Anda di halaman 1dari 51

TATA LAKSANA CT KEPALA

Multi Slice CT Scan


Teknik pemeriksaan dengan teknologi multi detektor untuk
melakukan scan lebih dari dua irisan atau per putaran gantry,
sehingga meningkatkan kecepatan pemenuhan volume.
imaging yang mengandalkan perbedaan densitas: Lesi dengan
densitas rendah (hipodens ), Lesi dengan densitas tinggi (
hiperdens ), Lesi dengan densitas sama dengan jaringan
sekitar (isodens ).

Dengan penggunaan para meter Scanning time,


Slice thickness, Spatial Reconstruction,
memungkinkan hasil scan yang lebih cepat dan
peningkatan resolusi gambar.
Menghasilkan imaging irisan tiga dimensi (3D)
Volume Scan , Axial, coronal dan sagital dan
virtual (endoskopi).
Pengurangan dosis radiasi yang diterima oleh
pasien.

Parameter CT Scan :
o Slice thickness
o Scan Range
o Faktor Eksposi
o Field of View (FOV)
o Gantry Tilt
o Pitch
o Rekonstruksi Matriks
o Window Width
o Window Level

Slice thickness
Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari
obyek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm
10 mm sesuai dengan keperluan klinis.
Slice thickness yang tebal akan menghasilkan gambaran
dengan detail yang rendah .
Slice thickness yang tipis akan menghasilkan gambaran
dengan detail yang tinggi.
Slice thickness yang tebal akan menimbulkan gambaran
yang mengganggu seperti garis-garis
Slice thickness terlalu tipis akan menghasilkan noise
yang tinggi.

Faktor Yang mempengaruhi


Kualitas Gambar CT Scan
Kontras Resolusi
Spasial resolusi
Noise
Artefak.

Standart Parameter / Protocol Pemeriksaan


PARAMETER

NILAI

Thickness

6.0 mm

Increament

12.0 mm

kV

120 kV

mA

300 mA

Resolution

Standar

Colimation

16x0.75

Picth

1.5

Rotation time

0.75 s

FOV

250 mm

filter

SB

Kontras Resolusi
kontras resolusi adalah kemampuan untuk
membedakan atau menampakkan obyek-obyek dengan
perbedaan densitas yang sangat kecil.
Kontras resolusi dipengaruhi oleh faktor eksposi,
ketebalan irisan,field of view(FOV) dan rekonstruksi
algoritma (filter kernel).
Kontras resolusi dapat diperbaiki dengan cara:
Ukuran pixel besar.
mAs besar.
Slice thickness.
Low pass filter

Spasial resolusi
Spasial resolusi menjelaskan tentang tingkatan derajat
efek kabur (blurring) pada sebuah gambaran. Pada CT
Scan
Spasial resolusi adalah suatu ukuran untuk membedabedakan obyek tentang bermacam-macam densitas
suatu jarak yang kecil terpisah suatu latar belakang yang
seragam.(dengan ukuran pixel yang besar maka spasial
resolusi menjadi rendah tetapi noise akan berkurang).
Spasial resolusi dipengaruhi oleh faktor geometri,
rekonstruksi algoritma (filter kernel), ukuran matriks,
pembesaran gambar

Noise
Noise adalah fluktuasi atau standar deviasi nilai CT number pada
jaringan atau materi yang homogen. Sebagai contoh adalah air
memiliki CT number 0, semakin tinggi standar deviasi nilai CT
number pada pengukuran titik-titik air berarti noisenya tinggi.
Noise akan mempengaruhi kontras resolusi, semakin tinggi noise
maka kontras resolusi akan menurun.
Faktor yang menyebabkan noise adalah faktor eksposi, detektor
dan ketebalan irisan.
Noise dapat dikurangi dengan cara menambah:
Nilai mAs semakin tinggi maka akan menyebabkan noise semakin
rendah, tetapi sebaliknya semakin rendah nilai mAs maka noise
akan semakin banyak.
Slice thickness semakin tebal maka kontras resolusi akan
meningkat sedangkan spasial resolusi akan menurun.

