Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL KEGIATAN PPDH

ROTASI INTERNA HEWAN KECIL, BEDAH DAN


RADIOLOGI
yang dilaksanakan di
KLINIK HEWAN DAN RUMAH SAKIT HEWAN
PENDIDIKAN FKH UB

“(RADIOLOGI X-RAY)”

Oleh
DAVID PRASETYO JATI, S.KH
NIM. 180130100011098

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang`


Ilmu kedokteran hewan terus mengalami perkembangan yang pesat
termasuk dalam cabang ilmu radiologi. Radiografi merupakan sarana diagnosa
penyakit dengan menggunakan radiasi sinar-X. Radiografi digunakan untuk
menampilkan pencitraan organ dalam tubuh secara dua dimensi. Penentuan
diagnose penyakit akibat gangguan pada sistem kardiovaskular melalui
evaluasi hasil Röntgen atau gambaran radiografi sangat penting dan diperlukan
penilaian akurat untuk mendapatkan diagnosa yang tepat, namun diagnose
terkadang kurang tepat dikarenakan kurangnya pemahaman dalam penilaian
evaluasi radiogram. Evaluasi radiogram pada thoraks hewan kecil adalah salah
satu hal terpenting dan paling sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit
pada praktek hewan kecil (Thrall 2002).
Klnik hewan merupakan tempat pelayanan kesehatan hewan. Secara
umum penyebab penyakit pada hewan dapat berupa agen infeksius dan non
infeksius. Sebagai dokter hewan dituntut dapat mengambil diagnosis dari
suatu penyakit yang menyerang hewan. Oleh karena itu perlu pengetahuan
dan teknologi yang membantu untuk menetapkan diagnose. Diantaranya
dengan menggunakan radiografi (x-ray).
Radiografi merupakan sarana diagnosa penyakit menggunakan
radiasi sinar X yang bertujuan untuk menampilkan pencitraan organ dalam
tubuh secara dua dimensi. X-ray menggunakan prinsip serupa dengan
memanfaatkan sumber gelombang radioaktif yang dipancarkan yang akan
menembus suatu objek berupa jaringan, organ, tulang ataupun benda asing
lainnya dengan daya tembus bervariasi yang akan ditangkap oleh film dan
dapat di digunakan sebagai media untuk membantu diagnosa pasien.
Penentuan diagnosa penyakit melalui evaluasi gambaran radiografi sangat
penting dan diperlukan penilaian akurat untuk mendapatkan diagnosa yang
tepat, namun diagnose terkadang kurang tepat dikarenakan kurangnya
pemahaman dalam penilaian evaluasi radiografi. Evaluasi radiografi paling
sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit pada praktek hewan kecil. Pada
proses evaluasi radiografi perubahan pada struktur organ bias terlihat

1
berlebihan (radioopaque) atau rendah (radiolucent) (Thrall 2002),sehingga
banyak kekeliruan atau jebakan dalam interpretasi radiografi yang dibuat
(Godshalk 1994). Menurut Bonagura (2000) hasil radiografi yang kurang baik
dengan penetrasi yang tidak cukup atau posisi pasien yang tidak benar
mungkin dapat menyesatkan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang
baik dalam evaluasi radiografi dan penjelasan yang jelas serta tepat dalam
menginterpretasikan gambaran radiografi untuk menentukan diagnose.
Jumlah radiasi yang diabsorpsi oleh struktur akan menentukan
radiodensitas dari bayangan. Daerah putih atau radiopak merupakan struktur
padat. Daerah hitam atau radiolusen merupakan struktur yang diizinkan
berlalunya sinar x untuk menampilkan gambar. Bayangan kelabu merupakan
struktur yang bervariasi menyerap sinar-x (Boel, 2010).
Berdasarkan hal tersebut, kegiatan PPDH ini bertujuan untuk
mempelajari lebih lanjut dalam pemeriksaan radiologi untuk meneguhkan
diagnosa penyakit yang diderita oleh pasien, sehingga dapat menentukan
gambaran abnormalitas yang tampak pada gambar serta dapat menentukan
terapi yang akan digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dari kegiatan Pendidikan
Profesi Dokter Hewan (PPDH) Rotasi Radiologi, yaitu bagaimana cara
menginterpretasikan hasil radiografi ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Rotasi
Radiologi yaitu untuk mengetahui cara menginterpretasikan hasil radiografi.
1.4 Manfaat
Melalui kegiatan PPDH pada rotasi interna hewan kecil diharapkan
mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil radiografi sehingga mahasiswa
PPDH diharapkan mampu menegakkan diagnosa berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 X-Rays
Kualitas radiografi adalah kemampuan radiograf dalam menyajikan
informasi yang jelas mengenai suatu objek yang diperiksa terdapat beberapa
komponen yang harus diperhatikan dalam menentukan kualitas radiografi
yaitu, densitas, kontras, ketajaman, dan detail (Bushong,2001). Faktor-faktor
pembentuk dalam radiografi adalah densitas, opasitas, dan kontras radiografi.
Densitas adalah istilah yang menunjukkan kehitaman film. Hal ini ditentukan
dengan banyaknya kristal perak yang terbentuk akibat berinteraksi dengan
sinar X yang dapat mencapai film setelah melalui tubuh hewan. Densitas
ditentukan oleh faktor eksposi yang digunakan, dalam hal ini yang
berpengaruh terhadap densitas adalah mAs dan jarak focus ke film. Pada
dasarnya film sudah memiliki densitas dasar yaitu sebesar 0,05. Film sinar x
mempunyai tingkat densitas yang berbeda-beda. Film yang telah terpapar sinar
x dan diolah di kamar gelap secara kimiawi menghasilkan densitas yang
terang karena sebagian besar sinar-x banyak diserap oleh jaringan tersebut
(radiolusen). Sedangkan film dengan densitas yang gelap karena sinar x
banyak dipantulkan dan sedikit yang diserap oleh jaringan tersebut
(radiopaque).
Sinar-x didefinisikan sebagai bentuk elektromagnetik radiasi serupa
dengan cahaya tampak tetapi memiliki panjang gelombang yang pendek dan
berurutan pada Gambar 2.1. Elektromagnetik radiasi merupakan sebuah cara
pengiriman energi melalui jarak yang dicirikan oleh panjang gelombang,
frekuensi, dan energi (Lavin 2003). Besar nilai panjang gelombang pada sinar-
x sebesar 0,00000001 cm (Thrall 2002).

