PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih
pendek dari cahaya dan dihasilkan dengan memborbarding suatu target dengan
elektron kecepatan tinggi. Target biasanya dibuat dari tungsten. Sinar-X adalah
foton-foton berenergi tinggi (1–100 keV) dengan panjang gelombang dalam orde
1 Ǻ. Sinar-X dihasilkan dari penembakan suatu atom dengan elektron-elektron
berenergi tinggi dengan cara memberi tegangan yang cukup besar.
Elektronelektron ini “menendang” elektron yang terikat pada inti atom, sehingga
terjadi kekosongan pada kulit atom. Kekosongan ini langsung diisi oleh elektron
dari kulit atau orbital terluar. Pada saat perpindahan transisi elektron dari kulit
terluar ke kulit terdalam ini, dipancarkan tenaga yang merupakan gelombang
elektromagnet yang disebut dengan sinar-X(Syamsul Bahri, 2005).
Radiasi merupakan energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber radiasi. Radiasi yang
ditimbulkan dari tindakan medis yang berasal dari sumber buatan manusia,
misalnya radiasi dari sinar X. Radiografi atau Roentgen sinar X termasuk ke
dalam radiasi pengion yang merupakan sarana penunjang diagnositik yang sudah
berkembang pesat. Dalam bidang medis penggunaan sinar X untuk pencitraan
diagnostik telah digunakan selama lebih dari satu abad. Salah satu manfaat sinar
X adalah dapat mendeteksi penyakit kelainan organ dengan cepat melalui
radiodiagnosa. Disamping memberikan manfaat bagi manusia, radiasi juga
mengandung potensi bahaya (Fauziyah, Dwijananti, 2008).
B. Rumusan Masalah
Rumusam masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
a.Apa yang dimkasud dengan atenuasi sinar x ?
b.Hal-hal yang diperlukan dalam citra radiografi ?
c.Bagaimana cara mengurangi radiasi hambur ?
d.Tujuan dan pengertian magnifikasi dan ketajaman ?
C. Tujuan
a.Untuk mengetahuai pengertian dan tujuan dari atenuasi sinar X
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Atenuasi sinar x
Atenuasi adalah peristiwa menurunnya intensitas suatu radiasi melewati suatu bahan. Pada
praktikum kali ini akandicobakan atenuasi sinar x menjadi fungsi ketebalan, fungsi
dari bahan. Percobaan lainya adalah melihat hubunganarus dan laju pencacahan
serta percobaan efek latar. Dari hasil percobaan terlihat, semakin tebal bahan
transmisiradiasi akan semakin sedikit, semakin tinggi no. Atom koef. Atenuasi
akan semakin besar. Hubungan arus dan lajupencacahan adalah berbanding lurus.
Sinar- X yang biasa digunakan dalam prosedurkedokteran atau penelitian
dihasilkan denganmempercepat elektron dengan beda potensialtinggi, setelah itu
elektron ditumbukkandengan metal.Sinar x adalah pancaran
gelombangelektromagnetik yang sejenis dengangelombang listrik, radio,
inframerah panas,cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinarultraviolet tetapi
dengan panjang gelombangyang sangat pendek
:1. Tidak dapat dilihat oleh mata, bergerakdalam lintasan lurus dan
dapatmempengaruhi film topografi.2. Daya tembusnya sangat tinggi3. Dapat
digunakan untuk membuat gambarbayangan sebuah objek pada
filmfotografi.4.sinar-x merupakan gelombangelektromagnetik dengan energi E =
hf.5. Orde panjang gelombang sinar-x beradadiantara panjang gelombang
sinargamma dan sinar ultraviolet.Spektrum sinar-x dapat dibagi menjadi dua yang
pertama adalah spectrum diskritsedangkan yang kedua adalah spektrumkontinu.
Spektrum diskrit diahasilkan olehbreaking radiation atau
bremmstrahlung.Breaking radiation ini terjadi karena elektronyang berkecepatan
tinggi dipengaruhi olehgaya tarik inti atom, sehingga mengalamiperlambatan.
Perlambatan ini biasberlangsung secara tiba-tiba atau perlahan-lahan. Oleh karena
itu energy sinar x yangdihasilkan akan mempunyai rentang yangsangat lebar.
Spektrum kontinu ini sering jugadisebut spektrum
polikromatik,sedangkanspektrum diskrit atau sering juga disebutsebagai spektrum
monokromatik terjadikarena proses transisi eksitasi elektron.Misalnya saat
elektron tereksitasi dari kulit Kke kulit L maka sinar x akan melepaskanenergy
yang berupa foton gelombangelektromagnetik yang biasa disebut sebagaisinar x
karakteristik.
