Anda di halaman 1dari 78

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Fisika Tesis Magister

2018

Pengujian Iluminasi, Kolimasi,


Ketegaklurusan dan Kualitas Berkas
Pesawat Sinar-X Radiografi Umum
dengan Radiografi Mobile

Dabukke, Hotromasari
Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6382
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGUJIAN ILUMINASI, KOLIMASI, KETEGAKLURUSAN
DAN KUALITAS BERKAS PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI
UMUM DENGAN RADIOGRAFI MOBILE

TESIS

DIAJUKAN OLEH
HOTROMASARI DABUKKE
167026006/FIS

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGUJIAN ILUMINASI,KOLIMASI,KETEGAKLURUSAN
DAN KUALIITAS BERKAS PESAWAT SINAR-X
RADIOGRAFI UMUM DENGAN RADIOGRAFI MOBILE

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister (S2) Fisika pada Program Pascasarjana
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara

Oleh

HOTROMASARI DABUKKE
167026006/FIS

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan
penulisan tesis dengan judul “Pengujian Iluminasi, Kolimasi,Ketegaklurusan dan
kualitas berkas pesawat sinar-X Radiographi Umum dengan Radiographi Mobile’’.
Yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master dalam Ilmu Fisika
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Selama menyelesaikan penelitian dan tesis ini penulis telah banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil.
Untuk ini penulis ingin menghaturkan penghargaan dan ucapan terimakasih yang
tidak terhingga kepada yang saya hormati :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara, Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan program studi Master Ilmu
Pengetahuan Alam pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah menyediakan
fasilitas dan kesempatan bagi penulis menjadi mahasiswa dan menyelesaikan
program studi Master Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
3. Bapak Dr. Kurnia Sembiring, MS., selaku Ketua Program Studi Master Ilmu
Fisika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara, Medan, yang telah memberikan arahan dan bantuan bagi
penulis untuk menyelesaikan Master Ilmu Fisika pada Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Bapak Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc. sebagai Pembimbing I dan Bapak
Prof. Dr. Marhaposan Situmorang, sebagai pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran dan dorongan dengan penuh
kesabaran tulus dan ikhlas bagi penulis dalam menjalankan pendidikan,
penelitian dan penyelesaian tesis ini.
5. Bapak Dr. Tulus Ikhsan, MS., Bapak Dr. Kerista Tarigan, MSc., Bapak Dr.
Kurnia Sembiring, MS, sebagai Komisi Pembanding yang telah banyak

i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini,
sehingga tesis ini semakin baik.
6. Ayahanda Jonner Dabukke, Ibunda Serti Sitio yang selalu turut berdoa dan
memberikan semangat dan motivasi yang luar biasa untuk meningkatkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
7. Untuk Paman Saya Liberti Tarigan dan Tante Juliana Lasniar Sidauruk yang
telah membantu dan memberikan motivasi yang luar biasa dalam penelitian ini.
8. Saudara kandung saya, Gabema Hot Rotua Dabukke, Sahron Dabukke,
Promandat Dabukke, yang menjadi penyemangat buat saya.
9. Untuk adik saya Billy Jasri Tarigan dan Rani Clarisa Targian yang penyemangat
buat saya dan menghibur dalam penyusunan tesis ini.
10. Untuk kekasih saya yang sangat saya sayangi Berkat Panjaitan, M.Pd dan
keluarga besar Panjaitan yang selalu memberikan semangat dan perhatian
kepada saya agar segera menyelesaikan Tesis ini.
11. Kepala Ruangan Radiologi RSU Bunda Thamrin Medan Bapak Parsaoran
Pardede, S.Si, M. Kes yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian
di rumah sakit.
12. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana Fisika USU angkatan 2016 Fitler
Aritonang, S.Si dan Adi Purba.
13. Keluarga Besar D-III Teknik Elektromedik Universitas Sari Mutiara Medan dan
Ibu Siti Rahmah, Fitri Apriyulida yang membantu dalam penyusunan tesis ini
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dalam penelitian tesis ini. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan yang berlipat ganda atas kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Akhir kata semoga tulisan ini dapat mejadi sumbangan yang berarti bagi ilmu
pengetahuan khusunya bagi bidang fisika.
Medan, 4 Juni 2018

Hotromasari Dabukke
NIM. 167026006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pengujian iluminasi, kolimasi, ketegaklurusan dan


kualitas berkas pesawat sinar-X Radiografi Umum dengan Radiografi Mobile. Hasil
pengujian iluminasi pada pesawat sinar-X Radiografi Umum sebesar 109,50 Lux
sedangkan pada Radiografi Mobile hasil uji iluminasinya sebesar 103,40 Lux.
Pengujian pada kolimasi pada Radiografi Umum sebesar 2 % sedangkan pada
Radiografi Mobile sebesar 3 %. Untuk ketagaklurusan berkas sinar-X pada
Radiografi Umum titik pusat sinar-X mendekati 0º sedangkan pada Radiografi
Mobile titik pusat berkas sinar-X sebesar 1,5º mengalami penyimpangan namun
masih dalam batas toleransi. Kualitas berkas sinar-X (HVL) pada Radiografi Umum
pada tegangan 70 kilo Volt dan 80 kilo Volt dan arus tetap 20 mili Ampere second
dengan penambahan variasi ketebalan filter yang digunakan 1 mmAL, 2 mmAL, 3
mmAl, 4 mmAl dan 5 mmAL. Hasil pengujian kualitas berkas semakin tipis tebal
filter yang digunakan maka dosis radiasi semakin tinggi tetapi semakin tebal filter
yang digunakan maka dosis radiasi semakin berkurang.Dari masing-masing
pengujian tersebut memenuhi kriteria jaminan kualitas menurut Perka Bapeten No 9
Tahun 2011.

Kata Kunci : Iluminasi, Kolimasi, Ketegaklurusan, Kualitas sinar-X, Dosis Radiasi,


Filter Aluminium.

iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

A study of illumination, collimation, Beam Alignment, Half Value Layer


(HVL) on General Radiographi and Mobile Radiographi. Illumination test results on
X-ray General Radiographi of 109.50 Lux while in Mobile Radiographi illumination
test results of 103.40 Lux. Tests on collimation in General Radiographi at 2% while
in Mobile Radiographi of 3%. For X-ray beam Aligment in General Radiographi the
X-ray center point exactly at 0º while in Mobile Radiographi the center point of X-
ray beam Aligment at 1.5 º deviation but still within the tolerance limit. Half Value
Layer General Radiographi at 70 kilo Volt and 80 kilo Volt and current of 20 milli
Ampere second with added of variation of filter thickness used 1 mmAL, 2 mmAL, 3
mmAl, 4 mmAl and 5 mmAl. The results of testing the quality of the thicker the
filter the thickness of the filter used then the higher the radiation dose but the thicker
the filter used then the dose of radiation decreases. From each of these tests meet the
quality assurance criteria according to Perka Bapeten No. 9 of 2011.

Keywords: Illumination, Collimation, Constancy, X-ray Quality, Radiation Dose,


Aluminum Filter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i


ABSTRAK ............................................................................................................... iii
ABSTRAC ................................................................................................................iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Batasan Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 4
1.5. Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS 5
2.1 Sinar-X 5
2.2 Pesawat Sinar-X 5
2.2.1. Tabung Sinar-X 6
2.2.2. Pesawat sinar-X Radiografi Umum 6
2.3. Tabung Sinar-X 7
2.4. Kolimator 9
2.4.1. Fungsi Sistem Pembatas Luas lapang Sinar-X 10
2.5. Produksi Sinar-X 11
2.6. Interaksi Sinar-X dengan Bahan 13
2.7. Sipat-Sipat Sinar-X 14
2.8. Kualitas Sinar-X 15
2.8.1. Beda Potensial Tabung (kilo Volt peak) 15
2.8.2. Filtrasi 15
2.9. Kualitas Berkas Sinar-X 16
2.10. Aluminium (AL) 17
2.11. Dosis Radiasi 18
2.12. Berkas Sinar-X dan Pembentukan Citra 20
2.13. Penyerapan Sinar-X 21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v
2.14. Program Quality Control (QC) 21
2.15. Uji Kolimator dengan Unit RMI Collimator Tool dan Beam 22
Alligment Test Tool
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27
3.1. Tempat Penelitian 27
3.2. Alat dan Bahan Penelitian 27
3.3. Prosedur Penelitian 32
3.3.1. Pengukuran Iluminasi pesawat Sinar-X 32
3.3.2. Pengukuran Kolimasi dan ketegaklurusan 33
3.3.3. Pengukuran Kualitas Berkas Sinar-X 34
3.4. DiagramAlir 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 37
4.1. Hasil Penelitian 37
4.1.1. Pesawat Sinar- X Radiograpfi Umum 37
4.1.2. Hasil Pengujian Kolimasi dan Ketegaklurusan berkas 38
Sinar-X dengan Cahaya Kolimator
4.1.3. Pengujian Ketegalurusan Kolimasi Berkas Cahaya 39
4.1.4. Hasil Pengujian Kualitas Berkas Pesawat Sinar-X 40
Radiograpfi Umum
4.2. Pesawat Sinar- X Radiograpfi Mobile 43
4.2.1. Hasil Pengujian Iluminasi 43
4.2.2. Hasil Pengujian lapangan Kolimasi dengan ketegaklurusan 44
berkas Sinar-X
4.2.3. Pengujian Ketegaklurusan Kolimasi Dengan Berkas Cahaya 46
4.2.4. Hasil Pengujian Kualitas Berkas Pesawat Sinar-X 47
Radiograpfi Mobile
4.3. Pembahasan 51
4.3.1. Perbandingan pengujian Iluminasi Pada Pesawat Sinar-X 51
Radiografi Umum dan Radiografi Mobile
4.3.2. Perbandingan Kolimasi dan Ketegaklurusan Berkas Sinar-X 51
Radiografi Umum dengan Radiografi Mobile
4.3.3. Perbandingan Kualitas Berkas Sinar-X Radiografi Umum 53
dengan Radiografi Mobile Tegangan 80 kilo Volt dan 20 mili
Ampere Second
4.3.4. Perbandingan Kualitas Berkas Sinar-X Radiografi Umum 54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi
dengan Radiografi Mobile Tegangan 80 kilo Volt dan 20 mili
Ampere Second
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1. KESIMPULAN 56
5.2. SARAN 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pesawat Sinar-X General Purpose 6


Gambar 2.2. Pesawat Sinar-X Radiografi Mobile 6
Gambar 2.3. Tabung sinar-X 7
Gambar 2.4. Bagian-bagian kolimator 10
Gambar 2.5. Proses terjadinya radiasi sinar-X karakteristik 11
Gambar 2.6. Sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan interaksi electron 12
dengan inti atom target.
Gambar 2.7. Spektrum radiasi sinar-X bremstrahlung dan Karakteristik 13
Gambar 2.8. Unit RMI Collimator Tool dan Beam Allignment Test Tool 23
Gambar 2.9. Hasil Uji Kongruensi Kolimasi 24
Gambar 2.10. Penyimpangan Titik Pusat Berkas Sinar-X 25
Gambar 2.11. Penyimpangan ketegaklurusan berkas radiasi 26
Gambar 3.1. Pesawat Sinar-X Radiographi Umum 27
Gambar 3.2. Pesawat Sinar-X Mobile 28
Gambar 3.3. Collimator 28
Gambar 3.4. Beam Allignment Test Tool 29
Gambar 3.5. Light Meter 30
Gambar 3.6. RTI Piranha 30
Gambar 3.7. Film Radiographi 31
Gambar 3.8. Pita Pengukur 31
Gambar 3.9. Waterpass 31
Gambar 3.10. Aluminium 32
Gambar 3.11. Jarak iluminasi dengan lux meter 33
Gambar 3.12. Kolimator pada pesawat Sinar-X 34
Gambar 3.13. Pengujian HVL menggunakan ion chamber detector 35
Gambar 4.1. Pengujian Ketegaklurusan berkas Sinar-X Radiographi Umum 40
Gambar 4.4. Pengujian Ketegaklurusan berkas Sinar-X Pesawat 46
Radiographi Mobile
Gambar 4.7. Pengujian Iluminasi Pada Pesawat Sinar-X Radiographi 51
Umum Dan Radiographi Mobile
Gambar 4.8. Perbandingan kualitas berkas sinar-X Radiographi 53
Umum dan Radiographi Mobile 70 kilo Volt dan 20 mAs

viii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.9. Perbandingan Kualitas Berkas Sinar-X Radiographi 54
Umum dan Radiographi Mobile 80 kilo Volt dan 20 mAs

ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai HVL untuk tegangan puncak tabung pesawat sinar-X 17
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Iluminasi 37
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kolimasi dan Ketegaklurusan berkas Sinar-X 38
dengan Cahaya Kolimator
Tabel 4.3. Pengujian Ketegalurusan Kolimasi Berkas Cahaya 39
Tabel 4.4. Faktor Ekspose 70 kilo Volt dan 20 mAs 41
Tabel 4.5. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mAs 42
Tabel 4.6. Hasi Pengujian Iluminasi 43
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kolimasi dan Ketegaklurusan berkas Sinar-X 44
dengan Cahaya Kolimator
Tabel 4.8. Pengujian Ketegaklurusan Kolimasi Berkas Cahaya 46
Table 4.9. Pesawat Sinar-X Mobile 70 Kilo Volt, 20 milli Ampere second 47
Tabel 4.10. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mili Ampere second 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penggunaan Radiasi saat ini sangat banyak digunakan terutama di bidang
pelayanan kesehatan yang berguna untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit.
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat
pendek (1Å = 10-8 cm), sehingga mempunyai daya tembus tinggi. Sinar-X
dimanfaatkan dalam bidang radiologi untuk diagnosis penyakit (Rasad, 2010). Secara
tidak langsung hal ini akan memberikan konstribusi radiasi yang berasal dari sumber
radiasi buatan terhadap pasien. Dalam pemakaian sinar-x diharapkan dapat diperoleh
kualitas citra yang baik, pancaran spectrum yang maksimal dengan dosis radiasi
pasien.
Pesawat sinar-X Radiografi Umum merupakan pesawat sinar-X yang
terpasang secara tetap dalam ruangan untuk menghasilkan citra radiografik tubuh
pasien untuk pemeriksaan umum sedangkan pesawat sinar-X Radiografi Mobile
merupakan Pesawat Sinar-X yang dilengkapi dengan baterai charger atau
tersambung langsung dengan catu daya listrik, dan roda sehingga mudah digerakkan
untuk dibawa ke ruang pemeriksaan pasien.
Permasalahan pada penggunaan pesawat sinar-X adalah Penyimpangan
iluminasi, Penyimpangan lapangan kolimasi dengan berkas radiasi, Penyimpangan
ketegaklurusan berkas radiasi, ketidaktepatan kolimator terhadap luas lapang berkas
sinar-X. Pada pengukuran kesesuain luas lapang berkas radiasi terhadap berkas
cahaya, apabila hasil yang didapatkan adalah berhimpit atau tidak, maka dapat
ditentukan ada atau tidaknya pergeseran antara luas lapang berkas radiasi terhadap
berkas cahaya. Apabila lapang radiasi lebih sempit dari lapang berkas cahaya
kolimator maka dapat terjadi gambar Radiografi yang terpotong sehingga
menyebabkan kesulitan dalam pembacaan hasil Radiografi.
Hastuti dkk (2009) Uji Kesesuaian Sebagai Aspek Penting Dalam
Pengawasan Penggunaan Pesawat Sinar-X Di Fasilitas Radiologi Diagnostik. Uji
Kesesuaian Pesawat Sinar-X untuk memastikan Pesawat Sinar-X dalam kondisi
andal, baik. Uji kesesuaian merupakan dasar dari suatu program jaminan mutu
radiologi diagnostik yang mencakup sebagian tes program jaminan mutu, khususnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


parameter yang menyangkut keselamatan radiasi. Tujuan utama Program Jaminan
Kualitas (Quality Assurance Program) pada Instalasi Radiologi adalah diagnosa
pasien yang tepat dan akurat. Program jaminan kualitas pada Pesawat Sinar-X
Radiografi Umum dan Radiografi Mobile yaitu uji kesesuain kolimasi berkas cahaya
dan uji generator dan tabung sinar-x (Perka Bapeten No 9 tahun 2011).
Akaagerger et al (2015) melakukan penelitian evaluasi dari kendali mutu dari
Half value Layer (HVL), ketegaklurusan dan uji kolimasi pada pesawat sinar-X.
Hasil penelitian menunjukkan nilai dari HVL dihitung dengan perbandingan
minimum HVL yang diterima pada pengukuran KV yang direkomendasikan ICRP.
Rumah sakit A menunjukkan kesalahan pengukuran 0.2 cm pada 60 kVp 10 mAs,
FFD 100 menggunakan ukuran film 10 x 8 cm 2 dimana rumah sakit B menunjukkan
kesalahan pengukuran dari 0.6 cm pada 25 mAs, FFD 81 cm dengan film 10 x 8 cm2.
Hasil dari penelitian memperlihatkan kesalahan dengan batas 2.0 cm rekomendasi
ICRP.
Kareem et al (2017) melakukan penelitian pengendalian mutu dengan
parameter kesejajaran, kolimasi, reproduksibilitas, akurasi tegangan, akurasi waktu,
Luas lapangan dan kebocoran tabung meskipun batas toleransi untuk akurasi waktu ±
20% untuk 10 ms ≤ t ≤100 ms,hasil pengukuran lebih tinggi dari toleransi ± 27.3 %
untuk 10 ms ≤ t ≤100 ms. Tetapi dapat diterima karena tidak digunakan prosedur
pemeriksaan.
Larasati dkk (2014) melakukan penelitian Penggunaan Kolimator Pada
Pesawat Sinar-X Mobile adanya celah (shutter) pada diafragma vertikal dan
horizontal yang tergambar pada film radiografi adanya penghitaman pada film
radiografi maka celah (shutter) kolimator pesawat sinar-X tidak efisien. Nilai
paparan radiasi yang tidak aman bagi pekerja radiasi ditunjukkan pada penggunaan
variasi kV (60 kV, 80 kV dan 90 kV) dan variasi mAs (2,5 mAs dan 18 mAs) pada
diafragma vertikal, penggunaan variasi 90 kV dan variasi mAs pada diafragma
horizontal, penggunaan 60 kV, 80 kV dan 16 mAs pada diafragma horizontal,
penggunaan 80 kV dan 16 mAs pada diafragma tertutup keduanya yang masing-
masing menghasilkan nilai paparan radiasi di atas 10 μSv/jam. Tingkat iluminasi
lampu kolimator yang di hasilkan 156,63 lux.
Martina dkk (2015) Menyatakan bahwa Penyimpangan atau ketidaksesuaian
luas lapang kolimator dengan luas lapang berkas sinar-X dilakukan dengan cara
mengevaluasi batas tegas garis yang dibentuk oleh sumbu X dan sumbu Y, kemudian
menentukan titik tengah antara batas tegas garis dan batas radiasi hambur. Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyimpangan disimpulkan bahwa pesawat sinar-X tersebut mengalami
penyimpangan melebihi toleransi ≤ 2% FFD yang terjadi pada bagian vertical.
Nurhikmah (2013) melakukan penelitian linearitas keluaran radiasi pada X-
ray menggunakan piranha. Program keselamatan dan kesehatan kerja dalam medan
radiasi pengion tersebut dilakukan secara berkala pada jangka waktu tertentu,
sehingga dapat mendeteksi perkembangan ketidak normalan fungsi peralatan dan
sekaligus dapat diketahui tindakan perbaikan yang sangat diperlukan sebelum terjadi
kerusakan yang signifikan terhadap kualitas citra.
Berdasarkan penelitian dan kajian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

akan melakukan penelitian mengenai Pengujian Iluminasi, Kolimasi,Ketegaklurusan

dan kualitas berkas pesawat sinar-X Radiografi Umum dengan Radiografi Mobile.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dituliskan perumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana iluminasi (tingkat pencahayaan) pada Pesawat Radiografi Umum
dan Radiografi Mobile masih dalam kondisi baik?
2. Bagaimana selisih lapangan kolimasi berkas cahaya dengan berkas sinar-X
dan ketegaklurusan berkas cahaya dengan sinar-X pada pesawat Radiografi
Umum dan Radiografi Mobile masih dalam dalam kondisi baik?
3. Bagaimana kualitas berkas sinar-X (HVL) dengan filter tambahan pada
pesawat Radiografi Umum dan Radiografi Mobile masih dalam kondisi baik?

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah pengujian pada Pesawat

sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile dengan parameter yang diuji

adalah Iluminasi (tingkat pencahayaan), Kolimasi, Ketegaklurusan berkas sinar-X

dan kualitas berkas sinar-X (HVL).

1.4. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengujian iluminasi dan efek pada pesawat sinar-X
Radiografi Umum dengan Radiografi Mobile masih dalam kondisi baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Untuk menentukan selisih lapangan kolimasi berkas cahaya dengan berkas
sinar-X, ketegaklurusan titik pusat penyinaran sinar-X dan efek yang
ditimbulkan pada saat kolimasi tidak tepat pada luas lapangan penyinaran
yang sudah ditentukan.
3. Untuk mengetahui kualitas berkas sinar-X (HVL) pada pesawat Radiografi
Umum dan Radiografi Mobile untuk mendapatkan kualitas citra yang baik
dan mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Dapat digunakan untuk kegiatan kendali mutu (QC) pada alat pesawat sinar-
X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile yang meliputi pengujian
Iluminasi, Kolimasi, Dan Ketegaklurusan Berkas Pesawat Sinar-X.
2. Memberikan informasi tentang pentingnya kolimasi dan ketegaklurusan pada
pesawat sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile sehingga organ
sehat tidak terkena radiasi pada saat pemeriksaan.
3. Memberikan informasi tentang kualitas berkas sinar-X dalam mendapatkan
kualitas citra yang bagus dan dosis radiasi yang diterima pasien berkurang
guna untuk keselamatan pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Sinar X
Sinar-X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun
1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat adanya
sinar fluorisensi pada kristal Barium Planitosianida dalam tabung Gookes Hitrof
yang dialiri listrik. Tidak lama kemudian ditemukanlah bahwa sinar tersebut adalah
sinar baru atau sinar-X. Sinar-X merupakan pancaran gelombang elektromagnetik
yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, akan
tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu 1/10.000 dari panjang
gelombang cahaya yang kelihatan.
Foton sinar-X dihasilkan ketika elektron berkecepatan tinggi yang berasal dari
katoda menumbuk target pada anoda. Elektron-elektron dari katoda ini berasal dari
pemanasan filamen (lebih dari 2000° C), sehingga pada filamen ini akan terbentuk
awan elektron. Elektron-elektron dari katoda ini akan bergerak cepat menumbuk
bidang target (anoda) akibat diberikannya tegangan tinggi atau beda potensial antara
katoda dan anoda. Dari hasil tumbukan tersebut menghasilkan foton sinar-X lebih
kurang 1 % dan sisanya 99 % berupa energi panas.

2.2. Pesawat Sinar-X


Pesawat sinar-X atau pesawat Rontgen adalah suatu alat yang digunakan untuk
melakukan diagnosa medis dengan menggunakan sinar-X. Sinar-X yang dipancarkan
dari tabung diarahkan pada bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-X
tersebut akan menembus bagian tubuh dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan
terbentuk gambar dari bagian tubuh yang disinari. Sebelum pengoperasian pesawat
sinar-X perlu dilakukan seting parameter untuk mendapatkan sinar-X yang
dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan (kV), arus tabung (mA)
dan waktu paparan (s).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.1. Pesawat Sinar X Radiographi Umum

Gambar 2.1. Pesawat Sinar-X General Purpose


(Sumber : Introduction to Health Physics.2th. New York, 1987, hal. 118)

Pesawat sinar-X terdiri dari sistem dan subsistem sinar-X atau komponen.
Sistem sinar-X adalah seperangkat komponen untuk menghasilkan radiasi dengan
cara terkendali. Sedangkan subsistem berarti setiap kombinasi dari dua atau lebih
komponen sistem sinar-X. Pesawat sinar-X diagnostik yang lengkap terdiri dari
sekurang-kurangnya generator tegangan tinggi, panel kontrol, tabung sinar-X, alat
pembatas berkas, dan peralatan penunjang lainnya.

2.2.2. Pesawat Sinar-X Radiographi Mobile


Pesawat Sinar-X mobile adalah salah satu jenis pesawat sinar-x yang dapat
dipindah-pindahkan dari ruang pemeriksaan ke ruang lain jika dibutuhkan.

Gambar 2.2. Pesawat Sinar-X Radiographi Mobile

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Bagian-bagian Radiographi Mobile
1. Tabung sinar-X
2. Kolimator
3. Lengan penopang
4. Panel kontrol
5. Pengangan kemudi
6. Box kaset
7. Generator tegangan tinggi

2.3. Tabung Sinar-X (X-Ray Tube)


Tabung sinar-X adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang
merupakan tempat sinar-X diproduksi. Tabung sinar-X adalah komponen yang utama
yang terdapat pada pesawat sinar-X.