Gambar 2.1 Panjang Gelombang pada sinar-x secara berurutan


(Lavin, 2007)

3
Atom terdiri dari partikel kecil yang disebut proton, netron, dan
elektron. Atom memiliki sebuah nukleus dengan awan elektron disekitarnya,
nukleus pada atom mengandung proton yang bernilai positif, netron yang
bersifat netral dan elektron yang memiliki sifat negatif berada disekitar
nukleus di dalam orbit yang disebut shells. Sinar-x dihasilkan ketika elektron
melambat atau berhenti pada satu area target di atom (Lavin, 2003). Menurut
Thrall (2002) pada Gambar 2.2 energi sinar-x dihasilkan ketika elektron yang
berasal dari katoda yang bernilai negatif mengenai anoda yang bernilai positif,
dan elektron dengan jumlah besar akan menyebabkan beda potensial yang
besar sehingga menghasilkan energy yang besar. Beda potensial di atur pada
kilovoltage peak (kVp) pada mesin sinarx, sehingga bila terjadi peningkatan
pada kVp akan menyebabkan beda potensial yang besar di antara anoda dan
katoda.

Gambar 2.2 Pancaran sinar-x yang dihasilkan pada tabung mesin


sinar-x akibat beda potensial yang terjadi antara katoda dan anoda (Lavin,
2003).
2.2 Prinsip Radiografi
Radiografi adalah rekaman gambar dalam sebuah film khusus yang terdiri
dari bentuk struktur bayangan dan objek yang terbentuk oleh pancaran sinar-x
(Lavin 2003). Menurut Owens dan Biery (1999) penggunaan radiografi selalu
digunakan untuk menindak lanjut sebuah proses penyakit dan memonitor
efektifitas terapi yang dilakuakan pada hewan misalnya ortopedik, kardiak,4
pulmonary, atau penyakit onkologik, sedangkan menurut Thrall (2002)
radiografi digunakan untuk menilai struktur dalam tubuh. Pembuatan gambar
radiografi harus menggunakan metoda yang tepat agar gambar yang dihasilkan

4
jelas dan bisa difahami untuk di interpretasikan (Thrall, 2002). Kehitaman
pada radiografi tergantung pada jumlah sinar-x yang diserap oleh intensifying
screen, dan dengan demikian sejumlah cahaya mengekspos film radiografi.
Pada Gambar 2.3 menjelaskan daerah yang terpapar dengan sejumlah besar
sinar-x akan hitam (radiolucent) setelah pengolahan film, sebaliknya pada
daerah yang dilewati oleh sedikt sinar-x akan tembus cahaya (translucent) atau
tampak putih (radiopaque), sedangkan derajat kehitaman pada film merupakan
ukuran kerapatan masa (density), sehingga hubungan density dan kegelapan
film terkait secara langsung (Berry et al 2002) pada Gambar 2.4.

Gambar 2.3 Skala kehitaman film, yang diukur dari jumlah sinar-x yang
terserap (Thrall 2002)

Gambar 2.4 Hubungan kerapatan (density) terhadap paparan sinar-x (Thrall


2002)
Menurut Owens dan Biery (1992) karakteristik energi pancaran sinar-x
berkemampuan untuk menembus dan melemahkan karena perbedaan density
dan jumlah jaringan tubuh, ini digambarkan dalam lima dasar opasitas

5
radiografi yaitu: udara, lemak, jaringan lunak, tulang, dan metal pada Gambar
2.5.

Gambar 2.5 Lima dasar opasitasitas radiografi akibat perbedaan penyerapan


sinar-x (Thrall 2002).
Selain density, ketebalan objek juga mempengaruhi radioopasitas yang
terbentuk dari paparan sinar-x, oleh karena itu semakin tebal objek yang
dilalui sinar-x maka semakin sedikit sinar-x yang dapat merubah film
sehingga gambaran pada film berwarna putih (Berry et al 1997) pada Gambar
2.6.

Gambar 2.6 Skema pengaruh ketebalan terhadap radioopasitas (Thrall 2002).


Pada ketajaman gambar radiografi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
gerakan, kecepatan film, focal spot size, focal spot film distance (FFD), object
film distance (OFD), intensifiying screen, dan grid. Gerakan merupakan
penyebab utama di dalam radiologi kedokteran hewan, gerakan dapat
menghasilkan gambaran yang tidak tajam sehingga membutuhkan waktu
paparan yang cepat untuk mendapatkan gambaran radiografi yang bagus. Pada
Gambar 2.7 menjelaskan jenis film sinar-x yang tersedia dalam berbagai
kecepatan, kecepatan film berhubungan dengan ukuran partikel kristal perak
bromida pada emulsi dalam film x-ray, kristal perak bromida yang berukuran

6
besar atau lapisan yang lebih tebal merupakan kelompok dari film x-ray yang
cepat (high speed film), sedangkan kristal perak bromida yang berukuran lebih
kecil atau tipis termasuk pada kelompok film x-ray yang lambat (slow film),
oleh karena itu ketajaman film berhubungan langsung dengan kecepatan film
dan gambaran yang jelas dapat menggunakan slow film dikarenakan area yang
terpapar lebih kecil (Thrall 2002).

