Kelompok 4 :
Laju dan jenis biotransformasi suatu senyawa kimia berbeda antar spesies,
bahkn berbeda dari satu strain ke strain lainnya. Hal ini mnunjukan adanya
perbedaan toksisitas pada setiap hewan. Umur dan jenis kelamin akan mengubah
biotransformasi dari senyawa kimia. Tempat yang paling umum untuk
biotransformasi senyawa kimia yang masuk ke dalam tubuh adalah hati dan hanya
dalam jumlah yang sangat rendah terjadi di dalam organ/jaringan lain seperti usus,
ginjal, paru-paru, limpa, otak, kulit, dan darah.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mempelajari hati sebagai organ
mendetoksikasi enobiotika. Selain itu, praktikum ini juga untuk mengetahui efek
smping pemberian xenobiotika pada hati yang normal dan hati yang telah dirusak.
Tinjauan Pustaka
Detoksikasi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh tubuh untuk
mengurangi atau menghilangkan xenobiotika. Proses ini terjadi sebagian besar di
organ hati. Proses detoksikasi terbagi atas dua fase, fase pertama adalah fase
hidroksilasi yang dikatalisis oleh enzim mono-oksigenase atau lebih dikenal dengan
sitokrom 450. Fase hidroksilasi akan menghentikan kerja obat dan xenobiotik. Pada
fase kedua, senyawa yang telah diproses akan diubah menjadi bentuk lain dengan
bantuan berbagai enzim spesifik menjadi bentuk yang lebih polar, proses ini disebut
konjugasi, atau dengan menambah gugus metil, sehingga prosesnya disebut
metilasi. Adapun tujuan dari dibentuknya senyawa yang lebih polar adalah sebagai
suatu usaha untuk meningkatkan ekskresi dari xenobiotik, dengan kepolaran yang
tinggi berarti akan mudah larut dalam air sehingga mudah dikeluarkan lewat ginjal
(Murray 2006). Karbon tetraklorida (CCl4) adalah senyawa kimia yang banyak
digunakan sebagai campuran bahan pemadam kebakaran maupun sebagai bahan
pendingin. Karbon tetraklorida juga dikenal sebagai cleaning agent (Doherti 2000).
Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan produk hasil karbon disulfida atau
reaksi dari disulfida dengan sulfur monoklorida. Zat ini merupakan zat volatil yang
tidak berwarna, terasa panas, berbau seperti kloroform, serta tidak dapat larut dalam
air, namun dapat larut dalam alkohol, kloroform, ether dan minyak volatil. CCl4
digunakan secara luas sebagai anthelmentik dan fascioliasis. CCl4 dapat digunakan
untuk membasmi cacing nematoda pada ayam, anjing, kambing, domba dan kuda.
Dampak racun CCl4 pada sel hati terjadi akibat meningkatnya kadar peroksidasi
lipid disebabkan oleh adanya reaksi antara radikal bebas hasil aktivasi CCl4 dengan
asam lemak tak jenuh yang banyak terdapat pada membran sel. Onset obat yang
cepat serta durasi yang cukup lama menunjukkan bahwa sel-sel hati tidak mampu
melakukan metabolisme terhadap obat yang diberikan sehingga kemampuan untuk
mendetoksikasi berkurang akibat sel-sel hati yang sudah rusak (Panjaitan et al
(2007).
METODE
Prosedur Praktikum
Mencit 1 tidak diberi perlakuan (hatinya normal) sedangkan Mencit 2
hatinya telah dirusak dengan memberikan CCl4 peroral 0,01-0,05 mL/g BB selama
24 dan 48 jam sebelum praktikum. Sebelum praktikum, keadaan mencit diamati
terlebih dahulu. Masing masing mencit diinjeksi phenobarbital 2% secara subkutan
(SC) (dosis 100 mg/kg BB). Onset dan anastesi diamati serta dibandingkan pada
kedua ekor mencit.
Phenobarbital injeksi : 5%
: 5 g/100 ml
Konsentrasi : 50 mg/ml
Dosis : 100 mg/kg
Berat badan mencit normal : 22 gr
: 22 / 1000 = 0,022 kg
Berat badan mencit (hati telah dirusak) : 24 gr
: 24 / 1000 = 0,024 kg
DAFTAR PUSTAKA
Doherti RE. 2000. A history of the Production and Use of Carbon Tetrachloride,
Tetrachloroethylene, Trichloroetylene and 1,1,1-Thrichloroethane in
United States of America. Enviromental Forensic J. 1 (1).
Murray RK, Granner DK, dan Rodwell VW. 2006. Biokimia Harper. Jakarta :
Penerbit EGC.
Panjaitan RGP, Manalu W, Zakiah Z, Masriani, Chairul, Handharyani E. 2007.
Pengaruh pemberian karbon tetraklorida terhadap fungsi hati dan ginjal
tikus. Jurnal Kesehatan Universitas Indonesia Vol 11 No.1 Juni 2007.