Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan teknologi. Didunia
kesehatan, peralatan teknologi yang digunakan semakin canggih. Radiologi memegang
peranan penting dalam upaya penegakan diagnosa suatu penyakit dan mempelajari tentang
radiasi terutama di bidang radiodiagnostik dan radioterapi. Salah satu bentuk kemajuan
tersebut adalah penggunaan alat CT Scan (Computed Tomography Scanner) untuk
melakukan pencitraan diagnosa penyakit pasien.
CT Scan (Computed Tomography Scanner) Pencitraan diagnostik yang
menggunakan kombinasi sinar-x dan teknologi komputer dalam mengolah, menganalisa,
dan merekonstruksi data menjadi gambaran irisan transversal tubuh (cross sectional) yang
diperiksa.
CT Scan (Computed Tomography Scanner) pertama kali digunakan untuk diagnosa
kedokteran pada awal tahun 1970-an. Teknik diagnosa ini dilakukan dengan melewatkan
seberkas sinar-X terkolimasi (lebar ±2 mm) pada tubuh pasien dan berkas radiasi yang
diteruskan ditangkap oleh suatu sistem detektor. Sumber sinar-X berikut detektor bergerak
di suatu bidang mengitari tubuh pasien. Berdasarkan perbedaan respon detektor pada
berbagai posisi penyinaran kemudian dibuat suatu rekonstruksi ulang untuk mendapatkan
gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang disinari.
Banyak pemeriksaan yang dapat kita lakukan dengan menggunakan CT Scan,
seperti pemeriksaan CT Scan Thorax yang mempunyai peranan penting dalam
mendiagnosa suatu penyakit, salah satunya TB Paru (Tuberculosis Paru) yang dilakukan
di RSUP Persahabatan.
Untuk mengetahui lebih jelas lagi tentang teknik pemeriksaan dan cara kerja MRI
Cervical, maka penulis membuat makalah dengan judul “Laporan Praktek Kerja
Lapangan Di RSUP Persahabatan”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis ambil
adalah “Bagaimana parameter yang digunakan untuk mendapatkan hasil gambaran CT
Scan dengan klinis TB Paru (Tuberculosis Paru) di RSUP Persahabatan”.

1
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui prosedur penatalaksanaan
dan penggunaan parameter CT Scan Thorax di RSUP Persahabatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan dari penulisan laporan ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan untuk
memenuhi tugas akhir praktek kerja lapangan di RSUP Persahabatan.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah yang dilakukan oleh penulis,
antara lain:
1. Bagi penulis untuk memenuhi tugas laporan kasus PKL serta menambah wawasan
pengetahuan bagi penulis terutama tentang teknik pemeriksaan CT Scan Thorax.
2. Bagi pembaca memberikan gambaran yang jelas tentang teknik pemeriksaan CT Scan
Thorax.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi CT Scan

Gambar 1. Pesawat CT Scan


CT Scan (Computed Tomography Scanner) merupakan alat penunjang diagnosa
yang mempunyai aplikasi yang universal untuk pemeriksaan seluruh organ tubuh, seperti

2
susunan saraf pusat, otot dan tulang, tenggorokan dan rongga perut. CT Scan menggunakan
radiasi nuklir seperti neutron, sinar gamma dan sinar-x.
CT Scan (Computed Tomography Scanner) pertama kali digunakan untuk diagnosa
kedokteran pada awal tahun 1970-an. Teknik diagnosa ini dilakukan dengan melewatkan
seberkas sinar-X terkolimasi (lebar ±2 mm) pada tubuh pasien dan berkas radiasi yang
diteruskan ditangkap oleh suatu sistem detektor. Sumber sinar-X berikut detektor bergerak
di suatu bidang mengitari tubuh pasien. Berdasarkan perbedaan respon detektor pada
berbagai posisi penyinaran kemudian dibuat suatu rekonstruksi ulang untuk mendapatkan
gambar bidang tomografi dari objek (pasien) yang disinari.

