Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FISIKA RADIODIAGNOSTIK

MAGNIFIKASI DAN DISTORSI DALAM MAKRORADIOGRAFI

PERHITUNGAN NILAI PEMBESARAN GAMBAR RADIOGRAFI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Makalah

Fisika Radiodiagnostik yang Diampu oleh Guntur Winarno, S.Si, M.Si

Disusun Oleh :

Novia Handayani (P21140219043)

Radisa Putri Komara (P21140219049)

Roushana Fikra Rabbani (P21140219054)

Sarah Fahira Oktaviani (P21140219058)

Sofyan Hadi (P21140219062)

Syafitri Noor Janatti (P21140219063)

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

Jurusan Teknik Radiodiagnostik Dan Radioterapi

Jl,Hang Jebat III/F3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak Guntur Winarno, S.Si, M.Si selaku dosen
mata kuliah Fisika Radiodiagnostik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengaruh factor geometri pada gambar
makro radiografi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan dating, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun,

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya maklah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mphpn maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kat yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pembentukan Gambar Radiografi


B. Faktor faktor yang mempengaruhi gambaran radiografi
C. Citra Radiografi
D. Ketajaman Citra Radiografi
E. Kontras Radiografi
F. Distorsi Citra Radiografi
G. Ukuran Citra Radiografi
H. Detail Dan Ukuran Objek
I. Distorsi Citra dan Distorsi pada Radiografi
J. Magnifikasi Geometri pada Radiografi
K. Magnifikasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makroradiografi adalah teknik radiografi yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang diperbesar dari gambaran awalnya (gambaran yang
sebenarnya). Tujuan dari pembuatan gambar makroradiografi adalah untuk
memperoleh informasi yang lebih jelas, yang tidak diperoleh dari hasil
radiografi biasa diakibatkan oleh ukuran dari bagian-bagian tersebut yang
teramat kecil misalnya tulang yang berukuran kecil, saluran, dan lainnya.
Makroradiografi adalah teknik radiografi yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang diperbesar dari gambaran awalnya (gambaran yang
sebenarnya). Tujuan dari pembuatan gambar makroradiografi adalah untuk
memperoleh informasi yang lebih jelas, yang tidak diperoleh dari hasil
radiografi biasa diakibatkan oleh ukuran dari bagian-bagian tersebut yang
teramat kecil misalnya tulang yang berukuran kecil, saluran, dan lainnya.
Pada radiografi, kebanyakan distorsi dihasilkan dari variasi magnifikasi
obyek yang berlainan tempat dan arah dari obyek tersebut terhadap berkas I =
sinar-x.
Magnifikasi ( pembesaran ) obyek ditentukan oleh perbandingan jarak.
Jarak dari focal spot ke reseptor (FFD) yang sepanjang 150 cm biasanya
digunakan untuk pemeriksaan thorax agar menghasilkan magnifikasi yang
sedikit dan juga untuk menghindari terjadinya distrosi.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu magnifikasi dan distorsi dalam makroradiografi?
2. Bagaimana perhitungan nilai pembesaran gambar radiorafi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui magnifikasi dan distorsi dalam makroradiografi.
2. Untuk mengetahui perhitungan nilai pembesaran gambar radiografi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembentukan Gambar Radiografi

Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat
menembus bahan.Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu
menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap.Sinar-x
yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan.
Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:

1. Panjang gelombang sinar-X.


2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.

Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek
yang akan difoto.Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot,lemak, dan
jaringan lunak) meneruskan banyak sinar-x sehingga film menjadi hitam.
Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan
seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang
keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulitditembus sinar x
mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang
tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh
yang mudah ditembus sinar x disebut Radiolucen yang menyebabkan warna
hitam pada film. Sedangkan bagian yangsulit ditembus sinar x disebut Radio-
opaque sehingga film berwarna putih.Telah diketahui bahwa panjang gelombang
yang besar yang dihasilkan olehkV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya
mudah diserap. Semakin pendek panjang. Setelah sinar-x yang keluar dari
tabung mengenai dan menembus obyek yang akan difoto.Bagian yang mudah
ditembusi sinar x (seperti otot,lemak, dan jaringan lunak) meneruskan banyak
sinar-x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus
sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x
akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna
putih. Bagian yang sulitditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu
berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang tergantung pada nomor atom,
jenis obyek, dan ketebalan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x
disebut Radiolucen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan
bagian yangsulit ditembus sinar x disebut Radio-opaque sehingga film berwarna
putih.Telah diketahui bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan
olehkV rendah akan mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek
panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan
membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan.

Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan sinar-x? Hal


initergantung dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng
aluminium yang mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding
tembaga,mempunyai jumlah daya serap lebih rendah terhadap sinar-x dibanding
satulempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah hitam
(nomoratomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x.Karena alasan
inilah ia digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi,
contoh yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung tangan
khusus serta apron yang digunakan selama proses fluoroskopi.

Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana


yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapatmenyerap radiasi lebih
banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang
sama.Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga mempunyai
kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding
2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding
air.

Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal


yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks
yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga
mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya
perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak menyerap
sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding
udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi
perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan
tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada
umur yang lebih tua tulang-tulang sudah kekurangan kalsium dan akan
mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih
muda.

Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda


gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung
pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran
radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film
yang digunakan.

B. Faktor faktor yang mempengaruhi gambaran radiografi


1. Miliamphere (mA)
Peningkatan mA akan menambah intensitas sinar-x, dan
penurunan mA akan mengurangi intensitas. Sehingga semua intensitas
sinar-x atau derajat terang/brightness akan bertambah sesuai dengan
peningkatan intensitas radiasi sinar-x di titik fokus. Oleh sebab itu,
derajat terang dapat diatur dengan mengubah mA. Perlu juga dipahami
bahwa intensitas sinar-x yang bervariasi akan terus membawa hubungan
yang sama antara satu dengan yang lainnya.
2. Jarak
Dalam proses pemotretan sinar x, terdapat pengaturan jarak
pemotretan yang meliputi :
a. Jarak antara fokus-film (Focus Film Distance disingkat FFD),
disebut jugaSID (Source to Image Reseptor Distance)
b. Jarak antara film-objek (Film Object Distance disingkat FOD)
c. Jarak antara obyek-fokus (Object Focus Distance), disebu juga
SSD (Source to Skin Distance).
Intensitas sinar-x dari suatu pola bisa diatur menjadi sama dengan
cara merubah semua hal, bukan dalam hal-hal yang menyangkut
kelistrikan, tapi dengan menggerakkan tabung mendekati atau menjauhi
objek. Dengan kata lain, jarak tabung ke objek mempengaruhi intensitas
gambaran. Hal ini dapat dibuktikan dengan demontrasi yang sederhana.
Tanpa penerangan lain dalam ruangan, pindahkan lampu yang menyala
mendekati kertas bercetak. Anda akan melihat bahwa semakin dekat
cahaya ke buku, makin terang halaman itu terkena cahaya. Hal yang
sama juga berlaku pada sinar-x, pada saat jarak objek ke sumber radiasi
dikurangi, intensitas sinar-x pada objek meningkat; pada saat jaraknya
ditambah intensitas radiasi pada objek berkurang.
Semua ini merupakan kesimpulan dari faktor bahwa sinar-x dan
cahaya merambat dalam pancaran garis lurus yang melebar. Perubahan
jarak hampir sama dengan perubahan mA dalam hal efeknya terhadap
semua intensitas gambaran. Terhadap banyaknya perubahan intensitas
