Anda di halaman 1dari 22

Makalah Mengenai Prosedur Perawatan Pada

Tindakan Kolaboratif
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Dasar II dengan
Dosen Pembimbing Bapak Asep Solihat, S.Kep. Ners

Disusun oleh :

Muhammad Shafiyudin
34403515081
I-C

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
Jalan Pasir Gede Raya No.19 Telp.(0263)267206 Fax.270953 Cianjur 43216
2016/2017
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat dan
memahami prinsip enam benar (dulu lima benar) agar kita dapat terhindar dari
kesalahan dalam memberikan obat, prinsip enam benar tersebut akan kita bahas
dalam postingan kali ini, namun ada baiknya juga kita mengetahui peran masing-
masing profesi yang terkait dengan upaya pengobatan tersebut. Peran Dokter
dalam Pengobatan Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat
harus dipesan dengan menulis resep. Bila ragu tentang isi resep atau tidak terbaca,
baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep itu harus dihubungi untuk
penjelasan. Peran Apoteker dalam Pengobatan Apoteker secara resmi bertanggung
jawab atas pasokan dan distribusi obat.selain itu apoteker bertanggung jawab atas
pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat. Apoteker
bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan dapat memberi
nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua
aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasien tentang obatnya
bila diminta. Peran Perawat dalam Pemberian Obat Karena obat dapat
menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu
tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam
proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa
obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum. Bila ada obat
yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana
keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien
terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak
dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual,
pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar
makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup
rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
B. Rumusan masalah

1. Apa saja prinsip pemberian obat


2. Apa saja persiapan alat
3. Bagaimana persiapan pasien
4. Bagaimana prosedur pemberian obat

C. Tujuan

1. Memahami prinsip pemberian obat


2. Memahami apa saja persiapan alat
3. Memahami bagaimana persiapan pasien
4. Memahami prosedur pemberian obat
BAB II
Pembahasan

A. Prinsip pemberian obat

Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi
seorang perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa
reaksi yang merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip
dalam pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan
atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat
yang paling penting.
Selain itu juga peran perawat sangat berperan penting dikarenakan
perawatlah yang bertanggung jawab terhadap pemberian obat secara langsung
kepada pasien. Oleh sebab itu dalam pemberian obat oleh perawat sering
menggunakan konsep enam benar.
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,
perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti !
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

B. Persiapan Alat :
 Obat diletakkan dalam tempatnya- kereta dorong obat (botol, tempat
mangkuk khusus tempat obat)
 Air putih dalam gelas
 Tissue kering
 Kartu rencana pengobatan

C. Persiapan Klien :
o Fisik :
 Klien tidak dalam kondisi muntah-muntah dan atau tidak sadar
 Klien dipersilakan duduk pada kursi yang telah disediakan
 Kaji kemampuan klien (kemampuan menelan)
o Psikologis :
 Klien diberitahu akan mendapat obat minum per oral
 Klien disiapkan agar tenang dan tidak perlu takut dan cemas
D. Prosedur Pemberian Obat

1. Pemberian Obat Melalui Oral


Pemberian obat melalui mulut dilakukan dengan tujuan mencegah, mengobati,
dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a. Persiapan Alat dan Bahan :
 Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
 Obat dan tempatnya.
 Air minum dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
 Cuci tangan.
 Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
 Baca obat, dengan berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu,
dan tepat tempat.
 Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
o Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke
tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul
jangan dilepaskan pembungkusnya.
o Kaji kesulitan menelan. Bila ada, jadian tablet dalam bentuk bubuk dan
campur dengan minuman.
o Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
o Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap
obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
o Cuci tangan.

2. Pemberian Obat Melalui Sublingual


Pemberian obat melalui sublingual merupakan rute pemberian obat yang
absorpsinya baik melalui jaringan, kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah
diberikan sendiri. Karena tidak melalui lambung, sifat kelabilan dalam asam dan
permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.

a. Persiapan Alat dan Bahan :


 Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
 Obat yang sudah ditentukan dalam tempatnya.
b. Prosedur Kerja :
 Cuci tangan.
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
 Memberikan obat kepada pasien.
 Memberitahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah, hingga
terlarut seluruhnya.
 Menganjurkan pasien agar tetap menutup mulut, tidak minum dan berbicara
selama obat belum terlarut seluruhnya.
 Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian. Evaluasi respons terhadap
obat dengan mencatat hasil pemberian obat.
 Cuci tangan.

