TUGAS RADIOLOGI
Oleh :
G1A219139
JAMBI 2020
1. Jelaskan prinsip dan proses pemeriksaan rontgen sehingga terjadi suatu imaging
?
Jawab :
Sinar-X bekerja dengan memindahkan radiasi frekuensi tinggi ke seluruh
tubuh. Sinar kemudian ditangkap pada gambar, dengan bagian-bagian tubuh yang
berbeda menjadi terlihat karena perbedaan warna pada gambar. Perbedaan warna
ini didasarkan pada kepadatan bagian tubuh seseorang, yaitu sinar-X menunjukkan
tulang sebagai gambar putih dan menunjukkan paru-paru sebagai gambar yang
lebih gelap.
Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang
radiasi elektromagnetik secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian
dalam. Radiasi yang diserap oleh masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda.
Inilah nantinya yang membuat hasil foto x-ray menampakkan perbedaan warna dari
putih, abu-abu, hingga hitam:
• Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian
besar partikel x-ray terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak
berwarna putih.
• Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan
muncul dengan warna abu-abu.
• Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.
2. Jelaskan prinsip dan proses pemeriksaan USG sehingga terjadi suatu imaging ?
Jawab :
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi daripada
kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya
sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekwensi antara 20 –
20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz). Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini
menggunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz). Gelombang suara frekwensi
tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang
disebut transducer. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal, akan
menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang
merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah
bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang
melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan
gelombang suara frekwensi tingi.
Sumber Cahaya
Teknologi radiasi yang diyakini paling kecil bahayanya atau bahkan tidak ada
sama sekali adalah MRI. Pasalnya, diagnostic imaging berteknologi tinggi ini
menggunakan medan magnet, frekuensi radio, dan seperangkat komputer untuk
menghasilkan gambar berupa potongan-potongan penampang tubuh manusia. Gambar
ini diperoleh dari hasil interaksi antara molekul sel tubuh dan sinyal yang dipancarkan
oleh frekuensi radio. Data yang didapat kemudian diolah komputer gambar yang
kemudian dicetak dalam bentuk foto.
Citra yang dihasilkan dari USG adalah memanfaatkan hasil pantulan (echo)
dari gelombang ultrasonik apabila ditrasmisikan pada tissue atau organ tertentu.
Echo dari gelombang tersebut kemudian dideteksi dengan transduser,
yang mengubah gelombang akusitik ke sinyal elektronik untuk dioleh dan
direkonstruksi menjadi suatu citra. Perkembangan tranduser ultrasonik
dengan kemampuan resolusi yang baik, diikuti dengan makin majunya teknologi
komputer digital serta perangkat lunak pendukungnya, membuat pengolahan citra
secara digital dimungkinkan dalam USG, bahkan untuk membuat
rekonstruksi bentuk janin bayi dalam 3 dimensi dan 4 dimensi sudah mulai dikenal.
4. Jelaskan prinsip dan proses pemeriksaan MRI sehingga terjadi suatu imaging ?
Jawab :
Berdasarkan sifat magnetiknya inti atom terdiri dari proton dan neutron.
Proton memiliki pergerakan presisi pada sumbu (spinning) muatannya
seperti bumi, sehingga mempunyai kutub utara dan kutub selatan yang akan
menghasikan medan magnet eksternal. Spinning inilah yang menghasilkan
moment dipole magnetic disebut juga dengan spin (Brown dan Samelka,
presisi proton.
Kecepatan atau frekuensi presisi proton atom hidrogen tergantung pada kuat
medan magnet yang diberikan pada jaringan dan nilai gyromagnetic inti
atom. Semakin besar kuat medan magnet dan nilai rasio gyromagnetic maka
semakin cepat presisi proton. Frekuensi presisi atom dapat diketahui melalui
sebuah persamaan yang disebut persamaan Larmor, seperti pada persamaan
2.1.
