Anda di halaman 1dari 8

Nama : Tri Wahyu Febriyanti

Nim : 2001120606

Materi : Menjelaskan Mengenai Konsep Pemberian Medikasi

Pengertian medikasi
Medikasi adalah cara utama terapi yang diprogramkan oleh medis untuk mengobati
masalah kesehatan atau masalah klien. Meskipun obat menguntungkan, Obat bukan tanpa reaksi
merugikan. Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keamanan dalam pemberian
medikasi serta pemantauan hasil khusus obat (Perry, 2005).

Standar obat
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan persyaratan obat
diantaranya :
a) Kemurnian ,suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya
b) Tidak ada percampuran
c) Standar potensi yang baik
d) Memiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat
e) Keamanan obat dan keefektivitasan obat
Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu
sendiri.

Reaksi obat
1) Farmakokinetik
Proses obat memasuki tubuh dan pada akhirnya akan keluar dari tubuh.proses ini terdiri dari
absorpsi,distribusi,metabolisme,dan ekskresi obat dari tubuh manusia.setiap obat mempunyai
karakteristik khusus dalam kecepatan dan bagaimana obat tersebut akan diserap oleh
jaringan,kemudian dihantarkan pada sel-sel tubuh dan berubah menjadi zat yang tidak berbahaya
bagi tubuh yang akhirnya keluar dari tubuh kita.
a) Absorpsi
Proses zat-zat dari obat masuk kedalam aliran/pembuluh darah. cara pemberian berdampak
pada kecepatan dan keseluruhan bagian obat yang akan diserap tubuh.
b) Distribusi
Proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel target.Proses dipengaruhi
oleh sistem sirkulasi tubuh,jumlah zat obat yang dapat terikat dengan protein tubuh serta jaringan
atau sel tujuan dari obat tersebut
c) Metabolisme
Proses diaktivasi /detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh.Proses ini terutama berlangsung
didalam hepar,namun juga berlangsung didalam ginjal,plasma darah,mukosa,usus,dan paru-
paru.Gangguan pada fungsi hepar adalah penurunan fungsi hepar akibat penuaan atau penyakit
dapat mempengaruhi kecepatan detoksifikasi obat yang berlangsung didalam tubuh.
d) Ekskresi
Adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari dalam tubuh. Ginjal
berfungsi untuk mengeluarkan sebagian besar sisa metabolisme tersebut, sebagian yang lain
dikeluarkan melalui paru-paru dan intestinal. Penurunan fungsi ginjal akan sangat berpengaruh
buruk pada proses ini.
2) Farmakodinamik
Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia dari obat didalam
tubuh. Pemahaman tentang proses ini sangat membantu perawat untuk mengevaluasi efek
terapeutik dan efek lainnya dari pengobatan. Reaksi kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia
antara zat-zat obat dengan sel-sel tubuh untuk menghasilkan respon biologis tubuh. Kebanyakan
obat bereaksi dengan komponen sel untuk menstimulasi perubahan biokimia dan fisiological
sehingga obat menjadi efektif bagi tubuh.
Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun sistemik didalam tubuh. Contohnya adalah efek
lokal terlihat terjadi pada pemberian obat topikal pada kulit. Sedangkan pada pemberian obat
analgesik, efeknya akan meliputi beberapa sistem, termasuk diantaranya yaitu sistem saraf (efek
sedatif), paru-paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal (konstipasi) walaupun efek yang
diharapkan adalah pereda nyeri. Efek medikasi dapat dimonitor melalui perubahan klinis yang
terjadi pada kondisi klien.

Dosis obat
Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi
tidak tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan
bahkan sampai kematian.
Efek obat
Ada 3 efek obat yang sangat perlu untuk diperhatikan oleh perawat, yakni
1) Efek teurapeutik
Obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya
seperti paliatif ( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan) dan lain-
lain.
2) Efek samping.
Dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit nitrogenic, kegagalan
dalam pengobatan, dan lain-lain.
3) Efek toksik
Umumnya efek toksik terjadi setelah klien minum obat berdosis tinggi dalam jangka
waktu lama

Reaksi pemberian obat


1) Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas terjadi bila klien sensitif terhadap efek dari pengobatan yang
dilakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis yang diberikan lebih dari kebutuhan klien sehingga
menimbulkan efek lain yang tidak diinginkan.