3. Secara intravena (IV)


Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit.
Tujuan dan manfaat
1. Pemberian obat dengan cara intravena bertujuan untuk :
 Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan pada pasien
yang sedaang gawat darurat .
 Menghindari kerusakan jaringan .
 Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar
Tempat injeksi intravena :
 pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).
 pada tungkai (vena safena)
 pada leher (vena jugularis)
 pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

Persiapan peralatan untuk pemberian obat intravena


 Buku catatan pemberian obat
 Kapas alkohol
 Sarung tangan sekali pakai
 Obat yang sesuai
 Spuit 2-5ml dengan ukuran 21-25, panjang jarum 1,2 inci
 Bak spuit
 Baki obat
 Plester
 Kasa steril
 Bengkok
 Perlak pengalas
 Pembendung vena (torniket)
 Kasa steril
 Betadin

Prosedur Kerja:
 Cuci tangan.
 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
 Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan daerah yang akan
dilakukan
 Penyuntikan dari pakaian dan apabila tertutup buka atau ke ataskan.
 Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis yang akan
diberikan.
 Apabilaobat berada dalam bentuk sediaan bubuk, maka larutkan dengan
pelarut (aquades steril).
 Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan penyuntikan.
Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi.
 Desinfeksi dengan kapas alkohol.
 Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet) pada bagian atas
daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan
tangan/minta bantuan atau membendung di atas vena yang akan dilakukan
penyuntikan.
 Ambil spuit yang berisi obat.
 Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan
ke pembuluh darah dengan sudut penyuntikan 150 - 300
 Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan
langsung semprotkan obat hingga habis.
 Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada
daerah penusukkan dengan kapas alkohol, dan spuit yang telah digunakan
letakkan ke dalam bengkok.
 Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis
obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada).
4. Secara intracutan (IC)
Intrakutan Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam
jaringan kulit. Intra kutan biasanya di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh
terhadap obat yang disuntikkan. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan skintest
atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat
melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara
umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral. Hal tersebut bisa
dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi.

Letak pemberian intrakutan yaitu:


1. Dilengan atas, yaitu tiga jari di bawah sendi bahu tepat di tengah daerah muskulus
deltoideus.
2. Dilengan bawah, yaitu bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3
dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari peredaran darah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberikan obat melalui jaringan intrakutan
yaitu:
 Tempat injeksi
 Jenis spuit dan jarum yang digunakan
 Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
 Kondisi atau penyakit klien
 Pasien yang benar
 Obat yang benar
 Dosis yang benar
 Cara atau rute pemberian obat yang benar
 Waktu yang benar

Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat melalui Jaringan Intrakutan


a) Daftar buku obat/catatan, jadwal pemberian obat.
b) Obat dalam tempatnya
c) Spuit 1 cc/spuit insulin
d) Cairan pelarut
e) Bak steril dilapisi kas steril (tempat spuit)
f) Bengkok
g) Perlak dan alasnya.

Prinsip Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan


a) Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis pasien,
indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10 benar yaitu
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar cara
pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien, benar tentang
riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat alergi obat pada
pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila
diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian obat.
b) Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3 kali
24 jam dari saat penyuntikan obat.
c) Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan.
d) Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila ada
penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji penyebab
penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter yang menangani
pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian
inform consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan therapi.
e) Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu mengambil
0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam spuit, yang
disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc.
f) Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien
Prosedur Kerja Dalam Pemberian Obat Melalui Jaringan Intrakutan
a) Cuci tangan
b) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
c) Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang
terbuka dan keatasan
d) Pasang perlak/pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
e) Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades.
Kemudian ambil 0,5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan
pada bak injeksi atau steril.
f) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
g) Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
h) Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan
sudut 15-20 derajat di permukaan kulit.
i) Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
j) Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
k) Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis
obat.

5. Secara Intra Muskular (IM)


Pengertian Pemberian Obat Secara Intramuskular.
Pemberian obat secara intra muskuler adalah Pemberian obat / cairan
dengan cara dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus). Pemberian obat
dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar,agar tidak ada
kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong, dan kaki
bagian atas, atau pada lengan bagian atas. Pemberian obat seperti ini
memungkinkan obat akan dilepaskan secara berkala dalam bentuk depot obat.
Jaringan intramuskular: terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai
banyak vaskularisasi (setiap 20 mm3 terdiri dari 200 otot dan 700 kapiler darah).
Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikkan.

Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.