Gambar 2.3 Tabung sinar-X


a Glass Envelope atau Tube Insert
1. Katoda

Katoda pada dasarnya adalah suatu filamen yang terbentuk dari lilitan kawat
yang memiliki tahanan tinggi agar mampu menahan panas yang dihasilkan dari
pemanasan arus filamen yaitu ± 5 Ampere. Diameter lilitan filamen katoda ± 0.2 cm
– 0.5 cm dan memiliki panjang lilitan ± 1 cm. Bentuk ukuran filamen katoda akan
menentukan ukuran fokus. Untuk menahan panas tinggi biasanya kawat lilitan katoda
terbuat dari logam tungsten yang memiliki titik lebur tinggi yaitu sekitar 3370 °C.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Anoda
Anoda atau target terbuat dari material yang memiliki nomor atom tinggi
karena intensitas sinar-X sebanding dengan nomor atom target yang memiliki titik
lebur tinggi untuk menahan panas yang tinggi akibat tumbukan dengan elektron
proyektil sehingga dapat meminimalkan kerusakan anoda sebagai penghantar panas
yang baik agar mampu melepaskan panas dengan cepat sedikit mungkin mengalami
penguapan bahkan pada temperatur sangat tinggi sehingga atom-atom tidak terlepas
(boiled off) dari material anoda yang akan menyebabkan permukaan anoda menjadi
rusak, biasanya terbuat dari tungsten yang memiliki titik lebur 3370 °C disamping
tungsten juga dapat dikombinasikan dengan bahan lain, misalnya tembaga berbentuk
batang yang tersambung keluar tabung untuk melepaskan ekses panas.
3. Fokus Efektif
Fokus efektif didefinisikan sebagai refleksi dari daerah target tempat
tumbukan dengan elektron proyektil dimana besarnya fokus efektif dipengaruhi oleh
besarnya ukuran sudut antara target dengan sumbu bidang elektron proyektil. Berkas
sinar utama yang tegak lurus dengan sepanjang sumbu tabung sinar-X dan berkas
elektron digambarkan dalam bidang central ray.

4. Pelindung Tabung (Tube Envelope)


Pada umumnya terbuat dari dinding kaca yang sangat kuat, dapat dikondisikan
hampa udara ± 10-6 mm Hg dan dapat memberikan isolasi yang baik antara katoda
dan anoda, terdapat window sebagai tempat lewatnya sinar-X menuju objek
pemeriksaan. Untuk menunjang hal tersebut, dipilih suatu bahan yang memiliki titik
lebur tinggi untuk menahan panas selama proses pembangkitan sinar-X dan mudah
dibentuk untuk konstruksi pabrik.

5. Rumah Tabung (Tube Housing)


Rumah tabung pada umumnya dilapisi timah hitam (Pb) untuk menahan berkas
sinar-X yang tidak searah dengan window, terdapat window yang juga berfungsi
sebagai filter untuk menahan energi rendah radiasi sinar-X sebagai tempat sumber
daya (power source). Untuk tabung jenis anoda putar terdapat terminal tegangan
tinggi, isolator terhadap tegangan tinggi, dapat dipasangkan secara tepat dengan
pelindung tabung (tube envelope), dapat dipasangkan peralatan kolimator dan berisi
minyak pendingin (cooling oil) untuk menyerap panas tinggi selama proses
pembangkitan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Filamen
Terdiri dari bahan tungsten yang mempunyai titik lebur 3370 °C dengan nomor
atom 74. Filamen berfungsi sebagai sumber elektron dan juga terbagi 2 yaitu:
1. Katoda direct / langsung.
2. Katoda indirect katoda bisa berupa single focus atau double focus.

7. Kolimator
Kolimator dan alat pembatas berkas sinar-X lainnya, mempunyai dua fungsi
dasar yaitu untuk meminimalkan paparan radiasi yang diterima oleh pasien dan untuk
mengurangi radiasi hambur (Curry, 1990: 96).

2.4. Kolimator
Kolimator adalah alat pembatas radiasi yang umumnya digunakan pada
radiografi yang terdiri dari dua set penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan
dan bergerak dengan arah berlawanan secara berpasangan (Carlton, 1992: 231). Alat
ini mempunyai dua keuntungan yaitu dilengkapi dengan pembatas luas lapangan
penyinaran yang dapat diatur dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan
titik tengah (central point) sinar-X yang keluar dari bidang target.
Adapun bagian- bagian Kolimator adalah
1. Lampu lampu pada kolimator berperan memberikan petungjuk dalam
menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang
dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol
lampu ditekan, maka garis didalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari
lapangan penyianaran. Berkas cahaya lampu keluar dari kotak kolimator
tersebut menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi
primer.
2. Cermin
Pada kotak kolimator terdapat cermin yang diletakkan dibawah sumber sinar-
X dan membentuk sudut 450 terhadap berkas sinar-X. Cermin yang
diletakkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya
nola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. Cermin tersebut
berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga
menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan fan tergambar pada lapangan
penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus
menuju cermin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.4 Bagian-bagian kolimator (Sumber: Charlton, 1992)

Dua penutup jendela (shutter) kolimator yaitu S1 dan S2 terbuat dari Pb dan
dapat digerakkan atau diatur secara bersama-sama, dengan shutter itu luas daerah
penyinaran sinar x yang keluar dapat diatur sesuai dengan objek dan kriteria yang
diinginkan.

2.4.1. Fungsi Sistem Pembatas Luas Lapang Sinar-X


Menurut Curry (1990) fungsi-fungsi system pembatas luas lapang sinar-X,
yaitu:
a. Mengatur Luas Lapang Sinar-X
Luas lapang sinar-X pada kolimator dapat ditentukan dengan mengatur
bukaan shutter yang ada pada kolimator tersebut. Shutter kolimator dapat
digerakkan dari luar melalu tombol yang ada pada tabung sinar-X, luas
lapang sinar-X yang dihasilkan dapat berbentuk bujur sangkar atau persegi
panjang
b. Proteksi Radiasi
Bagi Pasien Mekanisme yang dihasilkan untuk proteksi bagi pasien sudah
jelas bahwa semakin kecil luas lapang sinar-X maka semakin sedikit pula
dosis yang diterima oleh pasien. Jika luas lapang penyinaran berukuran 20 x
20 cm dikolimasikan menjadi berukuran 10 x 10 cm, maka luas tubuh pasien

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang terken radiasi akan menurun dari 400 cm2 menjadi 100 cm2. Untuk itu,
luas lapang penyinaran bukan menyesuaikan bentuk film/kolimator yang
digunakan melainkan membatasi luas lapang penyinaran sesuai dengan obyek
yang diperiksa. Sehingga dapat menurunkan dosis radiasi yang diterima oleh
pasien.
c. Mengurangi Radiasi Hambur
Jumlah radiasi yang mencapai film sinar-X tergantung dari ukuran luas
lapang penyinaran. Jika semakin luas lapang penyinaran, maka radiasi
hambur semakin banyak pula begitu sebaliknya jika semakin kecil luas
lapang penyinaran, maka radiasi hambur pun semakin kecil. Apabila luas
lapang penyinaran telah mencapai ukuran maksimal yaitu 30 x 30 cm di film,
berarti jumlah radiasi hambur telah mendekati maksimal. Kolimator hanya
dapat berpengaruh terhadap luas lapang penyinaran yang kecil. Perlu diingat
bahwa kolimator mempengarui waktu eksposi. Luas lapang penyinaran yang
kecil memproduksi radiasi hambur sedikit, begitu juga dengan radiasi, begitu
juga dengan jumlah penghitaman film sinar-X dan menurun sebagaimana
ukuran luas lapang penyinaran yang menyempit.

2.5. Produksi Sinar X


Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang
sangat pendek (1Ǻ = 10-8 cm), sehingga mempunyai daya tembus yang tinggi. Sinar-
X dapat pula terbentuk melalui proses perpindahan elektron atom dari tingkat energi
yang lebih tinggi menuju ke tingkat energi yang lebih rendah. Sinar-X yang
terbentuk melalui proses ini mempunyai energi sama dengan selisih energi antara
kedua tingkat energi elektron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkat-
tingkat energi elektron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses
ini disebut sinar-X karakteristik yang mempunyai spectrum energi adalah diskrit.

Gambar 2.5. Proses terjadinya radiasi sinar-X karakteristik


(Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sinar-X dapat diproduksi dengan jalan menembaki target logam dengan
elektron cepat dalam suatu tabung vakum sinar katoda. Elektron sebagai proyektil
dihasilkan dari pemanasan filament yang juga berfungsi sebagai katoda. Elektron
dari filamen dipercepat gerakannya, elektron yang bergerak sangat cepat itu
akhirnya ditumbukkan ke target logam bernomor atom tinggi dan suhu lelehnya
juga tinggi. Target logam ini sekaligus juga berfungsi sebagai anoda. Ketika
elektron berenergi tinggi itu menabrak target logam, maka sinar-X akan terpancar
dari permukaan logam tersebut yang dikenal dengan sinar-X Bremstrahlung. Sinar-
X yang terbentuk melalui proses ini mempunyai energi maksimal sama dengan
energi kinetik elektron pada saat terjadinya perlambatan. Sinar-X bremstrahlung
mempunyai spectrum kontinu..

Gambar 2.6. Sinar-X bremstrahlung yang dihasilkan interaksi electron dengan


inti atom target. (Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging,
Busberg,2002,hal 101)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berikut bentuk spektrum radiasi yang dihasilkan oleh tabung sinar-X

Gambar 2.7. Spektrum radiasi sinar-X bremstrahlung dan Karakteristik


(Sumber : The Essential Physics of Medical Imaging, Busberg,2002,hal 101)

2.6. Interaksi Sinar-X dengan Bahan


Pada saat foton mengenai suatu bahan maka akan terjadi interaksi yang

mengakibatkan penyerapan atau penghamburan foton. Proses penyerapan dan

penghamburan akan berpengaruh pada pelemahan atau attenuasi dari foton tersebut

yang disebabkan oleh kerapatan, ketebalan dan nomor atom bahan yang dilalui.

Apabila radiasi elektromagnetik masuk ke dalam bahan , maka sebagian dari radiasi

tersebut akan terserap oleh bahan. Sebagai akibatnya, intensitas radiasi setelah

memasuki bahan penyerap lebih kecil dibandingkan intensitas semula. Proses

pelemahan radiasi elektromagnetik baik sinar-X maupun sinar gamma dalam suatu

bahan , maka akan terjadi pengurangan intensitas memenuhi persamaan :

I = I0 e – μ x (2.1)

Dimana :

I = intensitas radiasi elektromagnetik setelah melalui bahan


I0 = inensitas radiasi elektromagnetik sebelum melalui bahan
µ = koefisien serapan bahan bahan
x = ketebalan bahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.7. Sifat-sifat Sinar-X
Adapun sifat-sifat sinar-X sebagai berikut :
1. Memiliki Daya Tembus
Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan
digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya kV) yang
digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan
suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.

2. Pertebaran
Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas
tersebut akan bertebaran ke segala arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi
hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.
3. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatan atau berat
atomnya, makin besar penyerapannya.
4. Efek Fotografik
Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah
diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.
5. Pendar Flour (Fluoresensi)
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau
zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi
sinar-X.

6. Ionisasi
Efek primer sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan
menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan atau zat tersebut.
7. Efek Biologis
Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.8. Kualitas sinar-X
Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk menembus
obyek. Daya tembus digambarkan sebagai jarak berkas sinar-X melewati obyek atau
materi Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi kontras radiografi. atau objek
terutama terhadap objek yang tebal. Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi pula
kVp yang kita atur dalam melakukan eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas
sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X.
2.8.1. Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak)
Tegangan tabung adalah memindahkan satu satuan muatan. Menarik elektron dari
filamen ke permukaan target yang tertanam di anoda. Beda potensial akan mempengaruhi
kualitas dan kuantitas sinar-x karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang
yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang, semakin
baik kualitas sinar-x. Beda potensial tabung sinar-X (kVp) dapat berpengaruh pada
intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan berpengaruh pula terhadap citra radiograf
yang dihasilkan pada suatu objek. Selain itu, kVp juga berperan penting dalam
kemampuan daya tembusnya dalam menembus suatu bahan atau obje k terutama terhadap
objek yang tebal. Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi pula kVp yang kita atur
dalam melakukan eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas sinar-X yang keluar dari
tabung sinar-X.
2.8.2. Filtrasi
Filter adalah suatu bahan yg dapat meningkatkan kehomogenitasan energi radiasi yg
dipancarkan oleh anoda tabung tanpa absorpsi.
Berikut adalah jenis – jenis filter.
a. Inherent Filter
Inherent filter adalah material yang terletak di jalan foton sinar-x dari focal spot
(target) untuk membentuk pancaran yang dikeluarkan dari tabung. Inherent filter terdiri
dari glass tabung yg membungkus anoda dan katoda, oli pada sistem pendingin tabung
dan window pada tabung Setara antara 0,5 – 1 mm Al. Filter ini sudah ada dalam tabung
sinar x atau bawaan dari pabrik.

b. Additional Filter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Additional filter adalah peletakan cakram aluminium di tempat jalannya sinar-x
antara collimator dan tubehead seal. Cakram ini mempunyai ketebalan 0,5 mm dan
berfungsi menghalangi lewatnya foton sinar-X berenergi rendah, panjang gelombang
lebih panjang, dan tidak berguna dalam proses diagnosis serta berbahaya bagi pasien.
Hasilnya adalah pancaran foton dengan panjang gelombang lebih rendah, berenergi
tinggi, dan mempunyai tingkat penetrasi lebih tinggi pula untuk proses diagnosis.
Pancaran sinar-X mempunyai spektrum energi foton yang berbeda-beda, hanya
foton dengan energi tertentu yang dapat menembus struktur anatomis lalu bertabrakan
dengan film. Foton dengan energi yang lebih rendah (panjang gelombang yang panjang)
berperan serta dalam pencahayaan namun tidak mempunyai energi yang cukup untuk
menyentuh film. Oleh karena itu, untuk mengurangi dosis radiasi pasien, foton dengan
kemampuan penetrasi lebih rendah harus dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
meletakkan filter aluminium pada garis laluan sinar. Aluminium digunakan karena dapat
menyerap foton berenergi rendah dengan sedikit efek pada foton berenergi tinggi yang
dapat berpenetrasi sampai ke film. Filtrasi, filter logam, biasanya terbuat dari alumunium
atau tembaga, yang dimasukkan ke dalam tube housing x-ray sehingga energi rendah
yang dipancarkan oleh sinar-X dapat diserap sebelum mencapai pasien (Bushong, 2013).

