Pengertian medikasi
Medikasi adalah cara utama terapi yang diprogramkan oleh medis untuk mengobati masalah kesehatan
atau masalah klien. Meskipun obat menguntungkan, Obat bukan tanpa reaksi merugikan. Perawat harus
mengetahui tentang prinsip-prinsip keamanan dalam pemberian medikasi serta pemantauan hasil
khusus obat (Perry, 2005).
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan
atau pengobatan bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh
(Kusyanti, 2012).
2. Standar obat
Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan persyaratan obat diantaranya :
Standar-standar tersebut harus dimiliki obat agar menghasilkan efek yang baik akan obat itu sendiri.
3. Reaksi obat
1) Farmakokinetik
Proses obat memasuki tubuh dan pada akhirnya akan keluar dari tubuh.proses ini terdiri dari
absorpsi,distribusi,metabolisme,dan ekskresi obat dari tubuh manusia.setiap obat mempunyai
karakteristik khusus dalam kecepatan dan bagaimana obat tersebut akan diserap oleh
jaringan,kemudian dihantarkan pada sel-sel tubuh dan berubah menjadi zat yang tidak berbahaya bagi
tubuh yang akhirnya keluar dari tubuh kita.
a) Absorpsi
Proses zat-zat dari obat masuk kedalam aliran/pembuluh darah. cara pemberian berdampak pada
kecepatan dan keseluruhan bagian obat yang akan diserap tubuh.
b) Distribusi
Proses pengiriman zat-zat dalam obat kepada jaringan dan sel-sel target.Proses dipengaruhi oleh sistem
sirkulasi tubuh,jumlah zat obat yang dapat terikat dengan protein tubuh serta jaringan atau sel tujuan
dari obat tersebut
c) Metabolisme
Proses diaktivasi /detoksifikasi zat-zat obat didalam tubuh.Proses ini terutama berlangsung didalam
hepar,namun juga berlangsung didalam ginjal,plasma darah,mukosa,usus,dan paru-paru.Gangguan pada
fungsi hepar adalah penurunan fungsi hepar akibat penuaan atau penyakit dapat mempengaruhi
kecepatan detoksifikasi obat yang berlangsung didalam tubuh.
d) Ekskresi
Adalah proses mengeluarkan obat atau zat-zat sisa metabolismenya dari dalam tubuh. Ginjal berfungsi
untuk mengeluarkan sebagian besar sisa metabolisme tersebut, sebagian yang lain dikeluarkan melalui
paru-paru dan intestinal. Penurunan fungsi ginjal akan sangat berpengaruh buruk pada proses ini.
2) Farmakodinamik
Adalah proses yang berhubungan dengan fungsi fisiologis dan biokimia dari obat didalam tubuh.
Pemahaman tentang proses ini sangat membantu perawat untuk mengevaluasi efek terapeutik dan efek
lainnya dari pengobatan. Reaksi kerja obat adalah hasil dari reaksi kimia antara zat-zat obat dengan sel-
sel tubuh untuk menghasilkan respon biologis tubuh. Kebanyakan obat bereaksi dengan komponen sel
untuk menstimulasi perubahan biokimia dan fisiological sehingga obat menjadi efektif bagi tubuh.
Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun sistemik didalam tubuh. Contohnya adalah efek lokal
terlihat terjadi pada pemberian obat topikal pada kulit. Sedangkan pada pemberian obat analgesik,
efeknya akan meliputi beberapa sistem, termasuk diantaranya yaitu sistem saraf (efek sedatif), paru-
paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal (konstipasi) walaupun efek yang diharapkan adalah pereda
nyeri. Efek medikasi dapat dimonitor melalui perubahan klinis yang terjadi pada kondisi klien.
4. Dosis obat
Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi tidak
tercapai. Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek toksik/keracunan bahkan sampai
kematian.
5. Efek obat
Ada 3 efek obat yang sangat perlu untuk diperhatikan oleh perawat, yakni
1) Efek teurapeutik
Obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai kandungan obatnya seperti paliatif
( berefek untuk mengurangi gejala), kuratif (memiliki efek pengobatan) dan lain-lain.
2) Efek samping.
Dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan
seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit nitrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-
lain.
