PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan teknologi. Didunia
kesehatan, peralatan teknologi yang digunakan semakin canggih. Radiologi memegang
peranan penting dalam upaya penegakan diagnosa suatu penyakit dan mempelajari tentang
radiasi terutama di bidang radiodiagnostik dan radioterapi. Salah satu bentuk kemajuan
tersebut adalah penggunaan alat CT Scan (Computed Tomography Scanner) untuk
melakukan pencitraan diagnosa penyakit pasien.
CT Scan (Computed Tomography Scanner) Pencitraan diagnostik yang
menggunakan kombinasi sinar-x dan teknologi komputer dalam mengolah, menganalisa,
dan merekonstruksi data menjadi gambaran irisan transversal tubuh (cross sectional) yang
diperiksa.
CT Scan (Computed Tomography Scanner) pertama kali digunakan untuk diagnosa
kedokteran pada awal tahun 1970-an. Teknik diagnosa ini dilakukan dengan melewatkan
seberkas sinar-X terkolimasi (lebar ±2 mm) pada tubuh pasien dan berkas radiasi yang
diteruskan ditangkap oleh suatu sistem detektor. Sumber sinar-X berikut detektor bergerak
di suatu bidang mengitari tubuh pasien. Berdasarkan perbedaan respon detektor pada
berbagai posisi penyinaran kemudian dibuat suatu rekonstruksi ulang untuk mendapatkan
gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang disinari.
Banyak pemeriksaan yang dapat kita lakukan dengan menggunakan CT Scan,
seperti pemeriksaan CT Scan Thorax yang mempunyai peranan penting dalam
mendiagnosa suatu penyakit, salah satunya TB Paru (Tuberculosis Paru) yang dilakukan
di RSUP Persahabatan.
Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang teknik pemeriksaan dan cara kerja MRI
Cervical, maka penulis membuat makalah dengan judul “Laporan Praktek Kerja
Lapangan Di RSUP Persahabatan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis ambil
adalah “Bagaimana parameter yang digunakan untuk mendapatkan hasil gambaran CT
Scan dengan klinis TB Paru (Tuberculosis Paru) di RSUP Persahabatan”.
1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan
dan penggunaan parameter CT Scan Thorax di RSUP Persahabatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan laporan ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk
memenuhi tugas akhir praktek kerja lapangan di RSUP Persahabatan.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yang dilakukan oleh penulis,
antara lain:
1. Bagi penulis untuk memenuhi tugas laporan kasus PKL serta menambah wawasan
pengetahuan bagi penulis terutama tentang teknik pemeriksaan CT Scan Thorax.
2. Bagi pembaca memberikan gambaran yang jelas tentang teknik pemeriksaan CT Scan
Thorax.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi CT Scan
2
susunan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan dan rongga perut. CT Scan menggunakan
radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x.
CT Scan (Computed Tomography Scanner) pertama kali digunakan untuk diagnosa
kedokteran pada awal tahun 1970-an. Teknik diagnosa ini dilakukan dengan melewatkan
seberkas sinar-X terkolimasi (lebar ±2 mm) pada tubuh pasien dan berkas radiasi yang
diteruskan ditangkap oleh suatu sistem detektor. Sumber sinar-X berikut detektor bergerak
di suatu bidang mengitari tubuh pasien. Berdasarkan perbedaan respon detektor pada
berbagai posisi penyinaran kemudian dibuat suatu rekonstruksi ulang untuk mendapatkan
gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang disinari.
B. Perkembangan CT Scan
Perkembangan CT Scan sangat pesat. Dimulai dari generasi I yang hanya memiliki satu
detector dan menggunakan berkas Pencil Beam, sampai yang sekarang ini sudah menggunakan
Multi Slice Detector (MSCT) dan Dual Source CT (DSCT).