2) Toleransi
Adalah reaksi yang terjadi ketika klien mengalami penurunan respon / tidak berespon
terhadap obat yang diberikan, dan membutuhkan penambahan dosis obat untuk mencapai efek
terapi yang diinginkan. Beberapa zat yang dapat menimbulkan toleransi terhadap obat adalah
nikotin, etil alkohol, opiat dan barbiturat.
3) Reaksi alergi
Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh menerima obat sebagai
benda asing, sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan dan mengeluarkan benda
asing tersebut. Akibatnya akan menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari
ringan sampai berat. Reaksi alergi yang ringan diantaranya adalah gatal-gatal (urtikaria),
pruritus, atau rhinitis, dapat terjadi dalam hitungan menit sampai dengan 2 minggu pada klien
setelah mengkonsumsi obat.
4) Toksisitas
Reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari
gangguan metabolisme atau ekskresi. Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada
fungsi organ. Hal yang umum terjadi adalah nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak),
hepatotosisitas (hepar), imunotoksisitas (sistem imun), dan kardiotoksisitas (jantung).
5) Interaksi antar obat (reaksi inkompabilitas obat)
Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat adanya obat lain atau makanan
yang mempengaruhi kerja obat didalam tubuh. Interaksi ini dapat berbentuk saling menguatkan
efek terapi dari obat atau saling bertentangan dengan efek terapi. Kadang-kadang makanan dapat
juga mempengaruhi reaksi obat, contohnya adalah deaktivasi antibiotik tetrasiklin akibat
makanan yang berasal dari produk susu.
Teknik pemberian obat
a) Enteral
Cara pemberian obat memalului dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi rasa sakit
sesuai efek terapi dari jenis obat Seperti :

 Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek
yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari
sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat
dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
 Bukal
Keuntungan : praktis, aman, dan ekonomis
Kelemahan : efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-
muntah, diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak
enak), iritasi pada saluran cerna.
b) Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran
cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral
juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan
kerja obat yang cepat.
1) Intravena (IV)
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat
langsung masuk dalam sistem sirkulasi darah. Pemberian obat yang dilakukan melalui vena,
diantaranya vena mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis
(leher), dan vena frontalis/temporalis (kepala). Pemberian obat intravena bisa secra langsung,
bisa melalui wadah cairan intravena,ataupun melalui selang intravena.
Tujuan : Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat penyerapan obat Lokasi yang
digunakan untuk penyuntikan

2) Intramuskular (IM)
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan : pemberian obat dengan
absorbsi lebih cepat dibandingkan dengan subcutan Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha
(vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau
lengan atas (deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang
besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf. Pemberian obat secara Intramusculer sangat
dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi
obat.
3) Subkutan (SC)
Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area
bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis,Pemberian obat melalui
subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk
mengontrol kadar gula darah.
4) Intracutan (IC)
Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit,Merupakan pemberian obat melalui
jaringan intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada
daerah lengan tangan bagian ventral. intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas
tubuh terhadap obat yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan
skin test), menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
c) Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran
nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan
oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita
dengan keluhan pernafasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat
diberikan langsung ke tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.
d) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam
pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya
digunakan dengan cara mengisap.

e) Intratekal/ intraventrikuler
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan
serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.
f) Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit
dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk
mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan refraksi.
g) Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya
melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-
sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk
pengiriman obat secara lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
h) Rectal
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum,
dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.Tindakan pengobatan ini disebut pemberian
obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar.
i) Pemberian Obat Melalui Vagina
merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui vagina
yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.
Persiapan pemberian obat
Ada 12 persyaratan sebelum pemberian obat yaitu dengan prinsip 12 benar
Tetapi yang umumnya dipakai minimal 6 benar.
1) Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat
sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat
diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
2) Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan
dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit
atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar
untuk diberikan kepada pasien.
3) Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan
program pengobatan pada pasien.
4) Benar cara pemberian obat
Cara pemberian obat yaitu metode atau rute memberikan obat yang disesuaikan dengan jenis
obat, efek obat yang diharapkan dan keadaan pasien.
5) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang dprogramkan , karena
berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6) Benar pendokumentasian
Pendokumentasian harus sesuai dengan apa yang telah diimplementasikan beserta reaksi
setelah obat diberikan
7) Benar pendidikan perihal kesehatan
Perawat harus memberikan penjelasan tentang prosedur, fungsi dan efek dari pemberian obat
dengan benar.
8) Benar hak pasien untuk menolak
Perawat tidak boleh memaksakan pemberian terapi obat kepada pasien apabila pasien
menolak diberikan obat.
9) Benar pengkajian
Sebelum maupun sesudah diberikan obat harus dilakukan pengkajian dengan benar, sehingga
pemberian terapi sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien.
10) Benar Evaluasi
Lakukan pemantauan pasien setelah diberikan obat. Untuk menghindari terjadinya efek
samping yang tidak diinginkan dari obat yang diberikan.
11) Benar reaksi terhadap makanan
Ada beberapa jenis obat yang bereaksi dengan beberapa jenis makanan, misalnya obat
pemacu jantung yang dapat menimbulkan efek reaksi berlebihan apabila diberikan dengan kopi
atau teh.
12) Benar reaksi dengan obat lain
Kaji saat memberikan beberapa jenis obat sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Biasanya
obat yang satu dengan yang lainnya menimbulkan efek saling menguatkan atau bahkan saling
meniadakan

Anda mungkin juga menyukai