PENDAHULUAN
2. Bagaimana kriteria gambar yang dihasilkan melalui pemeriksaan skull dengan methode
towne.
1.3. Tujuan
Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan
penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
TINJAUAN TEORI
Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula mandibula,
yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28 tulang termasuk
tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang rawan hidung yang
menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding lateralis dan septum hidung
(nasal). Adapun pembagiannya dapat di gambarkan sebagai berikut :
1. 8 buah tulang tengkorak (cranial bones)
Tulang tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari :
1 os. Frontal
2 os. Parietal
1 os. Occipital
1 os. Ethmoid
1 os. Sphenoid
2 os. Temporal
2 Os. Maleus
2 Os. Inkus -->> os. telinga
2 Os. Stapes
Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi
anatomis landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan setepat
mungkin disesuaikan dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan dagu bukanlah patokan
yang tepat. bagian tubuh seperti mastoid tipos, dan orbital margin merupakan landmark
yang tepat.
Adapun beberapa garis anatomi yang digunakan sebagai landmark pemeriksaan
radiografi skull antara lain :
b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi
antara lain :
Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat)
Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa (untuk
method towne digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30 cm)
Marker (pemberi tanda R :right, L :left)
Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)
3.2.3. Posisi Pasien
o Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis
tengah grid.
o Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk
dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama.
o Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan.
o Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang
diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan
mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart,
merekomendasikan sudut 400. Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh
Hass dapat digunakan dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic.
o Metode Hass adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi
memberikan hasil sebanding.
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :
i. Methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran
anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae,
petrous bones, dan juga os. Mastoids.
3.2. Saran
Beberapa saran yang ingin penyusun utarakan menyangkut penyusunan makalah
ini antara lain :
Penggunaan methode towne dapat menghasilkan gambaran radiograf yang jelas dari
oksipital dan foramen magnum pada pemeriksaan skull. Sehingga dalam dunia kerja
nantinya proyeksi ini hendaknya dapat diaplikasikan semaksimal mungkin oleh seorang
radiografer.
DAFTAR PUSTAKA