TINJAUAN PUSTAKA
4
hasil penggambarannya berupa Rekonstruksi. Pesawat CT scan ditemukan pada tahun 1970 oleh
Allan Carmack dan Geofrey Hounsfield. Berdasarkan perkembangan teknologi, CT scan
mengalami beberapa perkembangan sesuai dengan kemajuan teknologi.
Citra CT-Scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi.
Citra yang diperoleh CT-Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT-Scan dapat
difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan citra perolehan CT-Scan menunjukkan posisi
suatu objek relatif terhadap objek-objek di sekitarnya sehingga dokter dapat mengetahui posisi
objek itu secara tepat dan akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut telah membuat CT-Scan menjadi
proses radiografis medis yang paling sering direkomendasikan oleh dokter, dan dalam banyak
kasus telah menggantikan proses pesawat sinar-X biasa (konvensional) secara total.
(Taufik,2021)
5
informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat memberikan
sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT-scan lebih
mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
CT-Scan menggunakan penyinaran khusus yang dihubungkan dengan komputer berdaya
tinggi yang berfungsi memproses hasil scan untuk memperoleh gambaran panampang lintang
dari badan. Pasien dibaringkan diatas suatu meja khusus yang secara perlahan-lahan dipindahkan
ke dalam cincin CT-Scan. Scanner berputar mengelilingi pasien pada saat pengambilan sinar
rontgen. Waktu yang digunakan sampai seluruh proses scanning ini selesai berkisar dari 45 menit
sampai 1 jam, tergantung pada jenis CT-scan yang digunakan ( waktu ini termasuk waktu check-
in nya). Proses scanning ini tidak menimbulkan rasa sakit. Sebelum dilakukan scanning pada
pasien, pasien disarankan tidak makan atau meminum cairan tertentu selama 4 jam sebelum
proses scanning. Bagaimanapun,tergantung pada jenis prosedur,adapula prosedur scanning yang
mengharuskan pasien untuk meminum suatu material cairan kontras yang mana digunakan untuk
melakukan proses scanning khususnya untuk daerah perut.
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya
dibatasi oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas
sinar-x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai objek,
dan detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian
6
diubah oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan
sinarnya di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah
menjadi besaran digital oleh analog to digital Converter (A/DC) yang kemudian dicatat oleh
komputer. Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk
gambar yang ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam
film dengan Multi Imager atau Laser Imager. Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan
mengalami pengurangan intensitas secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya.
Pengurangan intensitas yang terjadi disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam
bentuk hamburan dan serapan yang probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan
energi radiasi yang dipancarkan. Dalam CT-scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi
yang dihasilkan sumber dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi
terusan ini dideteksi oleh detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data
masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu
metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
2.4 Faktor yang mempengaruhi gambaran kualitas radiografi dan dosis radiasi
1. Faktor Eksposi
Faktor eksposi sangat bervariasi bergantung pada berbagai hal, antara lain:
a) Ukuran/tebal objek atau pasien yang difoto.
b) Kelainan patologi yang akan diperiksa, pemotretan dengan atau tanpa grid.
c) Pada objek yang selalu bergerak, objek yang pergerakannya tidak dapat di kontrol misalnya
anak kecil, dan lain-lain. Untuk hal tersebut perlu diperhatikan waktu eksposi yang sesingkat
mungkin.
Faktor eksposi terdiri atas :
1) Besaran tegangan tabung (kV).
Besaran tegangan tabung pada umumnya dikaitkan dengan daya tembus sinar. Makin tinggi
besaran tegangan tabung (kV) yang digunakan makin besar pula daya tembus sinar. Umumnya
jumlah tegangan tabung (kV) menunjukkan kualitas radiasi. Bila tegangan tabung (kV)
dinaikkan, maka densitas foto tinggi, kontras rendah,dan sinar hambur meningkat.
7
2) Kuat Arus tabung (mA).