gambaran keseluruhan bila mA atau jarak diubah adalah merupakan
suatu kaidah hitungan aritmetika sederhana.
3. Kilovolt (kV)
Perubahan kV menyebabkan beberapa pengaruh. Pertama,
perubahan kV menghasilkan perubahan pada daya tembus sinar-x dan
juga total intensitas berkas sinar-x akan berubah. Hal ini terjadi dengan
tanpa perubahan pada arus tabung.
C. Citra Radiografi
Telah diketahui bahwa terbentuknya citra radiografi adalah disebabkan
oleh sinar-x yang setelah melalui objek tiba pada film dan merubah susunan
kristal perak halide menjadi butir perak berwarna hitam. Aksi sinar-x (kombinasi
sinar-x dengan layar pendar) dan cahaya sangat dilipatgandakan oleh cairan
pembangkit, tahap processing selanjutnya membuat citra menjadi permanen dan
dapat diamati di depan viewer.
Tujuan membuat citra adalah agar citra dapat dilihat dengan jelas, untuk
itu citra harus memiliki bentuk yang tegas diiringi oleh adanya kontras
radiografi yang cukup. Kontras radiografi adalah perbedaan terang diantara
berbagai bagian citra, bagaimana sesuai dengan perbedaan daya serap bagian
tubuh terhadap sinar-x. Struktur dari objek tidak akan terlihat, bila nilai kontras
disekitarnya tidak cukup. Ada tiga hal dari citra radiografi yang perlu dibedakan,
yaitu:
1. Bentuk jelas / tegas,
2. Detail / definition, menunjukan bagian kecil dari objek dapat dilihat
(ketajaman),
3. Kontras radiografi, menunjukan perbedaan terang (hitam/putih),
4. Distorsi, perubahan bentuk dan ukuran pada citra radiografi
D. Ketajaman Citra Radiografi
Citra-radiografi merupakan bentuk bayangan; citra yang diperoleh
sebagai akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok
bila melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra
radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam,dimana tingkat
pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh
pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal,
seperti:
1. Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal :
ukuran, jarak),
2. Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat,
3. Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan
perekam citra.
Ketajaman Radiografi dimaksudkan untuk membedakan detail dari
struktur yang dapat terlihat pada citra radiografi. Karena itu, semu factor
mengatur kontras (perbedaan densitas) juga mempengaruhi ketajaman. Faktor ini
bersifat obyektif karena dapat diukur. Ketajaman dapat juga dipengaruhi oleh
faktor yang tidak obyektif yang disebut faktor subyektif, sangat bervariasi tidak
dapat diukur, termasuk hal yang berada di luar. Citra seperti kondisi dari
“viewer” boleh dikatakan bahwa ketajaman yang dimaksud adalah kualitas
visual yang lebih bersifat subyektif. Faktor yang mempengaruhi ketajamam
meliputi :
1. Faktor citra Radiografi, meliputi :
a. Ketajaman dan kontras objektif
b. Tingkat exposi
Bila citra radiografi berbatas/berbentuk jelas, benda
densitas masih dapat diamati, walau tingkat densitasnya sedikit
(ketajaman baik walau dengan kontras yang sangat rendah). Jika
citra radiografi dengan perbedaan densitas tinggi, struktur masih
dapat terlihat jelas walau dengan batas yang tidak begitu tegas
(ketajaman masih dapat dilihat, walaupun detail struktur tidak
optimal).
Pada praktek radiografi, hal itu dapat kita temukan pada
x-foto abdomen untuk melihat struktur dari janin, terlihat adanya
perbedaan densitas yang kecil, namun bentuk janin terlihat jelas.
Juga pada xfoto abdomen anak kecil tertelan uang logam terlihat
adanya perbedaan densitas yang tinggi, ketajaman uang logam
masih terlihat walau bentuknya tidak tegas (uang logam
bergerak). Dengan demikian, batas yang tegas dari citra
radiografi tidak hanya tergantung oleh ketajaman/kontras tetapi
dari keduanya. Tingkat eksposi signifikan merubah kontras yang
terlihat pada citra radiografi. Bila terjadi overexposure maka
densitas pada seluruh bidang film juga meningkat, tetapi “kontras