Keterangan :
Keterangan :
Gambar 2.2 Gerakan Presesi Proton pada Sumbu z yang Paralel Medan
Magnet (11).
transversal
a) Posisi pasien :
1) Localizier
Irisan yang diambil koronal dan sagital (three plane localizier jika
mampu), digunakan untuk perencanaan irisan aksial. Perencanaan irisan
seperti tampak pada gambar
2) Aksial T2 WI
TR : 1666 -2500 ms
TE : 100 ms
Tebal irisan : 8 mm Slice
gap : 10–20%
FOV : 360–400 mm
3) Aksial T1 WI
TR : 500–600 ms TE
: 10–20 ms Flip angle :
90°
Sedangkan parameter yang lain sama dengan aksial T2. Dapat digunakan
teknik breath-hold atau respiratory gating untuk mereduksi artefak gerak
nafas.
4) Koronal T2 WI
Tebal irisan : 8 mm
• Rontgent Cranium
Proyeksi:
o Proyeksi PA (Postero Anterior)
o Lateral View
o Caldwell View
o PA Axial Skull Caldwell
o Towne View
o Waters View
o Submentovertex view
• Rontgent Vertebra
Proyeksi:
o Antero Posterior
o Lateral
o Cervical
• Lateral Servikalis
• Anteroposterior Servikalis
• AP Open Mouth Cervical
• Anterior dan Posterior Oblique Cervical
• Lateral Cervicothoracalis (Swimmer’s}
• Lateral Hiperekstensi dan Hiperfleksi
o Thoracal
• AP Thoracalis
• Lateral Thoracalis
• Oblique Anterior atau Posterior Thoracal
o Lumbosacrum
• AP / PA Lumbal
• Oblique Posterior atau Anterior Lumbal
• Lateral Lumbal
• Lateral L5 – S1
• AP Aksial L5-S1
• AP Aksial Sakrum
• AP Aksial Tulang Ekor
• Lateral Tulang Sakrum dan Tulang Ekor
o Serial Skoliosis
• Proyeksi PA
• Lateral Errect
• PA Metode Fergusson
• AP Bending Kanan Kiri
a. Ultrasonografi Doppler
USG Doppler adalah pemeriksaan non-invasif yang dapat digunakan untuk
memperkirakan aliran darah yang melalui pembuluh darah dengan cara
memantulkan gelombang suara frekuensi tinggi dari sirkulasi sel darah merah.
USG biasa akan menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar,
tetapi tidak dapat menunjukkan aliran darah seseorang.
1. Gumpalan darah.
2. Katup yang berfungsi buruk di pembuluh darah kaki yang dapat
menyebabkan darah atau cairan lain menggenang di kaki (insufisiensi
vena).
3. Cacat katup jantung dan penyakit jantung bawaan.
4. Arteri yang tersumbat (oklusi arteri).
5. Sirkulasi darah menurun ke kaki (penyakit arteri perifer).
6. Arteri bulging (aneurisma).
7. Penyempitan arteri, seperti pada leher seseorang (stenosis arteri karotis).
Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai alternatif untuk prosedur yang lebih
besar lagi, seperti angiografi. Yaitu suatu pengobatan yang melibatkan suntikkan
zat pewarna ke dalam pembuluh darah, sehingga pembuluh darah tersebut terlihat
dengan jelas ketika menggunakan sinar-X. Selain itu, tes dengan USG Doppler
juga dapat membantu dokter untuk memeriksa cedera pada arteri seseorang atau
untuk memantau perawatan tertentu yang berhubungan dengan pembuluh darah
atau arteri.
b. Ultrasonografi – Fast
Ultrasonografi (US) pertama kali digunakan pada pasien trauma di Eropa
tahun 1970-an. Sejak tahun 1980-an di Amerika, penggunaan US pada trauma
telah digunakan secara luas dan banyak menggantikan Diagnostic Peritoneal
Lavage (DPL) di kebanyakan trauma center. Pemeriksaan FAST (Focused
Assessment Sonography for Trauma) telah dimasukkan dalam bagian dari
Advanced Trauma Life Support sejak tahun 1997.
Tujuan pemeriksaan FAST adalah untuk mendeteksi cairan bebas
intraperitoneal dan pericardial dalam kasus trauma. DPL lebih sensitif dalam
mendeteksi adanya darah intraperitoneal dibanding US (100.000 sel darah
merah/mm3 dianggap positif dengan perbandingan 20 cc dari 1 liter cairan
lavase), namun DPL mempunyai kelemahan yaitu bersifat invasif yang dapat
mempunyai komplikasi pada pasien hamil, pembedahan sebelumnya, dan
operator yang kurang berpengalaman, serta tidak sensitif untuk trauma yang
melibatkan organ retroperitoneal dan pada kondisi hemodinamika tidak stabil.