Gambar 2.7 Skematis paparan sinar-X yang melewati fast film dan slow film
(Soehartono, 2005).
Beberapa mesin sinar-x memiliki focal spot yang berukuran besar dan
kecil. Pada penggunaan focal spot kecil menyebabkan kejelasan gambar yang
bagus dibandingkan menggunakan focal spot besar, dikarekan penumbra yang
dihasilkan pada focal spot yang besar lebih besar sehingga mempengaruhi
kejelasan gambar. Pada Focal spot-Film Distance (FFD) adalah jarak film
dengan focal spot. Pada Gambar 2.8 menjelaskan jarak focal spot yang
semakin pendek akan menyebabkan penumbra yang besar, sedangkan focal
spot yang lebih jauh menghasilkan penumbra lebih kecil sehingga kejelasan
gambar lebih baik (Thrall & Widmer 2002).
Pada Object Film Distance (OFD) apabila jarak pasien terhadap film lebih
dekat maka akan menghasilkan penumbra yang kecil, sebaliknya apabila jarak
pasien terhadap film jauh akan menghasilkan penumbra yang besar sehingga
kejelasan gambar berkurang pada Intensifying screen digunakanm untuk
mengubah sinar-x menjadi cahaya tampak, karena Intensifying screen
mengandung crystal phosphorescent yang memancarkan cahaya ketika
terpapar sinar-x. Hamburan radiasi merupakan faktor utama yang
berkontribusi pada pengurangan kejelasan gambar. Grid berbentuk datar dan
persegi dengan jalur berseri dan landasan dari alumunium foil, sehingga grid

7
memberikan kualitas diagnosa pada radiografi karena menyerap hamburan
radiasi (Thrall & Widmer 2002).

Gambar 2.8 Skema Focal spot-Film Distance (FFD) apabila jarak focal spot
semakin jauh maka menghasilkan penumbra yang lebih kecil, sehingga
menghasilkan ketajaman gambar radiografi yang bagus (Thrall & Widmer
2002).

Gambar 2.9 Skema Object Film Distance (OFD) apabila jarak pasien
lebih dekat akan menghasikan penumbra yang lebih kecil sehingga
menghasilkan ketajaman gambar radiografi yang bagus (Thrall & Widmer
2002).
Kontras radiografi merupakan perbedaan opasitas antara dua area
dalam gambaran radiografi. Faktor utama yang mempengaruhi kontras
radiografi yaitu kVp meningkat apabila daya tembus meningkat sehingga
menyebabkan kontras film akan rendah dan gradasi bayangan abu-abu akan
banyak, sedangkan KVP menurun apabila daya tembus menurun sehingga
menyebabkan kontras film akan tinggi dan pada bayangan abu-abu akan
sedikit (Kandynesia, 2012). Opasitas merupakan istilah untuk gambaran
radiografi yang ditimbulkan dari pasien. Opasitas dibagi menjadi dua yaitu

8
radiolucent dan radiopaque. Radiolucent merupakan kejadian dimana objek
mengabsorbsi sedikit radiasi, sedangkan radiopaque digunakan ketika objek
menahan banyak radiasi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dari suatu
media. Media padat umumnya bersifat lebih radiopaque, media cair berada
pada pertengahan antara radiopaque dan radiolucent, sedangkan media gas
lebih bersifat radiolucent.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas atau jumlah sinar X yang
terbentuk diantaranya adalah miliamperage (mA) yang merupakan standar
satuan jumlah elektro yang keluar dari katoda menuju anoda, lamanya
exposure (S) yaitu waktu mengalirnya arus dari katoda menuju anoda,
miliamperage second (mAs) yaitu perkalian antara mA dan S (mA x S =
mAs), serta bahan anoda yang mampu menerima pancaran elektron dari
katoda. Nilai mAs tanpa menggunakan grid untuk kepala dan ektremitas yaitu
2,5 mAs, thoraks yaitu 5 mAs, abdomen 7,5 mAs, sedangkan vertebrae dan
pelvis yaitu 10 mAs. Kualitas film yang dihasilkan ditentukan oleh
Kilovoltage peak (kVp) yang merupakan energi yang dihasilkan oleh sinar X
untuk melakukan penetrasi melalui bagian tubuh sehingga akhirnya mencapai
permukaan film.
Setiap tebal object naik 1 cm maka mAs naik 25 %. Untuk tubuh yg
bergerak dipilih waktu yg singkat agar tidak menghasilkan foto yang kabur,
dengan demikan kemungkinan mAs yang dipilh agak tinggi. Jarak spot tabung
sinar X dengan permukaan film disebut dengan Focal spot film distance
(FFD). Jarak FFD yang umum digunakan di dunia kedokteran hewan adalah
40 inchi atau 100 cm, hal ini digunakan untuk mempermudah dalam
penerapan dan perhitungan. Semakin kecil FFD maka densitas film akan
semakin meningkat karena intensitas sinar akan meningkat, begitu pula
sebaliknya (Thrall, 2002). Nilai kVp sangat berkaitan dengan FFD, tebal
jaringan dan faktor grid. Penggunaan grid dilakukan apabila objek memiliki
ketebalan lebih dari 10 cm, penggunaan alat/tabung dengan kV tinggi, dan
untuk meningkatkan kontras pada struktur jaringan lunak seperti pemeriksaan
mammografi. Fungsi penggunaan grid adalah mengurangi atau mengeliminasi
radiasi hambur agar tidak sampai ke film (anti scatter radiation),

