Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih
pendek dari cahaya dan dihasilkan dengan memborbarding suatu target dengan
elektron kecepatan tinggi. Target biasanya dibuat dari tungsten. Sinar-X adalah
foton-foton berenergi tinggi (1–100 keV) dengan panjang gelombang dalam orde
1 Ǻ. Sinar-X dihasilkan dari penembakan suatu atom dengan elektron-elektron
berenergi tinggi dengan cara memberi tegangan yang cukup besar.
Elektronelektron ini “menendang” elektron yang terikat pada inti atom, sehingga
terjadi kekosongan pada kulit atom. Kekosongan ini langsung diisi oleh elektron
dari kulit atau orbital terluar. Pada saat perpindahan transisi elektron dari kulit
terluar ke kulit terdalam ini, dipancarkan tenaga yang merupakan gelombang
elektromagnet yang disebut dengan sinar-X(Syamsul Bahri, 2005).
Radiasi merupakan energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber radiasi. Radiasi yang
ditimbulkan dari tindakan medis yang berasal dari sumber buatan manusia,
misalnya radiasi dari sinar X. Radiografi atau Roentgen sinar X termasuk ke
dalam radiasi pengion yang merupakan sarana penunjang diagnositik yang sudah
berkembang pesat. Dalam bidang medis penggunaan sinar X untuk pencitraan
diagnostik telah digunakan selama lebih dari satu abad. Salah satu manfaat sinar
X adalah dapat mendeteksi penyakit kelainan organ dengan cepat melalui
radiodiagnosa. Disamping memberikan manfaat bagi manusia, radiasi juga
mengandung potensi bahaya (Fauziyah, Dwijananti, 2008).
B. Rumusan Masalah
Rumusam masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.Apa yang dimkasud dengan atenuasi sinar x ?
b.Hal-hal yang diperlukan dalam citra radiografi ?
c.Bagaimana cara mengurangi radiasi hambur ?
d.Tujuan dan pengertian magnifikasi dan ketajaman ?
C. Tujuan
a.Untuk mengetahuai pengertian dan tujuan dari atenuasi sinar X

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Atenuasi sinar x
Atenuasi adalah peristiwa menurunnya intensitas suatu radiasi melewati suatu bahan. Pada
praktikum kali ini akandicobakan atenuasi sinar x menjadi fungsi ketebalan, fungsi
dari bahan. Percobaan lainya adalah melihat hubunganarus dan laju pencacahan
serta percobaan efek latar. Dari hasil percobaan terlihat, semakin tebal bahan
transmisiradiasi akan semakin sedikit, semakin tinggi no. Atom koef. Atenuasi
akan semakin besar. Hubungan arus dan lajupencacahan adalah berbanding lurus.
Sinar- X yang biasa digunakan dalam prosedurkedokteran atau penelitian
dihasilkan denganmempercepat elektron dengan beda potensialtinggi, setelah itu
elektron ditumbukkandengan metal.Sinar x adalah pancaran
gelombangelektromagnetik yang sejenis dengangelombang listrik, radio,
inframerah panas,cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinarultraviolet tetapi
dengan panjang gelombangyang sangat pendek

Sinar x memiliki sifat antara lain

:1. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerakdalam lintasan lurus dan
dapatmempengaruhi film topografi.2. Daya tembusnya sangat tinggi3. Dapat
digunakan untuk membuat gambarbayangan sebuah objek pada
filmfotografi.4.sinar-x merupakan gelombangelektromagnetik dengan energi E =
hf.5. Orde panjang gelombang sinar-x beradadiantara panjang gelombang
sinargamma dan sinar ultraviolet.Spektrum sinar-x dapat dibagi menjadi dua yang
pertama adalah spectrum diskritsedangkan yang kedua adalah spektrumkontinu.
Spektrum diskrit diahasilkan olehbreaking radiation atau
bremmstrahlung.Breaking radiation ini terjadi karena elektronyang berkecepatan
tinggi dipengaruhi olehgaya tarik inti atom, sehingga mengalamiperlambatan.
Perlambatan ini biasberlangsung secara tiba-tiba atau perlahan-lahan. Oleh karena
itu energy sinar x yangdihasilkan akan mempunyai rentang yangsangat lebar.
Spektrum kontinu ini sering jugadisebut spektrum
polikromatik,sedangkanspektrum diskrit atau sering juga disebutsebagai spektrum
monokromatik terjadikarena proses transisi eksitasi elektron.Misalnya saat
elektron tereksitasi dari kulit Kke kulit L maka sinar x akan melepaskanenergy
yang berupa foton gelombangelektromagnetik yang biasa disebut sebagaisinar x
karakteristik.

2
CITRA RADIOGRAFI

1. KUALITAS CITRA

 koefisien atenuasi linier (µ) merupakan sifat dari materi yang bergantung
pada ketebalan materi dan energi photon yang mengenai materi
 Apabila energi photon (misal Sinar-X) mengenai materi maka akan terjadi
atenuasi (perlemahan) dari energi photon mula-mula, maka :

I1 = I0e-µx

I1 = intensitas radiasi setelah melewati bahan

I0 = intensitas radiasi mula-mula

e = bilangan logaritma natural (log e = 0.43)

µ = KAL objek (mm-1)

x = ketebalan objek

 Intensitas energi Sinar-X yang ditransmisikan melewati organ pasien


bergantung pada : ketebalan, kerapatan (density) dan nomor atom bahan
(tubuh pasien)
 Kualitas citra bergantung pada : sistem pembuatan radiograf (kontras
subyek, kontras radiasi, kontras film)
 Koefisien atenuasi massa (µ/ρ) dipengaruhi oleh intensitas radiasi (I),
ketebalan (x), dan kerapatan/densitas objek (ρ), sehingga :

I1 = I0e-(µ/ρ)ρx

3
2. PRIMARY IMAGE (CITRA UTAMA)

 primary image dihasilkan ketika photon Sinar-X melewati medium (tubuh


pasien), bergantung pada KAL (µ) dan ketebalan (x) jaringan yang
dilaluinya
 nilai KAL (µ) pada rentang energi diagnostik bergantung pada efek
fotolistrik dan efek Compton
 Untuk soft tissue, lemak (fat) dan otot (muscle) dimana variasi nomor
atom efektif 6 s/d 7.5 nilai KAL sangat dipengaruhi oleh efek Compton,
dimana nilai KAL akan turun secara perlahan (slowly) dengan kenaikan
nilai energi photon
 untuk mendeteksi adanya tumor mammografi (malignant soft tissue)
menggunakan photon Sinar-X energi rendah karena struktur mammae
mempunyai nomor atom efektif (Z) yang sama/hampir seragam
 Sedangkan efek fotolistrik sangat mempengaruhi nilai KAL tulang (Z=14)
dan nilai KAL tulang akan turun secara cepat (rapidly) dengan kenaikan
energi photon
 Semakin tinggi nilai Z maka KAL akan sangat dipengaruhi oleh efek
fotolistrik

3. KONTRAS

 Definisi kontras secara harfiah adalah “perbedaan”


 Istilah kontras dalam radiografi : kontras radiografi, kontras film, kontras
subjek, kontras radiasi
 Kontras radiasi; setelah melewati kontras subjek (perbedaan struktur
jaringan tubuh) maka akan dikonversikan kedalam kontras radiografi yang
dapat diamati dengan mata kita

3.1. Kontras dalam primary image

C = 0.43 (µ1x1 - µ2x2)

 Jika µ1 dan µ2 sama maka kontras hanya dipengaruhi oleh ketebalan (x)
dan sebaliknya.
 Nilai µ berkurang sebanding dengan penambahan energi photon Sinar-X
sehingga nilai kontras primary image (diantara struktur organ yang
berbeda) berkurang sebanding dengan penambahan kVp

3.2. Kontras dalam fluorescent screen

C = 0.43 (µ1x1 - µ2x2)

4
 Disebut juga kontras radiasi (CR)
 Jika kontras primary image jatuh ke screen maka cahaya akan diemisikan
sebanding dengan berkas Sinar-X (yang telah membawa informasi organ)
yang mengenai screen (IS)

3.3. Kontras dalam Citra Radiografi

C = ү 0.43 (µ1x1 - µ2x2)

 jika intensitas radiasi X1 dan X2 (lihat gambar skema transmisi Sinar-X)


dikonversikan kedalam citra radiografi maka kontras radiografi pada film
akan berbeda dengan kontras primary image karena film mempunyai
karakteristik tersendiri (karakteristik film) yaitu kontras film
 Kontras radiografi (CF) berbeda dengan kontras image primary karena
faktor Gamma ү (rentang nilai Gamma : 3 – 4)
 Gamma ү disebut juga kontras film

kontras radiografi (CF ) = kontras radiasi (CR) x kontras film (ү )