1. Generasi Pertama
3
Pada generasi pertama prinsip pergerakan tabung menggunakan prinsip yang dinamakan
translation-rotation. Dimana pada generasi ini hanya memiliki satu detektor dan untuk
menghasilkan satu scanning lengkap memerlukan waktu scanning 135-300s
Gambaran pergerakan tabung dan detektor pada generasi pertama :
2. Generasi Kedua
4
Gambar 5. Konstruksi CT Scan generasi 2
3. Generasi Ketiga
Generasi ketiga ini antara pergerakan tabung dan detektornya menggunakan prinsip
rotation. Dimana bentuk dari detektornya setengah lingkaran. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk satu kali scanning pada generasi ini paling cepat sebesar 0,4 – 10s.
Gambaran gerakan tabung dan detector pada generasi ketiga :
5
4. Generasi Keempat
CT Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang dinamakan ring. Sehingga
hanya tabungnya saja yang berputar 360 derajat dan detektornya statis (diam). Waktu yang
diperlukan untuk satu kali scanning selama 1 – 5s
Gambaran pergerakan tabung sinar-x dan detector :
6
oleh kumparan elektromagnet, ke sebuah titik fokus kecil pada sebuah cincin tungsten. Daerah
target ini kemudian bergerak sepanjang cincin.
Sinar-x yang dihasilkan oleh proses perlambatan dan kolimator membentuk berkas
sinar-x ini menjadi berkas kipas yang akan “menyapu” pasien. Perbedaan intensitas sinar-x
akan dideteksi oleh bank detektor solid-state dan keluarannya akan dibuah menjadi sinyal
digital oleh Sistem Akuisisi Data. Data disimpan dalam memori yang besar dan dipindahkan
ke penyimpanan cakram magnetik yang kemudian diubah menjadi gambar irisan penampang
melintang. Tidak ada bagian yang bergerak dalam sistem ini sehingga waktu pemaparan dapat
dikurangi menjadi 50ms per irisan. Sampai dengan 17 irisan per detik dapat diambil,
memungkinkan unit pemindai CT ini untuk pencitraan obyek yang bergerak seperti seperti
jantung.
Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-x berputar, sehingga
gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral terhadap pasien ketika dilakukan akuisisi data.
Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat.
Pengembangan dari generasi III dan IV
7
App : whole body scanner (multi slice, 3D, 4D)
Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator dibuka lebih lebar
maka akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga diperoleh irisan yang lebih
tebal sehingga penggunaan energi sinar-x menjadi lebih efisien.
8
8. Generasi Kedelapan (Dual Source CT)
Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-x dan terhubung pada
dua buah detector. Masing-masing tabung sinar-x menggunakan tegangan yang berbeda. Yang
satu menggunakan tegangan tinggi (biasanya sekitar 140 KV) dan tabung yang lainnya
menggunakan tegangan rendah (sekitar 80 KV). DSCT berguna untuk menentukan jenis bahan
atau zat.
9
pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat
memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT
scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi
oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-
x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai obyek, dan
detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah
oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya
di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi
besaran digital oleh Analog to Digital Converter (A/DC) yang kemudian dicatat oleh komputer.
Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang
ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan
Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas
secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi
disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang
probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan.
Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber
dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh
detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah
menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai
rekonstruksi.
10
D. Instrumen CT Scan
Sebuah sistem CT Scan terdiri dari beberapa komponen. Pada umumnya terdiri dari:
• Unit scanner, yang disebut dengan gantry. Didalamnya terdapat sumber sinar-X dan
unit detektor.
• Meja pasien.
• Unit komputer pengolah gambar.
• Control console.
11
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya
selalu berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan
scanning.
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
- Kolimator pada tabung sinar-x
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan
penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.
12
- Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan
menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness ).
13
vertebralis, tulang costae, cartilago costae, dan sternum. Tulang-tulang tersebutlah
yang melindungi cavum thorax dan beberapa organ abdomen, contohnya hati dan
limpa.
Thorax dilapisi oleh selaput yang disebut pleura, yang berfungsi untuk
mengoptimalkan kerja paru-paru. Pleura mengandung sedikit cairan yang disebut
cairan pleura, yang membantu pleura bisa bergerak tanpa usaha satu sama lain saat
pernapasan. Cairan pleura ada 2 macam yaitu viseral dan parietal dari paru-paru kanan
maupun kiri.