3) Efek toksik
Umumnya efek toksik terjadi setelah klien minum obat berdosis tinggi dalam jangka waktu lama
1) Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas terjadi bila klien sensitif terhadap efek dari pengobatan yang dilakukan. Hal ini
dapat terjadi bila dosis yang diberikan lebih dari kebutuhan klien sehingga menimbulkan efek lain yang
tidak diinginkan.
2) Toleransi
Adalah reaksi yang terjadi ketika klien mengalami penurunan respon / tidak berespon terhadap obat
yang diberikan, dan membutuhkan penambahan dosis obat untuk mencapai efek terapi yang diinginkan.
Beberapa zat yang dapat menimbulkan toleransi terhadap obat adalah nikotin, etil alkohol, opiat dan
barbiturat.
3) Reaksi alergi
Adalah akibat dari respon imunologik terhadap medikasi. Tubuh menerima obat sebagai benda asing,
sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan dan mengeluarkan benda asing tersebut.
Akibatnya akan menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari ringan sampai berat. Reaksi
alergi yang ringan diantaranya adalah gatal-gatal (urtikaria), pruritus, atau rhinitis, dapat terjadi dalam
hitungan menit sampai dengan 2 minggu pada klien setelah mengkonsumsi obat.
4) Toksisitas
Reaksi yang terjadi karena dosis berlebih atau penumpukkan zat dalam darah akibat dari gangguan
metabolisme atau ekskresi. Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada fungsi organ. Hal
yang umum terjadi adalah nefrotoksisitas (ginjal), neurotoksisitas (otak), hepatotosisitas (hepar),
imunotoksisitas (sistem imun), dan kardiotoksisitas (jantung).
Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat adanya obat lain atau makanan yang
mempengaruhi kerja obat didalam tubuh. Interaksi ini dapat berbentuk saling menguatkan efek terapi
dari obat atau saling bertentangan dengan efek terapi. Kadang-kadang makanan dapat juga
mempengaruhi reaksi obat, contohnya adalah deaktivasi antibiotik tetrasiklin akibat makanan yang
berasal dari produk susu.
a) Enteral
Cara pemberian obat memalului dengan tujuan mencegah, mengobati,mengurangi rasa sakit sesuai efek
terapi dari jenis obat Seperti :
· Sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan
kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
· Bukal
Kelemahan : efek yang tibul biasanya lambat, tidak efektif jika pengguna sering muntah-muntah,
diare, tidak sabar, tidak kooperatif, kurang disukai jika rasanya pahit (rasa jadi tidak enak), iritasi pada
saluran cerna.
b) Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui saluran cerna, dan untuk
obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk
pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
1) Intravena (IV)
Memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat langsung
masuk dalam sistem sirkulasi darah. Pemberian obat yang dilakukan melalui vena, diantaranya vena
mediana cubiti/cephalika (lengan), vena saphenous (tungkai), vena jugularis (leher), dan vena
frontalis/temporalis (kepala). Pemberian obat intravena bisa secra langsung, bisa melalui wadah cairan
intravena,ataupun melalui selang intravena.
Tujuan : Memasukkan obat secara cepat,Mempercepat penyerapan obat Lokasi yang digunakan untuk
penyuntikan
2) Intramuskular (IM)
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Tujuan : pemberian obat dengan absorbsi
lebih cepat dibandingkan dengan subcutan Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha (vastus
lateralis), ventrogluteal (dengan posisi berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas
(deltoid), daerah ini digunakan dalam penyuntikan dikarenakan massa otot yang besar, vaskularisasi
yang baik dan jauh dari syaraf. Pemberian obat secara Intramusculer sangat dipengaruhi oleh kelarutan
obat dalam air yang menentukan kecepatan dan kelengkapan absorpsi obat.