2.9. Kualitas Berkas Sinar-X (Half Value Layer)


HVL adalah nilai ketebalan suatu bahan yg dapat menyerap 50 % intensitas berkas
sinar-X yang mengenainya. Tiap – tiap jenis bahan memiliki HVL masing-masing. Dalam
radiografi, kualitas x-ray diukur dgn HVL. HVL adalah ketebalan bahan penyerap untuk
mengurangi intensitas x-ray menjadi setengah dari nilai intensitas semula. Disamping itu,
istilah lain yang dikenal dari HVL yaitu QVL (Quarter Value Layer) dimana merupakan
ketebalan bahan (Al) yang mengakibatkan pengurangan intensitas menjadi ¼ Io.
Sebagai energi yang efektif dari sinar x-ray yang meningkat, penetrasi ini juga
meningkat. penetrasi mengacu pada rentang paparan sinar-x pada bahan, energi paparan
sinar-x yang lebih tinggi mampu menembus materi lebih jauh dari pada paparan energi
rendah. Penetrasi atau daya tembus sinar-x disebut kualitas sinar-X. Sinar-X dengan
penetrasi tinggi disebut kualitas tinggi atau keras. Paparan dengan penetrasi yang rendah
adalah kualitas rendah disebut paparan halus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kualitas sinar-X diidentifikasikan secara numerik dengan HVL. HVL dipengaruhi
oleh pengoperasian kVp dan jumlah filtrasi pada paparan yang berguna. Faktor ini yang
mempengaruhi kualitas paparan juga mempengaruhi kontras film radiografi.
Tabel 2.1 nilai HVL untuk tegangan puncak tabung pesawat sinar-X (Bapeten 2011)
kVp HVL (mmAl)
70 ≥ 2.1
80 ≥ 2.3
90 ≥ 2.5
100 ≥ 2.7
110 ≥ 3.0
120 ≥ 3.2
130 ≥ 3.5
140 ≥ 3.8
150 ≥ 4.1

2.10. Aluminium (Al)


Aluminium merupakan logam yang berwarna putih dan mengilap, ringan, relatif
lunak dan ulet, sukar mengalami korosi serta memiliki massa jenis yang relatif rendah.
Bahan filter yang umum digunakan dalam radiologi diagnostik adalah Aluminium (Al).
Hal tersebut karena sifat Al yang ringan (nomor atom rendah), mudah dibuat, dan
mempunyai sifat absorbsi yang sesuai untuk energi sinar-X diagnostik. Dengan
demikian, persyaratan HVL secara khusus setara dengan beberapa milimeter Al. Karena
Al beragam kemurniannya, maka standar internasional menetapkan jenis Al dengan jenis
alloy 110 dan kemurnian tinggi di atas 99%. Standar Internasional telah menetapkan suatu
ketentuan bahwa pesawat sinar-X harus memenuhi nilai HVL minimum pada tegangan
operasi yang sesuai. Misalnya: HVL minimum 2,3 mmAl pada 80 kVp, dan 2,1 mmAl
untuk 70 kVp.
Logam Aluminium banyak dimamfaatkan karena sifat-sifatnya yang khas,
diantaranya adalah :
a. Sifat Aluminium yan ringan, ulet, kuat dan tahan korosi, dimamfaatkan
untuk peralatan konstruksi.
b. Daya hantar listriknya yang baik menyebabkan logam Aluminium
digunakan sebagai kawat listrik tegangan tinggi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Sifatnya yang tahan korosi, mudah dibentuk dan kuat dimanfaatkan untuk
membuat kaleng, pembungkus dan peralatan dapur.

2.11. Dosis Radiasi


Dosis Radiasi adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah
energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya. (Bapeten, 2013).
Untuk mengukur besarnya enegi radiasi yang diserap oleh medium perlu diperkenalkan
suatu besaran yang tidak bergantung pada jenis radiasi, energi radiasi maupun sifat bahan
penyerap, tetapi hanya bergantung pada jumlah energi radiasi yang diserap persatuan
massa yang menerima penyinaran radiasi tersebut (Akhadi, 2000). Bila sinar-X masuk ke
suatu bahan, sinar akan bergabung dengan atom-atom bahan tersebut, sehingga energinya
akan diteruskan dari sinar-X ke atom bahan. Penerusan energi ini disebut penyerapan dan
jumlah energi yang terserap disebut dosis serap. Makin besar energi yang diserap oleh
tubuh pasien, makin besar kemungkinan terjadinya kerusakan biologi pada pasien
tersebut, jadi untuk keamanan pasien, jumlah energi yang diteruskan harus dibuat sekecil
mungkin (Edwards dkk, 1990:15).

Pada pemeriksaan radiodiagnostik pengukuran dosis pada pasien dapat dilakukan


dalam tiga cara yaitu, permukaan dosis masuk yang dikenal sebagai Entrance
Surface/Skin Dose (ESD), dosis gonad serta dosis pada sumsum tulang (Dhahryan, 2009).
Permukaan dosis masuk merupakan parameter penting untuk menilai dosis yang diterima
oleh pasien dalam paparan radiografi (Compagnone et al, 2004). Menurut Sharifat
(2009), permukaan dosis masuk didefinisikan sebagai dosis serap di udara ketika sinar-X
mengenai permukaan kulit pasien. Faktor eksposi mempengaruhi jumlah radiasi yang
dihasilkan, baik itu radiasi primer maupun radiasi sekunder. Dalam hal ini hubungan
faktor eksposi dengan dosis radiasi, apabila nilai tegangan mengalami peningkatan dan
arus mengalami penurunan maka dosis radiasi yang akan diterima oleh pasien akan
berkurang tetapi radiasi hambur akan mengalami peningkatam. Tetapi apabila nilai
tegangan berkurang, nilai arus bertambah maka dosis radiasi yang diterima pasien
menjadi bertambah tetapi radiasi hambur menjadi berkurang (Waseso, 1998). Besarnya
terimaan dosis paparan radiasi secara matematis dapat dihitung seperti pada persamaan
berikut ini (Fahmi, 2008):

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v2 i t
X= (2.2)
d2

Dengan :
x = dosis paparan radiasi (mR)
v = tegangan tabung (kV)
i = arus tabung (mA)
t = waktu penyinaran (s)
d = jarak fokus ke film (cm)
Dari rumus di atas maka dapat diketahui masing-masing besar atau jumlah dosis
paparan radiasi yang akan diterima pasien. Karena 1 Roentgen sama dengan 0,877 rad
dosis di udara, sehingga untuk mengetahui dosis serap yang diterima oleh pasien yaitu
dengan cara mengalikan dosis paparan radiasi dengan 0,877 rad (Camber, 1983). Dari
satuan dosis rad kemudian dikonversi kedalam satuan dosis Gray. Dari kedua satuan
dosis serap tersebut diperleh hubungan sebagai berikut:

1 mR = 10-3 R
1R = 0,877 Rad

1 Rad = 10-2 Gray


1 Gy = 100 Rad

(Akhadi, 2000:8)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.12. Berkas Sinar-X Dan Pembentukan Citra
Berkas sinar-X dalam penyebaranya dari sumber melalui suatu garis yang
menyebar ke segala arah kecuali dihentikan oleh bahan penyerap sinar-X. Oleh
karena itu, tabung sinar-X ditutup dalam suatu rumah tabung logam yang mampu
menghentikan sebagian besar radiasi sinar-X, hanya sinar-X yang berguna
dibiarkan keluar dari tabung melalui sebuah jendela/window. Sinar-X adalah foton-
foton yang mempunyai energi tinggi, karena elektron memancarkan energi maka
energy kinetik elektron akan berkurang dan akhirnya akan kehilangan seluruh
energi kinetiknya. Energi foton maksimum atau panjang gelombang minimum
dapat ditulis dengan persamaan (1) :
hc
hf=
 min (2.3)
Jadi dalam proses ini akan terjadi spectrum kontinyu, spektrum tersebut
mempunyai frekuensi cut off (batasan) atau panjang gelombang cut off yang
tergantung pada potensial percepatan. Elektron-elektron yang ditembakan akan
mengeksitasi electron dalam atom target. Jika elektron yang ditembakkan cukup
besar energinya maka akan mampu melepaskan elektron target dari kulitnya.
Kemudian kekosongan kulit yang ditinggalkan elektron akan diisi oleh electron
yang lebih luar dengan memancarkan radiasi. Transisi ini akan menyebabkan
sederet baris (garis-garis) spectrum yang dalam notasi sinarX disebut garis-garis
Kα, Kβ, Kγ dan seterusnya. Pada sistem pencitraan sinar-X diperlukan tegangan
tinggi, dengan tujuan agar dapat dihasilkan berkas sinar-X.
Untuk itu rangkaian listriknya dirancang sedemikian rupa sehingga
tegangan tingginya dapat diatur dengan rentang yang besar yaitu antara 30 kV
sampai 100 kV. Jika kVnya rendah maka sinarX memiliki gelombang yang panjang
sehingga akan mudah diserap oleh atom dari targed (anoda), kemudian disebut
sebagai soft x-ray. Radiasi yang dihasilkan dengan pengaturan tegangan yang
cukup tinggi maka akan dihasilkan sinar-X dengan daya tembus yang besar dan
panjang gelombang yang pendek. Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik
yang dapat menembus suatu bahan, tetapi hanya sinar-X yang mempunyai energi
yang tinggi yang dapat menembus bahan yang dilaluinya, selain itu akan diserap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


oleh bahan tersebut. Sinar-X yang mampu menembus bahan itulah yang akan
membentuk gambar atau bayangan.

2.13. Penyerapan Sinar-X


Penyerapan sinar-X oleh suatu bahan tergantung pada tiga faktor sebagai
berikut.
a. Panjang gelombang sinar-X
b. Susunan obyek yang terdapat pada alur berkas sinar-X
c. Ketebalan dan kerapatan obyek
Jika kV rendah maka akan dihasilkan sinar-X dengan gelombang yang
panjang dan sebaliknya dengan kV tinggi maka panjang gelombang sinar-X akan
semakin pendek. Penyerapan sinar-X oleh suatu bahan juga tergantung pada
susunan obyek yang dilaluinya, sedangkan susunan obyek tergantung pada nomor
atom unsur, misalnya nomor atom alumunium lebih rendah dari nomor atom
tembaga. Ternyata penyerapan sinar-X alumunium lebih rendah dari penyerapan
sinar-X oleh tembaga. Timah hitam mempunyai nomor atom yang besar, maka
daya serap terhadap sinar-X juga besar. Ketebalan dan kerapatan suatu unsur bahan
juga berpengaruh terhadap penyerapan sinar-X.
Bahan yang tebal akan lebih banyak menyerap sinar-X dibanding dengan
bahan yang tipis,tentunya pada unsur yang sama. Penyerapan sinar-X oleh tubuh
manusia pada proses photo Rontgen dapat dijelaskan sebagai berikut. Tubuh
manusia dibentuk oleh unsur-unsur yang sangat komplek. Oleh sebab itu,
penyerapan sinar-X oleh tubuh pada proses Rontgen tidak sama, misalnya tulang
akan lebih banyak menyerap sinar-X dibanding dengan otot atau daging. Bagian
tulang yang sakit atau daging akan lebih besar menyerap sinar-X dibanding kondisi
normal. Usia juga akan menjadi penyebab perbedaan penyerapan sinar-X. Tulang
orang tua yang telah kekurangan kalsium, maka penyerapan sinar-X akan
berkurang dibanding tulang anak muda (suyatno, 2008).