Artefak
Artefak pada CT Scan ialah perbedaan antara rekonstruksi CT
number dalam gambar dengan koefisien atenuasi yang
sesungguhnya dari obyek yang diperiksa. (Karena CT
number menunjukkan bayangan keabu-abuan pada gambar,
pengukuran yang salah menghasilkan CT number yang salah
dan tidak menunjukkan koefisien atenuasi pada obyek).
Ada beberapa macam artefak mempengaruhi penampilan
gambaran CT Scan :

Streaks artifact adalah artefak berupa garis-garis yang disebabkan oleh pergerakan
pasien, berkas cahaya, metal dan adanya obyek diluar FOV (field of view).
Shading artifact dapat disebabkan oleh pergerakan obyek dan berkas cahaya (beam
hardening).
artefak yang berupa garis lingkaran yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada
detektor.
Partial volume artifact adalah artefak yang disebabkan adanya dua jaringan atau
materi yang berbeda CT number dalam satu pixel.

Anatomi KEPala dan Fisiologi


Kepala dibentuk oleh tulang kerangka yang
di sebut tengkorak, terbagi menjadi dua
yaitu cranium dan kerangka wajah.
Permukaan bawah dari rongga tengkorak
disebut basis cranii.
Articulasi tulang cranium disatukan oleh
sutura,yang melindungi otak,

Anatomi KEPala dan Fisiologi


terdiri dari 8 tulang yaitu;

a) 1 Tulang frontal
b) 1 Tulang ethmoidal
c) 2 Tulang parietal
d) 1 Sphenoidal
e) 2 Tulang temporal
f) 1 Tulang occipital
g) Tulang fasial dengan perkecualian dari tulang
mandibulla

Anatomi kepala dapat dibagi menjadi


dua bagian besar :
1. Otak atau Ensephalon yang mengisi rongga cranium
terdiri dari :
Otak depan(otak besar),Telencephalon Cerebrum yang
mencakup bagian kecil Thalamus dan hypothalamus.
Otak tengah (midbrain), berfungsi sebagai jembatan
otak depan dan belakang.
Otak belakang (hindbrain), terdiri dari Serebelum dan
pons dan medulla.
Kombinasi otak tengah, pons dan medula disebut
sebagai Batang Otak (Brain stems).

2.Korda Spinalis atau Medulla spinalis dari otak dan


yang terlindungi oleh kolumna tulang belakang.
Korda Spinal berterminasi di jeda L1 dan L2 dengan
satu area terlapisi yang disebut conus medularis.

Patologi Fisiologi

Trauma kepala :
Secara umum cedera kepala terjadi perdarahan di
ekstra cerebral (rongga subdural atau epidural) dan
contusio cerebri.
Perdarahan subdural hematom diikuti oleh
acceleration /decerelation trauma dengan
pengendoran saluran vena kortikal pada rongga
subarachnoid.
Perdarahan subarahnoid adalah hasil dari cidera
langsung pada pembuluh darahleptomeningeal atau
cidera langsung pada permukaan kepala.
Perdarahan intra ventricular adalah hasil dari rusaknya
vena subpendimal dan diasosiasikan dengan lesi
trauma intra cranial yang lain.

Perdarahan epidural acut terlihat tipical biconvex,extra


cerebral ,massa dengan densitas tinggi sampai rongga
epidural.
Perdarahan subdural berada dirongga sub dural yaitu
rongga antara dura dan membran arahnoid.
Contusio cerebri adalah perdarahan cortical fokal
berbatasan dekat dengan edema dan biasanya
meningkat hingga 48 jam setelah trauma.
Contucio cerebri akan terlihat illdefined, lesi dengan
densitas rendah berisi satu atau beberapa fosi dengan
densitas tinggi .
Cedera paska trauma pada subarahnoid dan
perdarahan intra ventricular jelas terlihat hiperdaen
pada pemeriksaan dengan Ct-scan

Stroke
Stroke adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
otak secara lokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau
kelainan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebap lain kecuali
gangguan vascular .
merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan /gangguan aliran
darah di otak,
Ada beberapa jenis Stroke yaitu :
a) Stroke akibat penyumbatan pembuluh darah di otak sehingga ada area
otak yang rusak atau mati.penyumbatan ini dapat terjadi oleh karena
penumpukan colesterol dalam darah.
b) Stroke hemorhagik /Pendarahan yaitu stroke akibat pecahnya pembuluh
darah otak, yang disebabkan karena hipertensi /darah tinggi.
Ada 4 tipe kelainan yang menyebabkan stroke adalah :
Ischemia /infark cerebri,
pendarahan intra cerebral primer (ICH )
Perdarahan subarahnoid ( Subarahnoid Hemorrhage = SAH )
venuc occlusion

