. Sediaan Obat Padat
1. Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air matang.
2. Hubungi apoteker apabila sakit dan sulit saat menelan obat.
3. Ikuti petunjuk apoteker kapan saat yang tepat untuk minum obat apakah
pada saat perut kosong, atau pada saat makan atau sesudah makan atau pada
malam hari sebelum tidur. Misalnya: obat antasida harus diminum saat
perut kosong, obat yang merangsang lambung harus diminum sesudah
makan, obat pencahar diminum sebelum tidur.
b. Sedian Obat larutan
1. Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar obat) jika minum
obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya tidak menggunakan sendok
rumah tangga, karena ukuran sendok rumah tangga tidak sesuai untuk
ukuran dosis. Pada pemberian obat larutan bayi ataupun anak-anak sering
menggunakan syringe atau penetes.
2. Untuk sterilisasi syringe: pisahkan plunger dengan syringe, cuci keduanya
dengan sabun, lalu bilas dengan air panas. Keringkan masing masingnya di
bawah pengering udara. Setelah masing-masing bagian kering, maka
syringe dan plungger disatukan kembali hingga dapat digunakan lagi.

11
3. Hati-hati terhadap obat kumur jangan diminum. Lazimnya pada kemasan
obat kumur terdapat peringatan ”hanya untuk kumur, jangan ditelan”.
4. Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendoktakar yang
mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran 5,0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml.
Apabila dalam etiket tertulis:
 1 (satu) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada
sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 5 ml.
 ½ (setengah) sendok takar obat,berarti obat tersebut harus dituangkan
pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2,5 ml.
 ¼ (seperempat) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus
dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume
1,25 ml.
 1 (satu) sendok makan, berarti obat tersebut harus dituangkan pada
sendok takar dengan volume 15 ml
 Sendok takar dapat digunakan berulang dengan mencuci sendok
dengan detergen tanpa harus disterilkan.

c. Sediaan Obat Tetes (Drops)


Biasanya disediakan untuk sediaan obat tetes/drop. Didalam kemasan sudah
terdapat alat pipet yang berukuran ml. Aturan pakai obat tetes, dinyatakan
dalam jumlah tetes atau ml.

3.3.2 Sedian obat Topikal


Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu bentuk bedak tabur
(pulvis adspersorius), lotion, sediaan setengah padat (krim, salep). Untuk
mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai wadah harus tetap tertutup
rapat.
Cara penggunaan bubuk halus (bedak) :
a. Cuci tangan
b. Oleskan/taburkan obat tipis–tipis pada daerah yang sakit

12
c. Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat. Sediaan ini tidak boleh
diberikan pada luka terbuka dan gunakan sampai sembuh, atau tidak ada
gejala lagi.

3.3.3 Sediaan Obat Mata


Terdapat 2 macam sediaan obat mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes mata/ guttae
opthalmicae, obat cuci mata/ collyrium) dan bentuk setengah padat (salep mata/
oculentum). Dua sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya
dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam penggunaannya harus
diperhatikan agar tetap bebas kuman.Apabila mengalami peradangan pada mata
(glaukoma atauinflamasi), petunjuk penggunaan harus diikuti dengan benar. Untuk
mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah obat tetes mata/ salep
mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata) dan wadah harus tetap
tertutup rapat sesudah digunakan.
Cara penggunaan :
1. Cuci tangan.
2. Tengadahkan kepala pasien; dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian
bawah.
3. Tekan botol tetes atau tube salep hingga cairan atau salep masuk dalam
kantung mata bagian bawah .
4. Tutup mata pasien perlahan–lahan selama 1 sampai 2 menit.
5. Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung selama 1-2 menit;
untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata ke kiri-kanan, ke atas dan ke
bawah.
6. Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu
bersih, tidak disarankan untuk mencuci dengan air hangat.
7. Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata.
8. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

13
PERHATIAN

1. Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari
30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi.
2. Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang,
agar tidak terjadi penularan infeksi.

3.3.4 Sediaan Obat Hidung


Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung/ guttae nasales
dan obat semprot hidung.

Cara penggunaan obat tetes hidung :


1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung.
3. Tengadahkan kepala.
4. Teteskan obat di lubang hidung.
5. Tahan posisi kepala selama beberapa menit agar obat masuk ke lubang hidung.
6. Bilas ujung obat tetes hidung dengan air panas dan keringkan dengan kertas
tisu kering.
7. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

Cara penggunaan obat semprot hidung :


1. Cuci tangan.
2. Bersihkan hidung dan tegakkan kepala.
3. Semprotkan obat ke dalam lubang hidung sambil tarik napas dengan cepat.
4. Untuk posisi duduk : tarik kepala dan tempatkan diantara dua paha.
5. Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air masuk ke dalam
botol) dan keringkan dengan tissue bersih setelah digunakan.
6. Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan

PERHATIAN
Hindari penggunaan obat tetes hidung oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi
penulaan infeksi.