B. Perkembangan CT Scan
Perkembangan CT Scan sangat pesat. Dimulai dari generasi I yang hanya memiliki satu
detector dan menggunakan berkas Pencil Beam, sampai yang sekarang ini sudah menggunakan
Multi Slice Detector (MSCT) dan Dual Source CT (DSCT).

1. Generasi Pertama

Gambar 2. CT Scan generasi 1

 Perintis : EMI, London, 1977


 X-ray : pencil beam
 Gerakan : translate – rotate
 Detektor : single detector
 Rotasi : 180 derajat
 Waktu : 4,5 – 5,5 menit / scan slice
 Applikasi : head scan

3
Pada generasi pertama prinsip pergerakan tabung menggunakan prinsip yang dinamakan
translation-rotation. Dimana pada generasi ini hanya memiliki satu detektor dan untuk
menghasilkan satu scanning lengkap memerlukan waktu scanning 135-300s
Gambaran pergerakan tabung dan detektor pada generasi pertama :

Gambar 4. Konstruksi CT Scan generasi 1

2. Generasi Kedua

Merupakan pengembangan dari generasi ke satu.

 X-ray : narrow fan beam


 Gerakan : translate – rotate
 Detektor : multi detector ( 3-60)
 linier array detector
 Rotasi : 180 derajat
 Waktu : 20 detik - 2 menit / scan slice
 Aplikasi : head scanner

CT scan generasi kedua masih menggunakan prinsip translation-rotation tapi yang


membedakannya dengan generasi pertama pada generasi ini digunakan detektor berjenis series.
Pada generasi ini waktu yang diperlukan untuk satu kali scanning paling cepat sebesar 5 – 150s.
Gambaran gerakan tabung dan detector pada alat CT Scan generasi kedua :

4
Gambar 5. Konstruksi CT Scan generasi 2

3. Generasi Ketiga

Pengembangan dari generasi kedua.

 X-ray : wide fan beam


 Gerakan : rotate – rotate
 Detektor : multi detector (10-280) curve array detector
 Rotasi : 360 derajat
 Waktu : 1,4-14 detik / scan slice
 App : whole body scanner

Generasi ketiga ini antara pergerakan tabung dan detektornya menggunakan prinsip
rotation. Dimana bentuk dari detektornya setengah lingkaran. Lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk satu kali scanning pada generasi ini paling cepat sebesar 0,4 – 10s.
Gambaran gerakan tabung dan detector pada generasi ketiga :

Gambar 6. Konstruksi CT Scan generasi

5
4. Generasi Keempat

Pengembangan dari generasi III

 X-ray : wide fan beam


 Gerakan : stationary-rotate system
 Detektor : multi detector (424-2400)
 slip ring detector
 Rotasi : 360 derajat
 Waktu : 10 detik / scan slice
 App : whole body scanner

CT Scan generasi ini detektornya berbentuk seperti cincin yang dinamakan ring. Sehingga
hanya tabungnya saja yang berputar 360 derajat dan detektornya statis (diam). Waktu yang
diperlukan untuk satu kali scanning selama 1 – 5s
Gambaran pergerakan tabung sinar-x dan detector :

Gambar 7. Konstruksi CT Scan generasi 5

5. Generasi Kelima (Electron Beam Technique)

Konstrukti CT Scan generasi ke-lima ini dikenal juga sebagai Electron


BeamTechnique. Pada pemindai CT konvensional, tabung sinar-X bergerak berputar
mengelilingi tubuh pasien, berkas sinar dilemahkan oleh pasien dan perbedaan dari berkas yang
diperoleh akan dideteksi oleh sistem detektor. Informasi ini di digitalkan dan diubah menjadi
gambar potongan melintang. Waktu pemaparan radiasi untuk setiap irisan dibatasi oleh waktu
yang dibutuhkan menggerakkan tabung sinar-x secara fisik. Pemindai CT buatan pabrik
Imatron tidak memiliki tabung sinar-x tapi memiliki senapan elektron yang menghasilkan
berkas elektron pada 130kV yang dipercepat di sepanjang tabung. Sinar elektron difokuskan