3.4. Kontras Media

 Atenuasi oleh bahan akan menimbulkan kontras yang ditentukan oleh


perbedaan nomor atom dan densitas (kerapatan / ρ ) bahan dalam kg/m3
 “Contrast Enhacing Agent” merupakan suatu zat (perantara) yang
dimasukkan kedalam tubuh dengan tujuan untuk mempertinggi kontras
radiografi
 Kontras media positif merupakan material yang dimasukkan kedalam
tubuh (masuk kedalam organ tertentu, misal Senyawa Barium (Z=56)
dimasukkan kedalam Colon) dengan nomor atom dan densitas (kerapatan)
tertentu yang dapat lebih banyak mengatenuasi Sinar-X daripada jaringan
sekitarnya
 Kontras media negatif merupakan material yang dimasukkan kedalam
tubuh (masuk kedalam organ tertentu, misal CO2 dimasukkan kedalam
Colon untuk pemeriksaan double kontras) dengan nomor atom dan
densitas (kerapatan) tertentu yang dapat lebih sedikit mengatenuasi Sinar-
X daripada jaringan sekitarnya
 Kontras (CF ataupun CR) tidak terpengaruh oleh lapisan material yang
mengatenuasi Sinar-X secara seragam/sama disemua titik, baik itu diatas
atau dibawah area yang mempunyai perbedaan atenuasi
 Kontras radiografi akan berkurang (terpengaruh) oleh hamburan/scatter
(photon hambur muncul akibat interaksi Compton), yang mampu
mengurangi energi berkas Sinar-X primer yang melintas dengan berbagai
variasi sudut dalam Sinar-X primer
 Scatter akan menambah kontras HANYA JIKA nilai X1 dan X2 (lihat
gambar) sangat kecil dan nilainya mendekati fog level (lihat kurva
karakteristik film)

5
Radiasi Hambur (Scatter)

 Jumlah radiasi hambur, relatif sangat besar dibandingkan dengan jumlah


radiasi primer, terjadi tergantung adanya ketebalan jaringan organ yang
diperiksa dengan film. Rationya dapat mencapai 8:1, tetapi lebih sering 2:1
sampai 4:1
 Penambahan kVp untuk mengkompensasi hilangnya intensitas radiasi
karena kekurangan penetrasi ataupun untuk mengurangi dosis pasien
AKAN mengakibatkan jumlah radiasi hambur yang mencapai FILM
menjadi lebih besar
 Hal tersebut dihasilkan dengan mekanisme interaksi yang sangat kompleks
dengan berbagai faktor, beberapa hal akan menambah radiasi hambur dan
beberapa lainnya akan mengurangi ;

1. Jumlah radiasi hambur yang diproduksi dalam tubuh pasien akan


berkurang karena; (a) kemungkinannya bahwa satu photon akan
menyebabkan radiasi hambur berkurang karena kVp dinaikan, meskipun
koefisien interaksi Compton hanya akan berkurang secara perlahan dalam
rentang energi diagnostik; (b) jumlah radiasi primer terkecil yang
dibutuhkan untuk memberikan nilai densitas (derajat kehitaman) pada film
nilainya sebanding dengan (kVp)4
2. Tetapi, radiasi hambur yang meninggalkan tubuh pasien akan bertambah
karena; (a) fraksi dari radiasi hambur total yang terbentuk akan bertambah
karena kVp dinaikan; (b) energi radiasi hambur akan bertambah meskipun
kemudian akan berkurang karena terserap tubuh pasien dan atau material
lain

 Dalam prakteknya, bila kVp dinaikan dari 50 s/d 100 kVp, KAL jaringan
dari radiasi hambur (berenergi rendah) akan turun lebih cepat
dibandingkan oleh radiasi hambur yang dihasilkan dari Compton cross
section
 Sehingga faktor (2(b)) menjadi lebih penting daripada faktor (1(a)) dan ini
merupakan alasan utama “bertambahnya” radiasi hambur yang mencapai
film
 Radiasi hambur yang mencapai film bertambah pada kenaikan kVp antara
rentang 50 s/d 100 kVp tetapi apabila kVp dinaikan lagi maka terjadi
sedikit penambahan radiasi hambur dan diatas 140 kVp jumlah radiasi
hambur yang mencapai film mulai turun secara perlahan