14
c. Jantung
Jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Fungsi utama jantung adalah sebagai
single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan
metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
Jantung dilindungi oleh selaput yang disebut pericardium. Pericardium
mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas untuk memudahkan
pergerakan jantung pada saat memompa.
15
b. Pernafasan Perut merupakan pernafasan yang menggunakan otot-otot
diafragma. Otot-otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga
diafragma yang semula cembung menjadi mendatar, dengan demikian,
paru-paru dapat mengembang kearah perut (abdomen). Pada waktu itu
rongga dada bertambah besar dan udara terhirup masuk
F. Patologi Thorax
Beberapa penyakit yang sering terjadi di cavum thorax, yaitu:
1. TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk
dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh orang sehat yang tidak
memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
2. Pneumothorax
Pneumothorax adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan udara pada rongga
pleura, yaitu dinding tipis di antara paru-paru dan rongga dada. Tekanan dari udara
yang menumpuk tersebut dapat memicu pengempisan paru-paru hingga kolaps.
3. Pneumonia
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang
memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru.
Pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung
saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.
4. Efusi pleura
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara dua
lapisan pleura. Sebenarnya cairan yang diproduksi pleura ini berfungsi sebagai
pelumas yang membantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika bernapas.
5. Bronchitis
Bronchitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau bronkus
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut.
6. Kanker paru – paru
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak terkendali
di dalam paru-paru. Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling
umum terjadi. Penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok, baikpada perokok
aktif maupun perokok pasif.
16
G. Tuberculosis Paru
1. Definisi Tuberculosis Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mm,
ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah (Sylvia&Mary,2005).
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limpe.
(Sumantri, 2007).
2. Etiologi Tuberculosis Paru
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 104 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.
Tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah
apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat
yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
3. Patofisiologi Tuberculosis
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis melalui
udara ke paru-paru. Bakteri menyebar melalui jalan napas, menempel pada bronkus
atau alveolus untuk memperbanyak diri. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan cortex
cerebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh
memberikan respon dengan melakukan rekasi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri). Sementara limfosit spesifik-tuberculosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan
peningkatan metabolisme tubuh yang menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam),
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia, dan
produksi sputum yang menyebabkan akumulasi jalan napas terganggu. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
17
H. Teknik Pemeriksaan CT Scan Thorax
1. Pengertian
Teknik pemeriksaan CT Scan thorax adalah teknik pemeriksaan secara radiologi untuk
mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau penampang axial thorax.
2. Indikasi Pemeriksaan
a. Tumor, massa
b. Aneurisma
c. Abses
d. Lesi pada hilus atau mediastinal
a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan
jelas. Penderita melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti baju dengan baju
khusus pasien supaya tidak menyebabkan timbulnya artefak.
18
- Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas pada saat
pemeriksaan berlangsung.
- Parameter Scan parameter pemeriksaan CT Scan thorax adalah seperti tercantum
pada tabel dibawah ini :
- Foto sebelum dan sesudah memasukkan Media Kontras Kasus seperti tumor
dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto
sebelum dan sesudah media kontras adalah untuk melihat apakah ada jaringan
yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama sekali.
Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan Thorax dapat diwakili beberapa
kriteria :
Potongan axial 1
Merupakan bagian paling superior dari thorax yang disebut apeks paru-paru.
Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena jugularis interna kanan, (B) arteri
carotis comunis kanan, (C) Trakhea, (D) Sternum, (E) Sternoclavikular joint, (F)
clavicula, (G) Vena jugularis interna kiri, (H) arteri subklavikula kiri, (I) arteri karotis
komunis kiri, (J) vertebra thorakal II – thorakal III, (K) arteri subklavia kanan, (L)
prosesus acromion dari scapula, dan (M) caput humerus.