9
meningkatkan kontras radiografi, mencegah cut-off dengan rasio grid yang
lebih tinggi karena memiliki kerapatan interspace material yang baik, serta
mengoptimalkan densitas radiografi. Grid membutuhkan lebih banyak radiasi
untuk eksposur/media yang sama sehingga apabila ingin menggunakan grid
maka kVp harus ditambahkan, akan tetapi apabila tidak menggunakan grid
maka dituliskan 0 untuk faktor gridnya. Grid yang sering digunakan pada
kedokteran hewan yaitu 8:1. Berikut ini adalah data ratio grid dan
penambahan kVp yang digunakan :
 Grid 5 : 1 = ditambahkan 6-8 kVp
 Grid 8 : 1 = ditambahkan 8-10 kVp
 Grid 12 : 1 = ditambahkan 10-15 kVp
Perhitungan kVp dilakukan apabila telah ditentukan menggunakan grid atau
tidak. Perhitungan kVp menurut Sante’s rule adalah sebagai berikut (Ayers,
2012) :
kVp = (2 x tebal jaringan) + FFD + faktor grid.
Kasus pada laporan radiologi ini menggunakan technical chart untuk
menentukan nilai kVp dan mAs. Technical chart merupakan tabel yang saat
ini sering digunakan untuk mempermudah pengaturan dan memilih paparan
terbaik berdasarkan ketebalan jaringan. Technical chart memiliki 2 tipe yaitu
variable kVp/fixed mAs serta fixed kVp/variable mAs. Pada dunia veteriner
hanya digunakan tipe variable kVp/fixed mAs, sedangkan tipe fixed
kVp/variable mAs tidak digunakan karena faktor gerakan pada hewan karena
eksposur yang terlalu lama. Pada tabel tipe variable kVp/fixed mAs terjadi
peningkatan yang berbeda tergantung pada berat badan pasien, seperti berikut
ini :
 Peningkatan 2 kVp pada setiap cm pada berat badan < 80 lbs atau < 36,2 kg
(gambar 2.10),
 Peningkatan 3 kVp pada setiap cm pada berat badan 80-100 lbs atau 36,2-45
kg,
 Peningkatan 4 kVp pada setiap cm pada berat badan > 100 lbs atau > 45 kg
(Ayers, 2012).

10
Gambar 2.10 Technical chart pada anjing dan kucing (Ayers, 2012).
Technical chart diatas merupakan tabel yang tidak dipengaruhi oleh grid.
Technical chart memiliki aturan dalam pembuatannya, yaitu :
- Pengurangan 2 kVp dari perhitungan normal
- Penambahan 2 kVp pada setiap cm kenaikannya untuk nilai kVp < 80,
- Penambahan 3 kVp pada setiap cm kenaikannya untuk nilai kVp 80-100,
- Penambahan 4 kVp pada setiap cm kenaikannya untuk nilai kVp > 80,
- Apabila gambar yang dihasilkan terlalu gelap maka nilai kVp diturunkan 15%,
- Apabila gambar yang dihasilkan terlalu terang maka nilai kVp dinaikkan 15%,
- Apabila teknik tersebut masih menghasilkan gambar radiografi yang kurang
baik maka nilai kVp dapat dinaikan / diturunkan sebesar 5% dari nilai kVp
sebelumnya.
Opasitas merupakan istilah untuk gambaran radiografi yang
ditimbulkan dari pasien. Opasitas dibagi menjadi dua yaitu radiolucent dan
radiopaque. Radiolucent merupakan kejadian dimana objek mengabsorbsi
sedikit radiasi, sedangkan radiopaque digunakan ketika objek menahan banyak

11
radiasi. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kerapatan dari suatu media. Media
padat umumnya bersifat lebih radiopaque, media cair berada pada pertengahan
antara radiopaque dan radiolucent, sedangkan media gas lebih bersifat
radiolucent.
2.3 Interpretasi radiografi dan standar pandang radiografi
Interpretasi radiografi adalah dasar pada pengenalan dan analisa
struktur dengan perbedaan yang relatif pada radiopasitas sebuah gambar hasil
sinar x (Owens & Biery, 1992), sedangkan menurut Berry et al (2002)
interpretasi radiografi adalah evaluasi dari hasil radiografi yang dibuat dari
awal sampai akhirnya menjadi gambaran radiografi. Secara filosofi
interpretasi pertama kalinya merupakan pemeriksaan dan interpretasikan film
tanpa mempertimbangkan riwayat hewan atau hasil pengujian lainnya
kemudian menjadi suatu pengkajian film dari penemuan kasus dengan cahaya
untuk membuat interpretasi klinis akhir (Gavahan 2003).
Pada evaluasi radiografi dengan hasil yang buruk, teknisi harus melihat
hasil dari pemeriksaan fisiologis yang ditemukan, signalemen dan sejarah
penyakit dari pasien untuk dapat membantu dalam penetapan diagnosa. Pada
pemeriksaan radiografi yang spesifik pemeriksaan harus lengkap dan tidak
terbatas pada satu area yang diambil. Pemeriksaan radiografi juga harus
memiliki gambaran normal, ini guna untuk dapat dengan mudah melihat
perubahan atau abnormalitas yang terjadi (Berry et al 2002).

12
Gambar 2.11 Ilustrasi tatanama yang digunakan untuk menggambarkan
secara langsung pemancaran sinar x- untuk radiografi (Lawhead dan Beaker,
2005).

Pada gambaran normal radiografi para ahli teknik dokter hewan harus
mengetahui posisi gambaran radiografi yang diambil beserta penamaannya.
Menurut Owens dan Biery (1992) ahli teknik dokter hewan dan dokter hewan
perlu berpartisipasi pada proses pembuatan keputusan mengenai ketepatan
proyeksi radiografi untuk menghasilkan kualitas gambar diagnosa yang baik.
Menurut Thrall dan Widmer (2002) penamaan posisi di dalam radiografi
secara langsung berdasarkan pada letak titik pusat penetrasi sinar-x terhadap
tubuh, dari masuknya sinar-x sampai keluarnya sinar-x dari tubuh, penamaan
penggambaran tampilan radiografi mengikuti terminology pada Nomina
Anatomica Veterinaria yang dapat dilihat pada Gambar 2.10. Pada umumnya,
standar pandang radiografi yang biasa dilakukan yaitu posisi Cranio-caudal,
Latero-medial atau yang biasa disebut juga dengan Lateral recumbency,
Ventro-dorsal, Dorso-ventral, dan Oblique.