4. MENGURANGI RADIASI HAMBUR

4.1. Pemilihan parameter berkas Sinar-X

 Membatasi kolimasi hanya sebatas daerah yang diperiksa, sehingga


mengurangi kemungkinan terjadinya interaksi Sinar-X dengan volume
jaringan yang lebih besar

6
 Karena semakin banyak volume jaringan berinteraksi dengan Sinar-X
maka kemungkinan akan semakin banyak terjadi radiasi hambur (proses;
1(a) dan 2(a))
 Pengurangan kVp akan mengurangi radiasi hambur sampai ke film
sehingga kontras radiografi akan semakin tinggi,
 TETAPI pengurangan kVp terbatasi oleh penetrasi yang dibutuhkan, dan
menjadi hal yang sangat penting BAHWA pengurangan kVp akan
menambah dosis pasien karena harus ada penambahan mAs sebagai
kompensasi pengurangan kVp.
 Untuk memperoleh penghitaman yang sama pada film, maka
pendekatannya; penambahan 10 kVp diikuti pengurangan mAs kira-kira
setengah dari semula, dan pengurangan 10kVp akan diikuti kenaikan mAs
menjadi 2 kali dari semula

4.2. Penggunaan Grid

 Fungsi grid adalah untuk mengurangi radiasi hambur agar tidak sampai ke
film, karena radiasi hambur hanya akan menambah nilai densitas merata
pada film sehingga kontras radiografi menjadi rendah, dengan adanya grid
diharapkan kontras radiografi menjadi tinggi
 Merupakan upaya paling efektif untuk mengurangi radiasi hambur sampai
ke film

4.3. Air Gap Tecnique (Teknik Celah Udara)

 Merupakan teknik pengurangan radiasi hambur dengan cara menjauhkan


obyek dari film, karena adanya “gap” atau jarak (celah) antara obyek
dengan film maka radiasi hambur (berenergi rendah) akan lebih banyak
berinteraksi dengan udara sehingga terjadi perlemahan (atenuasi) radiasi
hambur oleh udara
 Karena sepanjang lintasan yang dilaluinya radiasi akan mengionisasi
medium (dalam hal ini radiasi hambur akan mengionisasi udara) yang
dilaluinya sehingga energi menjadi berkurang. Dan radiasi hambur yang
sampai ke film menjadi sedikit
 Intensitas radiasi hambur paling banyak adalah yang paling dekat dengan
obyek yang berinteraksi dengan photon Sinar-X. semakin jauh dengan
film, energi radiasi hambur menjadi sedikit.

4.4. Design Intensifying Screen-Film Holder (Kaset)

 Intensitas radiasi (setelah melewati obyek) akan berinteraksi dengan


emulsi IS (front screen) dan selanjutnya akan berinteraksi dengan emulsi
film.
 Setelah berinteraksi dengan emulsi film, sebagian akan diserap oleh emulsi
film dan sebagian ada yang diteruskan menuju emulsi IS bagian belakang
(back screen).

7
 Ketika radiasi berinteraksi dengan back screen, maka akan terjadi
hamburan menuju film (back scatter), untuk mencegah hal tersebut maka
KASET bagian belakang (back holder IS-Film) harus terbuat dari material
yang memiliki nomor atom tinggi (logam) untuk semaksimal mungkin
menyerap total radiasi hambur (efek fotolistrik) sehingga radiasi hambur
akibat back screen (back scatter) dapat dikurangi

4.5. Orientasi Pasien

 Efek radiasi hambur akan semakin banyak terjadi bila terdapat ketebalan
jaringan yang besar antara obyek yang diperiksa dengan film
 Bila obyek dekat dengan film, maka akan terjadi penyerapan radiasi
hambur dan juga radiasi primer oleh obyek, tetapi radiasi hambur lebih
efektif diserap oleh obyek karena energi radiasi hambur lebih rendah
daripada energi radiasi primer, maka upaya memposisikan organ yang
diperiksa sedekat mungkin dengan film akan mengurangi radiasi hambur
sampai ke film

