Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MODALITAS RADIOTERAPI

COMPUTED TOMOGRAPHY (CT) SIMULATOR

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modalitas Radioterapi
Dosen : Rasyid,S.Si, MT

Disusun oleh:
I PUTU ANDREANA (P1337430218173)
SLAMET MARHENGKI (P1337430218195)
SUMIMI (P1337430218196)
SUSMIATI (P1337430218197)
SYIFFA ANDRIANA (P1337430218198)
TOIBAH ERLIANTI (P1337430218199)
TRISYA NURANTIANA (P1337430218200)
WIRATNO (P1337430218201)
YESI MEGASILVIA (P1337430218202)
YUSRI HARTIANI (P1337430218203)
YUSTINI BIKU PIA (P1337430218204)

PROGRAM ALIH JENJANG DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

CT Scan merupakan alat kedokteran yang digunakan untuk menampilkan gambar


penampang tubuh yang dideteksi menggunakan sinar-x dengan bantuan komputer. Gambar-
gambar yang dihasilkan memungkinkan seorang ahli radiologi untuk melihat bagian dalam
tubuh pasien. CT scan sering digunakan untuk mengevaluasi otak, leher, tulang belakang,
dada, perut, panggul, dan sinus. Alat ini telah menjadi prosedur yang lazim dilakukan dalam
dunia kedokteran.
CT-Scan telah merevolusi bidang medis karena memungkinkan dokter untuk
melihat penyakit di masa lalu, yang sering kali ini hanya bisa ditemukan di meja operasi atau
proses otopsi. CT-Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif, aman, dan ditoleransi dengan
baik. Hal ini memberikan hasil tampilan yang sangat rinci pada beberapa bagian tubuh.
Dalam perkembangannya CT Scan dapat digunalan pemanfaatannya dalam
radioterapi yaitu sebagai CT Simulator. Teknik perencanaan penyinaran yang pada awalnya
meggunakan modalitas simulator konvensional berbasis dua dimensi seiring dengan
perkembangan teknologi komputer dan aplikasinya mulailah semakin dikenal perencanaan
penyinaran dengan modalitas CT Simulator berbasis tiga dimensi.
Tuntutan perencanaan radioterapi modern sangat berbeda di banding 20 tahun
yang lalu. Dokter sekarang memerlukan untuk menentukan volume target yang lebih tepat,
tidak hanya dalam dua dimensi, tetapi juga dalam tiga dimensi. Oleh karena itu perlu untuk
memvisualisasikan anatomi dalam tiga dimensi untuk melakukan perencanaan,
menyesuaikan dosis sekitar volume target, untuk menyinari tumor dengan dosis setinggi
mungkin, dan menyelamatkan jaringan normal.
Ketika CT-Scan telah tersedia untuk pasien radioterapi pada 1970-an, perannya
dalam perencanaan pengobatan sangat cepat diakui sejak bagian penampang melintang yang
dihasilkan persis diperlukan untuk pembuatan kurva isodosis. Namun, dibutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk mewujudkan bahwa CT Scan dapat berfungsi dalam perencanaan
pengobatan. Karena waktu itu masih dalam proses menunggu untuk menghasilkan proses
scanning yang cepat dan kemampuan computer yang cepat dalam perencanaan CT yang
selanjutnya sebagai penerapan dan pengembangan menjadi CT Simulator.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Computed Tomography (CT) Scan