13
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan pada pengoperasian x-ray adalah alat x-
ray computer dan marker serta hewan yang ingin dilakukan x-ray.
3.2 Data Pasien
a. Sinyalemen
Nama : Mario
Jenis Hewan : Kucing
Ras : DSH
Jenis Kelamin : Betina
Umur : ± 7 bulan
Warna :-
Berat Badan :-
b. Anamnesa
Seekor kucing dibawa ke rumah sakit hewan pendidikan
Universitas Brawijaya dengan keluhan kaku kaki depan, lemah kaki
belakang, badan bungkuk, reflek sakit kaki belakang menurun
3.3 Teknik dan posisi yang dilakukan selama menangani kasus
Teknik dan posisi yang digunakan adalah posisi Dorso ventral, lateral
recumbency abdomen, lateral recumbency thorax.
3.4 Cara Membaca
Cara membaca gambaran radiografi thorak, abdomen baik dorso ventral
dan lateral recumbency

14
BAB IV HASIL
4.1 Data Pasien
c. Sinyalemen
Nama : Mario
Jenis Hewan : Kucing
Ras : DSH
Jenis Kelamin : Betina
Umur : ± 7 bulan
Warna :-
Berat Badan :-
d. Anamnesa
Seekor kucing dibawa ke rumah sakit hewan pendidikan
Universitas Brawijaya dengan keluhan kaku kaki depan, lemah kaki
belakang, badan bungkuk, reflek sakit kaki belakang menurun
e. Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu
menentukan diagnosa adalah pemeriksaan radiografi X-ray. Adapun
prosedur yang dilakukan sebagai berikut :
Bahan kontras : -
Beam Setting :
kVp = (2 x tebal jaringan) + FFD + faktor grid)
kVp =((2x10)+40+0)
kVp =60
mAs =mA. Second (mAs untuk thoraks adalah 5 mAs)
=50 . 0,2
=5 mAs
Data Teknis : Ketebalan Jaringan = 10 cm
FFD = 100 cm
Faktor Grid :-
Posisi : lateral recumbency
Ukuran Film : 30 x 40 cm

15
Pada interpretasi radiografi thoraks, evaluasi pengukuran besar
jantung umum dilakukan. Metode pengukuran pada jantung atau yang
biasa disebut Vertebrae heart size (VHS) sudah lama dilakukan. Menurut
Hansson (2004) penggunaan VHS sudah lama di sarankan oleh (Schulze
& Nöldner 1957; Hamlin 1968; Uhlig & Werner 1969; Toombs &
Ogburn 1985). Vertebrae Heart Size adalah cara pengukuran jantung
dengan membandingkan panjang vertebrae thoracic melalui gambaran
radiografi (Buchanan & Bücheler 1995). Menurut Lynne et al., (2010)
penghitungan VHS yaitu dengan penjumlahan dari long axis dan short
axis, long axis merupakan pengukuran dari carina sampai ke puncak
jantung dan short axis merupakan pengukuran luas bagian jantung pada
sumbu tegak lurus terhadap sumbu panjang, pengukuran dimulai dari tepi
cranial tubuh vertebrae thoracic ke-4. Pengukuran VHS cenderung
banyak dilakukan pada anjing dengan kasus penyakit pada jantung
(Adrian & Lamb 2002; Kraetschmer et al 2008; Buchanan & Bücheler
1995; Ljubica & Trailovi 2006). Pada anjing normal rata-rata VHS
sebesar 9,7 v, dan memiliki nilai di antara 8,7 – 10,7 v yang berhubungan
dengan fisiologi hewan (Kraetschmer et al., 2008).
Vertebrae heart size adalah bukan merupakan salah satu evaluasi
yang dapat dilakukan dalam interpretasi radiografi thoraks. Menurut
Kittleson (1998) dan Dark et al., (1996) di dalam Ljubica et al., (2006)
identifikasi atau evaluasi sistem kardiovaskular pada anjing juga
digunakan untuk mengevaluasi pembesaran jantung, pembesaran ruang
jantung yang spesifik atau pembesarn pembuluh darah besar, parenkim
pulmonar dan abnormalitas vascular, seperti halnya penentuan efusi pada
rongga tubuh (efusi pleura dan ascites). Evaluasi pada radiografi thoraks
bisa dilakukan dengan pemeriksaan pada pembesaran di aorta dan
percabangan aorta, evaluasi ukuran dan bentuk pada main pulmonary
artery, peripheral pulmonary arteries, dan vena, evaluasi pada
pembesaran bagian tepi jantung dan posisi abnormal jantung, evaluasi
peningkatan dan pengurangan radioopasitas pada paru-paru (Smith 2009;
O’Sullivan & O’Grady 2010). Indikasi kerusakan pada jantung kiri atau

16
biasa disebut Left-side heart failure juga sering dilakukan pada
interpretasi radiografi thoraks (Erling & Mazzafero 2008); O’Sullivan &
O’Grady 2010).
Pada radiografi thoraks selain dari posisi yang menentukan kualitas
gambar, kVp dan mAs juga penting dalam pembuatan radiografi pada
thoraks. Milliamperage adalah pengatur kuantitas elektron pada filament
yang berada di dalam mesin sinar-x, yang mana merupakan faktor
kuantitas karena mengontrol jumlah sinar-x yang dihasilkan pada area
target. Kilovoltage merupakan factor kualitas yang mengatur energi
pancaran sinar-x, dimana ketika Voltage yang dialiri besar maka electron
akan mempercepat dan menghasilkan energy sinar-x yang besar. Pada
Tabel 2.2 menjelaskan besaran mAs, kVp, dan waktu yang digunakan
serta saat penggunaan Grid. Radiografi thoraks dibuat dengan
menggunakan teknik kVp tinggi dan rendah mAs, yang memaksimalkan
kontras (Berry et al 2002). Menurut (Gavahan 2003) pengaturan mesin
untuk radiografi thoraks menggunakan nilai mAs rendah dan kVp yang
tinggi dengan waktu paparan antara 1/30 sampai 1/120 detik, dengan
menggunakan Grid atau Bucky diphragma.
Tabel 2.2 Nilai normal radiografi pada thoraks hewan kecil dengan atau
tanpa penggunaan grid.
Daerah mA Time mAs Ketebalan (cm)/kVp
Thorakx 100 1/60 1,7 3/48;4/50;5/52;6/54;7/56;8/58;9/60;10/62
(Tanpa Grid)
Thorakx 200 1/60 3,3 11/66;12/68;13/72;15/74;16/76
(Dengan Grid)
Thorakx 300 1/60 5 17/76;18/78;19/80;20/82;21/84;22/86
(Dengan Grid)

