Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INDIVIDU

RADIOLOGI VETERINER

“PRINSIP PEMBENTUKAN X-RAY”

DI SUSUN OLEH :
NAMA : ANGGI APRIANTI
NIM : C031181519

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Peranan bidang radiologi pada dunia kedokteran adalah cukup penting terutama di
dalam menegakkan hasil pemeriksaan atau diagnosa. Pemeriksaan ini dapat memberikan
informasi bagian tubuh yang mengalami kelainan, salah satu contohnya adalah patah atau
retak tulang pada pergelangan tangan dan kaki akibat kecelakaan. Untuk memperoleh
informasi atau gambaran internal tubuh yang akurat maka dibutuhkan kualitas radiograf atau
foto rontgen yang optimal. Bidang radiologi pada dunia kedokteran, merupakan bidang ilmu
yang menggunakan sumber sinar ion, gelombang suara, dan magnet untuk menghasilkan citra
yang selanjutnya digunakan untuk diagnosis dan terapi. Contoh sinar pengion adalah sinar-X.
Penyinaran dengan menggunakan sinar-X bertujuan untuk mengetahui dan mendiagnosis
kondisi organ dalam dari pasien, akan tetapi dimensi dari hasil sinarX terlalu besar untuk
dibawa sehingga kurang praktis. Agar mudah dibawa maka citra sinar-X diubah menjadi
digital. Dengan format digital maka citra sinar-X dapat disimpan dan dianalisis dengan
efisien (Wilianti & Agoes, 2019).

Pada umumnya, interpretasi berdasarkan pada gambaran radiografi dari suatu


penyakit. Gambaran radiografi yang spesifik tersebut, berhubungan dengan suatu penyakit.
Jadi dengan mengerti tanda-tanda radiografi, setidaknya dapat membantu dan sebagai
pendekatan yang baik untuk menginterpretasi hasil radiografi. Namun perlu diingat bahwa
dalam menegakkan suatu dignosa, tidak hanya berdasarkan pada gambaran radiografi saja.
Banyak penyakit yang mempunyai gambaran radiografi yang berbeda, tergantung pada tahap-
tahap perkembangan penyakitnya. Oleh karena itu, dengan menghubungkan antara
pemeriksaan klinik dan Bantuan data laboratorium (kalau memang dibutuhkan) maka
diagnosa akhir dapat ditegakkan (Yunus, 2016).

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang


radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat
pendek sehingga dapat menembus benda-benda. Sinar-X ditemukan oleh sarjana fisika
berkebangsaan Jerman yaitu W. C. Rontgen tahun 1895 (Souisa, 2014.) Sinar-X biasanya
digunakan dalam diagnosis gambar medis dan kristalografi sinar-X. Sinar-X adalah bentuk
radiasi pengion dan bisa berbahaya (Widyawati et al., 2020).
Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang
radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang sangat
pendek sehingga dapat menembus benda-benda (Souisa et al., 2014). Pada umumnya, sinar-X
dapat dihasilkan dari sinkrotron dan tabung sinar-X. Namun, banyak aplikasi sinar-X
menggunakan tabung sinar-X sebagai sumber karena intensitasnya dapat diaturatur.
Komponen-komponen utama pada sebuah tabung sinar-X adalah sebuah sumber listrik
bertegangan rendah, dua buah elektroda (katoda dan anoda), sebuah high voltage generator
dan sebuah lubang (window). Kawat filamen (katoda) yang diberi catu daya dari sumber
listrik bertegangan rendah akan (dalam orde volt) mengalami pemanasan sehingga
mengeluarkan elektron secara termal. Elektron-elektron ini selanjutnya dipercepat oleh high
voltage generator bertegangan tinggi (dalam orde kilovolt) yang diberikan antara anoda dan
katoda. Elektron-elektron yang dipercepat ini (disebut juga elektron proyektil)
membombardir anoda dan berinteraksi dengan atom-atom yang terdapat di permukaan
material anoda. Pada saat menumbuk anoda elektron-elektron ini akan melepaskan energi
kinetiknya. Sebagian kecil dari energi tersebut (sekitar 1%) berubah menjadi energi
gelombang elektromagnetik yang disebut sinar-X, sedangkan sebagian besar (sekitar 99%)
dari energi kinetiknya berubah menjadi panas yang menumpuk pada anoda (Gidoen dan Taat,
2019).
Exposure Index (IE) merupakan ukuran dari jumlah paparan yang diterima oleh
reseptor citra (image reseptor). Exposure Index pada setiap pabrikan telah mengeluarkan
rentang bagi tiap-tiap jenis pemeriksaan, tentu saja ada faktor yang mempengaruhi pada
eksposure itu sendiri. faktor yang mempengaruhi Exposure Index tergantung pada mAs, total
luas detektor yang disinari dan atenuasi. IE dalam digital radiografi digunakan sebagai
indikator relatif terhadap speed dan sensitivitas sebuah reseptor digital yang dikenai sinar-X
dan idealnya sebagai feedback bagi radiografer dalam mengupayakan sebuah hasil citra yang
optimal dengan dosis yang rendah bagi pasien (Rochmayanti et al., 2017).
Kualitas suatu citra medis biasanya ditentukan dalam tiga konsep dasar yaitu kontras,
resolusi dan gangguan (noise). Kualitas citra bergantung pada peralatan pencitraan (sumber
sinar-X, prosesor dan detektor citra), keahlian operator dan waktu pencitraan. Dalam
radiografi diagnostik medis digunakan rentang tegangan antara 40-150 kVP untuk pencitraan
bagian-bagian yang lunak. Nilai–nilai kVp yang lebih tinggi diperlukan untuk bagian –
bagian yang tebal atau padat. Kontras yang lebih baik diperoleh pada tegangan rendah,
karena perbedaan koefisien atenuasi yang lebih besar antara obyek dan mempunyai hamburan
yang rendah (Morow et al., 2018). Pada dasarnya penilaian kualitas gambar melibatkan tiga
tahap yang terpisah, yaitu: 1) Perbandingan gambar terhadap kriteria kulitas yang ideal, 2)
Peringkat subjektif dari kualitas gambar dengan menggunakan standar yang diterbitkan dan
3) Penilaian rinci dari film untuk menentukan sumber kesalahan yang terjadi (Ramadhan et
al., 2020)
Pada prinsipnya, radiografi adalah bila sinar radiasi yang dilewatkan pada sebuah
film. Dan bila penyerapan radiasi obyek sangat tinggi, maka hanya sebagian kecil radiasi
radiasi yang mempengaruhi film sehingga nilai kehitamannya rendah. Sebaliknya, apabila
penyerapan radiasi sangat rendah, maka radiasi yang mempengaruhi film akan banyak
sehingga nilai densitasnya sangat tinggi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gambar
radiografi antara lain: Arus, Jarak, dan tegangan (Souisa et al., 2014).