Indikasi pemberian obat secara intramuscular biasa dilakukan pada pasien
yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral,bebas dari infeksi,lesi kulit,jaringan parut,tonjolan
tulang,otot atau saraf besar dibawahnya.Pemberian obat secara intamuskular harus
dilakukan atas perintah dokter.
Kontra Indikasi Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
Kontra Indikasi pemberia nobat secara intramuscular : Infeksi,Lesi
kulit,Jaringan parut,Tonjolan tulang,Otot atau saraf besar dibawahnya.
Daerah Penyuntikan Dalam Pemberian Obat Intramuskular.
1) Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring
telentang dengan lutut sedikit fieksi.
2) Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk miring, tengkurap atau
telentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan
dalam keadaan fieksi.
3) Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan
lutut di putar ke arah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan pinggul
fieksi dan diletakkan di depan tiungkai bawah.
4) Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau
bcrbaring mendatar lengan atas fieksi.

Persiapan Alat dan Bahan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.


1) Daftar buku obat/catatan dan jadwal pemberian obat.
2) Obat yang dibutuhkan (obat dalam tempatnya).
3) Spuit dan jarum suntik sesuai dengan ukuran.Untuk orang dewasa panjangnya
2,5-3 cm,untuk anak-anak panjangnya 1,25-2,5 cm.
4) Kapas alcohol dalam tempatnya.
5) Cairan pelarut/aquadest steril.
6) Bak instrument/bak injeksi.
7) Gergaji ampul.
8) Bengkok.
9) Handscoon 1 pasang.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pemberian Obat Secara Intramuskular.
1) Tempat injeksi.
2) Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3) Injeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4) Kondisi atau penyakit klien.
5) Obat yang tepat dan benar.
6) Dosis yang diberikan harus tepat.
7) Pasien yang tepat.
8) Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar

Prosedur Kerja Pemberian Obat Secara Intramuscular Secara Umum.


1) Mencuci tangan.
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3) Ambil obat dan masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosisnya.Setelah itu
letakkan dalam bak injeksi.
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan (perhatikan lokasi
penyuntikan).
5) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan injeksi.
6) Lakukan penyuntikan :
 Pada daerah paha (vastus lateralis) dengan cara,anjurkan pasien untuk
berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi.
 Pada ventrogluteal engan cara,anjurkan pasien untuk miring,tengkurap atau
terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan
penyuntikan dalam keadaan fleksi.
 Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap
dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atas dan
pinggul fleksi dan diltakkan didepan tungkai bawah.
 Pada daerah deltoid (lengan atas) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk
atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
7) Lakukan penusukan dengan posisi jarum tegak lurus.
8) Setelah jarum masuk,lakukan aspirasi spuit,bila tidak ada darah yang tertarik
dalam spuit,maka tekanlah spuit hingga obat masuk secara perlahan-lahan hingga
habis.
9) Setelah selesai,tarik spuit dan tekan sambil di masase penyuntikan dengan kapas
alcohol,kemudian spuit yang telah digunakan letakkan dalam bengkok.
10) Catat reaksi pemberian,jumlah dosis,dan waktu pemberian.
11) Cuci tangan.

6. Secara subcutan (SC)


Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat kedalam bagian
bawah kulit.
Tempat yang dianjurkan untuk suntikan ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian
atas,dan daerah disekitar pusar.
Tujuan
Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah toksin atau obat pada
jaringan subcuta di bawah kulit untuk di absorbsi .

Persiapan peralatan pemberian obat subcutan


- Buku catatan pemberian obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan sekali pakai
- Obat yang sesuai
- Spuit 2 ml dengan ukuran 25, panjang jarum 5/8 sampai ½ inci
- Bak spuit
- Baki obat
- Plester
- Kasa steril
- Bengkok

Prosedur
- Cuci tangan
- Siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar
- Identifikasi klien
- Beri tahu klien prosedur kerjanya
- Atur klien pada posisi yang nyaman
- Pilih area penusukan
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol
- Pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non dominan
- Buka tutup jarum
- Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non dominan dengan
ujung
arum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan,masukkan jarum dengan
sudut 450 atau 900 .
- Lepaskan tarikan tangan non dominan
- Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.
- Jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada darah tarik kembali jarum
dari kulit tekan tempat penusukan selama 2menit,dan observasi adanya memar,
jika perlu berikan plester,siapkan obat yangbaru.
- Cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di masukan,sambil melakukan
enekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
- Jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa steril sampai
perdarahan berhenti.
- Kembalikan posisi klien
- Buang alat yang sudah tidak dipakai
- Buka sarung tangan
- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal waktu dan jenis obat,
serta reaksinya setelah penyuntikan (jika ada)

7. Pemberian Obat Pada Kulit


Memberikan obat pada kulit merupakan pemberian obat dengan mengoleskannya
dikulit yang bertujuan mempertahankan hidrasi, melindungi permukaan kulit,
mengurangi iritasi kulit atau mengatasi infeksi. Jenis obat kulit yang diberikan dapat
bermacam-macam seperti krim, losion, aerosol dan spray.
Persiapan alat dan bahan:
a) Obat dalam tempatnya (seperti krim, losion, aerosol dan sray).
b) Pinset anatomis.
c) Kain kasa.
d) Kertas tisu.
e) Balutan.
f) Pengalas.
g) Air sabun, air hangat.
h) Sarung tangan.