Radiografi thorax dapat digunakan untuk mengetahui kelainan


pada diafragma. Menurut Dallas (2000) diafragma adalah lembaran otot
bagian belakang dinding thoraks. Berdasarkan anatominya, diafragma
adalah suatu lapisan musculotendinosus yang memisahkan ruang
abdomen dan thoraks, berdasarkan embriologinya difragma yaitu
dibentuk oleh septum tranversum ventral dan oleh mesenteri di foregut
(perut depan) dan dua pleuroperitoneal yang melipat ke dorsal. Diafragma

17
juga bertindak sebagai partisi mekanik antara dada dan perut 16 (Park
2002). Menurut Kealy (1979) anatomi pada diafragma pada daerah
thoraks terlihat seperti kubah. Keberadaan suatu garis diafragma
tergantung pada posisi hewan, fase dari siklus respirasi, arah Röntgen dan
posisi pada hewan (Park, 2002). Menurut Owens dan Biery (1999)
tampilan radiografi pada diafragma tergantung pada jenis spesies, breed,
posisi pada hewan, posisi pancaran x-ray, fase respirasi, dan tekanan pada
intraabdominal. Pada tampilan radiografi diafragma pada proyeksi
dorsoventral (DV) atau ventrodorsal (VD) bervariasi tergantung fokus
dari pancaran sinar-x. Pada posisi lateral dan dorsoventral atau
ventrodorsal nampak cupula di sebelah cranial dari diafragma dan lebih
cembung (Park 2002).
Diafragma mungkin hanya terlihat sebuah garis, bentuk struktur
kubah, atau dua atau tiga struktur kubah yang terpisah. Tiga struktur yang
terlihat cupula dan dua crura. Sebuah kubah diafragma mungkin terlihat
secara tampilan dorsoventral atau ventrodorsal dengan pancaran sinar-x
yang di arahkan pada pada midabdomen atau midthoraks. Dua atau tiga
struktur kubah yang terpisah terlihat pada hewan dalam posisi
ventrodorsal dan pancaran sinar-x yang terfokus pada midthoraks, atau
tampilan ventrodorsal dengan pancaran sinar-x yang terfokus pada bagian
midabdomen (Park 2002).

Gambar 4.1 Hasil X ray kucing Mario posisi lateral recumbency thorax

18
Bahan kontras :-
Beam Setting :
kVp = (kVp = (2 x tebal jaringan) + FFD + faktor grid)
kVp =((2x12)+40+0)
kVp =64
mAs =mA. Second (mAs untuk abdomen 7,5)
=50 . 0,15 s
=7,5 mAs
Data Teknis : Ketebalan Jaringan = 12 cm
FFD = 100 cm
Faktor Grid :-
Posisi : dorsal ventral
Ukuran Film : 24 x 30 cm

Gambar 4.2 Hasil X ray kucing Mario posisi dorso ventral


Bahan kontras : -
Beam Setting :
kVp = (kVp = (2 x tebal jaringan) + FFD + faktor grid)
kVp =((2x10)+40+0)
kVp =60
mAs =mA. Second (mAs untuk abdomen 7,5)
=50 . 0,15 s
=7,5 mAs

19
Data Teknis : Ketebalan Jaringan = 10 cm
FFD = 100 cm
Faktor Grid :-
Posisi : lateral recumbency
Ukuran Film : 30 x 40 cm

Gambar 4.3 Hasil X ray kucing Mario posisi lateral recumbency abdomen

20
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Intepretasi hasil
GENERAL RADIOGRAPHY EXAMINATION FORM
Date: 02 –01- 2020
ANAMNESE SIGNALEMENT PRESENT STATUS OWNER
Animal Name : Mario Rectal Temp.: °C Name:
Species : Kucing BW : Resp. Rate : Address:
-
kg
Sex : M, F Age : Heart Rate : Phone:
SM, SF Mo Mentation: Yes, No Ref. (sender):

RADIOGRAPHY PROCEDURES
Technical Data: Grid Factors: Yes, Beam Setting: Film Sizes Contras Agents Radiograph Positions
No
Thick = ……… cm 5:1, kVp + 2-4 =………. kVp = 24 x 30 BaSO4 Iodine Oblique VD R-requmb
…………….
FFD = ……… 8:1, kVp + 6-8 =………. kVp + GF = 30 x 40 Double contras Ros-Caud DV L-requmb
cm …..…
……… inchi 12:1, kVP + 10 =………. mAs = ………. Lateral –
……………. ………………………. requmb ………………………
…………….

RADIOGRAPHIC INTEPRETATIONS
REGIONS ORGANS/SYSTEM RADIOGRAPHIC DESCRIPTIONS ABNORMALITY
Head Kualitas Pengambilan gambar dilakukan dengan nilai KVP dan mAs Norm / Abnrm
Neck yang tepat sehingga gambar terlihat baik. Tidak terdapat artefak.
Fore Extremity
Posisi Pengambilan gambar dilakukan dengan posisi hewan lateral Norm / Abnrm
Thorax
recumbency saat fase ekspirasi. Posisi left lateral recumbency
Abdomen dapat menyebabkan gas pada lambung berpindah ke pylorus dan
Pelvis duodenum.
Hind Extremity Pertulangan Pada gambar, terlihat ossa costae, ossa vertebrae thoracalis, ossa Norm / Abnrm
vertebrae lumbales, os coxae, os coxygea, os femur dan os tibia
fibula dengan bentuk, ukuran, jumlah, lokasi, dan marginasi
yang jelas. Pertulangan tampak radiopaque
Hati Terlihat radioopaque tepat di bagian cranial lambung dan caudal Norm / Abnrm
diafragma, terlindung os costae. Tidak ada perubahan pada
bentuk,lokasi, serta marginasi akan tetapi tertupi oleh gambaran
radiolucent organ lambung.Hati terletak pada zona 1‐2