Dibanding DPL, US merupakan pemeriksaan yang murah, cepat dan dapat
diulang, serta mempunyai spesifisitas lebih tinggi untuk laparotomi terapeutik.
US dapat mendeteksi minimal 250 mL cairan bebas Morisson’s pouch.
Sensitifitas FAST untuk mendeteksi cairan bebas intraperitoneal dari berbagai
penelitian adalah 64-98%, sedangkan spesifisitasnya 86-100%. Variasi yang
besar dalam hasil tersebut disebabkan adanya perbedaan tingkat pengalaman
operator (sonografer berpengalaman, ahli radiologi, ahli bedah dan residen) dan
standar referensi yang digunakan. Walaupun FAST umumnya digunakan untuk
metode imejing diagnostik pada pasien dengan trauma abdomen, namun
diagnosis cedera organ solid abdomen sangat terbatas.
Kecepatan sangat penting karena jika perdarahan intraabdominal ada,
probabilitas kematian akan meningkat sekitar 1% tiap 3 menit penundaan
dilakukannya intervensi. Tempat akumulasi cairan jika ada cedera organ solid,
adalah : Hepatorenal recess (Morisson’s pouch), Splenorenal recess, Paracolic
gutter, Retrovesical pouch (pada pria) dan Pouch of Dauglas (pada wanita).
Ultrasonografi FAST juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
cedera pada jantung dan pericardium, namun kurang tepat untuk mendeteksi
cedera usus, mesenterium, dan vesika urinaria, dimana CT merupakan modalitas
yang tepat.
Keuntungan FAST yang paling penting yaitu US merupakan metode
imejing bedside yang cepat dan dapat diintegrasikan dalam resusitasi.
Kemampuan ini sangat membantu terutama pada pasien dengan hemodinamik
yang tidak stabil dimana ahli bedah traumatologi dapat membuat keputusan
klinik yang cepat. Sebagai tambahan, US bersifat non-ionisasi dan tidak
menggunakan kontras nefrotoksik sehingga merupakan prosedur tindakan yang
aman. DPL juga memiliki peranan dalam diagnosis trauma abdomen pada
pasien hemodinamik yang tidak stabil yang tidak dapat dimobilisasi ke scanner
CT, namun tidak banyak dilakukan lagi karena prosedur invasif memiliki angka
kekerapan terjadi komplikasi antara 0,6-2,3% dan dikontraindikasikan pada
pasien post-surgical, terlalu gemuk, atau sedang hamil, serta memakan waktu.
Indikasi FAST
• Mengurangi waktu untuk diagnosis cedera perut akut pada Trauma tumpul
abdomen
• Membantu akurat mendiagnosis hemoperitoneum
• Membantu menilai tingkat hemoperitoneum di trauma tumpul abdomen
secara non-invasif
• Dapat diintegrasikan ke dalam survei primer atau sekunder dan dapat
dilakukan dengan cepat, tanpa melepas pasien dari arena klinis
• Dapat diulang untuk pemeriksaan serial
• Aman pada pasien hamil dan anak-anak, karena membutuhkan radiasi
kurang dari CT
• Mengarah ke DPL lebih sedikit; dalam pengaturan klinis yang tepat, dapat
menyebabkan scan CT lebih sedikit (pasien yang dirawat di layanan
trauma dan menerima pemeriksaan abdominal).
c. Ultrasonografi Abdomen
Ultrasonography adalah teknik diagnostik invasif dimana gelombang suara
frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gemaultrasonik dicatat
pada osiloskop karena mereka menyerang jaringan kepadatan yang berbeda.
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas permukaan
kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. Hal ini sangat berguna dalam mendeteksi sebuah kantong empedu yang
membesar atau pankreas, adanya batu empedu, ovarium membesar, kehamilan
ektopik, atau usus buntu. Baru-baru ini teknik ini telah terbukti bermanfaat dalam
mendiagnosis di verticulitis kolon akut.