2.14. Program Quality Control (QC)


Menurut Radiation Safety ACT, sebagaimana dikutip oleh Siti (2012), uji
Kesesuaian (Compliance Testing) adalah uji untuk memastikan bahwa pesawat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sinar-X memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dan memberikan informasi
diagnosis atau pelaksanaan radiologi yang tepat dan akurat. Uji kesesuaian
merupakan dasar dari suatu program jaminan mutu radiologi diagnostik yang
mencakup sebagian tes program jaminan mutu, khususnya parameter yang
menyangkut keselamatan radiasi.
Uji Kesesuaian (Compliance Testing) meliputi program jaminan kualitas
dan kendali kualitas (QA/QC). Diantara program QA dan QC yang berpengaruh
pada kualitas citra dan dosis pasien yaitu pengujian fungsi pesawat sinar-X
radiodiagnostik. Tujuan pengujian fungsi pesawat sinar-X yaitu menjamin bahwa
setiap parameter penyinaran pada pesawat teruji akurasi kinerjanya atau fungsinya
sesuai dengan spesifikasi alat dan bila terjadi penyimpangan harus berada dalam
nilai batas toleransi yang ditentukan (Dwi, 2008). Dasar dari compliance testing
merujuk pada SK Ka-Bapeten No 01-P/KaBapeten/I-03 tentang Pedoman Dosis
Pasien Radiodiagnostik dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 33 Tahun
2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif.
Adapun Prosedur Pengujian pesawat
sinar-X diadopsi dari Radiation Safety Act 1975, Diagnostic X ray
Equipment Compliance Test 2000 yang diterbitkan oleh pemerintah Australia
Barat. Menurut Dwi (2008), tujuan utama Program Jaminan Kualitas (Quality
Assurance Program) pada Instalasi Radiologi adalah diagnosa pasien yang tepat
dan akurat. Tujuan ini akan terkait dengan program jaminan kualitas menyeluruh
yang disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas yang mencakup 3 (tiga) hal, yaitu:
mengurangi paparan radiasi, peningkatan citra diagnostik dan siasat penekanan
biaya

2.15. Uji Kolimator dengan Unit RMI Collimator Tool dan Beam Alligment
Test Tool
Sesuai dengan Peraturan Kepala (PERKA) BAPETEN No.9 Tahun 2011
tentang Uji Kesesuaian pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional,
Pasal 5, kolimasi merupakan salah satu parameter yang harus diuji dan merupakan
salah satu parameter utama uji kesesuaian. Maksud dari parameter utama ini
adalah parameter yang secara langsung mempengaruhi dosis radiasi pasien dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menentukan kelayakan operasi pesawat Sinar-X. Salah satu uji kolimasi dalam
perka tersebut adalah kesesuaian luas lapang kolimator dengan luas lapang berkas
sinar-X.
Berikut ini disampaikan salah satu cara untuk menguji kesesuaian luas
lapang kolimator dengan luas lapang berkas sinar-X. Dengan tujuan memastikan
dalam batas yang dapat diterima bahwa bidang berkas sinar-X kongruen dengan
bidang cahaya kolimator. Apabila terjadi penyimpangan maka harus memehuhi
persyaratan bahwa penyimpangan bidang cahaya kolimator dengan berkas sinar-X
bagian horizontal (∆x) maupun vertikal (∆y) tidak boleh melebihi 2% dari jarak
fokus ke bidang film (FFD) dan total penyimpangan dari bidang horizontal dan
vertical (|∆x| + |∆y|) tidak boleh melebihi 3% dari jarak fokus ke bidang
film/Focus Film Distance (FFD) (Bc Centre For Disease Control, 2004).
Gambar 2.8 menunjukan alat ukur yang digunakan yaitu unit RMI, yang
terdiri dari Collimator Tool sebuah plat dengan garis berbentuk empat persegi
panjang (rectangular) yang tidak tembus radiasi (radioopaque) dan Beam
Allignment Test Tool sebuah silinder dengan bola baja di bagian tengah setiap
dasarnya yang tidak tembus radiasi. Jika gambar yang ada di bola atas overlap
dengan gambar yang ada di bola bawah, maka penyimpangannya kurang dari atau
sama dengan 0,50, jika gambar dari bola atas ada pada lingkaran dalam maka
penyimpangannya sama dengan 1,5º dan untuk lingkaran terluar
penyimpangannya sama dengan 3º (Begum, 2011).

Gambar 2.8. Unit RMI Collimator Tool dan Beam Allignment Test Tool
Dalam pengujian kesesuaian lapang kolimator dengan lapang berkas sinarX
terinterprestasi citra dari film seperti Gambar 2.9 yang memberikan informasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


nilai ketidaksesuaian dengan melihat garis rectangular sebagai identitas kolimasi
dan berkas radiasi yang menembus film.

Gambar 2.9. Hasil Uji Kongruensi Kolimasi


Sesuai dengan persyaratan, batas toleransi maksimum kongruensi kolimasi
adalah (X1+X2), (Y1+Y2) tidak boleh lebih dari 2% jarak fokus ke bidang film
(FFD) dan [(X1+X2) + (Y1+Y2)] tidak boleh lebih dari 3% jarak fokus ke bidang
film (FFD). Apabila salah satu persyaratan nilainya melebihi batas toleransi
tersebut maka berkas radiasi dinyatakan tidak kongruen dengan bidang lampu
kolimator (Fluke Biomedical, 2005).
Untuk penyimpangan titik pusat berkas sinar-X juga dapat dilihat dari
film, Gambar 2.10 Ilustrasi Pengukuran Penyimpangan Titik Pusat Berkas Sinar-X
(Wiyono, 2010) Pada Gambar 2.9 besarnya sudut dce sebanding dengan sudut acb
dan diindikasikan dengan lambang θ. Besarnya penyimpangan ketegaklurusan
berkas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.10. Penyimpangan ketegaklurusan titik pusat sinar-X (Wiyono, 2010)
Pada Gambar 2.11 besarnya sudut dce sebanding dengan sudut acb dan
diindikasikan dengan lambang θ. Besarnya penyimpangan ketegaklurusan berkas
dapat di lihat pada persamaan :

ab
Tan θ = (2.4)
ae
de x ac
Tan θ =
ae x ce

de x ac
Θ = tan -1
ae x ce
Dengan :
Θ : Sudut Penyimpangan
de : jarak titik d ke e
ac : jarak titik a ke c
ae : jarak titik a ke e
ce : jarak c titik e
Dapat juga langsung dilihat dari hasil radiografi yang ditunjukan pada
Gambar 2.11.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.11. Penyimpangan Titik Pusat Berkas Sinar-X (Fluke, 2005)
Menurut RMI (Radiation Measurement Inc), sebagaimana dikutip oleh
Wiyono (2010), bahwa permasalahan yang sering dihadapi pada kolimator adalah
1. Penyimpangan lapangan kolimasi dengan lapang berkas radiasi
Terjadinya penyimpangan lapangan kolimasi dapat disebabkan oleh
kolimator yang pernah dibongkar karena perbaikan atau penggantian
lampu kolimator, kolimator sering diputar-putar, dan adanya goncangan
sehingga terjadi pergeseran plat timbal dan/atau cerminnya. Penyimpangan
lapangan kolimasi dapat diperbaiki dengan mengatur posisi kemiringan
cermin dan/atau dengan mengatur posisi plat timbal atau diserahkan pada
teknisi yang berpengalaman.
2. Penyimpangan ketegaklurusan berkas radiasi. Jika terjadi penyimpangan
lapangan kolimasi biasanya diiringi dengan penyimpangan ketegaklurusan
berkas. Ilustrasinya seperti gambar di bawah ini. Penyimpangan ini dapat
disebabkan oleh posisi kolimator yang berubah atau rotasi tabung sinar-X
yang memiliki tingkat kedataran rendah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Medan
(BPFK) Medan Jl. KH. Wahid Hasyim No. 15 Medan, Sumatera Utara dan Rumah
Sakit Bunda Thamrin Medan Jl Sei Batang Hari.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain:
1. Alat penelitian
a. Pesawat Sinar-X Radiographi Umum sebagai sumber yang digunakan
dalam penelitian ini, seperti ditampilkan gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X Radiographi Umum


Spesifikasi Alat:
Merek : Toshiba
Input 12 V : 50/60 Hz
Max. Input Power : 100 VA
Max. Tube Voltage : 150 kV
Filtration :1,2 mmAl
Serial No : W1B0843266

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Pesawat Sinar-X Mobile sebagai sumber yang digunakan dalam
penelitian ini, seperti ditampilkan gambar 3.2.

Gambar 3.2. Pesawat Sinar-X Mobile


Spesifikasi Alat:
Merek : Shimadzu
Pn / Sn : 532-24780 / CM74B301A025
Max / Fokus : 133 kV/ 0,7/ 1,3
Filtration :1,5 mmAl
c. Collimator Digunakan untuk uji kolimasi pesawat sinar-X

Gambar 3.3. Collimator test tool

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Spesifikasi Alat:
Nama Alat : Collimator and Beam Allignment Test Tool
Merek : Gammex
Nomor Seri : 800422-11075
d. Beam Allignment Test Tool digunakan untuk menguji ketegaklurusan
berkas sinar-X

Gambar 3.4. Beam Allignment Test Tool

Spesifikasi Alat:
Nama Alat : Beam Allignment Test Tool
Merek : Gammex
Nomor Seri : 800423-1165

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Light Meter Digunakan untuk uji iluminasi.

Gambar 3.5. Light Meter


Spesifikasi Alat:
Nama Alat : Light Meter
Merek : Luxtron
Nomor Seri : L959233
f. Multimeter X-Ray: RTI Piranha CB2-10090128 (Detektor) digunakan
untuk mengukur kualitas berkas sinar-X.

Gambar 3.6. RTI Piranha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bahan Penelitian
a. Film (24 x 30 cm)

Gambar 3.7. Film Radiographi

b. Pita pengukur

Gambar 3.8. Pita Pengukur


c. Waterpass yang digunakan untuk mengatur kesejajaran tabung sinar-X

Gambar 3.9. Waterpass

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Filter Aluminium

Gambar 2.10 Filter Aluminium

3.3. Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian dilakukan dengan tahapan pengukuran pada Pesawat sinar-
X Radiographi Umum dan Pesawat sinar-X Radiographi Mobile. Adapun tahapan
pada penelitian ini adalah pengujian pada iluminasi, kolimasi, Ketegaklurusan dan
kualitas berkas sinar-X.
3.3.1. Pengukuran Iluminasi pesawat Sinar-X
Pengukuran iluminasi pada pesawat sinar-X dengan menempatkan alat ukur
Lux meter 100 cm dari tabung sinar-X. Kemudian pastikan Lux meter parallel
dengan axis anoda dan katoda. Selanjutnya nyalakan lampu kolimator dan ukur
tingkat pencahayaan dengan pemisahan empat area dan luas lapang kolimasi 25 x
25 cm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.10. Jarak iluminasi dengan Lux Meter

Selanjutnya untuk pengujian iluminasi lakukan pengukuran berulang


sebanyak lima kali pada masing-masing area. Selanjutnya evaluasi tingkat
pencahayaan kolimator. Nilai lolos pengujian ≥ 100 Lux.

3.3.2. Pengukuran Kolimasi dan Ketegaklurusan


Pengukuran kolimasi dan ketegaklurusan dengan melektakkan kaset pada meja
pemeriksaan yang datar. Selanjutnya tabung sinar-X dipusatkan pada kaset jarak
antara focus dengan film (SID) 100 cm. Untuk mengatur kerataan kolimator,
permukaan dan tabung menggunakan alat water pass. Selanjutnya pastikan bahwa
anoda dan katoda axis dengan parallel dengan kaset. Selanjutnya letakkan
collimator test tool pada pertengahan kaset dan mengatur cahaya kolimator.
Selanjutnya letakkan beam aligment test tool pada pusat titik pencahayaan dan atur
luas lapang penyinaran sesuai dengan garis persegi panjang pada permukaan
collimator test tool.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.11. Kolimasi pada pesawat Sinar-X
Selanjutnya untuk pengujian kolimasi dan ketegaklurusan berkas sinar-X
dilakukan pengeksposan dengan menggunakan tegangan tabung 80 kV dan kuat
arus 20 mAs. Selanjutnya cetak film dan cek kesesuaian berkas cahaya, berkas
sinar-X, dan beam aligment test tool. Untuk evaluasi kesesuaian berkas sinar-X
pada film catat perubahan skala lapang radiasi. Untuk evaluasi ketegaklurusan
berkas sinar-X dengan melihat pergeseran titik pusat penyinaran pada film.
Nilai lolos uji ketegaklurusan berkas sinar-X ≥ 3º