Prosedur kerja:
a) Cuci tangan.
b) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
c) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan.
d) Gunakan sarung tangan.
e) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit
mengeras) dan gunakan pinset anatomis.
f) Berikan obar sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan
dan mengompres.
g) Kalau perlu, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah yang diobati.
h) Cuci tangan.

8. Pemberian obat melalui rectum/anus


Memberikan obat melalui rectum merupakan pemberian obat dengan memasukan
obat melalui anus dan kemudian raktum, dengan tujuan memberikan efek local dan
sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat Supositotia yang bertujuan
untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah fases, dan
merangsang buang air besar.
Pemberian obat yang memiliki efek lokal, seperti Dulcolac Supositoria, berfungsi
untuk meningkatkan defekasi secara lokal. Pemberian obat dengan efek sistemik,
seperti obat Aminofilin Supositoria, berfungsi mendilatasi Bronkhus. Pemberian obat
Supositoria ini diberikan tepat pada dinding Rektal yang melewati sphincter ani
interna. Konta indikasi pada pasien yang mengalami pembedahan rectal.
Persiapan alat dan bahan:
1) Obat Supositoria dalam tempatnya.
2) Sarung tangan.
3) Kain kasa.
4) Vaseline/pelican/pelumas.
5) Kertas tisu.
Prosedur kerja:
1) Cuci tangan.
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan.
3) Gunakan satung tangan.
4) Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
5) Oleskan pelicin pada ujung oabat Supositoria.
6) Regangkan glutea dengan tangan kiri. Kemudian masukan Supositiria secara
berlahan melalui anus, Sphincher ana interna, serta mengenai dinding rectal ± 10
cm pada orang dewasa, 5 cm pada bayi atau anak.
7) Setelah selesai, tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tisu.
8) Anjurkan pasien untuk tetap berbaring telentang atau miring selama ± 45 menit.
9) Setelah selesai, lepaskan sarung tangan kedalam bengkok
10) Cuci tangan.
11) Catat obat, jumblah dosis, dan cara pemberian.

9. Pemberian Secara Sublingual


Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakkan
obat di bawah lidah. Meskipun cara ini jarang dilakukan, namun perawat harus mampu
melakukannya. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di
bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara ini
juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Pasien diberitahu untuk
tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses
kimiawi dengan cairan lambung. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien
diberitahu untuk membiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur
dan terserap.
Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu obat
vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak
diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan
cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya
dalam waktu tiga menit (Rodman dan Smith, 1979).
BAB III
A. Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada
klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan keterampilan
teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang
memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar
mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat. Selain itu juga, perawat
juga harus mengetahui enam hal yang benar dalam pemberian obat kepada pasien.
Karena hal itu berperan penting dalam kesuksesan perawat dalam pemberian obat.
Mengetahui reaksi dan kerja obat dalam tubuh juga penting, selain sebagai
pelaksana perawat juga mampu mempertimbangkan resep dan dosis yang
diberikan oleh dokter kepada pasien. Perawat sebagai pelaksana dalam pemberian
obat juga ditungtut memiliki keterampilan-keterampilan khusus dibidang hal
tersebut.
B. Saran
Setelah mengikuti matakuliah ini diharapkan para mahasiswa mampu
mengetahui atau memprediksi kemampuan dasar yang harus dia miliki ketika
praktek dilapangan. Dengan demikian setiap mahasiswa mampu berusaha untuk
memahami dan mampu menguasai materi tersebut baik teori maupun prakteknya.
Daftar Pustaka
http://diarikesehatan.blogspot.com/2012/12/efek-obat.html
http://mochfaizalhamzah.blogspot.com/2013/11/kdk1-prosedur-pemberian-obat
dalam.html
http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/09/pemberian-obat.html
http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/05/makalah-obat-obatan.html
http://www.blackswel-synergy.com

http://www.sgna.org/Resources/article3.pdf

Anda mungkin juga menyukai