Arus tabung merupakan banyaknya arus dalam tabung. Maka dengan meningkatkan arus tabung
maka jumlah elektron yang bergerak ke katoda menuju anoda semakin banyak. Dengan demikian
sinar-X yang dihasilkan semakin banyak dimana akan meningkatkan radiasi sinar-X menuju film
yang akan meningkatkan densitas. mAs adalah perkalian antara besaran nilai Ampere (Kuat arus
tabung) dengan waktu eksposi (second).
2. Kolimasi
Kolimasi mengacu pada pengendalian ukuran dan bentuk berkas sinar-X. Ketika berkas sinar-X
diarahkan kepada pasien sebagian energi dibuang dan sisanya akan membentuk bayangan atau
gambar pada film. Radiasi yang menyebar dihasilkan oleh energi yang terbuang akan mencapai
film tetapi tidak memiliki tujuan.
8
sinar-X nya mudah diserap. Semakin pendek panjang gelombang sinar-X (yang dihasilkan oleh
kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-X mudah untuk menembus bahan. Hal ini tergantung
dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng aluminium yang mempunyai
nomor atom lebih rendah dibanding tembaga, mempunyai jumlah daya serap lebih rendah
terhadap sinar-X dibanding satu lempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah
hitam (nomor atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-X.
9
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Studi literatur
Studi pustaka adalah metode penulisan dengan mencari referensi yang berkaitan dengan
kasus atau permasalahan yang ditemukan. Referensi berupa referensi teori pada buku, artikel
penelitian, jurnal skripsi dan situs-situs internet. Adapun tujuan dari studi pustaka yaitu untuk
memperkuat permasalahan serta sebagai dasar teori dalam melakukan studi.
Makalah ini dibuat berdasarkan dari jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Gambaran
Topogram Pada Diagnosa Tumor Paru Menggunakan CT-Scan” yang ditulis oleh Ali Nurdin dari
Universitas Sumatra Utara dan dari jurnal penelitian yang berjudul “Deteksi Status Kanker Paru-
Paru Pada Citra CT-Scan” yang ditulis oleh M. Fajri dari Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas
Negeri Surabaya.
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Penelitian dilakukan pada pesawat Sinar-X konvensional dan pesawat CT-Scan single
slice dan multi slice di Instalasi Radiologi dengan melakukan pengamatan (observasi) langsung
dan pengujian langsung. Pengambilan data dengan cara melakukan prosedur pemotoan pada
beberapa pasien dengan diagnosa sementara tumor paru, baik menggunakan pesawat sinar-X
konvensional dengan megatur kondisi pemotretan yang diperlukan meliputi pemilihan tegangan
tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu penyinaran (second) dilanjutkan dengan pencatatan
nilai tegangan tabung (kV), arus tabung (mA), dan waktu penyinaran (second) maupun beberapa
parameter scanning yang digunakan dalam penggunaan pesawat CT-Scan.
4.1.1 Hasil pengamatan kinerja penggunaan pesawat CT-Scan dalam memberikan citra
radiografi serta pengaruh variasi kondisi penyinaran terhadap dosis radiasi.