6
oleh kumparan elektromagnet, ke sebuah titik fokus kecil pada sebuah cincin tungsten. Daerah
target ini kemudian bergerak sepanjang cincin.
Sinar-x yang dihasilkan oleh proses perlambatan dan kolimator membentuk berkas
sinar-x ini menjadi berkas kipas yang akan “menyapu” pasien. Perbedaan intensitas sinar-x
akan dideteksi oleh bank detektor solid-state dan keluarannya akan dibuah menjadi sinyal
digital oleh Sistem Akuisisi Data. Data disimpan dalam memori yang besar dan dipindahkan
ke penyimpanan cakram magnetik yang kemudian diubah menjadi gambar irisan penampang
melintang. Tidak ada bagian yang bergerak dalam sistem ini sehingga waktu pemaparan dapat
dikurangi menjadi 50ms per irisan. Sampai dengan 17 irisan per detik dapat diambil,
memungkinkan unit pemindai CT ini untuk pencitraan obyek yang bergerak seperti seperti
jantung.

Gambar 8. E-Beam CT Scanner generasi 5

6. Generasi Keenam (Spiral / Helical CT)

Akuisisi data dilakukan dengan meja bergerak sementara tabung sinar-x berputar, sehingga
gerakan tabung sinar-x membentuk pola spiral terhadap pasien ketika dilakukan akuisisi data.
Pola spiral ini diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ketiga dan keempat.
Pengembangan dari generasi III dan IV

 X-ray : wide fan beam


 Gerakan : stationary-rotate system
 Meja bergerak dalam terowongan gantry selama scanning (spiral CT)
 Detektor : multi detector (424-2400)
 slip ring detector
 Rotasi : 360 derajat
 Waktu : 10 detik / scan slice

7
 App : whole body scanner (multi slice, 3D, 4D)

Gambaran pergerakan tabung sinar-x, detector dan meja pasien :

Gambar 9. Pergerakkan tabung sinar-x, detector dan meja pasien

7. Generasi Ketujuh (Multi Array Detector CT / Multi Slice CT)

Dengan menggunakan multi array detector, maka apabila kolimator dibuka lebih lebar
maka akan dapat diperoleh data proyeksi lebih banyak dan juga diperoleh irisan yang lebih
tebal sehingga penggunaan energi sinar-x menjadi lebih efisien.

Gambar 10. Ultra Fast Detector

8
8. Generasi Kedelapan (Dual Source CT)

Dual Source CT (DSCT) menggunakan dua buah tabung sinar-x dan terhubung pada
dua buah detector. Masing-masing tabung sinar-x menggunakan tegangan yang berbeda. Yang
satu menggunakan tegangan tinggi (biasanya sekitar 140 KV) dan tabung yang lainnya
menggunakan tegangan rendah (sekitar 80 KV). DSCT berguna untuk menentukan jenis bahan
atau zat.

Gambar 11. Konstruksi CT Scan generasi 8


Dari perkembangan teknologi CT Scan dapat diperoleh indicator perkembangannya sebagai
berikut :

 Makin compact / ringkas komponennya


 Makin cepat scanning time nya
 Makin halus resolusinya
 Makin banyak slice nya
 Makin luas dimensinya
 Makin banyak manfatnya
 Makin kecil radiasi yang diterima pasien

C. Prinsip Dasar CT Scan


Prinsip dasar CT scan mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih umum dikenal.
Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi terusan setelah melewati
suatu obyek untuk membentuk citra/gambar. Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik
yang digunakan untuk memperoleh citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra
yang dihasilkan dari teknik radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak
tumpang tindih (overlap) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya

9
pada bidang tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu, citra ini dapat
memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra yang dihasilkan oleh CT
scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan oleh teknik radiografi konvensional.
Dengan menggunakan tabung sinar-x sebagai sumber radiasi yang berkas sinarnya dibatasi
oleh kollimator, sinar x tersebut menembus tubuh dan diarahkan ke detektor. Intensitas sinar-
x yang diterima oleh detektor akan berubah sesuai dengan kepadatan tubuh sebagai obyek, dan
detektor akan merubah berkas sinar-x yang diterima menjadi arus listrik, dan kemudian diubah
oleh integrator menjadi tegangan listrik analog. Tabung sinar-x tersebut diputar dan sinarnya
di proyeksikan dalam berbagai posisi, besar tegangan listrik yang diterima diubah menjadi
besaran digital oleh Analog to Digital Converter (A/DC) yang kemudian dicatat oleh komputer.
Selanjutnya diolah dengan menggunakan Image Processor dan akhirnya dibentuk gambar yang
ditampilkan ke layar monitor TV. Gambar yang dihasilkan dapat dibuat ke dalam film dengan
Multi Imager atau Laser Imager.
Berkas radiasi yang melalui suatu materi akan mengalami pengurangan intensitas
secara eksponensial terhadap tebal bahan yang dilaluinya. Pengurangan intensitas yang terjadi
disebabkan oleh proses interaksi radiasi-radiasi dalam bentuk hamburan dan serapan yang
probabilitas terjadinya ditentukan oleh jenis bahan dan energi radiasi yang dipancarkan.
Dalam CT scan, untuk menghasilkan citra obyek, berkas radiasi yang dihasilkan sumber
dilewatkan melalui suatu bidang obyek dari berbagai sudut. Radiasi terusan ini dideteksi oleh
detektor untuk kemudian dicatat dan dikumpulkan sebagai data masukan yang kemudian diolah
menggunakan komputer untuk menghasilkan citra dengan suatu metode yang disebut sebagai
rekonstruksi.

Gambar 12. Prinsip kerja CT Scan

10
D. Instrumen CT Scan
Sebuah sistem CT Scan terdiri dari beberapa komponen. Pada umumnya terdiri dari:
• Unit scanner, yang disebut dengan gantry. Didalamnya terdapat sumber sinar-X dan
unit detektor.
• Meja pasien.
• Unit komputer pengolah gambar.
• Control console.

Gambar 13. Instrumen CT Scan


Bagian - bagian pesawat, meliputi :
a. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya
pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari Carbon Graphite Fiber. Setiap
scanning satu slice selesai, maka meja pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice ( slice
thickness ). Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat
digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang melambangkan
maju, mundur, naik, dan turun yang terdapat pada gantry.
b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat tabung
sinar-x, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition System ). Serta lampu indikator untuk sentrasi.
Pada gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang memberi informasi tentang
ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.

11
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya
selalu berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan
scanning.

Gambar 14. Gantry


1). Tabung sinar-x

gambar 15. Tabung sinar-x

Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:


1. Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2. Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
3. Tahan terhadap goncangan

2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
- Kolimator pada tabung sinar-x
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan
penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.

12
- Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan
menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness ).

Gambar 15. Collimator


3) Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )

Gambar 16. DAS


Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang
selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi detektor
dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-x yang telah menembua
objek, mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya
tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal elektron, lalu kemudian menguatkan sinyal-
sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal elektron tersebut kedalam bentuk data
digital.
E. Anatomi dan Fisiologi Thorax
1. Anatomi Thorax
Thorax terletak antara leher dan perut. Cavum thorax terdiri dari jantung, paru-
paru, trakea, esophagus dan pembuluh darah. Rangka thorax dibentuk oleh columna

13
vertebralis, tulang costae, cartilago costae, dan sternum. Tulang-tulang tersebutlah
yang melindungi cavum thorax dan beberapa organ abdomen, contohnya hati dan
limpa.
Thorax dilapisi oleh selaput yang disebut pleura, yang berfungsi untuk
mengoptimalkan kerja paru-paru. Pleura mengandung sedikit cairan yang disebut
cairan pleura, yang membantu pleura bisa bergerak tanpa usaha satu sama lain saat
pernapasan. Cairan pleura ada 2 macam yaitu viseral dan parietal dari paru-paru kanan
maupun kiri.