USG menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dihasilkan
oleh kristal piezo-elektrik pada transduser gelombang tersebut berjalan melewati
tubuh dan dipantulkan kembali secara bervariasi, tergantung pada jenis jaringan
yang terkena gelombang. Alat ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk
membantu menegakkan diagnosis penyakit dalam, terutama pemeriksaan organ2
tubuh bagian dalam.
d. Ultrasonografi toraks
Ultrasonografi (USG) sudah digunakan sebagai alat untuk membantu
menegakkan diagnosis sejak tahun 1940an, namun demikian penggunaan USG di
bidang ilmu penyakit paru masih minimal. USG tidak mampu menembus ke
dalam jaringan yang terisi udara, namun demikian USG sangat baik dalam
menggambarkan dinding toraks, pleura dan jaringan paru yang berbatasan dengan
pleura. Dalam tinjauan kepustakaan dari Xirouchaki disebutkan bahwa sudah
menjadi pengetahuan yang umum bahwa USG tidak dapat melewati jaringan
yang terisi udara, namun demikian kelemahan ini tidak menjadi halangan untuk
dapat menegakkan diagnosis beberapa kondisi klinis seperti efusi pleura,
pneumotoraks, konsolidasi, atelektasis, edema paru dan lain-lain.
Keunggulan USG pleura adalah biaya yang murah, radiasi kecil, mudah
dibawa, waktu pemeriksaan yang singkat dan memiliki aspek dinamis yang bisa
dilihat pada saat pemeriksaan. Saat ini penggunaan USG pleura telah semakin
banyak digunakan dalam tindakan intervensi seperti thoracocentesis, biopsi
dinding toraks, pleura dan jaringan paru yang berbatasan dengan pleura hingga
pemasangan selang dada. Tinjauan Kepustakaan ini bertujuan untuk mempelajari
kembali prinsip-prinsip dan teknik-teknik dasar USG toraks dari pandangan
seorang dokter ahli paru dalam menegakkan diagnosis beberapa kelainan pada
paru.
g. Ultrasonografi appendicitis
Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk
menunjang diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan
spesifitasnya lebih dari 90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis
appendisitis akut adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau
lebih, didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan USG apendisitis:
• Pemilihan transduser linier frekuensi tinggi 5-7,5 MHz atau 2-4 MHz
transduser kurve frekuensi rendahdisesuaikan keadaan/kondisi penderita.
• Lakukan pemeriksaan dengan teknik kompresi menggunakan
transduser linier resolusi tinggi (> 7,5 MHz). Posisi penderita supinasi dan
transducer diletakkan pada lokasi/titik pada abdomen yang dirasa paling nyeri
(Sonography Self Localization) dan tangan pemeriksa diletakkan diposterior
(regio flank atau pinggang) penderita.Transducer dikompresikan di daerah
RLQ secara bertahap dan identifikasi arteri atau vena femoralis, ileum terminal,
sekum dan apendiks berada di sekitar daerah tersebut . Awalnya kita lakukan
teknik kompresi bertahap dengan transduser pada dinding anterior abdomen
secara pelan tetapi tegas.Bila apendiks tervisualisasi, diameter dinding
apendiks diukur secara teliti dengan potongan longitudinal dan transversal.
Gambaran USG apendiks normal terlihat sebagai tabung yang buntu (blind
ended tubular) dengan diameter kurang dari 6 milimeter dan tampak adanya
peristaltik. Bila dilakukan dengan teknik kompresi bertahap (grade
compression) appendiks tersebut ikut tertekan dan struktur lemak
periappendiceal tidak mengalami echogenitas.
Gambaran apendiks pada potongan transversal tampak echogenitas yang
berbeda dengan lapisan lapisan hipoechoic yang concentric (melingkar), hal
ini berhubungan dengan macam-macam lapisan dinding usus. Lapisan
dinding usus yang tervisualisasi pada USG ada 5 yaitu:
1) Lapisan dalam tampak hiperekoik yang terletak antara mucosa dan
intraluminal pada lapisan paling dalam.
2) Lapisan hipoekoik yang merupakan lapisan muskularis mukosa
3) Lapisan tengah hiperekoik yang merupakan submukosa
4) Lapisan diluarnya yang hipoekoik merupakan muskularis propria
5) Lapisan terluar yaitu hiperekoik yang merupakan lapisan serosa. Cairan
intraluminer tampak central hipoekoik sonolusen.
