Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

PRAKTIKUM RADIOLOGI VETERINER

PENATALAKSANAAN PASIEN RONSEN DAN POSISI PASIEN

Nama : Firda Aufa Salsabila

NIM : 195130101111022

Kelas : 2019 B

Kelompok : B4

Asisten :

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pembuatan gambar
(pencitraan) dari organ tubuh manusia dengan menggunakan radiasi sinar-x sebagai sumber
pencatat gambar. Ilmu radiologi memiliki peran yang sangat penting dalam bidang kedokteran
dan bidang pelayanan kesehatan. Instalasi radiologi memiliki tugas pokok sebagai
penyelenggara pelayanan kesehatan yang memanfaatkan radiasi pengion dan non-pengion.
Hasil dari radiasi pengion tersebut adalah sebuah gambar radiografi. Setelah menjadi sebuah
gambar, radiografi dapat diintrepetasikan untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam
mendiagnosis suatu penyakit (Nugraha, 2018).

Interpretasi radiografi adalah evaluasi hasil akhir dari proses penyinaran sinar-x yang
dapat dilihat hingga akhirnya akan menjadi sebuah gambar. Interpretasi radiografi merupakan
pemeriksaan film yang tanpa mempertimbangkan riwayat hewan atau hasil uji lainnya.
Interpretasi radiografi selanjutnya akan menjadi suatu pengkajian film dari penemuan kasus
yang disertai cahaya untuk membuat interpretasi klinis akhir. Hasil akhir interpretasi klinis
dari citraan tersebut digunakan tenaga medis dalam mendiagnosis suatu penyakit ataupun
abnormalitas yang terjadi pada suatu organ ataupun tulang. Hasil dari teknik radiografi
menggambarkan tingkat keabu-abuan yang berbeda-beda tergantung dengan kepadatan organ
yang dilewati oleh sinar-x. Setiap hasil yang digambarkan bergantung dengan densitas atau
tingkat derajat penyerapan (absorbsi) sinar-x oleh pasien ataupun benda yang digunakan
untuk menghitamkan sebuah film (Lestari, 2015).

Terjadinya perbedaan radiopasitas pada radiograf tersebut diakibatkan oleh perbedaan


koefisien atenuasi atau pelemahan (µ) obyek terhadap sinar-x yang melaluinya. Bayangan
putih atau derajat keputihan pada hasil citraan radiografi (radiopaque) pada
merepresentasikan obyek yang memiliki kepadatan organ ataupun tulang yang tinggi.
Sedangkan, bayangan hitam (radiolucent) atau derajat kehitaman pada hasil citraan radiografi
merepresentasikan sinar-x yang melewati obyek ditransmisikan atau memiliki kepadatan yang
rendah. Bayangan hitam ataupun radiolucent biasanya terjadi pada organ yang banyak
mengandung gas. Bayangan abu-abu merepresentasikan sinar-x yang melewati objek
dilemahkan dengan derajat pelemahan yang bervariasi (Lestari, 2015).
1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini meliputi :

1.2.1 Mengetahui perbedaan densitas pada berbagai jenis material

1.2.2 Mengetahui Prinsip Dasar Radioopasitas


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Radioopasitas

Radioopasitas merupakan ukuran kapasitas dari suatu jaringan atau struktur sel untuk
memblokir sinar-x. Radioopasitas dapat terjadi karena sinar-x langsung mencapai film,
sehingga film tampak hitam setelah di proses. Apabila terjadi penahanan sinar-x untuk
mencapai film, maka akan terbentuk area putih pada bagian film yang diproses, sehingga
diantara keduanya terjadi berbagai kombinasi antara bagian gelap, terang, dan area abu-abu.
Hasil dari gambar radiografi baik jelas ataupun buram tergantung pada kepadatan objek yang
terkena sinar-x. Semakin besar kepadatan suatu objek, maka semakin kecil hasil radiasi sinar-
x yang mencapai film (Kealy, 2011).

Interpretasi dari gambar radiograf tergantung dengan opasitas yang dihasilkan.


Opasitas yang ditingkatkan akan mampu menunjukkan bayangan yang lebih putih pada hasil
radiograf, dan biasanya hasil ini yang diharapkan. Istilah ini dapat merujuk pada kondisi
peningkatan kepadatan subjek yang tercermin pada radiograf. Jika terjadi penurunan opasitas,
memungkinkan banyaknya radiasi yang mampu mencapai film. Hal tersebut mampu
mengakibatkan tingkat kehitaman gambar yang dihasilkan lebih besar. Semua objek dengan
batasan-batasan tertentu mampu menghambat jalannya radiasi. Struktur yang menyerap
sedikit sinar radiasi sehingga menampakkan warna hitam dinamakan radiolucent. Sedangkan,
untuk struktur yang menghalangi sinar-x akan menghasilkan interpretasi warna putih yang
dinamakan sebagai radioopaque (Kealy, 2011).