Seiring dengan kemajuan teknik komputerisasi, alat CT Scan mengalami
kemajuan yang sangat pesat terutama selama tahun 1990-2000, mulai dari
konvensional CT Scan kemudian menjadi Helical/Spiral CT Scan pada tahun 1995,
dan saat ini sudah sampai pada era multidetektor Multislices CT Scan.
Computed Tomografi ( CT ) Scan adalah suatu alat radiologis yang
menggunakan Sinar X melalui teknik Tomografi dan komputerisasi yang modern.
Sinar X menembus tubuh manusia dibuat sedemikian rupa, sehingga dalam bentuk
potongan penampang tipis, seakan-akan tubuh kita dipotong-potong dalam bentuk
potongan-potongan penampang tipis horizontal/axial, sinar-sinar tersebut setelah
menembus tubuh akan direkam oleh detektor-detektor dalam bentuk data-data digital.
Oleh perangkat komputer data digital yang diperoleh, dikonversikan ke dalam bentuk
bayangan organ hitam putih dan kemudian dapat dicetak pada kertas film.
Dari data mentah CT Scan yang berjumlah ratusan sampai ribuan tersebut
dengan melalui kecanggihan software komputer, maka data mentah tersebut dapat
digunakan untuk merekonstruksi gambar menjadi potongan horizontal, memanjang
(sagital atau coronal) dan miring (oblique), serta bentuk tiga dimensi yang dikenal
sebagai 3-D volume rendering. Seluruh proses pembuat gambar rekayasa tersebut
dibuat pada work station khusus. Di sinilah kemampuan perangkat lunak komputer
dan orang yang menggunakannya sangat penting.
Pada CT Scan digunakan komputer dalam pencitraan yang jauh lebih canggih
daripada radiodiagnostik konvensional. Computed Tomography atau CT merupakan
sebuah proses radiologi untuk menghasilkan gambaran dari potongan melintang
(trans-axial) tubuh pasien. Peralatan digital CT mampu menghasilkan gambaran
digital dan gambar irisan yang mempresentasikan volume atau informasi 3 dimensi.
a. Prinsip Kerja CT Scan
Tabung sinar-X akan mengeluarkan sinar-X yang akan melewati celah sempit
(kolimator), Sinar-X tersebut akan menembus organ dan akan mengalami
pelemahan (atenuasi), Sinar-X itu kemudian mengenai detektor yang mengubah
energi sinar-X menjadi energi cahaya tampak. Energi yang berasal dari detektor
akan digandakan oleh Image Intensifier. Setelah itu, cahaya tampak akan masuk
ke dalam Photo Multiplier Tube (PMT) dan akan diubah menjadi pulsa atau sinyal
listrik. Sebagai data analog, sinyal listrik ini akan dikonversikan menjadi data
digital oleh ADC (Analog to Digital Converter). Data digital dari ADC (Analog to
Digital Converter) akan diakuisisi ke dalam DAS (Data Acquisition System) dan
dikirim ke CPU. Pada CPU data akan diolah dan direkonstruksi. Dari CPU data
akan dikirim ke monitor untuk ditampilkan, ke Memory Unit (storage) untuk
disimpan ataupun dikirim ke output devices lainnya untuk dicetak
Pada dasarnya, CT Scan mengukur distribusi spasial (ruang) suatu kuantitas
fisik yang akan diamati dari arah yang berbeda-beda dengan tujuan untuk
merekonstruksi gambar yang bebas dari superimposisi. Berkas sinar-X yang
menembus suatu obyek akan menglami pelemahan (kehilangan energi) yang
diakibatkan oleh penyerapan oleh obyek penyebaran atau penghamburan.
Densitas dari suatu jaringan akan sebanding dengan penyerapan suatu
jaringan. Jaringan dengan kepadatan yang tinggi akan menyerap energi sinar-X