Sinusitis: Potongan coronal 2mm di1/2 bagian depan dan 4mm 1/2
bagian posterior, mulai dari os.nasale sampai dengan nasopharynx,
potongan axial dari dasar sinus maxillaries sampai sinus frontalis 3-
5mm, tanpa bahan kontras, kondisi soft tissue (WW diatas 2000, WL
diatas 200) F.O.V 200-250mm
Tumor sinus : Potongan coronal 3-5mm dari dinding depan sinus sampai
nasopharynx / tumor habis tanpa dan dengan kontras, kemudian axial 3-
5mm dari dasar sinus sampai sinus frontalis / mencakup seluruh tumor,
kondisi soft tissue / tulang dan kondisi massa tumor dengan WW yang
rendah.
9. Ct-scan thorax
• Multiple sclerosis
• Stroke
• Tumor
• Infeksi tulang
➢ MRI payudara
Indikasi :
Indikasi pemeriksaan rontgen itu banyak, tergantung situasi dan kondisi pasien dan
keluhannya.
* Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya .
Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk
mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.
Selain itu:
- Hal yang menyebabkan cedera bukan hal yg sepele ataupun yang kelihatannya sepele
tapi dicurigai mengenai bagian organ2 penting (kecelakaan mobil misalnya)
- Kehilangan kesadaran, rasa sakit yang terus-menerus setelah mengalami suatu trauma
(misalnya setelah jatuh dari tangga)
- Ada parastesia, defisit neurologis fokal
- ROM terbatas/tidak memungkinkan untuk menguji ROM setelah kecelakaan karena
dicurigai terjadi fraktur ataupun dislokasi
Perlu diingat, sinar X yang digunakan untuk foto rontgen merupakan sinar yang dapat
menyebarkan radiasi. Meski demikian, manfaat yang didapat dari teknologi ini lebih banyak
ketimbang risikonya jika dilakukan dengan benar. Itulah mengapa, bila dianggap perlu bayi
yang baru lahir pun bisa menjalani tindakan ini untuk menegakkan diagnosis ada tidaknya
kelainan dalam tubuhnya. Tindakan ini dilakukan semata-mata untuk memudahkan
penatalaksaan selanjutnya. Akan tetapi harus diingat bahwa permintaan foto rontgen harus
berasal dari dokter yang menanganinya, apakah ada indikasi, selain telah mempertimbangkan
masak-masak manfaat dan kerugiannya.
Kontraindikasi : -
USG
Indikasi :
Indikasi pemeriksaan USG merupakan salah satu prasyarat penting yang harus
dipenuhi sebelum pemeriksaan USG dilakukan. Pemeriksaan USG janganlah dilakukan
secara rutin atau setiap melakukan pemeriksaan pasien, terutama bila pasien hamil. Banyak
panduan yang telah diterbitkan, misalnya dari ISUOG (International Society of Ultrasound in
Medicine), AIUM (American Institute of Ultrasound in Medicine), RCOG (Royal College of
Obstetrics and Gynecology), atau ASUM (Australian Society of Ultrasound in Medicine).
Kontraindikasi : -
CT-SCAN
Indikasi :
MRI
1. Neoplasma
2. Infeksi
3. Infarction
4. Dibidang saraf : stroke, tumor otak, kelainan mielinisasi otak, gangguan aliran cairan
otak/hidrocepalus, beberapa bentuk infeksi otak, gangguan pembuluh darah otak,dsb.
5. Dibidang muskuloskeletal : tumor jaringan tulang atau otot, kelainan saraf tulang
belakang, tumor spinal, jeputan akar saraf tulang belakang, dsb.
1. Relatif :
a. Anemia hemolitik
b. Riwayat alergi dengan bahan yodida
2. Mutlak :
a. Kehamilan dan menyusui
b. Gagal ginjal
3. Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace marker)
Pasien dengan alat bantu dengar pasienyang sedang menjalani kemoterapi, pasien
dengan pompa insulin dimohon untuk melaporkan pada dokter.
• Sudutkan 300 terhadap OML atau 370 terhadap (IOML), jika dagu
pasien tidak memungkinkan untuk ditekan sehingga OML tegak
lurus terhadap kaset bahkan dengan alat bantu yang diletakkan di
kepala, maka IOML dapat di tempatkan tegak lurus terhadap
kaset dengan sinar pusat disedutkan 370 caudad. Sudut 300 antara
OML dan kaset untuk menampakkan gambaran anatomi yang
sama.
b) Posisi objek:
(3) Fleksikkan leher hingga IOML tegak lurus terhadap tepi depan
meja pemeriksaan
c) Sinar pusat
d) Kolimasi
e) Pernafasan
C. Proyeki AP
b) Posisi objek: Posisi pasien supine dengan MSP tubuh pada pertengahan
kaset diatas meja pemeriksaan . Memastikan MSP kepala dan OML tegak
lurus kaset
c) Sinar pusat:
d) Kolimasi
e) Pernafasan
b) Posisi objek:
c) Sinar pusat:
(1) Arahkan sinar 15º caudad
(2) Pilihan lain arah sinar pusat 250 terhadap kaset sampai 300 dan titik
bidik keluar dari nasion.Pilihan lainnya penyudutan 250 sampai 300
caudad akan lebih baik menampakkan superior orbital fisura,
foramen magnum dan inferior orbital rim.
(3) Minimum SID 100 cm
f) Kreteria radiograf : Tampak tulang Frontal, Besar dan kecil sayap spenoid,
tampak superior orbital, anterior sinus etmoid jaraksuperior orbital
(Gambar 2.12).
b) Posisi objek:
c) Sinar pusat:
(1) Pusat sinar tegak lurus kaset/sejajar OML keluar pada glabela
2. Rontgent Thorax
1. Posisi PA (Postero Anterior)
Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan supaya scapula
tidak menutupi parenkim paru.
7. Posisi Ekspirasi
Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu
penderita dalam keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin
gagal menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau
suatu benda asing yang terinhalasi.
3. Rontgent Abdomen
1. Proyeksi pemeriksaan AP
Memakai Lysolm/Grid
Intruksi ekposi = Tarik napas,,,,,keluarkan nafas,,,,Tahan napas.
FFD = 100 cm
Memakai Lysolm/grid
Kriteria Evaluasi :
• Proyeksi ini bertujuan untuk memperlihatkan daerah sekitar diafragma
FFD = 100cm
Marker = L Orientasi AP
Kriteria gambaran : Vertebrae Lumbal, Diafragma, Krista iliaca, T11 dan T12
Kriteria Evaluasi :
• Diafragma dan Abdomen bawah terlihat
• Batas air dan udara (air-fluid level) di abdomen dengan detail soft
tissue tampak di anterior abdomen
4. Rontgent vertebrae
Pada posisi ini, pasien bersikap erect lateral (duduk atau berdiri)
dengan lengan di samping, sentrasi sinar horizontal pada C4. Bila
pada posisi hiperfleksi, dagu pasien ditekan sampai menempel dada
dan bila hiperekstensi, dagu diangkat dan kepala ke arah belakang
sejauh mungkin.
1. Posisi AP Thorakalis
Pada posisi AP thorakalis, pasien dapat melakukannya dengan sikap
erect atau supine. Pada posisi supine, pasien tidur telentang dengan sedikit
menekuk lutut untuk melihat adanya kifosis normal. Sentrasi sinar
dilakukan secara vertikal ke 3 cm arah posterior dari prosessus xiphoid.
Sementara itu, pada posisi erect, sikap pasien seperti yang terlihat pada
gambar berikut ini.
Posisi AP thorakalis.
ada teknik ini, posisi pasien lateral recumbent dan lutut sedikit
fleksi. Bila dada terlalu sempit atau pelvis lebar maka perlu sudut kaudad 5
atau 10 derajat. Sentrasi sinar diarahkan pada krista iliaka.
Posisi lateral lumbal.
Pada posisi ini, sikap tubuh pasien diminta lateral recumbent dan sentrasi
sinar pada posterior SIAS. Pada film akan tampak tulang sakrum dan tulang ekor
dari arah lateral.