Empat lobus hati terdiri atas dextra, sinistra, caudal, dan


quadratus.
 Pembesaran hati: sudut axis hati tidak sejajar dengan os
costae
 Pengecilan hati: Sudut axis hati cenderung ke caudal

Lambung Norm / Abnrm


Lambung tampak membesar dan distensi serta berisi granular-
granular yang merupakan pakan. Bagian pilorus lebih ke arah Lambung
dorsal sedangkan bagian pilorus ke arah ventral. mengalami distensi

Pada keadaan normal, bagian fundus lambung berada pada zona

21
1 dan bagian pilorus berada pada bagian zona 2
Usus Halus Norm / Abnrm
Pada keadaan normal usus halus terletak di central abdomen
(zona 3). Pada gambar terlihat usus halus yang radioulcent
ditandai adanya gas pada daerah usus halus .
Usus Besar Terlihat di zona 3 abdomen dengan gambaran radioopaque Norm / Abnrm
karena berisi feses, ukuran dan bentuk bervariasi karena terisi
feses dan gas (zona 3). Marginasi tampak jelas. Usus besar
terdiri dari sekum, kolon, dan rectum. Secara anatomi, terdapat
3 bagian kolon, yaitu kolon ascendens, transversal, dan
descendens.

Limpa Norm / Abnrm


Pada keadaan normal limpa berada di zona 3 dan terlihat
radioopaque, namun pada gambar diatas limpa tidak terlalu
terlihat dan nampak radioopaqe

RADIOGRAPHIC DIAGNOSE: Distensi Lambung

Lambung kucing dapat dibagi menjadi dua daerah, yaitu kranial


dan kaudal. Berdasarkan regionya lambung terbagi menjadi 4 bagian
diantaranya kardia, fundus, korpus pada daerah kranial dan pilorus
pada daerah kaudal. Kardia merupakan daerah sempit perbatasan antara
lambung dengan esofagus. Fundus merupakan bagian pada lambung
yang biasa terlihat adanya gas pada saat radiografi abdomen dan
terlihat hiperekhoik pada pemeriksaan ultrasonografi (USG). Fundus
merupakan bagian lambung setelah kardia dan berada di bagian kiri
lambung. Korpus merupakan bagian terbesar dari lambung yang
menghubungkan fundus dengan pilorus (Suchodolski 2008). Menurut

22
Steiner et al. (2008) batas pilorus ditandai dengan penebalan otot
sirkuler.
Usus halus terdiri dari 3 bagian yang dimulai dengan
duodenum, jejunum, dan ileum. Duodenum dimulai setelah pilorus,
berukuran pendek, dan terfiksasi pada bagian dorsal dari abdomen oleh
mesoduodenum. Jejunum dan ileum merupakan bagian usus halus
yang tidak terfiksasi dengan baik. Secara umum, kedua usus tersebut
berada pada posisi ventral dari abdomen (Dyce et al. 2002).
Saluran usus pada dasarnya adalah tabung berotot dengan
berbagai diameter dan struktur mukosa yang berbeda di setiap bagian
dari saluran tersebut (duodenum, jejunum, ileum). Variasi diameter,
struktur mukosa dan fungsi berhubungan dengan peran fisiologis yang
berbeda dari masing-masing daerah (Steiner et al. 2008).
Dinding usus dan lambung dibagi menjadi empat lapisan yaitu
mukosa, submukosa, tunika muskularis, dan seros Menurut
Suchodolski (2008) dinding lambung bagian mukosa dan submukosa
yang kosong akan menjadi lipatan-lipatan.
Pankreas merupakan kelenjar berukuran relatif kecil dan
berhubungan dengan duodenum di dorsal rongga abdomen, pankreas
terdiri dari dua lobus panjang, lobus kanan terletak di dorsal duodenum
dan kemudian berjalan ventral dari ginjal kanan dan lobus kaudatus
hati. Lobus kiri berjalan antara antrum lambung dan kolon transversal,
sebelah dorsal limpa. Bagian lobus yang lebih tipis dari pankreas
memanjang pada permukaan kaudal lambung yang berhadapan dengan
limpa di dalam omentum (Dyce et al. 2002). Skema anatomi organ
dalam abdomen dapat dilihat pada Gambar 2.

23
Gambar 2 Skema anatomi organ dalam abdomen. a: kardia; b: fundus; c:
korpus; d: pilorus; e & f: duodenum desenden & asenden; g & h: pankreas
lobus kanan & kiri; i: jejunum; j: ileum; k: kolon asenden; l: sekum; m:
kolon transversal; n: kolon desenden; o: limpa (Noviana 2012).