lebih banyak sehingga pelemahannya menjadi tinggi dan sinar-X yang mampu
diteruskan akan menjadi sedikit. Sedangkan jaringan yang memiliki kepadatan
yang rendah akan menyerap energi sinar-X lebih sedikit sehingga pelemahannya
menjadi sedikit dan sinar-X yang diteruskan banyak.
b. Perkembangan CT Scan
CT atau Computed Tomography telah memiliki banyak generasi sebagai
bentuk perkembangannya. Diawali dengan generasi pertama, yaitu yang hanya
memiliki satu detektor dan menggunakan berkas pencil beam, sampai saat ini
sudah menggunakan Multi Slice Detector (MSCT) dan Dual Source CT (DSCT).
1) Generasi Pertama
Prinsip pergerakan yang dimiliki oleh generasi pertama ialah
translation-rotation. Generasi ini hanya memiliki satu detektor dan untuk
menghasilkan sebuah scanning lengkap memerlukan waktu scanning sekitar
135 – 300 sekon.
2) Generasi Kedua
Prinsip pergerakan yang dimiliki oleh generasi kedua masih
translation-rotation. Perbedaan gerakan yang dimiliki generasi ini dengan
yang pertama ialah penggunaan detektor yang berjenis series. Generasi ini
menghasilkan sebuah scanning lengkap memerlukan waktu scanning sekitar
5 – 150 sekon.
3) Generasi Ketiga
Prinsip pergerakan antara pergerakan tabung dengan detektornya ialah
rotation. Generasi ini memiliki detektor yang berbentuk setengah lingkaran
dan untuk menghasilkan sebuah scanning lengkap memerlukan waktu
scanning paling cepat sekitar 0,4 – 10 sekon.
4) Generasi Keempat
Generasi ini memiliki detektor yang berbentuk seperti cincin yang
dinamakan ring sehingga hanya tabungnya yang berputar 360 derajat
sedangkan detektor statis (diam). Untuk menghasilkan sebuah scanning
lengkap memerlukan waktu scanning paling cepat sekitar 1- 5 sekon.
5) Generasi Kelima
Pada teknik berkas elektronnya tidak menggunakan tabung sinar-X,
tetapi menggunakan elektron gun yang memproduksi pancaran elektron
berkekuatan 130 kV. Pancaran elektron difokuskan oleh electro-magnetic
coil menuju focal spot pada ring tungsten. Proses penumbukkan elektron
pada tungsten menghasilkan energi sinar-X yang kemudian sinar-X tersebut
keluar dari kolimator dan membentuk pancaran fan beam. Setelah itu, sinar-
X mengenai obyek dan hasil atenuasinya akan mengenai solid state detector
dan selanjutnya prosenya sama dengan prinsip kerja CT – Scab yang lain.
Perbedaannya hanya pembangkit sinar-X nya bukan menggunakan tabung
sinar-X tetapi menggunakan elektron gun.
6) Generasi Keenam
Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-
X berputar, sehingga gerakan tabung sinar-X membentuk pola spiral terhadap
pasien ketika dilakukan akuisisi data. Pola spiral ini diterapkan pada
konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat
7) Generasi Ketujuh
Penggunaan multi array detector menyebabkan jika kolimator terbuka
lebih lebar maka akan diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga irisan
yang lebih tebal sehingga penggunaan energi sinar-x menjadi lebih efisien.
8) Generasi Kedelapan
Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-X dan
tehubung pada dua detektor yang mana masing-masing tabung tersebut
menggunakan tegangan yang berbeda, yaitu 140 kV dan 80 kV. DSCT
digunakan untuk menentukan jenis bahan atau zat.