(a) Posisi lateral tulang sakrum dan (b) foto pada posisi lateral tulang sakrum.
e. Serial Skoliosis
1. Proyeksi PA (AP)
Pada proyeksi PA, foto dilakukan dalam posisi pasien erect dan recumbent
untuk perbandingan. Saat melakukan posisi erect, kedua kaki pasien harus
berdiri. Film hasil foto Rontgen ini memperlihatkan tulang belakang thorakalis
dan lumbal hingga 3 cm di bawah krista iliaka.
Hasil foto Rontgen pada proyeksi PA (AP).
Pada proyeksi ini, posisi pasien bisa erect atau supine. Pasien diminta
untuk mengambil posisi lateral fleksi kanan dan kiri sejauh mungkin. Film
foto Rontgen pada posisi ini akan tampak thoracal dan lumbal dalam posisi
lateral fleksi dengan
Posisi badan pada proyeksi AP (PA) bending kanan kiri
e. Rontgent Ekstremitas
Ekstremitas Atas
1. Manus AP/Oblique
5. Humerus AP/Lateral
6. Klavikula
9. Skapula
Ekstremitas Bawah
1. Pedis AP/Lateral
4. Kruris AP/Lateral
5. Genu AP/Lateral
6. Femur AP/Lateral
7. Coxae
8. Coxae AP/Lateral
9. Pelvis AP
1) Tractus Urinarius
a) Intravenous Pyelography
Visualisasi traktus urinarius dalam menilai jaringan hingga morfologi
ginjal dengan menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan dilakukan
pengambilan gambar radiologis secara serial yang disesuaikan dengan saat zat
kontras mengisi ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih.
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah menilai fungsi eksresi ginjal menilai
morfologi dan struktus pelvio-kalises sistem, menilai kemampuan miksi menilai
keadaan parenkim ginjal, sistem pyelokaliks, ureter dan vesica urinaria.
b) Retrogard Pyelography
Visualisasi imagine dari ureter dan pelviokaliks sistem secara retrogard,
melalui sistoskopi dimasukkan ureter kateter ke dalam muara ureter sampai
pelviokalis sistem dan diikuti penyuntikkan kontras
c) Antegrade Pyelography
Teknik atau prosedur pemeriksaan sinar-X sistem urinaria dengan
menggunakan media kontras yang dimasukkan melalui kateter yang telah
dipasang dokter urologi dengan cara nefrostomi percutan.
Tujuannya adalah memperlihatkan anatomi dan lesi-lesi tractus urinarius
bagian proximal, dilakukan setelah IVP gagal menghasilkan suatu diagnosa
yang informatif/kurang akurat/metode RPG tidak memungkinkan, Untuk
menunjukkan terutama gambaran renal pelvic dan ureter, Menunjukkan
obstruksi ureter akibat batu.
d) Uretrography Retrograde
Pemeriksaan untuk menilai uretra dengan jalan mengisi uretra dengan
media kontras. Tujuannya adalah melihat struktur anatomi dan kelainan pada
uretra
e) Uretrocystography
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai vesika urinaria, infra vesika
serta urethra dengan jalan mengisi vesika urinaria serta uretra dengan
menggunakan media kontras
f) Micturating cystourethrography
Pemeriksaan utk menilai vesika urinaria sampai uretra, dengan mengisi
kontras ke dalam vesika urinaria secara fisiologis dan dengan melalui proses
berkemih akan tampak pengosongan vesika urinaria. Tujuannya adalah melihat
refluks vesikoureter, memantau uretra ketika sedang miksi, melihat
abnormalitas vesika urinaria melihat stress inkontinensia.
g) Cystography
Tujuannya adalah memperlihatkan struktur vesika urinaria serta struktur
intravesika dan organ-organ sekitarnya. Teknik yang diapakai adalah Media
kontras dimasukkan melalui folley catheter melalui uretra, setelahnya vesica
urinaria dikosongkan.
2) Tractus Digestivus
a) Esofagografi/Esofagogram
Esofagram adalah pemeriksaan radiologis esofagus yang dipandu oleh
fluoroskopi. Ini termasuk evaluasi menelan, pengosongan esofagus, ketika
menggunakan barium swallow waktunya (TBS), morfologi dan motilitas
esofagus, evaluasi persimpangan gastroesofageal (GE), dan penilaian untuk
refluks gastroesofageal (GER). Serangkaian gastrointestinal bagian atas (GI)
adalah pemeriksaan kontras radiologis esofagus (identik dengan esofagram
rutin), lambung, dan duodenum yang dipandu oleh fluoroscopy.