Teknik Pemeriksaan MSCT Kepala:1


Prosedur Persiapan dan Pemeriksaan pasien :
Masukkan data pasien dalam start study: Nomor
Pasien, Nama Pasien, umur pasien, operator.
Persiapkan ruangan MSCT, masukkan pasien kedalam
ruangan dan pastikan ruangan sudah terkunci, lampu
indicator scan sudah menyala.
Pasang head holder (penyangga kepala) untuk Head
first.setelah semua siap, baringkan pasien dimeja
pemeriksaan, posisikan tidur telentang (supine )
dengan kepala diletakan diatas Head first. atur posisi
pasien dimeja pemeriksaan.

START STUDY

Teknik Pemeriksaan MSCT Kepala : 2

Mengatur pasien dengan menekan tombol table in


/out. Tekan lampu laser untuk memposisikan pasien
supaya tepat ditengah.
Pasien diberitahu untuk menutup mata supaya tidak
terkena sinar laser pada waktu menyala, atur sentrasi
setinggi Meatus Acusticus Externa (MAE).
Pada saat memposisikan pasien, pasien diberi instruksi
supaya jangan bergerak selama pemriksaan dan
mendengarkan aba-aba pada saat akan dilakukan
pemeriksaan .
Pilih protocol kepala, Klik panah penunjuk arah,akan
muncul Scan protocol area dengan parameter yang
terprogram di scan protocol area.

PROTOKOL TOPOGRAM (SURVIEW)

SCAN PROTOKOL AREA

Teknik Pemeriksaan MSCT Kepala :


3
Pilih direction in, Klik Go , pemeriksaan Surview
(topogram ) dimulai, setelah muncul gambar
topogram, atur garis yang muncul pada topogram
untuk pemeriksaan kepala yang diinginkan :
Positioning topogram

Teknik Pemeriksaan MSCT Kepala :


4
Tarik garis dari, atas bawah dari daerah C 2
sampai batas atas vertex pilih direction Out.
untuk melakukan scaning
Tekan Manual untuk memulai scanning
pasien, klik Go, pemeriksaan Scan di mulai.
Jika pemeriksaan sudah selesai, klik End
Study. Setelah proses pemindaian scanning
brain sequence selesai pasien diturunkan.

Parameter / Protocol Pemeriksaan Brain Axial


PARAMETER

NILAI

Series Descretion

Axial

Direction

Out

Thikness

3,00 mm

Increment

18,0 mm

Kv

120

mA

300

Cycle Time

2,9 s

Cyeles

Image 1

48

CTDI Vol

49,68mGy

Time

0,75 s

DLP

7,153mGy cm

Parameter / Protocol Pemeriksaan teknis


PARAMETER

NILAI

Resolution

Standart

colimator

12*15

Tilt

0,0

Rotation Time

0,75 s

FOV

250

Filter

SA

Matrix

512

Window
WL
WW

40
80

Pembahasan : Hasil citra pemeriksaan MSCT dengan


teknik Axial / Squence : 1
Dari layar monitor tampak gambar scanning Hasil
pencitraan secara squence. dengan potongan Axial,
Coronal dan Sagital, dengan parameter slice thikness
3.00 mm. Kriteria gambar scanning ,mencakup seluruh
organ kepala mulai dari C2 sampai dengan Vertex. Pada
tampilan gambar scaning tampak adanya Perdarahan
Intra pharenkim thalamus kiri Lk 5 cc dengan herniasi
Cerebri sub Falx sejauh 3 mm.
Pada layar monitor tampak gambar potongan axial
terlihat detail gambar yang dihasilkan memiliki kontras
resolusi dengan batas tegas dan spasial resolusi jelas ,
tidak terlihat noise dan artefak.

Hasil gambar axial Squence, MSCT Philips MX 16 SLICe

Pembahasan : Hasil citra pemeriksaan MSCT dengan


teknik Axial / Squence : 2

Pada tampilan hasil gambar dari potongan


coronal dan potongan sagital tampak citra
digital pada :
Kontras Resolusi baik.
Spasial resolusi blur ( agak kabur)
Terdapat sedikit noise
Adanya Strik Artefak (pada bagian tulang kepala
membentuk adanya garis seperti anak tangga).