3.3.3. Pengukuran Kualitas Berkas Sinar-X (HVL)


Pengukuran kualitas berkas sinar-X (HVL) menggunakan metode langsung
dapat dilakukan bersamaan dengan pengujian akurasi tegangan dengan
menggunakan alat ukur Piranha. Selanjutnya meletakkan detektor Piranha pada
meja tegak lurus pada sumbu utama dan kolimasikan seluas ukuran detektor
piranha.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.12. Pengujian HVL menggunakan ion chamber detector
Selanjutnya lakukan ekspose pada tegangan tabung 70 kilo Volt dan 80 kilo
Volt dan kuat arus 20 mili Ampere second, letakkan filter Aluminium pada
kolimator dengan menambahkan filter 1 mmAl, 2 mmAl, 3 mmAl, 4 mmAl, dan 5
mmAl. Untuk setiap ketebalan filter yang digunakan dan tegangan tabung dicatat
dosis radiasinya.
Nilai lolos uji pada tegangan tabung 70 kV sebesar ≥2,1 dan untuk tegangan tabung
80 kilo Volt HVL ≥ 2,3 mmAl.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4. Diagram Alir

Mulai

Observasi Pesawat Sinar-X


Radiographi Umum Dan
Radiographi Mobile

Persiapan Peralatan Penelitian (Pesawat Radiografi


Umum dan Pesawat Radiographi Mobile, Light
meter, Collimator,Beam Aligment test tool, detector
piranha, meteran, Waterpass, Film radiographi
,Lembar Hasil ukur penelitian)

Pengukuran Pesawat radiographi


Umum dan Pesawat radiograpi
Mobile dengan parameter Iluminasi,
Kolimator, Ketegaklurusan dan
kualitas Berkas sinar-X

Pengolahan Data dan Analisa

Penulisan Laporan

Selesai

Gambar 3.7. Gambar flowcart penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Setelah dilakukan pengujian iluminasi, kolimasi dan ketegaklurusan dengan
kualitas berkas Pesawat Sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bunda Thamrin Medan, maka diperoleh hasil
Sebagai Berikut :

4.1.1. Hasil Pengukuran Iluminasi Pesawat Sinar- X Radiografi Umum


Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Iluminasi
Titik Ukur Rata- Pengukuran
Area
Rata Cahaya
Pengukuran Hasil Uji
Lux Ruangan/
Iluminasi (Lux)
Area Area Area Area Terukur Lux Latar
(Lux)
I II III IV (Lux)
1 168 148 166 157 159,75 108,75
2 167 149 169 159 161,00 110,00
3 168 147 170 158 160,75 51 109,75
4 169 146 168 160 160,75 109,75
5 169 147 167 158 160,25 109,25
Rata-rata hasil uji 109,50
Nilai Lolos Uji ≥ 100 Lux

Dari hasil pengujian iluminasi pada pesawat sinar-X Radiografi Umum pada
jarak 100 cm dari tabung sinar-X dilakukan pengukuran pada empat titik ukur dan
dilakukan secara berulang sebanyak lima kali pengukuran. Pengukuran pertama
terdapat rata-rata titik ukur 159,75 Lux dan hasil Uji iluminasi pertama adalah
108,75 Lux, pada pengukuran kedua rata-rata titik ukur 161,00 Lux dan hasil uji
iluminasi kedua adalah kedua 110,00 Lux, pada pengukuran ketiga rata-rata titik
ukur 160,75 Lux dan hasil uji iluminasi ketiga adalah 109,75 Lux, pada pengukuran
keempat rata-rata titik ukur 160,75 Lux dan hasil uji iluminasi keempat adalah
109,75 Lux, pada pengukuran kelima rata-rata titik ukur 160,25 Lux dan hasil uji

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iluminasi kelima adalah 109,25 Lux. Untuk mendapatkan hasil iluminasi digunakan
persamaan dibawah ini:
Iluminasi (Hasil Uji) = Rata-rata Lux Terukur – Lux Lata
(4.1)
Nilai Lolos uji ≥ 100 lux
Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat iluminasi yang dihasilkan
kolimator pada lima kali pengujian rata-rata hasil uji sebesar 109,50 Lux dinyatakan
lolos uji karena hasil uji ≥ 100 Lux.

4.1.1. Hasil Pengujian Lapangan Kolimasi Berkas Sinar-X Dengan Berkas


Cahaya
Pengujian kolimasi berkas sinar-X dengan lapanganan berkas cahaya
kolimator didapatkan hasil pada tabel 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2. Hasil pengujian kolimasi berkas Sinar-X dengan berkas cahaya
kolimator
Tepi Tepi
Titik Lapanganan Lapanganan 1   2 (% SID) ΔX + ΔY
Ukur Cahaya (cm) Sinar-X (cm) (%SID)

X1 9 9 0.5
X2 9 8.5
2
Y1 7 6 1.5
Y2 7 6.5
Nilai Lolos Uji ≤ 3 %

Pengukuran dilakukan dengan mengatur tepi lapangan cahaya pada sumbu


X1 = 9 cm dan tepi lapangan sinar-X = 9 cm, pada sumbu X2 tepi lapangan cahaya =
9 cm dan tepi lapangan sinar-X = 8,5 cm. Pada sumbu Y1 tepi lapangan cahaya = 7
cm dan tepi lapangan sinar-X adalah 6 cm, pada Y2 pengaturan tepi lapangan
cahaya 7 cm dan tepi lapangan sinar-X adalah 6,5 cm. Untuk memperoleh selisih
lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu X di dapatkan menggunakan
persamaan dibawah ini:

ΔX (% SID) =
X 1   X 2  x 100% (4.2)
SID

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Diperoleh nilai deviasi % SID pada sumbu x adalah 0.5 %.
Selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu Y diperoleh dengan
persamaan dibawah ini :
Y1  Y2
ΔY (%SID) = x 100% (4.3)
SID
Sehingga diperoleh nilai deviasi SID adalah 1,5 %.
Penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu X dan
Sumbu Y diperoleh dari persamaan dibawah ini :

ΔX + ΔY = X (%SID) Y (%SID) (4.4)

Sehingga hasil penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada
sumbu X dan Sumbu Y adalah 2 %.
Batas toleransi lolos uji adalah sebesar
ΔX dan ΔY ≤ 2% SID
ΔX + ΔY ≤ 3% SID (4.5)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-
X. Pada sumbu X dan sumbu Y masih dibawah batas toleransi sehingga alat masih
dalam kondisi baik.

4.1.2. Pengujian Ketegalurusan Berkas Sinar-X Dengan Berkas Cahaya


Pada pengujian ketegaklurusan berkas Sinar-X dengan berkas cahaya
menggunakan faktor ekspose dengan tegangan tabung 80 kilo Volt dan waktu 20
mili Ampere second pada jarak Source Image Distance (SID) = 100 cm dengan
mengatur collimator test tool dan luas lapangan penyinaran berkas penyinaran.

Tabel 4.3. Pengujian Ketegalurusan Kolimasi Berkas sinar-X dengan berkas cahaya
Ketegaklurusan Hasil Ukur ( 0)
1.50
Nilai Lolos Uji ≤ 30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.1 Pengujian Ketegaklurusan berkas Sinar-X dengan berkas cahaya
pesawat Radiografi Umum
Gambar 4.1 menunjukkan Pengujian Ketegaklurusan berkas Sinar-X pada
film Radiografi titik fokus sinar-X tepat pada sudut 0º dan titik ke dua terdapat
pada sudut mendekati 1,5º.
Nilai lolos uji pengujian Ketegaklurusan Kolimasi Berkas Cahaya adalah ≤ 3 0.
Sehingga hasil ukur yang diperoleh dari pengujian berkas sinr-X dengan berkas
cahaya, nilai ukurnya dinyatakan lolos uji.

4.1.3. Hasil Pengujian Kualitas Berkas Pesawat Sinar-X Radiografi Umum


Pengujian kualitas berkas pesawat sinar-X Radiografi Umum dilakukan
dengan jarak fokus ke detektor 100 cm, variasi tegangan tabung (kilo Volt), Arus-
Waktu tetap dan variasi ketebalan filter tambahan. Variasi faktor ekspose 70 kilo
Volt, 80 kilo Volt dan arus waktu 20 mili Ampere second. Adapun Ketebalan filter
Aluminium yaitu filter tetap, 1 mmAl , 2 mmAl, 3 mmAl, 4 mmAl dan 5 mmAl.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.4. Faktor Ekspose 70 kilo Volt dan 20 mAs

No Tegangan Inheren Addheren Total Dosis HVL


Tabung (kV) (mmAl) (mmAl) Filter (mGy)
0 1,2 0.8831 2.36
1 2,2 0.6528 2.82
1 70 kilo Volt, 20 1,2 2 3,2 0.5076 3.22
mAs 3 4,2 0.4052 3.57
4 5,2 0.3324 3.88
5 6,2 0.2766 4.18

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas berkas


pesawat sinar-X Radiografi Umum filter Inherent (filter terpasang tetap) terdapat
dosis 0,8831 mGy dan HVL sebesar 2,36 mmAl. Filter addheren (Filter tambahan)
pada 1 mmAl terdapat dosis 0,6528 mGy dan HVL sebesar 2,82 mmAl, pada filter 2
mmAl terdapat dosis 0,5076 mGy dan HVL sebesar 3,22, pada filter 3 mmAl
terdapat dosis 0,4052 mGy dan HVL sebesar 3.57, pada filter 4 mmAl terdapat
dosis 0,3324 mGy dan sebesar HVL 3.88 mmAl, pada filter 5 mmAl terdapat dosis
0,2766 mGy dan HVL sebesar 4,18 mmAl. Pada hasil pengukuraan diatas dapat
dinyatakan bahwa semakin tipis ketebalan filter Aluminium dosis radiasinya
semakin tinggi. Sedangkan semakin tebal filter maka dosis radiasi semakin kecil
ataupun sebaliknya.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas berkas pada tegangan 70 kilo Volt , arus
waktu 20 mili Ampere second pada alat Radiografi Umum masih dalam batas
toleransi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.2 Kualitas Berkas dengan Dosis Pesawat Sinar-X Radiografi Umum
Tegangan 70 kV dan Kuat Arus 20 mAs Menggunakan Variasi Tebal Filter

Tabel 4.5. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mAs


No Tegangan Inheren Addheren Total Dosis HVL
Tabung (kV) (mmAl) (mmAl) Filter (mGy)
0 1,2 1,1330 2,70
1 2,2 0,8635 3,22
2 80 kilo Volt, 1,2 2 3,2 0,6869 3,69
20 mAs 3 4,2 0,5634 4,10
4 5,2 0,4702 4,46
5 6,2 0,4003 4,76

Pada tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas berkas
pesawat sinar-X Radiografi Umum pada filter Inherent (filter terpasang tetap)
terdapat dosis 1,133 mGy dan HVl 2,70, pada filter Addheren (filter tambahan)
pada 1 mmAl terdapat dosis 0,8635 mGy dan HVL sebesar 3,22 mmAl, pada filter 2
mmAl terdapat dosis 0,6869 mGy dan HVL sebesar 3,69 mmAl, pada filter 3
mmAl terdapat dosis 0,5634 mGy dan HVL 4,1, pada filter 4 mmAl terdapat dosis
0,4702 mGy dan HVL sebesar 4,46 mmAl, pada filter 5 mmAl terdapat dosis
0,4003 mGy dan HVL sebesar 4,76 mmAl. Pada hasil pengukuran tersebut dapat
dinyatakan bahwa semakin tipis ketebalan filter Aluminium dosis radiasinya
semakin tinggi, dan sebaliknya semakin tebal Filter maka dosis radiasi semakin
kecil.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dapat disimpulkan bahwa kualitas berkas pada tegangan 80 kilo Volt, arus waktu 20
mili Ampere Second setelah dilakukan pengukuran masih dalam batas toleransi.