3) Subkutan (SC)
Subcutan Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat melalui suntikan ke area bawah kulit
yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis,Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya
dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
4) Intracutan (IC)
Prinsipnya memasukan obat kedalam jaringan kulit,Merupakan pemberian obat melalui jaringan
intrakutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan
tangan bagian ventral. intracutan biasa digunakan untuk mengetahui sensitivitas tubuh terhadap obat
yang disuntikan agar menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test), menentukan
diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
c) Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari saluran nafas dan epitel
paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh pemberian obat
secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan
seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan
efek samping sistemis minimal.
d) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus; kalsitonin insipidus;
kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia
dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara mengisap.
e) Intratekal/ intraventrikuler
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam cairan serebrospinal,
seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.
f) Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk pengobatan. Misalnya,
klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis
dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan
pengukuran kelainan refraksi.
g) Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit, biasanya melalui suatu
“transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada
tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara
lambat, seperti obat antiangina, nitrogliserin.
h) Rectal
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan
memberikan efek lokal dan sistemik.Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang
buang air besar.
merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan cara memasukkan obat melalui vagina yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks.
1) Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3
kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat
mengembalikan ketempat penyimpanan.
2) Benar Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan
menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok
khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan
kepada pasien.
3) Benar Pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara
mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program
pengobatan pada pasien.
Cara pemberian obat yaitu metode atau rute memberikan obat yang disesuaikan dengan jenis obat, efek
obat yang diharapkan dan keadaan pasien.
5) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang dprogramkan , karena berhubungan
dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
6) Benar pendokumentasian
Pendokumentasian harus sesuai dengan apa yang telah diimplementasikan beserta reaksi setelah obat
diberikan
Perawat harus memberikan penjelasan tentang prosedur, fungsi dan efek dari pemberian obat dengan
benar.
Perawat tidak boleh memaksakan pemberian terapi obat kepada pasien apabila pasien menolak
diberikan obat.
9) Benar pengkajian
Sebelum maupun sesudah diberikan obat harus dilakukan pengkajian dengan benar, sehingga
pemberian terapi sesuai dengan apa yang dibutuhkan klien.
10) Benar Evaluasi
Lakukan pemantauan pasien setelah diberikan obat. Untuk menghindari terjadinya efek samping yang
tidak diinginkan dari obat yang diberikan.
Ada beberapa jenis obat yang bereaksi dengan beberapa jenis makanan, misalnya obat pemacu jantung
yang dapat menimbulkan efek reaksi berlebihan apabila diberikan dengan kopi atau teh.
Kaji saat memberikan beberapa jenis obat sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Biasanya obat yang
satu dengan yang lainnya menimbulkan efek saling menguatkan atau bahkan saling meniadakan
B. Macam-macam medikasi
a) Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran
hitam, mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam obat disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan
isi zat berkhasiat, indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat
pabrik serta cara penyimpanannya.
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat
bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran yang digunakan diberi batas dan pada
kemasan ditandai dengan lingkaran hitam mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P.
No.1 sampai P.No.6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan nama obat yang
bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan, nomor batch, tanggal kadaluarsa,
nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan, indikasi, cara pemakaian,
peringatan serta kontraindikasi.
c) Obat keras
Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter, dimana pada bungkus
luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan dasar merah yang didalamnya terdapat
huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam tersebut. Termasuk juga semua obat yang dibungkus
sedemikian rupa yang digunakan secara parenteral baik dengan cara suntikan maupun dengan cara
pemakaian lain dengan jalan merobek jaringan.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
kedalam golongan-golongan.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku.
Macam- macam bentuk obat serta tujuan penggunaannya antara lain adalah sebagai berikut:
a) Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian
oral atau untuk pemakaian luar.
b) Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus menggunakan bahan
pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c) Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler
kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.
· Tablet Kempa : paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya
tergantung design cetakan.
· Tablet Cetak : dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang
cetakan.
· Tablet Trikurat : tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. Sudah jarang ditemukan
· Tablet Hipodermik : dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu
untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
· Tablet Sublingual : dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakkan tablet
di bawah lidah.
· Tablet Efervescen : tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau
kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
· Tablet Kunyah : cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak di rongga mulut,
mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
d) Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan dimaksudkan untuk
pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak
ditemukan pada seduhan jamu.
e) Kapsulae(Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut.
Keuntungan/tujuan sediaan kapsul yaitu:
· Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan pemisahan antara
lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam
kapsul yang lebih besar.
f) Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak
dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut
yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).
g) Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair. Macam
suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada
kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
h) Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi, fase cairan yang satu
terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.
i) Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau tumbuhan yang disari.
j) Extractum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
k) Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC
selama 15 menit.
l) Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari serum hewan dengan
pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.
m) Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
n) Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan yaitu:
· Penggunaan lokal >> memudahkan defekasi serta mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena
hemoroid.