Gambar 17. Cavum Thorax


a. Costae
Costae terdiri dari 12 pasang tulang rusuk, dan terdiri dari:
- 7 pasang costae vera atau costae sejati, memiliki artikulasi dengan vertebra
posterior dan dengan sternum di anterior melalui kartilago costae.
- 3 pasang costae spurae atau costae palsu, dari costae ke-8, ke-9, dan ke-10 yang
memiliki artikulasi dengan kartilago costae di atas.
- 2 pasang costae fluxtuanctes atau costae melayang, pada costae ke-11 dan ke-12
yang tidak memiliki artikulasi di anterior.
b. Sternum
Tulang sternum terdapat di midline bagian anterior thorax. Sternum terbagi atas
beberapa bagian, yaitu:
- Manubrium sterni: yg berhubungan dengan clavicula dextra dan sinistra, kartilago
costae ke-1 dan bagian atas dari kartilago costae ke-2. Di bagian inferior
berhubungan dengan corpus sternum pada sendi manubriosternal.
- Corpus sternum
- Proc. Xiphoideus: berhubungan dengan corpus pada sendi xifisternal.

14
c. Jantung
Jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Fungsi utama jantung adalah sebagai
single pompa yang memompakan darah ke seluruh tubuh untuk kepentingan
metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
Jantung dilindungi oleh selaput yang disebut pericardium. Pericardium
mengandung sedikit cairan yang berfungsi sebagai pelumas untuk memudahkan
pergerakan jantung pada saat memompa.

Gambar 18. Jantung


2. Fisiologis Thorax
2.1 Proses Pernafasan
Udara dapat masuk atau keluar paru-paru karena adanya tekanan antara udara
luar dengan udara dalam paru-paru. Perbedaan tekanan ini terjadi disebabkan
oleh karena terjadinya perubahan besar kecilnya rongga dada, rongga perut,
dan rongga alveolus. Perubahan besarnya rongga ini terjadi karena pekerjaan
otot-otot pernafasan, yaitu otot antara tulang rusuk dan otot diafragma.
Berdasarkan kegiatan otot-otot pernafasan tersebut, maka pernafasan
dibedakan menjadi dua, yaitu pernafasan dada dan pernafasan perut.
a. Pernafasan Dada merupakan pernafasan yang menggunakan gerakan
otot-otot antar tulang rusuk (intercostal). Rongga dada membesar
karena tulang dada dan tulang rusuk terangkat akibat kontraksi otot-
otot yang terdapat diantara tulang-tulang rusuk. Paru-paru turut
mengembang, volumenya menjadi besar, sedangkan tekanannya
menjadi lebih kecil daripada tekanan udara luar. Dalam keadaan
demikian, udara luar dapat masuk melalui batang tenggorok (trakea)
ke paru-paru (pulmo).

15
b. Pernafasan Perut merupakan pernafasan yang menggunakan otot-otot
diafragma. Otot-otot sekat rongga dada berkontraksi sehingga
diafragma yang semula cembung menjadi mendatar, dengan demikian,
paru-paru dapat mengembang kearah perut (abdomen). Pada waktu itu
rongga dada bertambah besar dan udara terhirup masuk

F. Patologi Thorax
Beberapa penyakit yang sering terjadi di cavum thorax, yaitu:
1. TB Paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini ditularkan dari penderita TB aktif yang batuk
dan mengeluarkan titik-titik kecil air liur dan terinhalasi oleh orang sehat yang tidak
memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.
2. Pneumothorax
Pneumothorax adalah istilah yang digunakan untuk penimbunan udara pada rongga
pleura, yaitu dinding tipis di antara paru-paru dan rongga dada. Tekanan dari udara
yang menumpuk tersebut dapat memicu pengempisan paru-paru hingga kolaps.
3. Pneumonia
Pneumonia atau dikenal juga dengan istilah paru-paru basah adalah infeksi yang
memicu inflamasi pada kantong-kantong udara di salah satu atau kedua paru-paru.
Pada pengidap pneumonia, sekumpulan kantong-kantong udara kecil di ujung
saluran pernapasan dalam paru-paru akan membengkak dan dipenuhi cairan.
4. Efusi pleura
Efusi pleura adalah kondisi yang ditandai oleh penumpukan cairan di antara dua
lapisan pleura. Sebenarnya cairan yang diproduksi pleura ini berfungsi sebagai
pelumas yang membantu kelancaran pergerakan paru-paru ketika bernapas.
5. Bronchitis
Bronchitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau bronkus
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut.
6. Kanker paru – paru
Kanker paru-paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak terkendali
di dalam paru-paru. Kanker paru-paru merupakan salah satu jenis kanker yang paling
umum terjadi. Penyebab utama kanker paru-paru adalah merokok, baikpada perokok
aktif maupun perokok pasif.
16
G. Tuberculosis Paru
1. Definisi Tuberculosis Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mm,
ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah (Sylvia&Mary,2005).
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim
paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat
menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limpe.
(Sumantri, 2007).
2. Etiologi Tuberculosis Paru
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 104 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.
Tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap
zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah
apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat
yang kondusif untuk penyakit tuberculosis.
3. Patofisiologi Tuberculosis
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis melalui
udara ke paru-paru. Bakteri menyebar melalui jalan napas, menempel pada bronkus
atau alveolus untuk memperbanyak diri. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar
melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan cortex
cerebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh
memberikan respon dengan melakukan rekasi inflamasi. Neutrofil dan makrofag
melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri). Sementara limfosit spesifik-tuberculosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan
peningkatan metabolisme tubuh yang menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam),
terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia, dan
produksi sputum yang menyebabkan akumulasi jalan napas terganggu. Infeksi awal
biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.