2.2 Lima Radioopasitas Dasar Radiografi

Prinsip munculnya warna hitam pada interpretasi radiografi tergantung pada jumlah
sinar-x yang dapat diserap oleh intensifying screen. Selain itu, prinsip kehitaman pada warna
radiografi bergantung dengan jumlah cahaya yang mampu mengekspos film radiografi. Pada
interpretasi radiografi, daerah yang terpapar dengan sinar-x dan dengan kapasitas yang besar
akan menghasilkan warna hitam (radiolucent) setelah pengolahan film. Sedangkan, untuk
daerah yang dilewati oleh sedikit sinar-x dan menghasilkan hasil tembus cahaya (translucent)
atau akan menghasilkan warna putih (radiopaque). Derajat kehitaman pada film merupakan
suatu ukuran kerapatan massa (density), sehingga antara density dengan kegelapan film yang
dihasilkan memiliki keterkaitan secara langsung. Energi pancaran dari sinar-x memiliki
karakterisrik yaitu mampu untuk menembus dan melemah karena adanya perbedaan density
dan jumlah jaringan pada tubuh yang digambarkan pada lima dasar radioopasitas yaitu terdiri
atas udara, lemak, jaringan lunak, tulang, dan metal (Amin, 2011).

Gambar 1. Lima Dasar Opasitas Radiografi Akibat Perbedaan Penyerapan Sinar-x

(Amin, 2011)

Radioopasitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdiri atas ketebalan objek.
Ketebalan objek mempengahruhi radioopasitas dari hasil paparan sinar-x, oleh karena itu
semakin tebal objek yang telah dilalui sinar-x maka semakin kecil kemampuan sinar-x untuk
dapat mengubah film sehingga gambaran pada film bewarna putih (Amin, 2011).
Gambar 2. Skema Pengaruh Ketebalan terhadap Radioopasitas

(Amin, 2011)
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opasitas dalam Radiografi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi opasitas dalam radiografi meliputi :

3.1.1 Jumlah Atom

Jumlah atom memiliki urutan dengan notasi dari yang terkecil hingga terbesar dimulai
dari gas, lemak, air, tulang dan metal. Hal ini menunjukkan bahwa, semakin banyak jumlah
atom, maka hasil radiografi akan menunjukkan interpretasi radioopaque (bewarna
terang/putih). Pada objek, jumlah atom menghasilkan interpretasi paling tinggi dalam
radiografi, dengan metal terlihat radioopaque. Sedangkan, untuk objek yang berbentuk gas
akan terlihat radiolucent karena jumlah atom yang dihasilkan lebih desikit (Thrall, 2018).

3.1.2 Densitas

Densitas merupakan nilai dari derajat penyerapan sinar-x oleh objek yang digunakan
untuk menunjukkan kehitaman pada suatu film. Metal adalah benda yang memiliki densitas
paling tinggi dibandingkan dengan objek bahan lainnya (Thrall, 2018).

3.1.3 Kerapatan

Tingkat kerapatan yang dimiliki oleh gas adalah memiliki tingkat kerapatan yang
terendah jika dibandingkan dengan tingkat kerapatan zat pada objek lainnya. Hal tersebut
menyebabkan gas pada gambaran radiograf terlihat radiolucent apabila dibandingkan dengan
objek-objek lain sepertii metal karena kerapatan metal lebih rapat dan menunjukkan
interpretasi paling radioopaque (Thrall, 2018).

3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interpretasi Hasil Radiografi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi interpretasi hasil radiografi meliputi :

3.2.1 Magnifikasi

Magnifikasi dapat terjadi jika jarak objek dengan receiver terlalu jauh sehingga akan
menimbulkan magnifikasi. Terjadinya magnifikasi tersebut akan mempengaruhi interpretasi
hasil sehingga detail akan berkurang ketika terjadi magnifikasi (Thrall, 2018).
Gambar 3. Magnifikasi pada Objek

(Thrall, 2018)

Gambar diatas menunjukkan (A) merupakan magnifikasi geometri. Hal tersebut terjadi
karena ketika jarak antara objek dan penerima meningkat, maka akan terbentuk bayangan
objek yang lebih besar dan menampakkan interpretasi yang kurang jelas. Gambar (B)
menunjukkan merupakan salah satu contoh magnifikasi yang tampak dengan posisi lateral
pelvis anjing right lateral recumbency. Pada gambar menunjukkan extremitas pelvis kanan
dependent (R) ditarik ke arah cranial, dan extremitas pelvis kiri (nondependent) menuju kea
rah caudal. Pada bagian femur kiri nondependent terjadi peningkatan diameter dibandingkan
dengan femur kanan dependent karena terjadi magnifikasi femur kiri yang lebih jauh dari
penerima radiasi sinar-x. hal tersebut menyebakan interpretasi margin femur kiri kurang tajam
jika dibandingkan dengan femur kanan, sehingga magnifikasi merupakan salah satu faktor
yang mampu mempengaruhi interpretasi hasil radiografi (Thrall, 2018).