obyektif” (overexposure tidak berlebihan) tidak berubah, karena
perbedaan melewatkan cahaya dari seluruh bidang x-foto tetap
ada dan dapat diukur. Karena densitas yang demikian besar, mata
sudah tidak dapat lagi melihat, karena tidak ada lagi cahaya dari
viewer yang dapat melaluinya. Oleh karena itu pemirsa
mengatakan bahwa kontras visual berkurang karena
overexposure, jadi kontras visual ini bersifat subyektif tidak dapat
diukur. Pada underex posure dimana densitasnya sangat minim
menyebabkan kontras obyektif dan subyektif menjadi kurang.
2. Faktor viewer / iluminator
Hubungannya terhadap detail (devinition) adalah dengan contras
subyektif faktor viewer dapat dilihat dari segi:
a. Yang berhubungan dengan kualitas penerang Penerangan lampu
viewer dapat dengan berbagai warna,intensitas, dan homogenitas;
diluminator yang moderen dengan dilengkapi dengan beberapa
lampu TL yang memancarkan cahaya biru cerah dan homogen,
dapat meningkatkan nilai kontras “kontras-fisual”. X-foto yang
overexposure dengan menaikan intensitas penerangan illuminator
akan meningkatkan kontras subyektif, sedangkan yang
underexposure intensitas cahaya diturunkan hingga kontras visual
dapat tercapai. Pada umumnya viewer dilengkapi dengan alat
pengatur terangnya cahaya, sesuai dengan keadaan citra
radiografi yang sedang ditayangkan. Ruang baca x-foto sebaiknya
ruangan redup (watt rendah) sehingga cahaya yang keluar dari
viewer dapat diamati dengan baik.
b. Yang berhubungan dengan penglihatan pemirsa Kontras citra
radiografi oleh mata kelihatnaya dipengartuhi oleh tingkat
penerangan yang diadaptasi, dan oleh silaunya cahaya viewer.
Mata yang beradaptasi dengan cahaya terang tidak dapat
mengamati perbedaan densitas pada tingkat gelap, dan detail.
Juga bila viewer dengan x-foto densitas sedikit, melewatkan
cahaya yang menyilaukan, menyebabkan kegagalan untuk
melihat detail struktur. Untuk mencegah cahaya yang
menyilaukan, viewer dilengkapi dengan semacam diagfragma
yang dapat membatasi luas penerangan. Spot light yang berada di
luar viewer gunanya untuk mengamati bagian tertentu dari film
yang densitasnya gelap.
E. Kontras Radiografi
Kontras radiografi memiliki unsur yang berbeda:
1. Kontras Objektif, perbedaan kehitaman ada seluruh bagian citra yang
dapat dilihat & dinyatakan dengan angka.
2. Kontras Subjektif, yaitu perbedaan terang di antara bagian film, jadi
tidak dapat diukur, tergantung dari pemirsa/pengamat.
F. Distorsi Citra Radiografi
Merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk
serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar diperoleh
bila garis tentgah struktur yang akan di x-foto berada sejajar dengan film yang
tegak lurus dengan pusat sinar-x. Hal ini sering terlihat pada x-ray foto gigi, bila
hal ini terjadi, maka x-ray foto gigi akan terlihat bertumpuk satu sama lain, dapat
lebih panjang atau lebih pendek.
G. Ukuran Citra Radiografi
Karena sinar-x yang memencar dari focus sifatnya divergen
mengaklibatkan ukuran citra radiografi boleh disebut menjadi lebih besar dari
ukuran sebenarnya. Adapun pembesaran yang terjadi disebabkan oleh jarak
focus-film (FFD), film-objek (FOD), garis tengah struktur sejajar film dan tegak
lurus dengan pusat sinar-x.
H. Detail Dan Ukuran Objek
Obyek di dalam tubuh terdiri dari berbagai macam ukuran. Semakin
kecil ukuran obyek maka semakin detil gambar anatomi yang harus
didapatkan.Sebagai contoh, bila ukuran obyek besar maka detil yang dihasilkan
dapat diamati (tidak mengalami kekaburan), begitu pula bila ukuran obyek
diperkecil, maka detil yang dihasilkan juga dapat diamati (tidak mengalami
kekaburan). Jadi ketika tidak terjadi kekaburan maka baik obyek yang besar
maupun yang kecil dapat kita amati. Kekaburan mempunyai batas untuk mampu
dilihat pada bayangan yang kecil. Sehingga kekaburan itu mengakibatkan
keterbatasan penglihatan detail gambar. Ada tiga pengaruh dari kekaburan,