2
CITRA RADIOGRAFI
1. KUALITAS CITRA
koefisien atenuasi linier (µ) merupakan sifat dari materi yang bergantung
pada ketebalan materi dan energi photon yang mengenai materi
Apabila energi photon (misal Sinar-X) mengenai materi maka akan terjadi
atenuasi (perlemahan) dari energi photon mula-mula, maka :
I1 = I0e-µx
x = ketebalan objek
I1 = I0e-(µ/ρ)ρx
3
2. PRIMARY IMAGE (CITRA UTAMA)
3. KONTRAS
Jika µ1 dan µ2 sama maka kontras hanya dipengaruhi oleh ketebalan (x)
dan sebaliknya.
Nilai µ berkurang sebanding dengan penambahan energi photon Sinar-X
sehingga nilai kontras primary image (diantara struktur organ yang
berbeda) berkurang sebanding dengan penambahan kVp
4
Disebut juga kontras radiasi (CR)
Jika kontras primary image jatuh ke screen maka cahaya akan diemisikan
sebanding dengan berkas Sinar-X (yang telah membawa informasi organ)
yang mengenai screen (IS)
5
Radiasi Hambur (Scatter)
Dalam prakteknya, bila kVp dinaikan dari 50 s/d 100 kVp, KAL jaringan
dari radiasi hambur (berenergi rendah) akan turun lebih cepat
dibandingkan oleh radiasi hambur yang dihasilkan dari Compton cross
section
Sehingga faktor (2(b)) menjadi lebih penting daripada faktor (1(a)) dan ini
merupakan alasan utama “bertambahnya” radiasi hambur yang mencapai
film
Radiasi hambur yang mencapai film bertambah pada kenaikan kVp antara
rentang 50 s/d 100 kVp tetapi apabila kVp dinaikan lagi maka terjadi
sedikit penambahan radiasi hambur dan diatas 140 kVp jumlah radiasi
hambur yang mencapai film mulai turun secara perlahan
6
Karena semakin banyak volume jaringan berinteraksi dengan Sinar-X
maka kemungkinan akan semakin banyak terjadi radiasi hambur (proses;
1(a) dan 2(a))
Pengurangan kVp akan mengurangi radiasi hambur sampai ke film
sehingga kontras radiografi akan semakin tinggi,
TETAPI pengurangan kVp terbatasi oleh penetrasi yang dibutuhkan, dan
menjadi hal yang sangat penting BAHWA pengurangan kVp akan
menambah dosis pasien karena harus ada penambahan mAs sebagai
kompensasi pengurangan kVp.
Untuk memperoleh penghitaman yang sama pada film, maka
pendekatannya; penambahan 10 kVp diikuti pengurangan mAs kira-kira
setengah dari semula, dan pengurangan 10kVp akan diikuti kenaikan mAs
menjadi 2 kali dari semula
Fungsi grid adalah untuk mengurangi radiasi hambur agar tidak sampai ke
film, karena radiasi hambur hanya akan menambah nilai densitas merata
pada film sehingga kontras radiografi menjadi rendah, dengan adanya grid
diharapkan kontras radiografi menjadi tinggi
Merupakan upaya paling efektif untuk mengurangi radiasi hambur sampai
ke film
7
Ketika radiasi berinteraksi dengan back screen, maka akan terjadi
hamburan menuju film (back scatter), untuk mencegah hal tersebut maka
KASET bagian belakang (back holder IS-Film) harus terbuat dari material
yang memiliki nomor atom tinggi (logam) untuk semaksimal mungkin
menyerap total radiasi hambur (efek fotolistrik) sehingga radiasi hambur
akibat back screen (back scatter) dapat dikurangi
Efek radiasi hambur akan semakin banyak terjadi bila terdapat ketebalan
jaringan yang besar antara obyek yang diperiksa dengan film
Bila obyek dekat dengan film, maka akan terjadi penyerapan radiasi
hambur dan juga radiasi primer oleh obyek, tetapi radiasi hambur lebih
efektif diserap oleh obyek karena energi radiasi hambur lebih rendah
daripada energi radiasi primer, maka upaya memposisikan organ yang
diperiksa sedekat mungkin dengan film akan mengurangi radiasi hambur
sampai ke film
5. GRID
Berbagai macam variasi konstruksi grid; linier grid, crossed grid, focused
grid, pseudo grid, yang mempunyai fungsi untuk mencegah (cut off)
radiasi hambur sampai ke film sehingga mempertinggi kontras radiografi
Linier grid (paralel grid); grid tersusun dari beberapa lempengan material
(Pb) dengan susunan paralel, tegak lurus terhadap garis normal grid,
susunan Pb berjarak sama, terdapat interspace (jarak) diantara strips Pb
berupa material dengan nomor atom (Z) sangat rendah untuk menjamin
radiasi primer semaksimal mungkin mencapai film. Mengeliminasi radiasi
primer sampai 30%
Crossed grid; tersusun dari “dua linier grid” dengan susunan saling tegak
lurus antar keduanya. Mengeliminasi radiasi primer sampai 50% sehingga
faktor eksposi harus di naikan kurang lebih dua kali dari semula
8
Penggunaannya harus disesuaikan dengan FFD (FFD biasanya tertera pada
grid)
Pseudo grid; merupakan modifikasi dari linier grid dan focused grid,
dengan susunan lempengan Pb pararel, semakin menuju ketengah grid
lempengan Pb semakin tinggi
d / (D+d)
d = ketebalan lempengan Pb
N = 1 / (D + d)
Rasio grid;
r = h/D
9
MAGNIFIKASI dan DISTORSI CITRA RADIOGRAFI
Magnifikasi dipengaruhi oleh FFD dan OFD; semakin besar FFD maka
magnifikasi akan semakin kecil karena sifat penyebaran Sinar-X divergen
Dengan alasan bahwa semakin jauh obyek dari fokus; sudut penyebaran
Sinar-X akan semakin kecil mengenai obyek sehingga obyek akan
terproyeksi di film radiografi menjadi semakin kecil, demikian sebaliknya.
OFD semakin besar maka magnifikasi akan semakin besar, karena
semakin obyek jauh dari film maka sudut penyebaran Sinar-X akan
semakin besar dan obyek akan terproyeksi di film radiografi menjadi
semakin besar.
Distorsi terjadi bila fokus (CR), obyek, dan atau film tidak saling tegak
lurus satu sama lainnya
Terjadi karena focal spot (titik fokus) bukanlah merupakan titik tetapi
mempunyai ukuran tertentu
Central ray (a) dipengaruhi dimensi/ukuran focal spot (b) dan sudut
kemiringan anoda (a)
Jika suatu material opaque diletakan tegak lurus dibawah pusat focal spot,
maka citra yang terjadi bukanlah tepat pada T tetapi sepanjang S sampai U
(S-T-U)
Daerah diluar S sampai U merupakan Umbra (ketajaman) dan Daerah
sepanjang S sampai U merupakan Penumbra (ketidaktajaman) disebut
Ketidaktajaman Geometri
d = OFD
SU = b sin a
(FFD – d)
10
Ketika photon Sinar-X berinteraksi dengan kristal pada lapisan screen (IS)
maka photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon cahaya tampak
menuju ke film (emulsi film = kristal AgBr) dengan penyebaran secara
divergen kesegala arah
Hal tersebut akan menimbulkan ketidaktajaman citra karena satu photon
cahaya tampak tidak selamanya mewakili satu photon Sinar-X menuju
satu titik di film (berinteraksi dengan satu kristal emulsi film dan terjadi
citra), tetapi photon cahaya tampak menyebar dan berinteraksi dengan
lebih dari satu kristal emulsi film sehingga terjadi citra dengan disertai
ketidaktajaman.
Bila tidak menggunakan screen maka satu photon Sinar-X (pembawa
informasi organ) akan langsung menuju satu titik di film dan akan
langsung berinteraksi dengan satu emulsi film, citra yang terbentuk tidak
disertai ketidaktajaman akibat photon cahaya tampak dari screen.
Dengan alasan seperti diatas, kontras radiografi yang terbentuk menjadi
sangat tinggi, karena satu photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon
cahaya tampak dalam intensitas (jumlah) yang banyak, penghitaman film
(densitas film) tidak hanya didapatkan dari photon Sinar-X tetapi juga oleh
photon cahaya tampak yang berinteraksi dengan emulsi film
Ketidaktajaman efek paralaks; karena film mengandung emulsi (AgBr),
semakin besar lapisan emulsi film (kristal AgBr) maka ketidaktajaman
yang ditimbulkan menjadi semakin besar, film yang masih basah akan
tampak lebih tidaktajam dibanding film kering karena pada saat film masih
basah terjadi pengembangan emulsi film.
11
BAB III
KESIMPULAN
Atenuasi adalah peristiwa menurunnya intensitas suatu radiasi melewati suatu bahan.
Pada praktikum kali ini akandicobakan atenuasi sinar x menjadi fungsi
ketebalan, fungsi dari bahan. Percobaan lainya adalah melihat
hubunganarus dan laju pencacahan serta percobaan efek latar. Dari hasil
percobaan terlihat, semakin tebal bahan transmisiradiasi akan semakin
sedikit, semakin. Ketika photon Sinar-X berinteraksi dengan kristal pada
lapisan screen (IS) maka photon Sinar-X dikonversikan menjadi photon
cahaya tampak menuju ke film (emulsi film = kristal AgBr) dengan
penyebaran secara divergen kesegala arah
Hal tersebut akan menimbulkan ketidaktajaman citra karena satu photon
cahaya tampak tidak selamanya mewakili satu photon Sinar-X menuju
satu titik di film (berinteraksi dengan satu kristal emulsi film dan terjadi
citra), tetapi photon cahaya tampak menyebar dan berinteraksi dengan
lebih dari satu kristal emulsi film sehingga terjadi citra dengan disertai
ketidaktajaman.
12