4.6. Kompresi Pasien

 Dengan cara mengurangi ketebalan obyek (dikompresi), sehingga soft


tissue akan menjadi semakin rapat (kerapatan menjadi tinggi) dan soft
tissue akan efektif untuk menyerap radiasi hambur

5. GRID

5.1. KONSTRUKSI GRID

 Berbagai macam variasi konstruksi grid; linier grid, crossed grid, focused
grid, pseudo grid, yang mempunyai fungsi untuk mencegah (cut off)
radiasi hambur sampai ke film sehingga mempertinggi kontras radiografi
 Linier grid (paralel grid); grid tersusun dari beberapa lempengan material
(Pb) dengan susunan paralel, tegak lurus terhadap garis normal grid,
susunan Pb berjarak sama, terdapat interspace (jarak) diantara strips Pb
berupa material dengan nomor atom (Z) sangat rendah untuk menjamin
radiasi primer semaksimal mungkin mencapai film. Mengeliminasi radiasi
primer sampai 30%

 Crossed grid; tersusun dari “dua linier grid” dengan susunan saling tegak
lurus antar keduanya. Mengeliminasi radiasi primer sampai 50% sehingga
faktor eksposi harus di naikan kurang lebih dua kali dari semula

 Focused grid; merupakan modifikasi dari linier grid, strips (lempengan) Pb


tersusun membentuk sudut searah dengan sumbu lintasan Sinar-X, celah
antar lempengan Pb lebih banyak melewatkan Sinar-X mencapai film.

8
Penggunaannya harus disesuaikan dengan FFD (FFD biasanya tertera pada
grid)

 Pseudo grid; merupakan modifikasi dari linier grid dan focused grid,
dengan susunan lempengan Pb pararel, semakin menuju ketengah grid
lempengan Pb semakin tinggi

 Dengan menggunakan grid, radiasi hambur dapat dieliminasi hampir 90%


dibanding tanpa grid, sehingga kontras radiografi semakin tinggi.

 Peningkatan kontras tersebut dinotasikan dengan ”faktor perbaikan


kontras” K

K = kontras radiografi menggunakan grid

kontras radiografi tanpa grid

 nilai K bervariasi antara 2 dan 3 tetapi bisa juga mencapai nilai 4.

 nilai K dipengaruhi oleh penambahan jumlah strips Pb per cm dan


interspace (jarak) antar lempengan Pb. penambahan tersebut akan
berakibat pula semakin banyak radiasi primer terserap oleh grid, sehingga
untuk kompensasinya perlu menaikan faktor eksposi, dan berakibat
semakin tinggi dosis radiasi diterima pasien.
 Pengurangan radiasi primer yang sampai ke film dinotasikan dengan :

d / (D+d)

d = ketebalan lempengan Pb

D = interspace (jarak) antar lempengan Pb

 Jumlah strips Pb per mm (grid frequency);

N = 1 / (D + d)

 Rasio grid;

r = h/D

 Radiasi hambur mampu melewati celah antar Pb (mencapai film) lebih


sedikit dibanding radiasi primer, dinotasikan ;

Tan θ/2 = D/h

9
MAGNIFIKASI dan DISTORSI CITRA RADIOGRAFI

 Magnifikasi dipengaruhi oleh FFD dan OFD; semakin besar FFD maka
magnifikasi akan semakin kecil karena sifat penyebaran Sinar-X divergen
 Dengan alasan bahwa semakin jauh obyek dari fokus; sudut penyebaran
Sinar-X akan semakin kecil mengenai obyek sehingga obyek akan
terproyeksi di film radiografi menjadi semakin kecil, demikian sebaliknya.
 OFD semakin besar maka magnifikasi akan semakin besar, karena
semakin obyek jauh dari film maka sudut penyebaran Sinar-X akan
semakin besar dan obyek akan terproyeksi di film radiografi menjadi
semakin besar.
 Distorsi terjadi bila fokus (CR), obyek, dan atau film tidak saling tegak
lurus satu sama lainnya

KETIDAKTAJAMAN GAMBAR (UNSHARPNESS)

 Ketidaktajaman Geometri (Geometric Unsharpness = UG )


 Ketidaktajaman Pasien (Patient Unsharpness = UP)
 Ketidaktajaman karena Pergerakan obyek (Movement Unsharpness = UM)
 Ketidaktajaman Film-Screen (Fotographic Unsharpness = UF)

