Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK PEMERIKSAAN LOPOGRAFI DISTAL

DENGAN KLINIS HIRSCHSPRUNG DISEASE


DI INSTALASI RADIOLOGI RSUP DR SARDJITO
YOGYAKARTA

A N I N D I T YA R AT R I N I N G W I L U J E N G
P1337430117035/ 2A
PENGERTIAN

• Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik


pemeriksaan secara radiologis dari usus dengan
memasukkan media kontras positif kedalam usus
melalui lobang buatan pada daerah abdomen.
RUMUSAN MASALAH

1. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan Lopografi pada Klinis Hirschsprung

Disease Post Colostomy di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

2. Bagaimana teknik pemeriksaan Lopografi Pada Kasus Hirschsprung Post

Colostomy di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta.


ANATOMI & FISIOLOGI USUS BESAR
• Usus besar menutupi usus kecil melalui 3 sisi dan berjalan dari katub ileosekal menuju anus.
Diameternya lebih besar dari usus kecil, tapi lebih pendek. Fungsi utamanya adalah
mengabsorbsi air dari sisa-sisa makanan yang dicerna dan mengeluarkannya dalam bentuk
semisolid.

Keterangan :
1. Apendiks 9. Haustra
2. Sekum 10. Kolon Desenden
3. Persambungan ileosekal 11. Taenia Koli
4. Apendises epiploika 12. Kolon Sigmoid
5. Kolon asendens 13. Kanalis Ani
6. Fleksura hepatika 14. Rektum
7. Kolon transversal 15. Anus
8. Fleksura lienalis
PATOLOGI HIRSCHSPRUNG DISEASE
• Hirschsprung Disease (HD) adalah kelainan kongenital dimana tidak
dijumpai pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. sembilan
puluh persen (90%) terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai
seluruh kolon bahkan seluruh usus. Penyakit Hirschsprung disebabkan karena
kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis myentericus dari cephalo ke caudal.
Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya

• Tidak adanya ganglion sel ini mengakibatkan hambatan pada gerakan


peristaltik sehingga terjadi ileus fungsional dan dapat terjadi hipertrofi serta
distensi yang berlebihan pada kolon.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
• Persiapan Pasien
a.Mengubah pola makanan pasien
Makanan hendaknya mempunyai konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak untuk
menghindari terjadinya bongkahan-bongkahan tinja yang keras.

b.Minum sebanyak-banyaknya
Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek

c.Pemberian obat pencahar


Apabila kedua hal diatas dijalankan dengan benar, maka pemberian obat pencahar hanya
sebagai pelengkap saja.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1). Pesawat x – ray
2). Kaset dan film sesuai dengan kebutuhan
3). Marker
4). Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula rectal .
5). Vaselin dan jelly
6). Sarung tangan
7). Penjepit atau klem
8). Kain kassa
9). Bengkok
10). Apron
11). Plester
12). Tempat mengaduk media kontras
PERSIAPAN BAHAN
1) Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70

– 80 W/V % (Weight /Volume). Banyaknya larutan (ml) tergantung pada panjang

pendeknya colon distal.

2) Air hangat untuk membuat larutan barium.

3) Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan

kedalam anus.
PAPARAN KASUS
Identitas Pasien
a. Nama : An. A.

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

c. Umur : 11 Tahun

d. No. Reg. : 1887409

e. Alamat :-

f. Tanggal Pemeriksaan : 6 Mei 2019


PROSEDUR PEMERIKSAAN LOPOGRAFI
DENGAN KLINIS HIRSCHSPRUNG DISEASE DI
INSTALASI RADIOLOGI RSUP DR SARDJITO

• Persiapan Pasien
Pemeriksaan Lopografi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tidak
ada persiapan khusus untuk pasien hanya sehari sebelum
pemeriksaan pasien makan makanan yang rendah serat.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat x – ray
2. Kaset dan film ukuran 30x43
3. Marker
4.Vaselin dan jelly
5. Sarung tangan
6. Kateter dan spuit 50cc
7. Kain kassa
8. Bengkok
9. Apron
10. Plester
11. Media kontras Water Soluble
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Foto polos BNO ( Plain foto )
Foto polos ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksimal atau belum, selain itu
juga untuk menentukan Faktor Eksposi sehingga pada saat kontras telah dimasukkan Faktor
Eksposi bisa maksimal. Pada foto polos diperlukan marker pada anus dan stoma distal, ini
berfungsi sebagai tanda pada gambaran radiograf.
PEMASUKAN MEDIA KONTRAS
• Pada pemeriksaan ini dokter pengirim meminta pemeriksaan
Lopografi Distal sehingga kateter tidak dimasukan melalui stoma,
tetapi kateter dimasukkan melalui anus. Pemasukkan kontras dimulai
dari rectum dan setelah kontras masuk ke daerah colon
transversum pemasukan media kontras dihentikan. Agar informasi
yang didapat lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri dan
dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus
dengan proyeksi antero posterior serta spot foto yang diperlukan.
PROYEKSI PEMERIKSAAN
1. Proyeksi AP
Pasien diposisikan supine di atas meja
pemeriksaan dengan MSP di pertengahan
meja. Objek diatur dengan menentukan
batas atas processus xypoideus dan
batas bawah adalah symphisis pubis.Titik
bidik pada pertengahan kedua crista
illiaca dengan arah sinar vertikal tegak
lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan
saat pasien ekspirasi penuh dan tahan
nafas.
Hasil Radiograf Proyeksi AP
PROYEKSI PEMERIKSAAN
2. Proyeksi Lateral
Pasien diposisikan lateral atau tidur
miring dengan Mid Coronal Plane
(MCP) diatur pada pertengahan grid,
genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah
sinar tegak lurus terhadap film pada
Mid Coronal Plane setinggi spina
illiaca anterior superior (SIAS).
Eksposi dilakukan saat pasien
ekspirasi dan tahan nafas.