14
3.3.5 Sediaan tetes telinga
Cara penggunaan tetes telinga
1. Cuci tangan
2. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri dengan daerah
yang akan diobati, upayakan telinga pasien ke atas
3. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga keatas atau kebelakang
4. Bila obat berupa tetes, teteskan pada dinding telinga untuk mencegah
terhalangnya oleh gelembung udara
5. Bila obat berupa salep, ambil cotton bud dan oleskan salep kemudian
masukkan dan oleskan pada telinga
6. Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit
7. Tutup telinga dengan balutan dan plester
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
9. Catat prosedur dan respon pasien

3.3.6 Sediaan krim / Salep Rektal


Cara penggunaan krim/salep rektal :
a. Tanpa aplikator
 Bersihkan dan keringkan daerah rektal.
 Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal.
 Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
b. Dengan menggunakan aplikator
 Hubungkan aplikator dengan wadah krim/salep yang sudah dibuka.
 Masukkan kedalam rektum.
 Tekan sediaan sehingga krim/salep keluar.
 Buka aplikator, cuci bersih dengan air hangat dan sabun.
 Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.

15
3.3.7 Sediaan Ovula /obat vagina
Cara penggunaan sediaan ovula dengan menggunakan aplikator:
1. Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air hangat, sebelum digunakan.
2. Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan.
3. Ambil obat vagina dengan menggunakan aplikator.
4. Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan.
5. Biarkan selama beberapa waktu.
6. Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat setelah
digunakan.

PERHATIAN
1. Jika penderita sedang dalam keadaan hamil, sebelum menggunakan obat
sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan/ dokter.
2. Gunakan aplikator sesuai dengan petunjuk penggunaan yang disertakan dalam
kemasan.

3.4 Waktu PemberianObat


Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan :
a. Pagi, berarti obat harus diminum antara pukul 07.00 - 08.00 WIB.
b. Siang, berarti obat harus diminum anara pukul 12.00 -13.00 WIB.
c. Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB.
d. Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB

Pasien harus minum obat sesuai waktu yang tertera pada etiket, bila tertulis :
a. 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam
hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.
b. 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari.
c. 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan
malam hari.
d. 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang, sore
dan malam hari.

16
e. Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya
obat antibiotika.

Tujuan obat diminum dengan regimen 2 atau 3 kali sehari adalah untuk menjaga
kadar obat dalam tubuh berada dalam kisaran terapi yaitu kadar obat yang memberikan
efek terapi. Hal ini tergantung sifat dan jenis obat. Ada beberapa obat yang cepat dibuang/
dieksresikan dari tubuh sehingga frekuensi minum obat menjadi sering dan ada juga obat
yang lambat dibuang/ dieksresi tubuh sehingga frrekuensi minum obat menjadi jarang.
Kadar obat dapat terjaga stabil dalam tubuh apabila diminum dalam jarak waktu yang
teratur. Misalnya obat yang diminum 3x sehari, berarti obat tersebut diminum setiap 8
jam. Sedangkan obat yang diminum 2x sehari diminum tiap 12 jam.

Obat diminum sebelum, pada saat atau sesudah makan, tergantung pada sifat
penyerapan obat pada lambung atau usus. Proses penyerapan ini akan mempengaruhi
kadar atau konsentrasi obat dalam tubuh. Yang dimaksud setelah makan adalah saat
sesudah makan (segera setelah makan sampai dengan 1-1 ½ jam sebelum makan), ketika
perut masih berisi makanan dan tidak boleh lebih dari 2 jam. Jika lebih dari 2 jam,
makanan sudah diolah dan diserap, sehingga kondisinya bisa disamakan seperti saat
sebelum makan.

Sedangkan obat yang diminum sebelum makan, adalah ketika kondisi perut kosong
(30-60 menit sebelum makan). Obat-obat yang diminum sebelum makan karena obat-obat
ini bisa terganggu proses penyerapannya ke dalam tubuh jika ada makanan dalam lambung
atau usus. Jika ada makanan dalam lambung atau usus, penyerapan obat tidak akan
optimal, akibatnya jumlah obat yang masuk dalam tubuh akan berkurang, sehingga
efeknya tidak akan optimal.

Obat obat yang diminum pada saat makan tujuannya adalah agar penyerapan obat
menjadi lebih baik. Karena obat-obat golongan ini penyerapannya dibantu dengan adanya
makanan, misalnya griseofulvin.

Obat-obat yang diminum setelah makan biasanya adalah obat-obat yang bersifat
asam, sehingga dapat menunggu saluran vena. Dengan adanya makanan, maka dinding

17
lambung akan terlapisi sehingga tidak akan dipengaruhi oleh obat. Selain itu, tujuan obat
diminum setelah makanan yaitu untuk mengurangi efek samping obat.

Bila pada pasien anak-anak, untuk pemberian obat oral sesudah makan sedangkan
kondisi pasien tidak mau makan atau kondisi perut kosong, maka perlu adanya pemberian
edukasi kepada pasien dan melakukan bimbingan dalam pemberian obat tersebut.

18
BAB IV
DOKUMENTASI

Seluruh tindakan dan terapi yang dilakukan saat pemberian obat di rumah sakit
didokumentasikan dalam beberapa formulir dan penandaan sebagai berikut.

4.1 Form Drug Order / Permintaan Obat


4.2 Etiket Obat Dalam yang bewarna putih
Untuk sediaan tablet, kapsul, puyer, kaplet, syrup, suspensi, emulsi, drops,
lozenges,dll.
4.3 Etiket Obat Luar yang bewarna biru
untuk sediaan topikal, injeksi, obat tetes dan oles mata, obat tetes dan semprot
hidung, suppositoria, ovula, spray, dll).
4.4 Resep Pasien Rawat Inap
4.5 Resep Pasien Rawat Jalan
4.6 Resep Online
4.7 Slip Alkes

19

Anda mungkin juga menyukai