yaitu:
1. Kekaburan mengakibatkan penurunan kemampuan untuk
memperlihatkan detil anatomi obyek. Padahal hal tersebut sangat penting
dalam penggambaran citra medik.
2. Kekaburan menurunkan nilai ketajaman (sharpness) struktur dan obyek
citra medik. Sehingga ketidaktajaman (unsharpness) sering digunakan
sebagai pengganti istilah kekaburan (blurring).
3. Kekaburan menurunkan karakteristik citra medik yang disebut resolusi
bagian (spatial resolution). Resolusi adalah pengaruh dari kekaburan
yang dapat diukur dengan mudah dan digunakan untuk mengevaluasi dan
menentukan karakteristik kekaburan dari system dan komponen citra
medik. Resolusi digambarkan sebagai banyaknya jumlah pasang garis
(LP) yang tampak dalam setiap satuan mm. Menaikkan nilai LP/mm
biasanya berhubungan dengan menaikkan detil citra medik. Oleh sebab
itu resolusi bagian yang tinggi (baik) menandakan kenampakan
(visibility) detil anatomi yang akurat.
I. Distorsi Citra dan Distorsi pada Radiografi
Citra yang dihasilkan tidak selalu menampakkan karakteristikgeometric
dan spasial yang sebenarnya dari bagian tubuh. Karakteristik struktur anatomi
dan obyek yang dapat diubah bentuknya meliputi : perubahan ukuran (relative)
misalnya elongation (pertambahan panjang), perubahan bentuk, perubahan letak
di dalam tubuh. Pada radiografi, kebanyakan distorsi dihasilkan dari variasi
magnifikasi obyek yang berlainan tempat dan arah dari obyek tersebut terhadap
berkas sinar-x.
1. Penyebab distorsi pada Radiografi
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa ukuran relative
dan posisi dari obyek mengalami distorsi oleh karena:
a. Metode proyeksi pencitraan medik yang biasa digunakan pada
prosedur radiografi dan floroskopi.
b. Variasi magnifikasi (pembesaran) obyek yang berlainan tempat
dan arah dari obyek tersebut terhadap berkas sinar-x.
c. jarak antara garis tengah struktur sejajar film yang tidak tegak
lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR).
d. Disebabkan oleh jarak focus-film (FFD), film-objek (FOD).
Semakin dekat jarak film dengan obyek (FOD) semakin kecil
bayangan penumbra yang terbentuk pada film, semakin besar
jarak film dengan obyek maka semakin besar bayangan penumbra
yang terbentuk pada film. Semakin tinggi jarak fokus dengan film
(FFD) semakin kecil bayangan penumbra yang terbentuk pada
film, begitu juga sebaliknya.
2. Cara untuk mengurangi distorsi
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengurani
efek daripada distorsi ini, antara lain:
a. Meminimalkan jarak film-obyek / FOD berarti mengurangi resiko
ketidaktajaman dan mengurangi perbesaran citra/bayangan yang
dibentuk pada film.
b. Pastikan methode proyeksi penyinaran yang diterapkan pada
pasien tidak mengakibatkan (objek) dalam hal ini pasien merasa
kurang nyaman sehinngga pasien cenderung bergerak dan akan
mengakibatkan ada jarak/celah antara fil dengan objek sehingga
efek magnifikasi (pembesaran) semakin besar.
c. Sebelum melakukan eksposi, pastikan garis tengah struktur
sejajar film tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR).
J. Magnifikasi Geometri pada Radiografi
Magnifikasi (pembesaran) obyek ditentukan oleh perbandingan jarak.
Jarak dari focal spot ke reseptor (FFD) yang sepanjang 150 cm biasanya
digunakan untuk pemeriksaan thorax agar menghasilkan magnifikasi yang
sedikit dan juga untuk menghindari terjadinnya distorsi. Suatu kondisi dimana
gambar pada radiograf lebih besar dari objek yang sebenarnya, disebut
magnifikasi. Bagi kebanyakan pemeriksaan klinis, pembesaran terkecil mungkin
harus dipertahankan. Selama beberapa situasi, namun, pembesaran yang
diinginkan dan harus direncanakan dengan hatihati ke dalam pemeriksaan
radiografi. Pemeriksaan jenis ini disebut pembesaran radiografi.
Secara kuantitatif pembesaran diukur dan dinyatakan oleh factor
magnification (M), yang didefinisikan sebagai berikut:

M bergantung pada kondisi geometris pemeriksaan. Bagi kebanyakan


radiograph yang diambil pada (SID) 100 cm, M adalah sekitar 1.1. untuk
radiograph yang diambil pada 180 cm SID, M sekitar 1,05 dalam pemeriksaan
radiografi biasa, hal ini tidak mungkin untuk menentukan ukuran objek. Ukuran
gambar dapat diukur secara langsung dari radiograf. Dalam situasi tersebut
Mboleh ditentukan dari rasio SID ke sumber untuk objek jarak (SOD):

Gambar 2.1 Magnifikasi adalah rasio antara ukuran gambar dan ukuran objek ,atau SID dan SOD.
Ukuran gambar dapat diukur secara akurat; oleh karena itu ukuran obyek
yang dapat dihitung sebagai berikut:

MF akan sama untuk obyek yang ditempatkan dari central axis objek yang
diletakkan di central axis jika OID adalah sama dan jika tujuannya pada
dasarnya datar maka MF nya juga sama. Kesimpulannya, ada dua faktor yang
mempengaruhi perbesaran gambar : SID dan OID. Meminimalkan magnifikasi:
SID besar : Gunakan SID sebesar mungkin .
OID kecil : Letakkan objek sedekat mungkin dengan image receptor.
K. Magnifikasi
Magnifikasi /pembesaran adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam
pembuatan radiografi. Pembesaran dalam radiografi disebabkan karena adanya
jarak antara obyek yang difoto dengan alat pencatat gambar(film). Walaupun
obyek sudah diatur menempel diatas kaset, tetapi sesungguhnya tetap ada jarak
antara permukaan atas kaset dengan film yang ada di dalamnya.
Secara kuantitatif magnifikasi dinyatakan dalam “Magnification Factor”
(Faktor Pembesaran)

Pembesaran bertambah apabila:


1. Jarak Obyek Film (OFD) bertambah
2. Jarak Fokus Film (SID/FFD) berkurang
Pada pemeriksaan secara radiologis tidak memungkinkan untuk
menentukan ukuran obyek sebenarnya.Untuk menentukan ukuran obyek
sesungguhnya dapat ditentukan dengan mengukur besar gambaran / image pada
image receptor.

Contoh perhitungan magnifikasi pada 3 buah koin.


Alat dan bahan :
1. Koin
2. Soft bag
3. Penggaris
4. Alat tulis
Langkah langkah :
1. Koin di susun berjajar menempel kaset.

2. Eksposi dilakukan dengan titik bidik pada koin yang di tengah dengan
FFD 100cm, 45 kV dan 5 mAs.
3. Film diproses
4. Pembesaran yang terjadi diukur
5. Koin diatur pada jarak 10 cm, 15 cm dantepat di atas film.
6. Langkah 2 – 4 dilakukan.
7. Diambil kesimpulan
8. PadaOFD 10 cm dilakukan pemotrtan dengan fariasi FFD dan dihitung
pembesarnya
9. Sepont yang berisi obyek disinari seperti pada posisi berikut :
a. Diukur berapa obyek sesungguhnya
b. Diambil kesimpulan yang diperoleh

Pembahasan :
Pengambilan gambar dilakukan 2 kali

Gambar 2.2 percobaan dilakukan seperti gambar diatas

1. Menyusun 3 buah koin di atas kaset dengan posisi koin menempel pada
kaset.
No. Diamter koin Diameter koin pada
sebenarnya Film
Koin 1 2,7 cm 2,75 cm
Koin 2 2,7 cm 2,75 cm
Koin 3 2,7 cm 2,75 cm

2. Menyusun koin di atas kaset dengan ketinggian yang berbeda.

No. Ketinggian Diemater koin Diameter koin


koin dari kaset sebenarnya pada film
Koin 1 0 cm 2,7 cm 2,75 cm

Koin 2 10 cm 2,7 cm 3,1 cm

Koin 3 15 cm 2,7 cm 3,3 cm

Pada percobaan pertama :


menggunakan 3 buah koin yang disusun menempel diatas film dan
menggunakan titik bidik pada pertengahan kaset.
 Koin 1 : Diameter koin 1 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan
pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil
pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang
sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini disebut dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara
permukaan kaset dengan film.
 Koin 2 : Diameter koin 2 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan
pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil
pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang
sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini disebut dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara
permukaan kaset dengan film.
 Koin 3 : Diameter koin 3 sebenarnya adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan
pengukuran pada radioraf, diameter koin adalah 2,75 cm. Hasil
pengukuran menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara objek yang
sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini disebut dengan
magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel dengan kaset akan
tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan ada jarak antara
permukaan kaset dengan film.

Pada percobaan kedua :

Menggunakan 3 buah koin yang disusun di atas kaset dengan jarak koin
terhadap kaset masing-masing 0 cm, 10 cm dan 15 cm.

 Koin 1 (jarak koin 0 cm terhadap kaset) : Diameter koin 1 sebenarnya


adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter
koin adalah 2,75 cm. Hasil pengukuran menunjukkan adanya perbedaan
ukuran antara objek yang sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal
ini disebut dengan magnifikasi.Walaupun koin sudah diatur menempel
dengan kaset akan tetapi tetap terjadi magnifikasi. Hal ini dikarenakan
ada jarak antara permukaan kaset dengan film.
 Koin 2 (jarak koin 10 cm terhadap kaset) : Diameter koin 2 sebenarnya
adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter
koin adalah 3,1 cm. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan ukuran
antara objek yang sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini
disebut dengan magnifikasi. Penghitungan magnifikasi yang terjadi
adalah:

3,1
M =image ¿ ¿ object ¿ ¿ ¿ ¿ M = 2,7 M=
1,4
Perhitungan magnifikasi berdasarkan teori adalah:
SID 100 cm
M = SOD M = 90 cm M = 1,11

Penghitungan magnifikasi menggunakan ukuran objek dan


menggunakan jarak memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan
karena SID tidak tepat 100 cm. Pada percobaan, yang dimaksud dengan
SID adalah jarak fokus terhadap permukaan kaset. Sedangkan sebenarnya
terdapat jarak antara permukaan kaset dengan film. Sehingga sebenarnya
SID lebih dari 100 cm.
 Koin 3 (jarak koin 15 cm terhadap kaset) : Diameter koin 3 sebenarnya
adalah 2,7 cm. Ketika dilakukan pengukuran pada radioraf, diameter koin
adalah 3,1 cm. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan ukuran antara
objek yang sebenarnya dengan objek pada radiograf. Hal ini disebut
dengan magnifikasi. Penghitungan magnifikasi yang terjadi adalah:

3,3
M = Image ¿ ¿ Obejct ¿ ¿ ¿ ¿ M = 2,7 M = 1,22

Perhitungan magnifikasi berdasarkan teori adalah :

SID 100 cm
M = SOD M = 85 cm M = 1,17

Penghitungan magnifikasi menggunakan ukuran objek dan menggunakan


jarak memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan karena SID
tidak tepat 100 cm. Pada percobaan, yang dimaksud dengan SID adalah
jarak fokus terhadap permukaan kaset. Sedangkan sebenarnya terdapat
jarak antara permukaan kaset dengan film. Sehingga sebenarnya SID
lebih dari 100 cm.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
1. Magnifikasi tidak dapat dihindari, karena terdapat jarak antara permukaan
kaset dengan film.
2. SID berpengaruh terhadap magnifikasi. Semakin besar SID maka
magnifikasi semakin kecil.
3. SOD berpengaruh terhadap magnifikasi. Semakin besar SOD maka
magnifikasi semakin besar.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah:
1. Apabila hendak melakukan pemeriksaan radiografi, sebaiknya objek
diletakkan sedekat mungkin dengan kaset. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi magnifikasi.
2. Apabila objek tidak dapat diatur menempel dengan kaset maka dapat
diantisipasi dengan penambahan SID.

Anda mungkin juga menyukai