Hasil Radiograf Proyeksi Lateral


HASIL BACAAN

• Tampak kontras lancar mengisi lumen rectum sampai sebagian


colon descenden melumuri fecal di rectum sampai dengan colon
descenden distal. Kaliber colon descenden normal, dinding mukosa
licin. Jarak marker anus dengan ujung kontras terdistal lk 3,5 cm.
Kaliber rectum terlebar lk 7 cm, dan kaliber colon sigmoid terlebar
lk 4,5 cm.Tak tampak filling defect maupun additional defect.
PROTEKSI RADIASI
Untuk Pasien :

a. Karena pemeriksaan ini menggunakan fluoroskopi, maka saat menfluoroskopi dipersingkat dan seefisien mungkin.

b. Lapangan radiasi (kolomator) dibuka seoptimal mungkin.

Untuk Pekerja Radiasi :

a. Petugas menggunakan apron sebagai pelindung saat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan fluoroskopi.

b. Karena apron terbatas, maka petugas yang tidak memakai apron berlindung dibelakang petugas lain yang memakai apron atau

berlindung dibelakang tabir pengaman saat pemeriksaan berlangsung.

Untuk Masyarakat Umum :

a. Kamar pemeriksaan di RSUP DR Sardjito Yogyakarta menggunkana dua pintu, sehingga pada saat pemeriksaan diharuskan kedua pintu

tertutup.

b. Pengantar dan penunggu pasien berada diluar kamar pemeriksaan saat pemeriksaan berlangsung.
PEMBAHASAN
• Pada pemeriksaan ini hanya dibuat 3 spot foto, karena tujuan utama dari
pengambilan foto adalah untuk memperlihatkan bagian rekto-sigmoid, seharusnya
rekto-sigmoid menyatu dengan anus (tidak ada jarak). Foto pertama adalah foto
plain. Untuk melihat bagian rekto-sigmoid diperlukan minimal 2 proyeksi yaitu AP
dan Lateral. Proyeksi AP dapat dilihat pada foto full filling, tetapi pada proyeksi ini
bagian rekto-sigmoid saling superposisi. Sehingga diperlukan proyeksi lateral, pada
proyeksi ini dapat memperlihatkan bagian ini dengan jelas. Sehingga dengan tiga
spot foto sudah dapat memperlihatkan bagian yang diinginkan dengan jelas.
PEMBAHASAN
• Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Water
Souluble yang dilarutkan dengan NaCl. Tujuan digunakan media
kontras water soluble adalah mudah diserap tubuh, mudah untuk
dikeluarkan, tidak berbahaya dan cukup aman digunakan jika
terdapat kelainan pada bagian kolon.

• Pada pemeriksaan ini menampakan megakolon kongenital ultra


short segmen dengan aganglionic zone di rectum aspek distal dan
dilatasi sebagian usus halus (sentinel loop)
KESIMPULAN
1. Teknik pemeriksaan Lopografi adalah teknik pemeriksaan secara radiologis dari usus dengan memasukkan media kontras positif

kedalam usus melalui lobang buatan pada daerah abdomen.

2. Pemasukan media kontras melalui anus, karena kateter tidak bisa masuk melalui stoma. Perbedaan pemasukan media kontras ini

tidak dipermasalahkan karena tujuan akhirnya sama yaitu untuk melihat anatomi dan fisiologi dari colon distal.

3. Media kontras yang digunakan adalah Water Soluble dilarutkan NaCl. Perbandingan Iodium dengan NaCl adalah 1:3.

4. Kelebihan Media kontras water soluble mudah diserap tubuh, mudah untuk dikeluarkan, tidak berbahaya dan cukup aman

digunakan jika terdapat kelainan pada bagian kolon. Serta pada pasien post Colostomy ini adalah pasien pasca pembedahan,

kemungkinan-kemungkinan kelainan lain bisa terjadi pada pasien ini sehingga lebih baik menggunakan media kontras water

soluble.

5. Pemeriksaan ini hanya menggunakan tiga spot foto, karena sudah dapat memperlihatkan bagian yang diinginkan.
SARAN
• Pengaturan kolimator perlu diperhatikan sebagai proteksi radiasi
terhadap pasien.
• Karena kamar radiologi terdiri dari dua pintu, maka perlu pengawasan
lebih dari petugas agar pintu tertutup saat pemeriksaan.
• Komunikasi kepada pasien lebih diperhatikan untuk mencegah missed
komunikasi.
• Kerjasama antar petugas radiologi perlu ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai