A N I N D I T YA R AT R I N I N G W I L U J E N G
P1337430117035/ 2A
PENGERTIAN
Keterangan :
1. Apendiks 9. Haustra
2. Sekum 10. Kolon Desenden
3. Persambungan ileosekal 11. Taenia Koli
4. Apendises epiploika 12. Kolon Sigmoid
5. Kolon asendens 13. Kanalis Ani
6. Fleksura hepatika 14. Rektum
7. Kolon transversal 15. Anus
8. Fleksura lienalis
PATOLOGI HIRSCHSPRUNG DISEASE
• Hirschsprung Disease (HD) adalah kelainan kongenital dimana tidak
dijumpai pleksus auerbach dan pleksus meisneri pada kolon. sembilan
puluh persen (90%) terletak pada rectosigmoid, akan tetapi dapat mengenai
seluruh kolon bahkan seluruh usus. Penyakit Hirschsprung disebabkan karena
kegagalan migrasi sel-sel saraf parasimpatis myentericus dari cephalo ke caudal.
Sehingga sel ganglion selalu tidak ditemukan dimulai dari anus dan panjangnya
b.Minum sebanyak-banyaknya
Pemberian minum yang banyak dapat menjaga tinja selalu dalam keadaan lembek
3) Vaselin atau jelly, digunakan untuk menghilangi rasa sakit saat kanula dimasukkan
kedalam anus.
PAPARAN KASUS
Identitas Pasien
a. Nama : An. A.
c. Umur : 11 Tahun
e. Alamat :-
• Persiapan Pasien
Pemeriksaan Lopografi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tidak
ada persiapan khusus untuk pasien hanya sehari sebelum
pemeriksaan pasien makan makanan yang rendah serat.
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat x – ray
2. Kaset dan film ukuran 30x43
3. Marker
4.Vaselin dan jelly
5. Sarung tangan
6. Kateter dan spuit 50cc
7. Kain kassa
8. Bengkok
9. Apron
10. Plester
11. Media kontras Water Soluble
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Foto polos BNO ( Plain foto )
Foto polos ini bertujuan untuk melihat persiapan pasien sudah maksimal atau belum, selain itu
juga untuk menentukan Faktor Eksposi sehingga pada saat kontras telah dimasukkan Faktor
Eksposi bisa maksimal. Pada foto polos diperlukan marker pada anus dan stoma distal, ini
berfungsi sebagai tanda pada gambaran radiograf.
PEMASUKAN MEDIA KONTRAS
• Pada pemeriksaan ini dokter pengirim meminta pemeriksaan
Lopografi Distal sehingga kateter tidak dimasukan melalui stoma,
tetapi kateter dimasukkan melalui anus. Pemasukkan kontras dimulai
dari rectum dan setelah kontras masuk ke daerah colon
transversum pemasukan media kontras dihentikan. Agar informasi
yang didapat lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri dan
dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus
dengan proyeksi antero posterior serta spot foto yang diperlukan.
PROYEKSI PEMERIKSAAN
1. Proyeksi AP
Pasien diposisikan supine di atas meja
pemeriksaan dengan MSP di pertengahan
meja. Objek diatur dengan menentukan
batas atas processus xypoideus dan
batas bawah adalah symphisis pubis.Titik
bidik pada pertengahan kedua crista
illiaca dengan arah sinar vertikal tegak
lurus dengan kaset. Eksposi dilakukan
saat pasien ekspirasi penuh dan tahan
nafas.
Hasil Radiograf Proyeksi AP
PROYEKSI PEMERIKSAAN
2. Proyeksi Lateral
Pasien diposisikan lateral atau tidur
miring dengan Mid Coronal Plane
(MCP) diatur pada pertengahan grid,
genu sedikit fleksi untuk fiksasi. Arah
sinar tegak lurus terhadap film pada
Mid Coronal Plane setinggi spina
illiaca anterior superior (SIAS).
Eksposi dilakukan saat pasien
ekspirasi dan tahan nafas.
a. Karena pemeriksaan ini menggunakan fluoroskopi, maka saat menfluoroskopi dipersingkat dan seefisien mungkin.
a. Petugas menggunakan apron sebagai pelindung saat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan fluoroskopi.
b. Karena apron terbatas, maka petugas yang tidak memakai apron berlindung dibelakang petugas lain yang memakai apron atau
a. Kamar pemeriksaan di RSUP DR Sardjito Yogyakarta menggunkana dua pintu, sehingga pada saat pemeriksaan diharuskan kedua pintu
tertutup.
b. Pengantar dan penunggu pasien berada diluar kamar pemeriksaan saat pemeriksaan berlangsung.
PEMBAHASAN
• Pada pemeriksaan ini hanya dibuat 3 spot foto, karena tujuan utama dari
pengambilan foto adalah untuk memperlihatkan bagian rekto-sigmoid, seharusnya
rekto-sigmoid menyatu dengan anus (tidak ada jarak). Foto pertama adalah foto
plain. Untuk melihat bagian rekto-sigmoid diperlukan minimal 2 proyeksi yaitu AP
dan Lateral. Proyeksi AP dapat dilihat pada foto full filling, tetapi pada proyeksi ini
bagian rekto-sigmoid saling superposisi. Sehingga diperlukan proyeksi lateral, pada
proyeksi ini dapat memperlihatkan bagian ini dengan jelas. Sehingga dengan tiga
spot foto sudah dapat memperlihatkan bagian yang diinginkan dengan jelas.
PEMBAHASAN
• Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Water
Souluble yang dilarutkan dengan NaCl. Tujuan digunakan media
kontras water soluble adalah mudah diserap tubuh, mudah untuk
dikeluarkan, tidak berbahaya dan cukup aman digunakan jika
terdapat kelainan pada bagian kolon.
2. Pemasukan media kontras melalui anus, karena kateter tidak bisa masuk melalui stoma. Perbedaan pemasukan media kontras ini
tidak dipermasalahkan karena tujuan akhirnya sama yaitu untuk melihat anatomi dan fisiologi dari colon distal.
3. Media kontras yang digunakan adalah Water Soluble dilarutkan NaCl. Perbandingan Iodium dengan NaCl adalah 1:3.
4. Kelebihan Media kontras water soluble mudah diserap tubuh, mudah untuk dikeluarkan, tidak berbahaya dan cukup aman
digunakan jika terdapat kelainan pada bagian kolon. Serta pada pasien post Colostomy ini adalah pasien pasca pembedahan,
kemungkinan-kemungkinan kelainan lain bisa terjadi pada pasien ini sehingga lebih baik menggunakan media kontras water
soluble.
5. Pemeriksaan ini hanya menggunakan tiga spot foto, karena sudah dapat memperlihatkan bagian yang diinginkan.
SARAN
• Pengaturan kolimator perlu diperhatikan sebagai proteksi radiasi
terhadap pasien.
• Karena kamar radiologi terdiri dari dua pintu, maka perlu pengawasan
lebih dari petugas agar pintu tertutup saat pemeriksaan.
• Komunikasi kepada pasien lebih diperhatikan untuk mencegah missed
komunikasi.
• Kerjasama antar petugas radiologi perlu ditingkatkan.