3.2.2 Distorsi

Distorsi merupakan perbesaran pada objek yang menunjukkan ukuran berbeda. Hal
tersebut mampu terjadi saat objek dan receiver dalam posiis tidak sejajar. Distorsi
menyebabkan hasil interpretasi radiografi menjadi tidak akurat dalam bagian bentuk dan
posisinya. Pada pasien yang mengalami kelainan anatomi dan posisi mampu mempengaruhi
terjadinya distorsi (Thrall, 2018).
Gambar 4. Distorsi pada Objek

(Thrall, 2018)

Pada gambar diatas menunjukkan gambar (A) geometri distorsi. Pada bagian panel
kiri, objek terlihat tidak tegak lurus terhadap sinar-x yang dipancarkan dan bagian objek jauh
dari penerima sehingga akan diperbesar dan interpretasi yang dihasilkan kurang jelas (tajam).
Distorsi akan mempersulit interpretasi radiografi karena bentukan gambar tidak mampu
mewakili bentukan objek. Pada bagian panel kanan, objek tegak lurus dengan sinar-x dan
sejajar dengan penerima sehingga gambar terlihat lebih tajam dan bentukan objek mewakili
keseluruhan objek dan interpretasi lebih akurat. Sedangkan, untuk gambar (B) merupakan
contoh terjadinya distorsi pada objek dengan posisi ventrodorsal dari pelvis anjing, dan terjadi
abnormalitas pada bagian left hip. Pada bagian extremitas pelvis kanan mampu diperpanjang
sehingga tulang femur kanan sejajar dengan penerima. Extremitas pelvis kiri tidak mampu
diekstensikan, sehingga menyebabkan femur kiri berada pada sudut yang mengenai penerima.
Oleh karena itu, pada interpretasi gambar radiografi femur kiri tampak lebih pendek daripada
femur kanan dan diperbesar secara asimetris karena adanya distorsi (Thrall, 2018).

3.2.3 Superimposisi

Superimposisi adalah kondisi organ pada gambaran radiografi terlihat bertumpuk-


tumpuk. Hal tersebut mempengaruhi opasitas dan interpretasi hasil radiografi. Superimposisi
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu superimposisi normal dan superimposisi yang terjadi
karena kesalahan dalam pengambilan sudut pandang dari suatu objek (Thrall, 2018)

3.3 Tugas Marker pada Gambar Radiografi

Gambar 5. Tugas Marker (Keterangan pada bagian bawahnya)


Keterangan :

 Tanda bewarna putih : trachea


 Tanda bewarna merah : cor (jantung)
 Tanda bewarna oranye : hepar
 Tanda bewarna hitam : gaster
 Tanda bewarna kuning : pylorus
 Tanda bewarna hijau : ginjal
 Tanda bewarna biru muda : intestine (usus halus)
 Tanda bewarna biru tua : colon (usus besar)
 Tanda bewarna hijau toska : ossa vertebrae
 Tanda bewarna ungu : os cocygea
 Tanda bintang bewarna merah : os costae
 Tanda bintang bewarna kuning : os sternum

3.4 Studi Kasus

Sinyalemen dan anamnesa : seekor anak kucing berusia tiga bulan digigit anjing
seminggu sebelumya. Kedua kaki belakangnya mengalami cedera sehingga tidak bisa
digunakan dengan baik (Zaenab et all., 2018).

Pemeriksaan fisik : pemeriksaan fiisk menunjukkan kucing masih aktif dan memiliki
nafsu makan yang masih baik. Pemeriksaan neuorolgis menunjukkan hasil negative pada
refleks proprioseptif serta kerusakan os patella pada kedua kaki belakang (Zaenab et all.,
2018).

Diagnosis banding : diagnosis banding untuk kasus ini antara lain paresis, paralysis
atau kelumpuhan, dan hemivertebrae (Zaenab et all., 2018).

Diagnosis : secara radiografis, dapat didiagnosis terjadi fraktur antara os lumbalis II


dan III (Zaenab et all., 2018).

Interpretasi :

Opasitas :
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Praktikum sudah berjalan dengan baik dan lancar. Sistem yang dijalankan pun sudah
sangat baik. Semoga tetap menjalankan sistem seperti ini.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, 2011

Kealy, 2011

Lestari, S. 2015. Analisis Informasi Fisis Radiograf Panoramik Digital untuk Deteksi Tumor
Jinak pada Rahang. Jurnal Teknologi Informasi 10(30) : 1-9.

Nugraha, R. A. 2018. Sosialisasi Manfaat Pemeriksaan Radiologi Sebagai Upaya Edukasi


Dokter Kepada Pasien Penyakit Dalam. Jurnal Prodi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret.

Thrall

Zaenab, S., Ivan, S., Osye, S. A., Eva, Z., Benda, A., Hidayati, Deni, N. 2018. Fracture
Fixation Between Os Lumbalis II and III On a Three Month Old Kitten Using
Parallel Technique. Journal KIVNAS PDHI 1(3) : 536-537.
LAMPIRAN BUKTI KEHADIRAN

Anda mungkin juga menyukai