17
H. Teknik Pemeriksaan CT Scan Thorax
1. Pengertian
Teknik pemeriksaan CT Scan thorax adalah teknik pemeriksaan secara radiologi untuk
mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau penampang axial thorax.

2. Indikasi Pemeriksaan

a. Tumor, massa
b. Aneurisma
c. Abses
d. Lesi pada hilus atau mediastinal

3. Persiapan Pemeriksaan (Rasad, S, 2000)

a. Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus bagi penderita, hanya saja instruksi-instruksi yang
menyangkut posisi penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan
jelas. Penderita melepaskan aksesoris seperti kalung, bra dan mengganti baju dengan baju
khusus pasien supaya tidak menyebabkan timbulnya artefak.

b. Persiapan alat dan bahan


Alat dan bahan untuk pemeriksaan CT Scan thorax diantaranya:
 Pesawat CT Scan
 Tabung oksigen
 Media kontras
 Alat-alat Suntik
 Spuit
 Kassa dan kapas
 Alkohol

c. Persiapan Media Kontras


Penggunaan media kontras dalam pemeriksaan CT Scan diperlukan untuk
menampakkan struktur-struktur anatomi tubuh seperti pembuluh darah dan organ-organ
lainnya dapat dibedakan dengan jelas.
Teknik injeksi intravena :
 Jenis media kontras : media kontras dengan osmolaritas rendah
 Volume media kontras : 80 – 100 ml
 Injeksi rata-rata (kecepatan) : 2 ml / detik
 Waktu Scan : melakukan scanning pada saat 25 detik setelah pemasukan awal media
kontras (delay).

4. Teknik Pemeriksaan (Bontrager, K.L, 2001)


a. Posisi pasien : Supine diatas meja pemeriksaan dengan posisi kepala dekat dengan
gantry.
b. Posisi objek :
- Mengatur pasien sehingga Mid Sagital Plane (MSP) tubuh sejajar dengan lampu
indikator longitudinal. Kedua tangan pasien di atas kepala.
- Memfiksasi lutut dengan menggunakan body clem.

18
- Menjelaskan kepada pasien untuk inspirasi penuh dan tahan nafas pada saat
pemeriksaan berlangsung.
- Parameter Scan parameter pemeriksaan CT Scan thorax adalah seperti tercantum
pada tabel dibawah ini :

- Foto sebelum dan sesudah memasukkan Media Kontras Kasus seperti tumor
dibuat foto sebelum dan sesudah pemasukan media kontras. Tujuan dibuat foto
sebelum dan sesudah media kontras adalah untuk melihat apakah ada jaringan
yang menyerap kontras banyak, sedikit atau tidak sama sekali.