B. Proses Fisika Pada Computed Tomography (CT) Scan


Prinsip fisika pada CT Scan meliputi proses akuisisi data, pengolahan data, rekonstruksi
citra, representasi citra, penyimpanan dan dokumentasi.
1. Akuisisi Data
Akusisi data berarti kumpulan hasil penghitungan transmisi sinar-X setelah
melalui tubuh pasien. Sekali sinar-X menembus pasien, berkas tersebut diterima oleh
detektor khusus yang menghitung nilai transmisi atau nilai atenuasi (penyerapan).
Penghitungan transmisi yang cukup atau data harus terekam sebagai syarat
proses rekonstruksi. Pada skema kumpulan data yang pertama kali tabung sinar-X dan
detektor bergerak pada garis lurus atau translasi melewati kepala pasien,
mengumpulkan hasil penghitungan transmisi selama pergerakan dari kiri ke kanan.
Lalu sinar-X berotasi 1 derajat dan mulai lagi melewati kepala pasien, kali ini dari
kanan ke kiri. Proses gerak translasi-rotasi-stop-rotasi ini dinamakan scanning yang
berulang 180 kali.
Permasalahan dasar yang muncul dengan metode pengambilan data ini
adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mendapat data yang cukup untuk
rekonstruksi gambar.
Berikutnya, diperkenalkan skema scanning pasien yang lebih efisien.
Sebagai tambahan, sinyal dari detektor harus dikonversikan menjadi data yang dapat
dipakai oleh komputer untuk menghasilkan gambar. Tahap pertama pada akuisisi data
adalah proses scanning. Selama scanning tabung sinar-x dan detektor berputar
mengelilingi pasien untuk mendapatkan data atenuasi pasien. Detektor menangkap
radiasi yang diteruskan melalui pasien dari beberapa lokasi dan dari beberapa sudut.
Metode akuisisi data CT scan ada dua, yaitu :
a. Metode konvensional slice by slice atau metode aksial.
Prinsipnya, tabung sinar–x dan detektor bergerak mengelilingi pasien dan
mengumpulkan data proyeksi pasien. Saat pengambilan data proyeksi, posisi meja
berhenti. Kemudian meja pasien bergerak untuk menuju posisi kedua dan
dilakukan proses scanning berikutnya. Demikian seterusnya.
b. Metode spiral atau helical.
Pada metode ini tabung sinar–X bergerak mengelilingi pasien yang juga bergerak.
Pada metode ini, berkas sinar-x membentuk pola spiral atau helical. Data untuk
rekonstruksi citra pada setiap slice diperoleh dengan interpolasi. Teknik ini
memiliki kelebihan dalam waktu yang relatif cepat.

Sinar-X yang mengalami atenuasi setelah menembus objek akan ditangkap oleh
detektor yang berhadapan dengan sumber sinar dan terletak di belakang objek. Pada
saat yang bersamaan detektor menerima berkas sinar-X yang langsung berasal dari
sumber, berkas radiasi tersebut oleh detektor diubah dalam bentuk sinyal listrik yang
akhirnya oleh analog digital converter diubah dalam bentuk digital. Selanjutnya data
tersebut dikirim ke komputer dan melalui proses matematis datadata tersebut
direkonstruksi dan ditampilkan kembali pada layar monitor berupa citra dengan skala
keabuan.
2. Pengolahan Data
Suatu sinar sempit (narrow beam) yang dihasilkan oleh X-ray didadapatkan dari
perubahan posisi dari tabung X-ray, hal ini juga dipengaruhi oleh collimator dan
detektor. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

Sinar X-ray yang telah dideteksi oleh detektor kemudian dikonversi menjadi arus
listrik yang kemudian ditransmisikan ke komputer dalam bentuk sinyal melaui proses
berikut:
3. Rekonstruksi citra, representasi citra dan penyimpanan
Setelah detektor mendapatkan penghitungan transmisi yang cukup, data
dikirim ke komputer untuk proses selanjutnya. Komputer menggunakan teknik
matematika khusus untuk merekonstruksi gambar CT pada beberapa tahap yang
dinamakan rekonstruksi algoritma. Sebagai contoh, rekonstruksi algoritma yang
dipakai oleh Hounsfield dalam mengembangkan CT Scan pertama dikenal dengan
algebraic reconstruction technique.
Suatu komputer berperan sentral dalam proses pembentukan gambar CT.
Secara umum, terdiri atas komputer mini dan mikroprosesor yang terkait dalam
melakukan fungsi-fungsi tertentu. Pada beberapa CT Scan, detektor mampu
melakukan perhitungan yang sangat cepat dan mikroprosesor khusus melakukan
operasi pemrosesan gambar.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk merekonstruksi gambar
tomografi, mulai dari back projection sampai konvolusi.
Metode back projection banyak digunakan dalam bidang kedokteran.
Metode ini menggunakan pembagian pixel-pixel yang kecil dari suatu irisan
melintang. Pixel didasarkan pada nilai absorbsi linier. Kemudian pixel-pixel ini
disusun menjadi sebuah profil dan terbentuklah sebuah matrik. Rekonstruksi
dilakukan dengan jalan saling menambah antar elemen matrik
Untuk mendapatkan gambar rekonstruksi yang lebih baik, maka digunakan
metode konvolusi. Proses rekonstruksi dari konvolusi dapat dinyatakan dalam bentuk
matematik yaitu transformasi Fourier.Dengan menggunakan konvolusidan
transformasi Fourier, maka bayangan radiologi dapat dimanipulasi dan dikoreksi
sehingga dihasilkan gambar yang lebih baik.
Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element
(pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini merupakan
salah satu struktur elemen dalam memori komputer yang berfungsi untuk
merekonstruksi gambar. Jumlah ukuran matriks yang dapat digunakan yaitu 80 x 80,
128 x 128, 256 x 256, 512 x 512 dan 1024 x 1024. Rekonstruksi matriks ini
berpengaruh terhadap resolusi gambar yang akan dihasilkan. Semakin tinggi matriks
yang dipakai, maka semakin tinggi resolusi yang akan dihasilkan.
INSTRUMEN CT SIMULATOR

A. CT SIMULATOR
Istilah CT Simulator selalu dikaitkan dengan "simulasi virtual", mengacu
pada proses di komputer, menggunakan data set pasien CT 3 Dimensi, yang
memungkinkan simulasi penuh dan verifikasi pengobatan radioterapi. CT Simulator
adalah CT scan dan Virtual Simulasi Radioterapi. Bagian utama dari peralatan yang
dibutuhkan adalah CT Scanner terhubung ke komputer yang berisi paket program
untuk membuat proses yang diuraikan di atas termasuk pembuatan virtual simulator
radioterapi bersama-sama dengan pembuatan dengan penambahan laser bergerak di
bawah kontrol komputer dan meja pemeriksaan CT Scan yang datar.
Salah satu fitur lain adalah laser yang diletakkan pada dinding dan atau di
langit – langit ruangan sesuai dengan sumbu x, y dan z. Laser ini dapat bergerak dan
dapat diposisikan sesuai dengan laser bawaan yang ada di dalam gantry CT Scan.
Proses pergerakan laser tersebut dipandu oleh sebuah computer. Fungsi laser ini juga
dapat menjadi penanda/perekam posisi sumbu x, y dan z pada titik origin untuk
dikirim ke Treatment Planning System dan ke Ruang Penyinaran. Karena dari posisi
titik origin itulah yang akan menentukan sejauh mana posisi titik isocenter yang akan
digunakan sebagai titik sentrasi dalam penyinaran.
Persyaratan khusus dari CT Simulator menunjukkan bahwa CT Scan khusus
dirancang agar sesuai dengan tuntutan perencanaan radioterapi. Namun, ada juga yang
ingin menggunakan CT Simulator mereka dalam bidang radiodiagnostik. CT Scan
untuk Radiodiagnostik yang dikembangkan untuk tujuan selain radioterapi, kita dapat
melihat perbedaan dalam pengembangan antara kedua jenis peralatan tersebut asalkan
koneksi jaringan komputer dapat dibuat sehingga setiap CT scanner dapat
dihubungkan ke komputer dengan paket virtual simulasi ( TPS ), dengan kebutuhan
juga menambahkan system laser dan meja pemeriksaan yang datar.
B. Komponen CT SIMULATOR
a. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk
dilakukannya pemeriksaan CT-Simulator. Bentuknya flat dan terbuat dari Carbon
Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja pemeriksaan akan
bergeser sesuai ketebalan slice ( slice thickness ). Meja pemeriksaan terletak
dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat digerakkan maju,
mundur, naik dan turun.

b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Simulator yang didalamnya
terdapat tabung sinar-x, filter, detektor, DAS (Data Acquisition System). Serta
lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi denganindikator
data digital yang memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi
objek dan kemiringan gantry.
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor
yang letaknya selalu berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek
yang akan dilakukan scanning.
1) Tabung sinar-x
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
- Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 Kv
- Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
- Tahan terhadap goncangan
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Simulator, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
- Kolimator pada tabunng sinar-x
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas
lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan
adanya focal spot kecil.
- Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol
radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan (slice thickness).
3) Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )
Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector
yang selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun
fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-x
yang telah menembua objek, mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak,
kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron,
lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah
sinyal electron tersebut kedalam bentuk data digital.