Nilai radiografi panoramik memiliki kualitas diagnostic yang buruk. Kualitas buruk
ini biasanya bukan akibat dari keterbatasan yang melekat dengan peralatan melainkan hasil
kesalahan yang dibuat oleh operator selama penentuan posisi pasien dan pengolahan (Pandey
et al., 2014).

 Kesalahan teknis (Pandey et al., 2014):


 Radiografi kepadatan rendah
 Kepadatan tinggi dan gambar benar-benar hitam
 Radiografi Berkabut:
 Saat kaset diletakkan mundur.
 Hanya sebagian film yang terpapar
 Garis putih vertikal di Radiograf:
 Garis vertikal putih dan hitam bergantian
 Artefak Acak
 Masalah pemrosesan
 Kepadatan permukaan coretan atau tidak rata
 Listrik statis
 Noda tanda statis
 Tanda noda sarung tangan
 tanda lipat
 Sidik jari dan artefak Fluoride:
 Sidik jari abu-abu gelap: film terkontaminasi oleh pengembang
 Sidik jari putih: kontaminasi fixer
 Stanous fluoride: tanda sidik jari hitam
 Kesalahan posisi (Pandey et al., 2014).
 Jika kepala diposisikan terlalu jauh ke depan
 Jika kepala diposisikan terlalu jauh ke belakang dan gigi tidak menggigit alur
 Kesalahan posisi bidang midsagitalkepala miring.
 tidak terpusat
 bengkok atau kombinasi apapun
 Kesalahan posisi bidang oklusal:
 Ke bawah di atas angulasi kepala
 Ke atas di atas angulasi kepala
 Dagu tidak bertumpu pada penyangga dagu
 Panduan gigitan tidak digunakan
 Lidah tidak menempel di langit-langit
DAFTAR PUSTAKA

Ching, William., John Robinson dan Mark McEntee. 2014. Patient-based radiographic
exposure factor selection: a systematic review. Journal of Medical Radiation Sciences.
1(1) : 1-15.

Gidoen, Samuel dan Taat Guswantoro. 2019. Analisis Luaran Radiasi Perangkat Sinar-X
dengan Sumber Tabung Vakum Gammatron 2x2A. Jurnal EduMatSains. 3(2) : 111-
118.

Morow, MS., Panjaitan B., Syafruddin., Masyitha D., Erwin dan Thasmi CN. 2018. Densitas
Radiografi Tulang Humerus Anjing Lokal (Canis lupus familiaris) Yang Di
Ovariohisterektomi. JIMVET. 2(3), 304-310.

Pandey, S., Pai KM dan Dhakal A. 2014. Common Positioning And Technical Errors In
Panoramic Radiography. Journal Of Chitwan Medical College. 4(7): 26-29.

Ramadhan, A. Z., Sitam, S., Azhari, A., & Epsilawati, L. (2020). Gambaran kualitas dan
mutu radiograf. Jurnal Radiologi Dentomaksilofasial Indonesia. 3(3), 43.

Rochmayanti, dwi., Darmini Darmini dan Marichatul Jannah. 2017. Faktor Determinan
Kolimasi, Ukuran Imaging Plate Dan Delay Time Processing Terhadap Exposure
Index. Jurnal Riset Kesehatan. 6(2) : 1-6.

Souisa, Felda., Ratnawati dan Balik Sudarsana. 2014. Pengaruh Perubahan Jarak Obyek Ke
Film Terhadap Pembesaran Obyek Pada Pemanfaatan Pesawat Sinar-X, Typpe Cgr.
Buletin fisika. 15(2) : 15-21.

Wilianti, A. S., & Agoes, S. (2019). Pengolahan Citra untuk Perbaikan Kualitas Citra Sinar-X
Dental Menggunakan Metode Filtering. Jetri : Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 17(1), 31.

Widyawati, R., Desty Apritya, Junianto Wika Adi Pratama dan Asnizar Fahmi. 2020. Lung
Change Pattern On Domestic Cat ( Felis Silvestris Catus ) Exposed By Factory Air
Pollution With X-Ray Thorax Interpretation. Journal of the Indonesian Veterinary
Research. 4(2): 48-60
Yunus, M. (2016). Faktor Penyebab Kesalahan Interpretas Radiografi Kelainan Dalam
Rongga Mulut. Journal of Dentomaxillofacial Science, 1(1), 40.

Anda mungkin juga menyukai