Gambar 19. Topogram CT Scan Thorax

Gambar yang dihasilkan dalam pemeriksaan CT-Scan Thorax dapat diwakili beberapa
kriteria :

Potongan axial 1

Merupakan bagian paling superior dari thorax yang disebut apeks paru-paru.
Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena jugularis interna kanan, (B) arteri
carotis comunis kanan, (C) Trakhea, (D) Sternum, (E) Sternoclavikular joint, (F)
clavicula, (G) Vena jugularis interna kiri, (H) arteri subklavikula kiri, (I) arteri karotis
komunis kiri, (J) vertebra thorakal II – thorakal III, (K) arteri subklavia kanan, (L)
prosesus acromion dari scapula, dan (M) caput humerus.

Gambar 20. Potongan axial 1

19
Potongan axial 3

Kriteria yang tampak antara lain (A) vena brachiocephalic kanan (dengan
media kontras), (B) arteri innominata, (C) manubrium sterni, (D) Vena
brachiocephalic kiri, (E) Arteri komunis karotis kiri, (F) arteri subklavia kiri, (G)
oesofagus, (H) vertebra thorakal III-thorakal IV, dan (I) trakhea.

Gambar 21. Potongan axial 3

Potongan axial 5

Kriteria gambar yang tampak adalah (A) vena kava superior, (B) Aorta
ascenden, (C) Corpus sternum, (D) Window aortopulmonary, (E) oesophagus, (F)
aorta descenden, (G) vertebra thorakal IV-thorakal V, dan (H) Trakhea.

Gambar 22. Potongan axial 5

Potongan axial 7

Kriteria gambar yang tampak antara lain (A) Vena kava superior, (B) Aorta
ascenden, (C) arteri pulmonari utama, (D) Vena pulmonari kiri, (E) arteri pulmonari
kiri, (F) aorta descenden, (G) Vertebra thorakal VI-thorakal VII, (H) Vena azygos, (I)
oesofagus, (J) arteri pulmonari kanan.

20
Gambar 23. Potongan axial 7

Potongan axial 10

Kriteria Gambar yang tampak adalah (A) Vena cava inferior, (B) atrium kanan,
(C) Katup trikuspidalis, (D) perikardium, (E) ventrikel kanan, (F) septum
interventrikular, (G) ventrikel kiri, (H) atrium kiri, (I) aorta descenden, (J) vertebra
thorakal IX-thorakal X, (K) Oesofagus, (L) hemidiafragma kanan.

Gambar 24. Potongan axial 10

21
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Prosedur Kerja CT Scan

Pengertian : Teknik pemeriksaan CT Scan thorax adalah teknik pemeriksaan secara


radiologi untuk mendapatkan informasi anatomis irisan crossectional atau
penampang axial thorax.

Tujuan : Untuk melihat kelainan anatomi dan patologis yang ada didaerah cavum
thorax

1. Sebelum pemeriksaan CT Scan pasien/keluarga pasien diwajibkan mengisi biodata dan


riwayat kesehatan pasien yang berhubungan dengan rencana pemeriksaan CT Scan.
Formulir ditandatangani oleh pasien, keluarga dan dokter radiolog. Hal ini untuk
memastikan pasien benar – benar aman untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan.
2. Pasien harus puasa selama 4 jam sebelum pemeriksaan dan tidak boleh merokok, jika
pasien diabetes stop obat selama 24 jam
3. Pasien harus mengganti pakaian dengan pakaian khusus yang telah disediakan di ruang
ganti pasien.
4. Semua barang pasien seperti jam tangan, gigi palsu, dompet yang berisi kartu kredit,
perhiasan dan benda – benda yang mengandung unsur logam disimpan oleh keluarga
pasien.
5. Beri penjelasan bahwa pemeriksaan akan dilakukan dengan memasukan bahan kontras
media yang akan membuat panas dan perih saat masuk ke dalam tubuh
6. Selama pemeriksaan pasien harus dalam keadaan diam untuk mendapatkan hasil yang
informatif
B. Prosedur Pemeriksaan
1. Data pasien

Nama : Tn. Pn

Tanggal lahir : 5 Juni 1962

Jenis Kelamin : Laki-laki

No. RM : 115****

Umur : 56 tahun

22
Berat : 55 kg

Jenis Pemeriksaan : CT Scan Thorax

Klinis Pemeriksaan : TB Paru dan Efusi pleura

2. Persiapan pasien :

- Membuat perjanjian sebelum pemeriksaan


- Mengisi inform concent atau edukasi pasien yang ditandatangani oleh
pasien/keluarga, dokter, dan saksi
- Menggunakan baju pemeriksaan yang telah disediakan diruang ganti baju
- Memasang venplon yang dilakukan oleh perawat
- Memberikan penjelasan kepada pasien sebelum pemeriksaan dilakukan.