c. Laser Patient Positioning/Marking System


Sebuah sistem laser berfungsi untuk memberikan titik referensi pada
kulit pasien atau alat immobilisasi. Wall laser adalah laser yang digunakan untuk
memberikan titik referensi vertikal dan horizontal, dan dipasang pada sisi gantry.
Sagital laser adalah laser yang dipasang pada langit/ceiling dan dapat bergerak
sebagai penunjuk arah kanan atau kiri untuk memberikan titik referensi midline
pada pasien. Laser harus stabil dari waktu ke waktu
d. Komputer
Komputer, merupakan hal yang penting pada instrument CT Simulasi dan
berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekontruksi/pengolahan data, display
gambaran serta menganalisa gambaran
TEKNIK SIMULASI RADIOTERAPI KEPALA PADA KASUS TUMOR OTAK
DENGAN CT SIMULATOR

A. Persiapan Pasien
- Lepaskan semua benda logam yang ada pada daerah kepala
B. Persiapan Alat
- CT Simulator
- Orfit
- Laser
- Masker Kepala
C. Teknik Pemeriksaan
- Posisi Pasien
Pasien supine dengan head first, kedua tangan ada di samping tubuh pasien
- Posisi Obyek
Posisikan kepala pada bantalan fiksasi, pasang masker kepala sebagai fiksasi agar
tidak bergerak
- Posisi Laser
Posisikan laser sagittal dan axial pada daerah glabella, dan posisikan laser coronal
pada daerah temporal. Pasang titik origin sebagai titik refrensi awal

- Scan Parameter
Batas Scan : batas atas 2 cm diatas kepala, batas bawah sepertiga thorax superior
Slice thickness : 3 mm
kV : 120
mAs : 150
- Gambar yang dihasilkan dari ct simulator dikirim ke TPS
PROTEKSI RADIASI CT SIMULATOR

A. Proteksi Ruangan
Ketebalan dinding
Bata merah dengan ketebalan 25 cm (dua puluh lima sentimeter) dan
kerapatan jenis 2,2 g/cm3 (dua koma dua gram per sentimeter kubik), atau beton
dengan ketebalan 20 cm (duapuluh sentimeter) atau setara dengan 2 mm (dua
milimeter) timah hitam (Pb), sehingga tingkat Radiasi di sekitar ruangan Pesawat
Sinar-X tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1 mSv/tahun (satu milisievert per tahun).
(satu milisievert per tahun).
Pintu ruangan CT Simulator
Pintu ruangan dilapisi dengan timah hitam dengan ketebalan tertentu sehingga tingkat
Radiasi di sekitar ruangan CT Simulator tidak melampaui Nilai Batas Dosis 1
mSv/tahun (satu milisievert per tahun).
KESIMPULAN

CT Simulator adalah proses yang di gunakan oleh tim terapi radiasi untuk menentukan lokasi
yang tepat, bentuk dan ukuran tumor yang akan dilakukan penyinaran. Hasil gambaran CT
akan memberikan informasi tidak hanya tentang target volume melainkan juga organ at risk.
CT Simulator terdiri dari gantry, meja pemeriksaan, laser, dan computer. Proses fisika pada
CT Scan mulai dari akuisisi data, pengolahan data, dan Rekonstruksi citra, representasi citra
dan penyimpanan. Teknik pemeriksaan ct simulator ada beberapa tahapan yaitu mulai dari
persiapan pasien, persiapan alat, posisi pasien, penentuan penempatan laser dan proses
scanning. Pada Ruangan CT simulator terdapat beberapa proteksi radiasi yang berguna untuk
melindungi petugas dan masyarakat di sekitar agar tidak terkena radiasi di atas NBD, salah
satu proteksinya adalah ketebalan dinding minmal 25 cm dan pintu ruangan di lapisi timah
hitam/ Pb.

Anda mungkin juga menyukai