Pemeriksaan kontras tunggal dan kontras ganda (bifasik) terbukti dan
merupakan prosedur yang berguna untuk mengevaluasi esofagus dan saluran GI
atas. Tujuannya adalah untuk menentukan ada atau tidaknya, sifat, dan luasnya
penyakit dengan studi kualitas diagnostik, menggunakan dosis radiasi minimum
yang diperlukan.
b) OMD (Oesofagus Maag Duodenum)
Teknik pemeriksaan radiologi saluran pencernaan yang terdiri dari organ
esophagus, maag, dan duodenum dengan menggunakan media kontras barium
sulfat kemudian diamati dengan fluoroskopi. Tujuannya adalah untuk melihat
kelainan-kelanan pada organ esophagus, maag, dan duodenum.
c) Colon in Loop
Colon in loop adalah pemeriksaan radiologi untuk menampakkan organ
colon dengan menggunakan media kontras.
d) Apendikogram
Apendikografi adalah pemeriksaan radiografi pada bagian apendiks
dengan menggunakan BaSO4 (barium sulfat) yang diencerkan dengan udara
(suspensi barium) dan dipasang secara oral (melalui mulut). Pemeriksaan
anatomi fisiologis dari apendiks atau kelainan pada apendiks merupakan
keberadaan sumbatan atau keberadaan kotoran (skibala) di dalam lumen
apendiks.
e) Barium Follow Through
Barium Follow Through (BFT) adalah pemeriksaan radiografi usus halus
menggunakan media kontras (barium sulfat).
PA AP
Clavicula lebih datar Clavicula lebih menukik
Scapula di luar paru Scapula masuk ke paru
Posisi pasien berdiri tangan Posisi pasien tidur
dipunggung
10. Sebutkan dan jelaskan persiapan pada pasien sebelum pemeriksaan USG, CT-Scan,
MRI, dan tindakan Fluroskopi pada traktus digestiveus dan traktus urinarius?
Jawab :
Persiapan Khusus
CT Abdomen
✓ Bagian radiologi akan memberikan kontras oral sebanyak 20 CC yang kemudian dilarutkan
dalam air matang menjadi 900 cc kemudian dibagi menjadi 3 gelas, yang masing-masing
diminum pada :1 jam sebelum pemeriksaan untuk minum pertama, ½ jam berikutnya untuk
minum kedua, dan minum ketiga di ruang radiologi saat akan dilakukan pemeriksaan
Persiapan Khusus
CT Abdomen
✓ Bagian radiologi akan memberikan kontras oral sebanyak 20 CC kepada perawat ruangan
dan UGD yang kemudian dilarutkan dalam air matang menjadi 900 cc kemudian dibagi
menjadi 3 gelas, yang masing-masing diminum di ruangan dan UGD pada :1 jam sebelum
pemeriksaan untuk minum pertama, ½ jam berikutnya untuk minum kedua di ruangan dan
UGD, dan minum ketiga di ruang radiologi saat akan dilakukan pemeriksaan
Berikut ini beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh pasien sebelum menjalani
prosedur MRI.
• Melepaskan benda logam yang menempel pada tubuh, seperti perhiasan, alat bantu
dengar, jam tangan, ikat pinggang, peniti, gigi tiruan, kacamata, wig, atau pakaian dalam
yang memiliki komponen logam. Pasien biasanya akan diberikan pakaian khusus untuk
dikenakan selama pemeriksaan.
• Meninggalkan ponsel dan benda elektronik lainnya di luar ruangan.
Pasien umumnya dapat makan dan minum, atau mengonsumsi obat-obatan seperti biasa
sebelum prosedur MRI dilakukan, kecuali bila ada larangan khusus dari dokter.
Bagi pasien yang memerlukan suntikan zat pewarna (kontras) yang mengandung
gadolinium, dokter akan menyuntikkannya ke dalam pembuluh darah lengan, baik sebelum
atau di tengah prosedur. Pasien dapat merasakan sensasi logam di mulut saat obat ini
disuntikkan.