· Penggunaan sistemik >> aminofilin dan teofilin untuk asma, chlorprozamin untuk anti muntah,
chloral hydrat untuk sedatif dan hipnotif, aspirin untuk analgenik antipiretik.
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan untuk obat dalam atau
obat luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes
dapat berupa antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae Auriculares (tetes
telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
p) Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke
dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan
pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
· Sedotan
· Sendok
· Pipet
b) Prosedur kerja
2) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya program
tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada
perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan)
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang
diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
· Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa menyentuh obat.
· Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat sesuai dengan dosis yang
diperlukan.
· Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk dengan menggunakan martil
dan lumpang penggerus, kemudian campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi
sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus sebab dapat mempengaruhi daya
kerjanya.
· Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata sebelum dituangkan, buang obat
yang telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
· Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk menghindari kontaminasi pada tutup
botol bagian dalam.
· Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak tangan, dan tuangkan obat kearah
menjauhi label. Mencegah obat menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak bisa
dibaca dengan tepat.
· Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan menggunakan kertas tissue.
Mencegah tutup botol sulit dibuka kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol.
· Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml maka gunakan spuit steril untuk
mengambilnya dari botol.
a) Alat
· Kapas alkohol
· Sarung tangan
· Spuit 2 ml – 5 ml
· Bak spuit
· Baki obat
· Plester
· Perlak pengalas
· Bengkok
b) Prosedur kerja
1) Cuci tangan
3) Salam terapeutik
4) Identifikasi klien
9) Letakkan pembendung
10) Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari
gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
12) Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah
dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
13) Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non dominan.
14) Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan
non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan.
Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30.
15) Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena
16) Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan
menarik plunger.
18) Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
19) Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan
dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan
20) Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin
a. Alat
b. Prosedur kerja
2) cuci tangan
3) Siapkan obat, masukan obat dari vial atau ampul dengan cara yang benar
5) Beritahu klien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan serta tujuannya
6) Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks (lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas,
punggung dibawah scapula)
8) Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan, jaringan parut,
kemerahan / inflamasi, gatal)
10) Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol atau kapas lembab dari
tengah keluar secara melingkar sekitar 5 cm, menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi
11) Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptik kering dan
keluarkan udara dari spuit
12) Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari telunjuk dengan
telapak tangan menghadap kebawah
13) Pegang erat lengan klien dengan tangan kiri, tegangkan area penyuntikan
14) Secara hati - hati tusuk / suntikan jarum dengan lubang menghadap keatas, sudut 15' pada
epidermis kemudian diteruskan sampai dermis
15) Raih pangkal jarum dengan ibu jari tangan kiri sebagai fiksasi, lalu dorong cairan obat. akan timbul
tonjolan dibawah permukaan kulit
16) Cabut spuit / jarum, usap secara pelan area penyuntikan dengan kapas alkohol / kapas lembab
tanpa melakukan massage
17) Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kap nya (guna mencegah cidera pada perawat)
pada tempat pembuangan secara benar
18) Melepas sarung tangan dan merapihkan pasien
21) Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada lembar obat atau catatan
perawat
a) Alat
· Kupet injeksi
· Perlak
· Bengkok
· Alat tulis
b) Prosedur kerja
1) Lakukan verifikasi program terapi ( benar pasien, obat, dosis, waktu, tempat injeksi )
2) Siapkan Alat
3) Beri salam dan jelaskan tindakan yang akan dikerjakan pada pasien / keluarga.
7) Tentukan daerah yang akan diinjeksi dan lakukan desinfeksi dengan kapas alkohol.
8) Masukkan jarum dengan posisi 90° bila memakai jarum kecil (panjangnya 1 cm), atau dibawah 45°
bila memakai jarum yang lebih panjang.