3. Teknik pemeriksaan :
- Cari data pasien di daftar pasien “SCHEDULER”
- Pastikan sesuai dengan surat permintaan pemeriksaan
- Pastikan identitas pasien benar
- Atur posisi pasien diatas meja pemeriksaan dengan posisi feet first dan tidak
melewati batas garis hitam pada meja pemeriksaan
- Pasang selang connector ke venplon yang sudah dipasang
- Patency, untuk memastikan cairan kontras masuk ke pembuluh darah
- Atur ketinggian dengan sentrasi samping tepat di garis MCP, dan sentrasi atas di
acanthion pasien
- Matikan lampu sentrasi dan tekan tombol ”nol” untuk memulai pemeriksaan
- Tentukan protocol pemeriksaan CT Scan Thorax
- Klik load, start scan

23
Gambar 25. Topogram CT Scan Thorax
- Tentukan luas lapangan scannng, dengan batas atas C4 dan batas bawah L2
- Klik load, start scan

Gambar 26. Scanning axial


- Cari potongan yang aorta yang tidak ter-kalsifikasi
- Klik kanan pada scan Contrast, bolus tracking. Geser garis tracking pada irisan yg
sudah ditentukan
- Klik load, start scan untuk tracking kontras media
- Klik pada aorta, dan perkecil ukuran lingkarannya
- Masukkan volume kontas, kecepatan dan HU
- Klik load
- Sebelum start scan, beri aba-aba pada pasien jika kontras media akan masuk, dan
harus tetap diam

24
- Tekan start scan dan start pada injector secara bersamaan

Gambar 27. bolus tracking pada aorta

gambar 28. Thorax monitoring CM

Gambar 29. Thorax post CM

25
4. Rekonstruksi gambar
- Pilih nama pasien di daftar local database
- Pilih “Thorax Mediastinum 0,6”

Gambar 30. Rekonstruksi gambar


- Buat potongan 5mm dengan klik MPR Thick
- Pastikan tiap potongannya simetris
- Buat potongan axial dari coronal

Gambar 31. Rekostruksi potongan axial


- Buat potongan coronal dari axial

26
Gambar 32. Rekonstruksi potongan coronal
- Masukkan potongan yang sudah direkon ke dalam film, yaitu: topogram, axial
mediastinum CM, axial lung CM, coronal mediastinum CM, coronal lung CM

Gambar 33. Preview film

27
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemanfaatan CT Scan untuk memeriksa bagian dalam tubuh sangat efektif karena
memiliki kemampuan membuat citra potongan coronal, sagittal, dan axial tanpa banyak
memanipulasi tubuh pasien dan diagnosa dapat ditegakkan dengan lebih detil dan akurat.
CT Scan merupakan alat penunjang diagnosa yang aman dan dapat menunjukkan
perbedaan sangat jelas dan lebih sensitif untuk menilai anatomi jaringan lunak dalam tubuh,
terutama thorax, organ-organ pada abdomen, dan soft tissue dibandingkan dengan
pemeriksaan x-ray biasa maupun MRI.
Banyak pemeriksaan CT Scan yang dilakukan antara lain kepala, thorax, dan
abdomen. Untuk CT Scan thorax dilakukan untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada
rongga thorax.

B. Saran
1. Sebelum pemeriksaan CT Scan thorax dilakukan, pasien dianjurkan terlebih dahulu
mengisi informed consent agar pasien mengerti tentang pemeriksaan yang akan
dijalaninya, dan juga sebagai kesepakatan antara rumah sakit dan pasien.

28

Anda mungkin juga menyukai