Gastric distensi adalah suatu sindroma pada kucing dimana lambung


mengalami distensi sehingga menimbulkan perubahan patologi kompleks
lokal atau sistemik dan perubahan fisiologis.
Penyebab
Penyebab terjadi gastrik distensi adalah adanya obstruksi aliran pilorus,
abnormalitas myoelektrik gastrik, gerakan lambung setelah mengingesti
pakan atau air, aerofagia.Faktor risiko adalah aktifitas menelan makan atau
air dalam jumlah besar dan aktifitas berat serta stress.
Patofisiologi
Akumulasi cairan atau ingesta dalam lambung akan berhubungan dengan
obstruksi mekanis pada lubang pilorus. Distensi lambung bersifat progresif
dan potensial terjadi volvulus. Torsio lambung dapat terjadi tanpa terjadi
distensi. Saat kucing diposisikan dorsal recumbency, lambung akan berputar
searah jarum jam atau berlawanan jarum jam. Yang sering terjadi adalah
searah jarum jam, dengan duodenum berputar dari kanan ke kiri. Rotasi
terjadi dengan sumbu dari kardia hingga pilorus. Rotasi dapat 90-360 derajat.
Kerusakan lambung biasanya terjadi akibat iskemia dan kerusakan reperfusi.
Gejala Klinis
Hewan biasanya mengalami retching non produktif, hipersalivasi, depresi,
lemah dan distensi abdomen yang progresif. Pemeriksaan fisik menunjukkan
adanya takikardia, timpani abdomen bagian depan, takipnea, gejala
hipovolemik shock (pulsus lemah, CRT lambat, membrana mukosa pucat),
temperatur rektal bervariasi.
Diagnosis
Pemeriksaan hematologi tidak diperlukan kecuali pertolongan yang
diberikan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Hasilnya biasanya
berkaitan dengan proses inflamasi. Urinalisis menggambarkan adanya
hipovolemia. Gangguan keseimbangan asam-basa. Jika diagnosis meragukan
dan hewan dalam keadaan tenang, radiografi dengan posisi lateral kanan

24
cukup membantu.. Pada posisi dorsoventral, pilorus akan bergeser ke depan
atau terletak di sisi kiri depan abdomen. Komplikasi yang sering terjadi
adalah gastrik ulserasi dan erosi. Biasanya terjadi 5-7 hari pasca operasi.
Ruptura gastrik ulserasi akan menyebabkan spesis peritonitis. Komplikasi
lain yang berkaitan dengan gastropexy adalah intermiten vomit.
Terapi
Pasien harus segera diterapi, utamanya memperbaiki fungsi kardiovaskular
dan dekompresi lambung. Dekompresi lambung dapat dilakukan,
menggunakan orogastric intubation. Cara lain adalah dengan trokarisasi dan
menggunakan kateter. Untuk mempertahankan proses dekompresi tetap
letakkan kateter atau pharyngogastric hingga tindakan operatif dilakukan.
Hindari aktifitas yang berat selama 10-14 hari pasca operatif. Pemberian
cairan isotonis 90 ml/kg pada 30-60 menit pertama untuk mengatasi kondisi
hipovolemik shock. Pemberian kortikosteroid digunakan untuk menstabilisasi
membran, membantu fungsi kardiovaskular, dan terapi reperfusi.
Dexamethasone sodium phosphate 5 mg/kg IV pelan atau Prednisone sodium
succinate 11 mg/kg IV. Pemberian antibiotika untuk mengatasi flora
gastrointestinal dan endoteksemia yang berkaitan dengan shock, kelemahan
gastrik dan kemungkinan kontaminasi pasca operasi. Hindari overingesti
pakan atau air minum. Berikan pakan dengan porsi sedikit namun lebih
sering. Dan hindari exercise post prandial atau setelah makan.
5.2 Diferential diagnose
Diferential diagnose dari gambaran radiologi kasus ini adalah kolik
lambung, GDV (Gastric Dilatation Volvulus)
5.3 Diagnosa
Diagnosa yang mendekati untuk gambaran radiografi yaitu
Distensi Lambung

25
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemeriksaan penunjang dengan menggunakan radiografi merupakan
pemeriksaan kompleks yang membutuhkan anamnesa dan gejala klinis yang
ditunjukkan pasien serta pengetahuan mengenai letak anatomis dan gambaran
normal organ sehingga interpretasi hasil dapat dilakukan dengan maksimal.
Selain berfungsi sebagai penunjang diagnosa, pemeriksaan menggunakan
radiografi juga dapat digunakan untuk menilai efektifitas suatu terapi maupun
riwayat perjalanan suatu penyakit

5.2 Saran
Pembacaan gambaran radiografi harus dilakukan dengan teliti dan sesuai
dengan prosedur yang ada

26
DAFTAR PUSTAKA

Ayers, S. 2012. Small Animal Radiographic Techniques and Positioning. Willey-


Blackwell. Oxford, UK.

Berry CR, Love N, Donald ET. 2002. Introduction to Radiographic


Interpretation. Di dalam Thrall DE: Teksbook of Vetrinary Diagnostic
Radiology. 4th edition. London: W. B. Saunders Company

Boel T. Prinsip dan Teknik Radiografi Kedokteran Gigi. Medan: FKG USU.
2010:3-56.

Bonagura DJ. 2000. Cardiovascular Radiography. Di dalam Birchard JS,


Sherding GR. Saunders Manual of Small Animal Practice. Second
edition. United State of America : W. B. Saunders Company

Bushong SC. 2001. Radiologic Science for Technologists, SeventhEdition,


Mosby Company, Toronto.

Godshalk P, Chyntia. 1994. The Compendium Collection Radiology. USA


:Veterinary Learning Systems.

Hansson K. 2004. Diagnostic Imaging of Cardiopulmonary Structures in Normal


Dogs and Dogs with Mitral Regurgitation. Swedish University of
Agricultural Sciences: Uppsala.

Kandynesia A. 2012. Studi radiografi kontras pengaruh anastesi


tiletaminzolazepam terhadap motilitas saluran pencernaan kucing lokal
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Lawhead BJ, Baker M. 2005. Introduction to Veterinary Science. Canada:


Delmar Learning

Lavin LM. 2007.Radiography In Veterinary Technology. Missouri (US): Elsevier.

Owens MJ, Biery ND. 1999. Radiographic Interpretation for the Small Animal
Clinian. USA: Ralston Purina Company

Soehartono RH. 2005. Radiologi Veteriner. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Thrall DE. 2002. Teksbook of Vetrinary Diagnostic Radiology. 4th


edition. London: W. B. Saunders Company.

Thrall DE, Widmer WR. Phisics and Principle of Interpretation. Di dalam Thrall
DE. 2002. Teksbook of Vetrinary Diagnostic Radiology. 4th edition.
London: W. B. Saunders Company.

27

Anda mungkin juga menyukai