· Cairan pelarut
· Bak injeksi
· Bengkok
b) Prosedur kerja
2) Cuci tangan
3) Ambil obat dan masukan ke dalam spuit sesuai dengan dosis, kemudian letakkan kedalam bak
injeksi
6) Lakukan penyuntikan:
· Pada ventrogluteal (posisi klen telungkup,bagian bokong dibagi menjadi 4, daerah injeksi adalah ¼
bagian atas luar)
· Pada dorsogluteal ( posisi sim kiri , ibu jari di trochhanter mayor ,telunjuk di SIAS, jari tengah
menjauhi telunjuk sejauh mungkin, area injeksi adalah daerah “V” yaitu anatara jari telunjuk dan jari
tengah)
· Pada deltoid (lengan atas) dengan meminta pasien untuk duduk atau berbaring mendatar dengan
lengan atas fleksi (1/3 bagian atas lateral)
8) Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan
sehingga habis.
9) Setelah selesai ambil spuit dengan menarik spuitdan tekan daerah penyuntikkan dengan kapas
alkohol, kemudian spuit yang telah di gunakan letakkan di bengkok.
Ø Pada kulit
· Kain kasa
· Kertas tissue
· Balutan
· Pengalas
2) Cuci tangan
4) Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat atau air sabun
5) Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian, seperti mengoleskan, mengompres.
Ø Pada mata
· Plester
· Kain kasa
· Kertas tisu
· Balutan
· Sarung tangan
b) Prosedur kerja
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dan posisi perawat disamping kanan pasien
Dan bulu mata dengan kapas lembab(atau tissu)dari sudut luar mata kearah hidung bila sangat kotor
basuh dengan air hangat
6) Buka mata dengan menekan perlahan bagian bawah menggunaakan ibu jari atau jari telunjuk di
atas tulang orbita
7) Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva sesuai dosis.Minta pasien untuk menutup mata
dengan perlahan ketika menggunakan tetes mata. Bila menggunakan obat mata jenis salep,pegang
aplikator di atas tepi kelopak mata.Kemudian tekan tub hingga obat keluar dan berikan pada kelopak
mata bawah setelah selesai anjurkan pasien untuk melihat kebawah secara bergantian,berikan obat
pada kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggosok kelopak
mata
Ø Pada telinga
· Penetes
· Plester
· Kain kassa
· Kertas tissu
· Balutan
b) Prosedur kerja
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang akan
diobati upayakan telinga pasien ke atas
4) Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga keatas atau kebelakang
5) Bila obat berupa tetes,teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang oleh
gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis,bila obat berupa salep, ambil kapas lidi dan
oleskan salep.Kemudian masukkan/oleskan pada liang telinga
6) Pertahankan posisi kepala selama 2-3 menit
· Sarung tangan
· Kain kassa
· Vaselin/jeli/pelumas
· Kertas tissu
b) Prosedur kerja
2) Cuci tangan
6) Minta pasien mengambil posisi tidur miring lalu regangkan bokong dengan perlahan melalui
anus,sfingter interna dan mengenai dinding rektal kurang lebih 10 cm pada orang dewasa,dan kurang
lebih 5 cm pada anak/bayi
7) Setelah selesai,tarik jari tangan dan bersihkan daerah sekitar anal dengan tissue
8) Anjurkan klien untuk tetap baring terlentang atau miring selama kurang lebih 15 menit
PENUTUP
A. Kesimpulan
obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik
untuk menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan
obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat menimbulkan efek yang tidak
diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat.
Sebagai perawat, perlu kita ketahui dan selalu diingat bahwa dalam pemberian obat dilakukan dengan
akurat oleh perawat. Karena kita tahu bahwa yang kita hadapi adalah manusia (makhluk hidup) bukan
mesin, karena apabila dalam pemberian obat salah itu akan berakibat fatal. Untuk itu Perawat
menggunakan “lima” benar pemberian obat untuk menjamin pemberian obat yang benar, yaitu :
· Benar obat
· Benar dosis
· Benar pasien
Dalam materi ini saya akan berbagi ilmu atas apa yang sudah saya ketahui tentang macam- macam cara
pemberian obat, yaitu :
4) Intramuscular (IM)
5) Obat topikal
6) Inhalasi
7) Transdermal
8) Trantekal
B. Saran
Pembaca diharapkan mampu mempelajari setiap materi yang sudah dijelaskan dan dipahami dan
mahasiswa mampu menerapkan atau mengaplikasikan materi tersebut.
Daftar isi
· Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Buku saku praktikumKebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: Salemba
Medika
· http://id.wikipedia.org/wiki/Obat
Komentar
UNKNOWN
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan
ilmu keperawatan