19
Potongan axial 3
Kriteria yang tampak antara lain (A) vena brachiocephalic kanan (dengan
media kontras), (B) arteri innominata, (C) manubrium sterni, (D) Vena
brachiocephalic kiri, (E) Arteri komunis karotis kiri, (F) arteri subklavia kiri, (G)
oesofagus, (H) vertebra thorakal III-thorakal IV, dan (I) trakhea.
Potongan axial 5
Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena kava superior, (B) Aorta
ascenden, (C) Corpus sternum, (D) Window aortopulmonary, (E) oesophagus, (F)
aorta descenden, (G) vertebra thorakal IV-thorakal V, dan (H) Trakhea.
Potongan axial 7
Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B) Aorta
ascenden, (C) arteri pulmonari utama, (D) Vena pulmonari kiri, (E) arteri pulmonari
kiri, (F) aorta descenden, (G) Vertebra thorakal VI-thorakal VII, (H) Vena azygos, (I)
oesofagus, (J) arteri pulmonari kanan.
20
Gambar 23. Potongan axial 7
Potongan axial 10
Kriteria Gambar yang tampak adalah (A) Vena cava inferior, (B) atrium kanan,
(C) Katup trikuspidalis, (D) perikardium, (E) ventrikel kanan, (F) septum
interventrikular, (G) ventrikel kiri, (H) atrium kiri, (I) aorta descenden, (J) vertebra
thorakal IX-thorakal X, (K) Oesofagus, (L) hemidiafragma kanan.
21
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan : Untuk melihat kelainan anatomi dan patologis yang ada didaerah cavum
thorax
Nama : Tn. Pn
No. RM : 115****
Umur : 56 tahun
22
Berat : 55 kg
2. Persiapan pasien :
3. Teknik pemeriksaan :
- Cari data pasien di daftar pasien “SCHEDULER”
- Pastikan sesuai dengan surat permintaan pemeriksaan
- Pastikan identitas pasien benar
- Atur posisi pasien diatas meja pemeriksaan dengan posisi feet first dan tidak
melewati batas garis hitam pada meja pemeriksaan
- Pasang selang connector ke venplon yang sudah dipasang
- Patency, untuk memastikan cairan kontras masuk ke pembuluh darah
- Atur ketinggian dengan sentrasi samping tepat di garis MCP, dan sentrasi atas di
acanthion pasien
- Matikan lampu sentrasi dan tekan tombol ”nol” untuk memulai pemeriksaan
- Tentukan protocol pemeriksaan CT Scan Thorax
- Klik load, start scan
23
Gambar 25. Topogram CT Scan Thorax
- Tentukan luas lapangan scannng, dengan batas atas C4 dan batas bawah L2
- Klik load, start scan
24
- Tekan start scan dan start pada injector secara bersamaan
25
4. Rekonstruksi gambar
- Pilih nama pasien di daftar local database
- Pilih “Thorax Mediastinum 0,6”
26
Gambar 32. Rekonstruksi potongan coronal
- Masukkan potongan yang sudah direkon ke dalam film, yaitu: topogram, axial
mediastinum CM, axial lung CM, coronal mediastinum CM, coronal lung CM
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemanfaatan CT Scan untuk memeriksa bagian dalam tubuh sangat efektif karena
memiliki kemampuan membuat citra potongan coronal, sagittal, dan axial tanpa banyak
memanipulasi tubuh pasien dan diagnosa dapat ditegakkan dengan lebih detil dan akurat.
CT Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang aman dan dapat menunjukkan
perbedaan sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh,
terutama thorax, organ-organ pada abdomen, dan soft tissue dibandingkan dengan
pemeriksaan x-ray biasa maupun MRI.
Banyak pemeriksaan CT Scan yang dilakukan antara lain kepala, thorax, dan
abdomen. Untuk CT Scan thorax dilakukan untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada
rongga thorax.
B. Saran
1. Sebelum pemeriksaan CT Scan thorax dilakukan, pasien dianjurkan terlebih dahulu
mengisi informed consent agar pasien mengerti tentang pemeriksaan yang akan
dijalaninya, dan juga sebagai kesepakatan antara rumah sakit dan pasien.
28