Prosedur pengambilan data pada penelitian ini diawali dengan melakukan kalibrasi
pesawat untuk memastikan bahwa kondisi scan parameter pada pesawat CT-Scan dalam keadaan
siap digunakan. Dan sebelum kalibrasi dilakukan, perlu dipastikan bahwa pintu masuk ruang
pemeriksaan dalam keadaan terkunci, untuk mengurangi kemungkinan keluar masuknya pasien
secara sembarangan. Kalibrasi pesawat dilakukan setelah pesawat dalam keadaan hidup, baik
pada pengaturan gantry maupun pengaturan soft ware pada komputer. Proses scanning dapat
berlangsung setelah identitas pasien dilengkapi pada tabel yang muncul pada layar monitor. dari
hasil pengamatan pada saat kalibasi, scan parameter pesawat yang siap digunakan meliputi
tegangan tabung 120 kV, arus tabung 28-500 mA, slice thicknes 28(ketebalan irisan) 1-10 mm
dan scan time (waktu penyinaran) 1-5 second. Selanjutnya pengamatan dalam penelitian ini
dilanjutkan dengan teknik pemeriksaan pada CT-Scan thorax, yang dimulai dari persiapan pasien
yang diposisikan tidur terlentang diatas meja pemeriksaan dengan mengatur MSP sesuai dengan
arah lampu kolimator yang ada pada gantry sebagai petunjuk dasar batas atas-bawah dan kiri-
kanan untuk pemeriksaan thorax. Proses scanning berlangsung setelah identitas pasien terisi
dengan lengkap disertai dengan pemilihan posisi pasien yang muncul pada layar monitor,
dilanjutkan dengan pemilihan parameter untuk CT-Scan thorax sampai dengan munculnya
11
parameter scanning yang langsung tertera pada layar monitor selama proses scanning
berlangsung. Parameter scanning yang muncul pada layar monitor tersebut ditampilkan berupa
Increment, slice thickness, time, FOV, kV, dan mA. Hasil pengamatan pada saat film CT-Scan
diproses (dicetak) oleh mesin printer,di tampilka seperti pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut ini
Tabel 4.1 Hasil pengamatan film CT-scan pada pasien 1 tumor paru dengan
menggunakan pesawat CT-scan
NO Parameter scaning(scan parameter)
Increme Slice Time FOV Tegangan Arus
nt thickness (secon (mm) (KV) (mA)
(mm) (mm) d)
10 0,5 1,00 350 120 240
1
Tabel 4.2 Hasil pengamatan film CT-scan pada pasien 2 tumor paru dengan
menggunakan pesawat CT-scan.
NO Parameter scaning(scan parameter)
12
2
1
Gambar 4.2 Gambar Hasil pengamatan film CT-scan pada pasien 2 tumor
paru.
4.2 Pembahasan
13
mAs = mA x s
mAs = 240
2. Pasien II (T) :
Tegangan tabung 120 kV, arus tabung 150 mA dan waktu penyinaran 0,75 second
second/slice menghasilkan besarnya kuat arus tabung penyinaran /kuantitas radiasi sebesar :
mAs. Yang diperoleh dari perhitungan ;
mAs = mA x s
mAs = 112,5
Dari persamaan diatas dapat diperlihatkan bahwa semakin besar tegangan tabung
(kV) arus tabung (mA) dan waktu penyinaran (second) untuk membangkitkan sinar-X
semakin cepat atau besar energi untuk menggerakkan elektron, semakin besar fraksi sinar-X
yang terjadi semakin kecil panjang gelombang sinar –X dan semakin besar daya tembus
(kwalitas radiasi/sinar-X) sehingga dosis radiasi terhadap pasien semakin besar. Dari
perhitugan diatas menunjukan bahwa pasien 1 nilai fraksi-x yang diterima lebih besar dari
pasien 2 yakni dengan nilai mAs 240, sedangkan pasien 2 yakni dengan nilai mAs yang
diserap memperlihatka topogram paru yang berbeda pula dimana pada pasien 1 bagian
daerah paru lebih jelas dibandingkan pasien 2.
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari data data yang di tampilkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengamatan prinsip kerja penggunaan pesawat CT-Scan dalam memberikan
citra radiografi tergantung pada ketebalan objek yang di scan dalam menampilkan
parameter scanning (scan protocol) yang muncul secara otomatis di layar monitor
sesuai kebutuhan objek
2. Pengaruh variasi kondisi penyinaran pada pesawat CT-Scan terhadap dosis radiasi
dikategorikan tinggi.
5.2 Saran
1. Pada pesawat CT-Scan pelaksaan kalibrasi pesawat harus lebih teratur dilakukan
untuk mengurangi kesalahan yang muncul pada hasil scanning.
2. Penguragan nilai dosis radiasi akibat pengaruh kondisi penyiaraan pada pesawat
CT-Scan sebaiknya dapat dilakukan dengan memperkecil luas lapangan penyinaran
sesuai dengan kebutuhan objek yang diperlukan.
15