Gambar 4.3 Kualitas Berkas dengan Dosis Pesawat Sinar-X Radiografi Umum
Tegangan 80 kV dan Kuat Arus 20 mAs Menggunakan Variasi Tebal Filter

4.2. Pesawat Sinar- X Radiografi Mobile


Setelah dilakukan pengujian iluminasi, kolimasi ketegaklurusan dan kualitas
berkas Pesawat Sinar-X Radiografi Mobile di Instalasi Radiologi Rumah Sakit
Umum Bunda Thamrin Medan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.1. Hasil Pengujian Iluminasi
Tabel 4.6. Hasil Pengukuran Iluminasi
Area Titik Ukur Pengukuran
Hasil
Pengukuran Cahaya
Uji
Iluminasi Area Area Area Area Rata- Ruangan
(Lux)
(Lux) I II III IV Rata (Lux)
1 148 175 173 177 168,25 100,25
2 171 172 173 172 172,00 104,00
3 170 171 174 174 172,25 68 104,25
4 172 171 173 174 172,50 104,50
5 171 172 172 173 172,00 104,00
Rata-rata hasil uji 103,40
Nilai Lolos Uji ≥ 100 Lux

Dari hasil pengujian iluminasi pada pesawat sinar-X Radiografi Umum pada
jarak 100 cm dari tabung sinar-X dilakukan pengukuran pada empat titik ukur dan
dilakukan secara berulang sebanyak lima kali pengukuran. Pengukuran pertama
terdapat rata-rata titik ukur 168,25 Lux dan hasil Uji iluminasi pertama adalah
100,25 Lux, pada pengukuran kedua rata-rata titik ukur 172,00 Lux dan hasil uji
iluminasi kedua adalah 104,00 Lux, pada pengukuran ketiga rata-rata titik ukur
172,25 Lux dan hasil uji iluminasi ketiga adalah 104,25 Lux , pada pengukuran
keempat rata-rata titik ukur 172,50 Lux dan hasil uji iluminasi keempat adalah
104,50 Lux, pada pengukuran kelima rata-rata titik ukur 172,00 Lux dan hasil uji
iluminasi kelima adalah 104,00 Lux. Untuk mendapatkan hasil iluminasi digunakan
persamaan dibawah ini:

Iluminasi (Hasil Uji) = Rata-rata Lux Terukur – Lux Latar (4.6)


Dengan : Nilai Lolos uji ≥ 100 lux

Dari data diatas menunjukkan bahwa tingkat iluminasi yang dihasilkan


kolimator pada lima kali pengujian rata-rata hasil uji sebesar 103,40 Lux dinyatakan
lolos uji karena hasil uji ≥ 100 Lux.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.2. Hasil Pengujian lapanganan Kolimasi Berkas Sinar-X Dengan Berkas
Cahaya

Pengujian kolimasi dan ketegaklurusan berkas sinar-X dengan cahaya


kolimator didapatkan hasil yang terdapat pada tabel 4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7. Hasil Pengujian Kolimasi berkas Sinar-X dengan Cahaya Kolimator
Titik Ukur Tepi Lapangan Tepi Lapangan ΔX + ΔY
Cahaya (cm) Sinar-X (cm) 1   2 % SID (%SID)
X1 9 8 1.5
X2 9 8.5
3
Y1 7 6.5 1.5
Y2 7 6
Nilai Lolos Uji ≤ 3%

Pengukuran dilakukan dengan mengatur tepi lapangan cahaya pada sumbua


X1= 9 cm dan tepi lapangan sinar-X=8 cm, pada sumbu X2 tepi lapangan cahaya = 7
cm dan tapi lapangan sinar-X = 8,5 cm. Pada sumbu Y1 tepi lapangan cahaya = 7
cm dan tepi lapangan sinar-X adalah 6,5 cm, pada Y2 pengaturan tepi lapangan
cahaya = 7 cm dan tepi lapangan sinar-X adalah 6 cm. Untuk memperoleh selisih
lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu X di dapatkan menggunakan
persamaan dibawah ini:

ΔX (% SID) =
X 1   X 2  x 100% (4.7)
SID
Diperoleh nilai deviasi % SID pada sumbu x adalah 1,5 %.
Selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu Y diperoleh dengan
persamaan dibawah ini :

ΔY (%SID) =
Y1  Y2
x 100% (4.8)
SID

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sehingga diperoleh nilai deviasi SID adalah 1,5 %.

Penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada sumbu X dan
Sumbu Y diperoleh dari persamaan dibawah ini :

ΔX + ΔY = X (%SID) Y (%SID) (4.9)

Sehingga hasil penjumlahan selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-X pada
sumbu X dan Sumbu Y adalah 3 %.

Batas toleransi lolos uji adalah sebesar

ΔX dan ΔY ≤ 2% SID
ΔX + ΔY ≤ 3% SID (4.10)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih lapangan kolimasi dengan berkas sinar-
X. Pada sumbu X dan sumbu Y masih dibawah batas toleransi sehingga alat masih
dalam kondisi baik.

4.2.3. Pengujian Ketegaklurusan Berkas Sinar-X Dengan Berkas Cahaya

Pada pengujian ketegaklurusan berkas Sinar-X dengan berkas cahaya


menggunakan faktor ekspose dengan tegangan tabung 80 kilo volt dan waktu 20
milli Ampere second pada jarak Source Image Distance (SID) = 100 cm dengan
mengatur collimator test tool dan luas lapangan penyinaran berkas penyinaran.

Tabel 4.8. Pengujian Ketegaklurusan Kolimasi Berkas Cahaya


Ketegaklurusan Hasil Ukur (º )
1.5º

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.4. Pengujian Ketegaklurusan berkas Sinar-X dengan berkas cahaya
Pesawat Radiografi Mobile

Terlihat pada gambar 4.2 Pengujian Ketegaklurusan berkas Sinar-X pada


film Radiografi titik fokus sinar-X tepat pada 0º dan titik ke dua terdapat pada 1,5º.
Nilai lolos uji Ketegaklurusan Kolimasi Berkas sinar-X dengan pusat berkas Cahaya
adalah ≤ 30. Sehingga hasil pengujian pada ketegaklurusan berkas sinar-X dengan
berkas cahaya pada pesawat Radiografi Mobile masih dalam toleransi.

4.2.4. Hasil Pengujian Kualitas Berkas Pesawat Sinar-X Radiografi Mobile


Table 4.9. Pesawat Sinar-X Mobile 70 Kilo Volt, 20 milli Ampere second
No Tegangan Inheren Addheren Total Dosis HVL
Tabung (kV) (mmAl) (mmAl) Filter (mGy)
0 1,5 1,1140 2,65
1 2,5 0,8470 3,08
1 70 kilo Volt, 1,5 2 3,5 0,6794 3,41
20 mAs 3 4,5 0,5629 3,68
4 5,5 0,4618 3,94
5 6,5 0,3897 4,16

Berdasarkan Perka Bapeten 2011 Secara matematis HVL dapat dihitung


sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


t1 Ln 2 D2 / D0   t 2 Ln 2 D1 / D0 
HVL =
LnD2 / D1 

 2. 0,5629   2. 0, 4618 
5,5 Ln    4,5 Ln  
HVL =  1,1140   1,1140 
Ln  0,5629 
 0,4618 

5,5 Ln 1,01  4,5 Ln 0,82


=
Ln 1,21

5,5 . 0,0105  4,5  0,1874


=
0,1979

0,0579   0.8434
=
0,1979

= 4,5532 HVL

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas berkas


pesawat sinar-X Radiografi Umum pada filter Inherent (filter terpasang tetap)
terdapat dosis 1,114 mGy dan HVl sebesar 2,65 mmAl. Pada filter Addheren (filter
tambahan) pada 1 mmAl terdapat dosis 0,847 mGy dan HVL sebesar 3,08 mmAl,
pada filter 2 mmAl terdapat dosis 0,6794 mGy dan HVL sebesar 3,41, pada filter 3
mmAl terdapat dosis 0,5629 mGy dan HVL sebesar 3,68, pada filter 4 mmAl
terdapat dosis 0,4618 mGy dan sebesar HVL 3,94 mmAl, pada filter 5 mmAl
terdapat dosis 0,3897 mGy dan HVL sebesar 4,16. Pada hasil pengukuraan tersebut
tampak bahwa semakin tipis ketebalan filter Aluminium dosis radiasinya semakin
tinggi. Sedangkan semakin tebal Filter maka dosis radiasi semakin kecil ataupun
sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa kualitas berkas pada tegangan 70 kilo Volt, arus
waktu 20 mili Ampere second setelah dilakukan pengukuran masih dalam batas
toleransi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.5 Kualitas Berkas dengan Dosis Pesawat Sinar-X Radiografi
MobileTegangan 70 kV dan Kuat Arus 20 mAs Menggunakan Variasi Tebal Filter

Tabel 4.10. Faktor Ekspose 80 kilo Volt dan 20 mili Ampere second
No Tegangan Inheren Addheren Total Dosis HVL
Tabung (kV) (mmAl) (mmAl) Filter (mGy)
0 1,5 1,4630 2,99
1 2,5 1,1610 3,44
2 80 kilo Volt, 1,5 2 3,5 0,9449 3,87
20 mAs 3 4,5 0,7912 4,20
4 5,5 0,6613 4,52
5 6,5 0,5694 4,78

Berdasarkan Perka Bapeten 2011 Secara matematis HVL dapat dihitung sebagai
berikut :
t1 Ln 2 D2 / D0   t 2 Ln 2 D1 / D0 
HVL =
LnD2 / D1 

 2. 0,7912   2. 0, 6613 
5,5 Ln    4,5 Ln  
 1. 4630   1,6613 
HVL =
Ln  0,7912 
 0,6612 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5,5 Ln 1,0813  4,5 Ln 0,9040
=
Ln 1,1966

5,5 . 0,7845  4,5 Ln  0,1008


=
0,1794

0,4314   0454
=
0,1794

= 4,9392 HVL

Pada tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian kualitas berkas
pesawat sinar-X Radiografi Umum filter Inherent (filter terpasang tetap) terdapat
dosis 1,463 mGy dan HVl 2,99. Pada filter addheren (filter tambahan) pada 1 mmAl
terdapat dosis 1,161 mGy dan HVL sebesar 3,44 mmAl, pada filter 2 mmAl
terdapat dosis 0,9449 mGy dan HVL sebesar 3,87 mmAl, pada filter 3 mmAl
terdapat dosis 0,7912 mGy dan HVL 4,2, pada filter 4 mmAl terdapat dosis 0,6613
mGy dan HVL sebesar 4,52 mmAl, pada filter 5 mmAl terdapat dosis 0,5694 mGy
dan HVL sebesar 4,78 mmAl. Pada hasil pengukuraan tersebut tampak bahwa
semakin tipis ketebalan filter Aluminium dosis radiasinya semakin tinggi, dan
sebaliknya semakin tebal Filter maka dosis radiasi semakin kecil.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas berkas pada tegangan 80 kiloVolt, arus waktu 20
mili Ampere second pada alat Radiografi Mobile masih dalam batas toleransi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.6 Kualitas Berkas dengan Dosis Pesawat Sinar-X Radiografi Mobile
Tegangan 80 kV dan Kuat Arus 20 mAs Menggunakan Variasi Tebal Filter

4.3. Pembahasan

4.3.1. Perbandingan Pengujian iluminasi pada Pesawat sinar- X Radiografi


Umum dan Radiografi Mobile

Hasil pengujian iluminasi pada Pesawat sinar- X Radiografi Umum dan


Radiografi Mobile

Gambar 4.7 Pengujian Iluminasi Pada Pesawat Sinar-X Radiografi Umum Dan
Radiografi Mobile

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada Gambar 4.7 menunjukkan perbandingan Iluminasi Pesawat Sinar-X
Radiografi Umum Dan Radiografi Mobile. Pada gambar tersebut menunjukkan
bahwa iluminasi pada pesawat Sinar-X Radiografi Umum lebih tinggi Intensitasnya
dibandingkan dengan intensitas Radiografi Mobile. Hal ini dikarenakan Pesawat
Radiografi Mobile pemakaian lampu kolimator terlalu lama. Pada pesawat sinar-X
Radiografi Umum dengan Radiografi Mobile perlu dilakukan pemeliharaan pada
kaca kolimator sehingga hasil iluminasi lebih bagus. Iluminasi pada masing-masing
pesawat sinar-X tersebut masih dalam batas toleransi karena hasil masing-masing
pengujian ≥ 100 Lux. Ketika iluminasi intensitasnya lemah maka penentuan luas
lapangan penyinaran tidak tepat, sehingga organ sehat terkena radiasi. Iluminasi
menentukan luas lapangan penyinaran atau batas lapangan penyinaran.

4.3.2. Perbandingan Kolimasi dan Ketegaklurusan Berkas Sinar-X Radiografi


Umum dengan Radiografi Mobile

Hasil pengujian pada pesawat sinar-X Radiografi Umum dengan Radiografi


Mobile menunjukkan ada penyimpangan kolimasi. Kolimasi pada sumbu X1 tepi
lapanganan cahaya yang disetting 9 cm setelah di ekspose tepi lapangan sinar-X 9
cm, pada sumbu X2 tepi lapangan cahaya yang disetting 9 cm setelah diekspose tepi
lapangan sinar-X 8,5 cm, sehingga penyimpangannya sebesar 0,5% SID. Pada
sumbu Y1 tepi lapangan cahaya yang disetting 7 cm, setelah diekspose tepi lapangan
sinar-X 6 cm, sehingga penyimpangannya sebesar 1% SID sedangkan pada sumbu
Y2 yang disetting 7 cm, setelah diekspose tepi lapangan sinar-X 6,5 cm, sehingga
penyimpangannya 0,5% SID. Selisih lapanganan kolimasi dengan berkas sinar-X
sebesar 2% SID tetapi masih dalam batas toleransi.

Sedangkan pada Radiografi Mobile pengaturan pada sumbu X1 tepi lapangan


cahaya yang disetting 9 cm setelah diekspose tepi lapangan sinar-X 8 cm, sehingga
penyimpangan sebesar 1% SID pada sumbu X2 tepi lapangan cahaya yang disetting
9 cm setelah diekspose tepi lapangan sinar-X 8 cm, sehingga penyimpangan pada
sinar-X sebesar 0,5% SID. Pada sumbu Y1 tepi lapangan cahaya yang disetting 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


cm, setelah diekspose tepi lapangan sinar-X 6,5 cm, sehingga penyimpangannya
sebesar 0,5% SID dan pada Y2 tepi lapanganan cahaya yang disetting 7 cm, setelah
diekspose tepi lapangan sinar-X 6 cm, sehingga penyimpangannya sebesar 1% SID.