Ketidaktajaman Geometri (Geometric Unsharpness = UG)

 Terjadi karena focal spot (titik fokus) bukanlah merupakan titik tetapi
mempunyai ukuran tertentu
 Central ray (a) dipengaruhi dimensi/ukuran focal spot (b) dan sudut
kemiringan anoda (a)
 Jika suatu material opaque diletakan tegak lurus dibawah pusat focal spot,
maka citra yang terjadi bukanlah tepat pada T tetapi sepanjang S sampai U
(S-T-U)
 Daerah diluar S sampai U merupakan Umbra (ketajaman) dan Daerah
sepanjang S sampai U merupakan Penumbra (ketidaktajaman) disebut
Ketidaktajaman Geometri
 d = OFD

SU = b sin a

(FFD – d)

Ketidaktajaman Film-Screen (Fotographic Unsharpness = Uf)

10
 Ketika photon Sinar-X berinteraksi dengan kristal pada lapisan screen (IS)
maka photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon cahaya tampak
menuju ke film (emulsi film = kristal AgBr) dengan penyebaran secara
divergen kesegala arah
 Hal tersebut akan menimbulkan ketidaktajaman citra karena satu photon
cahaya tampak tidak selamanya mewakili satu photon Sinar-X menuju
satu titik di film (berinteraksi dengan satu kristal emulsi film dan terjadi
citra), tetapi photon cahaya tampak menyebar dan berinteraksi dengan
lebih dari satu kristal emulsi film sehingga terjadi citra dengan disertai
ketidaktajaman.
 Bila tidak menggunakan screen maka satu photon Sinar-X (pembawa
informasi organ) akan langsung menuju satu titik di film dan akan
langsung berinteraksi dengan satu emulsi film, citra yang terbentuk tidak
disertai ketidaktajaman akibat photon cahaya tampak dari screen.
 Dengan alasan seperti diatas, kontras radiografi yang terbentuk menjadi
sangat tinggi, karena satu photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon
cahaya tampak dalam intensitas (jumlah) yang banyak, penghitaman film
(densitas film) tidak hanya didapatkan dari photon Sinar-X tetapi juga oleh
photon cahaya tampak yang berinteraksi dengan emulsi film
 Ketidaktajaman efek paralaks; karena film mengandung emulsi (AgBr),
semakin besar lapisan emulsi film (kristal AgBr) maka ketidaktajaman
yang ditimbulkan menjadi semakin besar, film yang masih basah akan
tampak lebih tidaktajam dibanding film kering karena pada saat film masih
basah terjadi pengembangan emulsi film.

11
BAB III
KESIMPULAN

Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih


pendek dari cahaya dan dihasilkan dengan memborbarding suatu target dengan
elektron kecepatan tinggi. Target biasanya dibuat dari tungsten. Sinar-X adalah
foton-foton berenergi tinggi (1–100 keV) dengan panjang gelombang dalam orde
1 Ǻ. Sinar-X dihasilkan dari penembakan suatu atom dengan elektron-elektron
berenergi tinggi dengan cara memberi tegangan yang cukup.

 Atenuasi adalah peristiwa menurunnya intensitas suatu radiasi melewati suatu bahan.
Pada praktikum kali ini akandicobakan atenuasi sinar x menjadi fungsi
ketebalan, fungsi dari bahan. Percobaan lainya adalah melihat
hubunganarus dan laju pencacahan serta percobaan efek latar. Dari hasil
percobaan terlihat, semakin tebal bahan transmisiradiasi akan semakin
sedikit, semakin. Ketika photon Sinar-X berinteraksi dengan kristal pada
lapisan screen (IS) maka photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon
cahaya tampak menuju ke film (emulsi film = kristal AgBr) dengan
penyebaran secara divergen kesegala arah
 Hal tersebut akan menimbulkan ketidaktajaman citra karena satu photon
cahaya tampak tidak selamanya mewakili satu photon Sinar-X menuju
satu titik di film (berinteraksi dengan satu kristal emulsi film dan terjadi
citra), tetapi photon cahaya tampak menyebar dan berinteraksi dengan
lebih dari satu kristal emulsi film sehingga terjadi citra dengan disertai
ketidaktajaman.

12

Anda mungkin juga menyukai