Hasil gambar potongan coronal,


MSCT Philips MX 16 SLICE

Hasil gambar potonganSagital,


MSCT Philips MX 16 SLICE

Proses Rekonstruksi Citra hasil scaning

Pada proses rekonstruksi, hasil gambar axial


scan dari program parameter yang tersedia
yaitu thickness 3,00 mm diubah menjadi
thikness 0,75 mm, kemudian direcon: maka
didapatkan jumlah hasil citra yang yang lebih
banyak ,karena citra hasil scan ,dengan slice
thickness yang kecil, potongan yang didapat
lebih tipis sehingga hasil gambarnya tampak
lebih padat dan rapat,

Proses Rekonstruksi Citra ,hasil


scaning
Gambar yang dihasilkan dari proses
rekonstruksi dengan Jumlah gambar dari 34
image menjadi 172 image, terlihat kriteria
gambar yaitu :
Kontras resolusi baik.
Spasial resolusi baik
Artefak tidak terlihat
Noise tampak agak tinggi

Hasil gambar dari proses rekonstruksi 0.75 mm, pada


potongan axial,coronal dan sagital sebagai berikut :
Hasil Rekostruksi gambar potongan axial,

Hasil Rekostruksi Gambar


potongan Coro nal,

Hasil Rekonstruksi gambar


potongan Sagital

Proses Filming: 1
Proses filming ialah pencetakan film dengan printer
dari hasil citra yang sudah diproses rekonstruksi ,
menggunakan parameter Batch dengan mengatur :
a. Thickness
: 5,00 mm
b. Increment
: 5,7 mm
c. Window
: Brain
d. WL / WW
: 30 / 75
e. Citra
: 20 slice / film
untuk menghasilkan citra yang diinginkan dan
menentukan jumlah gambar.

Proses Filming : 2
Pada proses pencetakan Film :
Dilakukan pengaturan gambar sagital scan yang
muncul dilayar minitor, dengan menarik garis keatas
dari orbito meatal line (oml) sampai batas atas Vertex.
Dibuat potongan yang diinginkan, dengan jumlah
gambar 19 dan 1 topogram, sehingga jumlah gambar
20 , untuk satu lembar film.
klik Foto,untuk mencetak film yang diinginkan
tampak pada layar monitor
Setelah sesuai dengan kriteria gambar, klik print

Proses Filming : 3
Hasil filming dicetak pada Printer digital.
Pada proses filming citra yang dihasilkan
terlihat pada potongan axial coronal dan sagital
dengan gambaran sebagai berikut :
Kontras resolusi tampak gambaran lebih tajam
Spasial resolusi tampak lebih detail
Artifact pada daerah tulang masih sedikit
terlihat ,tetapi tidak mempengaruhi citra yang
berarti
Noise tidak terlihat lagi

Citra pada potongan axial

Citra potongan Coronal

Citra pada potongan sagital

Hasil citra digital axial /Squence setelah proses


rekonstruksi dengan pengaturan thickness, pada
potongan axial ,coronal dan sagital ,terlihat
gambaran yang sama dengan kualitas hasil citra
pada :
Kontras resolusi menjadi lebih tajam
Spasial resolusi lebih jelas
Noise tidak tampak
Artefak masih terlihat sedikit pada potongan
citra daerah frontalis,

Hasil Citra Volume rendering

Hasil film citra post Filming pada potongan axial

Hasil film citra post Filming pada potongan Coronal

Hasil film citra post Filming pada potongan Sagital

Dose RATE
Pada alat MSCT Philips MX-16 slice aplikasi sofwarenya ,
menampilkan tabel parameter dose rate, sehingga
dapat dilihat seberapa besar pasien yang diperiksa
MSCT mendapatkan paparan radiasi.
Pada pemeriksaan dengan teknik axial / sequence tabel
parameternya menampilkan dose rate pada MAs nya
lebih kecil dari pada pameriksaan secara teknik helical
sehingga paparan radiasi yg diterima pasien lebih kecil
dari pada pameriksaan secara teknik helical

Parameter Dose Rate Pasien Pada


Teknik axial / Sequence MSCT Philips
MX- 16 SLICE

Parameter Dose Rate Pasien, Pada


Teknik Helical MSCT Philips MX -16
SLICE

Anda mungkin juga menyukai