Pada pesawat sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile masing-


masing pesawat masih dalam keadaan baik tetapi penyimpangan lebih besar pada
pesawat Radiografi Mobile. Penyimpangan pada Sumbu X dan Sumbu Y pada
Radiograpi Umum sebesar 2% SID sedangkan pada Radiografi Mobile
Penyimpangan pada sumbu X dan Y sebesar 3% SID. Penyimpangan terjadi
dikarenakan adanya pergeseran atau selisih lapanganan kolimasi berkas cahaya dan
berkas sinar-X tidak tepat pada luas lapanganan yang disetting.

Pesawat sinar-X Radiografi Mobile dapat dipindah-pindahkan sehingga


mengalami pergeseran pada lampu dan window yang mempengaruhi kolimasi sinar-
X. Untuk mengatasi penyimpangan pada masing-masing pesawat sinar-X perlu
dilakukan Adjustment pada kolimator. Adjusment kolimator dilakukan dengan
mensetting lampu kolimator terhadap meja pemeriksaan pada jarak 100 cm dan
mengatur window kolimator sampai tepat pada kolimasi yang telah ditentukan.
Ketegaklurusan berkas cahaya dengan berkas sinar-X titik fokus sinar-X pada
Radiografi Umum sebesar 0º sedangkan pada Radiografi Mobile ketegaklurusan
berkas cahaya dengan berkas sinar-X titik fokus sinar-X sebesar 1,5º.

4.3.3. Perbandingan Kualitas Berkas Sinar-X Radiografi Umum dengan


Radiografi Mobile

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.8 Perbandingan kualitas berkas sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi
Mobile.
Pada gambar 4.8 perbandingan kualitas berkas sinar-X Radiografi Umum
dan Radiografi Mobile menggunakan tegangan 70 kiloVolt dan 20 mili Ampere
second dengan variasi filter. Pengukuran kualitas berkas menggunakan filter
aluminium dengan menggunakan alat ukur piranha. Filter Inherent Radiografi
Umum sebesar 1,2 mmAl sedangkan pada Radiografi Mobile filter Inherent sebesar
1,5 mmAl. Variasi filter tambahan aluminium yaitu 1 mmAl, 2 mmAl, 3 mmAl, 4
mmAl, 5 mmAl.

Pesawat Radiografi Umum filter inheren1,2 mmAl setelah diekspose pada


tegangan 70 kilo Volt dan kuat arus 20 mAs dan dosis 0.883 mGy. Setelah
penambahan filter sehingga total filter sebesar 2,2 mmAl, 3,2 mmAl, 4,2 mmAl, 5,2
mmAl, 6,2 mmAl. Gambar diatas menunjukkan bahwa dengan penambahan filter,
dosis radiasi akan berkurang. Penambahan filter untuk sinar-X yang dihasilkan oleh
tabung sinar-X mengurangi paparan radiasi pasien karena filter dapat
menghilangkan foton energi rendah yang tidak perlu untuk penambahan citra
diagnostik. Hal ini dikarenakan energi rendah tidak memiliki energi yang cukup
untuk menembus pasien, sehingga tidak memeberikan informasi diagnostik pada
film.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sedangkan pada Radiografi Mobile filter inherent 1,5 mmAl setelah
diekspose pada tegangan 70 kilo Volt dan kuat arus 20 mAs dosis 1.114 mGy.
Setelah penambahan filter sehingga total filter sebesar 2,5 mmAl, 3,5 mmAl, 4,5
mmAl, 5,5 mmAl dan 6,5 mmAl, gambar diatas menunjukkan penambahan filter
dosis berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tebal filter yang
digunakan maka dosis radiasi semakin berkurang tetapi semakin tipis filter yang
digunakan maka dosis radiasi semakin tinggi.

Gambar 4.9 Perbandingan kualitas berkas sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi
Mobile.
Pesawat sinar-X Radiografi Umum dan Radiografi Mobile pada tegangan 80
kilo Volt dan kuat arus 20 mAs . Filter inheren pada Radiografi Umum 1,2 mmAl
sedangkan pada Radiografi Mobile 1,5 mmAl. Pesawat Radiografi Umum filter
inheren1,2 mmAl setelah diekspose pada tegangan 80 kilo Volt dan kuat arus 20
mAs dan dosis 1.133 mGy. Pesawat Radiografi Mobile filter inheren1,5 mmAl
setelah diekspose pada tegangan 80 kilo Volt dan kuat arus 20 mAs dan dosis 1,463
mGy. Gambar diatas menunjukkan dosis radiasi pada Radiografi Mobile lebih
tinggi dibandingkan dengan Radiografi Umum. Ketika faktor eksope semakin
tinggi maka dosis radiasinya semakin tinggi tetapi semakin rendah faktor ekspose
yang digunakan maka dosis radiasi semakin kecil. Kualitas berkas pada pesawat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sinar-X Radiografi Umum lebih bagus karena dosis radiasi lebih kecil dibandingkan
dengan Radiografi Mobile karena berkas sinar-X yang rendah tidak terlewatkan
yang dapat mengganggu citra pada film Radiografi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini,
maka didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Dari hasil pengujian Iluminasi pada pesawat sinar-X Radiographi Umum
terdapat 109,50 Lux sedangkan pada Radiographi Mobile iluminasinya
103,40 Lux menunjukkan bahwa iluminasi dari masing-masing pesawat
masih dalam kondisi baik.
2. Pada pengujian kolimasi pada Radiographi Umum sebesar 2% SID
sedangkan pada Radiographi Mobile sebesar 3% SID. Untuk
ketagaklurusan berkas sinar-X pada Radiographi Umum titik fokus sinar-X
mendekati 0º sedangkan pada Radiographi Mobile titik fokus sinar-X
sebesar 1,5º mengalami penyimpangan namun masih dalam batas toleransi.
3. Pengujian kualitas berkas sinar-X (HVL) yang dihasilkan Radiographi
Umum dan Radiographi Mobile variasi tegangan tabung 70 kilo Volt, 80
kilo Volt dan Kuat arus tetap 20 mili Ampere Second. Kualitas berkas sinar-
X semakin tipis tebal filter yang digunakan maka dosis radiasi semakin
tinggi tetapi semakin tebal filter yang digunakan maka dosis radiasi semakin
berkurang.
5.2. Saran
1. Penggunaan Pesawat Radiographi Umum dan Radiographi Mobile
disarankan untuk melakukan menambahkan filter Adherent supaya
mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien dan Kualitas berkas yang
dihasilkan lebih bagus sehingga tidak terjadi kekaburan pada film
Radiographi.
2. Perlu dilakukan Adjusment alat Radiographi Mobile secara berkala supaya
titik pusat berkas cahaya dan berkas sinar-X tepat pada titik fokus 0º.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Kendali Mutu (QC) pada
Pesawat Sinar-X Radiographi Umum dan Radiographi Mobile perameter-
parameter lainnya supaya hasilnya lebih akurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


AL-Jasim Ali Kareem, S.N.C.W.M.P.S.K. Hulugalle, Haider Kamil Al-Hamadani
2017, Kendali Mutu pada Pesawat Sinar-X Radiographi Umum. WSN 90
(2017) 11-30 EISSN 2392-2192
Ayu Larasati, Bualkar Abdullah, dan Bidayatul Armynah 2014. Studi Eksperimen
Penggunaan Kolimator Pada Pesawat Sinar-X Mobile di Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar. Jurusan fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin.
Bushberg 2002, The Essential Physics of Medical Imaging” Third Edition
Lippincott Williams and Wilkins
Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Peraturan Kepala BAPETEN No. 8 Tahun 2011
tentang Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi
Diagnostik dan Intervensional, 2011.
Begum, M., A. S. Mollah, M. A. Zaman, dan A. K. M. M. Rahman. 2011. Quality
Control Tests In Some Diagnostic X Ray Units In Bangladesh. Bangladesh
Journal of Medical Physics, 1(4): 58-66.
Bc Centre For Disease Control. 2004. “Diagnostic X-Ray Unit QC Standards in
British Colombia”. Canada: Radiation Protection Service.
Bushong, Steward C. 2013. Radologic Science for Technologists. 10th edition.
United State of America : CV. Mosby Company.
Curry III, Thomas S., 1984, “Christensens Introduction to The Physics of
Diagnostic Radiology”, Third Edition, Lea and Eigher Philadelphia.
Charlton, Richard R and Mc Kenne, Arlene. 1992. Principles of Radiographic
Imaging An Art and Science, Delmar Publisher Inc
Charlton, Richard R and Mc Kenne, Arlene, 1992, Principles of Radiographic
Imaging An Art and Science, Delmar Publisher Inc.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Compagnone, G., Pagan, L., dan Bergamini, C. 2005. Comparison of Six
Phantoms for Entrance Skin Dose Evaluation in 11 Standard X-Ray
Examinations. Journal of Applied Clinical Medical Physics, 6(1):101-113.
D Martina, Susilo, Sunarno 2015, Uji Kolimator Pada Pesawat Sinar-X Merk/ Type
Mednif/Sf100by Di Laboratorium Fisika Medik Menggunakan Unit Rmi.
Dwi S. 2008. Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian
Pesawat Sinar-X. Skripsi. Jakarta: Fisika Universitas Indonesia.
Dhahryan, Azam, M. 2009. Pengaruh Teknik Tegangan Tinggi terhadap Entrasce
Skin Exposure (ESE) dan Laju Paparan Radiasi Hambur pada Pemeriksaan
Abdomen. Berkala Fisika 12 (1): 21-26
Fluke Biomedical. 2005. Nuclear Associates 07-661-7662 Collimator/Beam
Alignment Test Tool. U.S.A: Fluke Corporation.
Ferry Suyatno 2008, Aplikasi Radiasi Sinar-X Di Bidang Kedokteran Untuk
Menunjang Kesehatan Masyarakat. Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-
BATAN, Tangerang.
Fahmi, A., Firdausi, K. S., Budi, W. S. 2008. Pengaruh Faktor Eksposi pada
Pemeriksaan Abdomen terhadap Kualitas Radiograf dan Paparan Radiasi
menggunakan Computed Radiography. Berkala Fisika 11 (4): 109-118.
M. Begum1, A. S. Mollah 2, M. A. Zaman3 and A. K. M. M. Rahman 4 “Quality
Control Tests In Some Diagnostics X-Ray Units In Bangladesh . Bangladesh
Journal of Medical Physics Vol. 4, No.1, 2011.
Nur mukimah R,. Iswadi, dan Ihsan 2013, Analisis Linearitas Keluaran Radiasi
Pada X-Ray Mobile Dengan Menggunakan Piranha.
N.B Akaagerger1, A.A. Tyovenda2 and F.O. Ujah 2015, Evaluation of Quality
Control Parameters of Half Value Layer, Beam Alignment and Collimator
Test Tools on Diagnostic X-Ray Machines. International Journal of Science
and Technology Volume 4 No. 6, June, 2015.
Puji Hastuti, Intanung Syafitri, Wawan Susanto. 2009. Uji Kesesuaian Sebagai
Aspek Penting Dalam Pengawasan Penggunaan Pesawat Sinar-X Di
Fasilitas Radiologi Diagnostik. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Teknologi Nuklir. Bandung. Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi
Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif.
Sri Dewi Astuty Ilya, Khaerati, Supri , Chadidjah, Uji Karakterisasi Kualitas
Radiasi Sinar X Sebagai Parameter Quality Control.
Sugeng Rianto 2009, Karakteristik Dan Pengujian Kualitas Sinar-X Menggunakan
Detektor CZT. Prosiding Ilmiah Keselamatan Radiasi dan
Lingkungan.Puslitbang Keselamatan Radiasi Dan Biomedika Nuklir
BATAN.
Suzanne A K 2009, “introduction to physics in modern medicine” second edition,
haverford college pennsylvania, usa taylor & francis group.
Sharifat, Oyeleke, O.I. 2009. Patient Entrance Skin Doses at Minna and Ibadan for
Common Diagnostic Radiological Examinations. Bayero Journal of Pure
and Applied Sciences, 2(1): 1-5.
Wiyono, Alif. 2010. Pengujian Kolimator dengan Menggunakan RMI Collimator
dan Beam Alignment Test Tool pada Pesawat Sinar-X Merk Siemens
Polymobile Plus di Instansi Radiologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.
Skripsi. Semarang: Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Kesehatan Depkes Semarang.
Waseso. 1998. “ Pengaruh Variasi Tegangan dan Arus Terhadap Kualitas
Radiograf dan Dosis Yang Diterima Pasien pada Pemotretan Paru-Paru
Proyeksi Postero Anterior (Study Kasus Di RSPAD “Gatot Soebroto“
Jakarta).” Skripsi. Semarang :Universitas Dipenegoro.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai