00 WIB
Kelompok :7
Dosen Pembimbing : Dr. drh. Min Rachminiwati, MS
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui daya kerja obat-obatan depresan SSP,
yang bersifat analgesic kuat, relaksan kuat maupun anastetikum kuat melalui gejala
klinis yang ditimbulkan.
Tinjauan Pustaka
Depresan adalah senyawa yang dapat mendepres/menekan sistem tubuh. Depresan
SSP berarti senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas fungsi SSP. Obat
ini bekerja dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung, dan
pernapasan. Depresansia terbagi atas golongan obat sedative, hipnotika, dan anestetik
umum. Pada dosis terapeutik berfungsi sebagai anaesthetikum yang menyebabkan
hilangnya rasa nyeri dan muscle relaxant (Rahminiwati 2014).
Sedativa adalah obat yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang diberikan
pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedativa termasuk ke dalam kelompok
psikoleptika yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat sistem saraf
pusat. Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan, dan
menenangkan penggunanya (Lullmann 2000).
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik
diperuntukkan untuk mempermudah atau menyebabkan tidur. Hipnotika menimbulkan
rasa kantuk, mempercepat tidur, dan sepanjang malam mempertahakan keadaan tidur
yang yang menyerupai tidur alamiah. Secara ideal obat tidur tidak memiliki aktivitas
sisa pada keesokan harinya (Tjay dan Rahardja 2002).
Hipnotika dan sedativa merupakan golongan obat pendepresi Susunan Saraf
Pusat(SSP). Efeknya bergantung dosis, mulai dari ringan, yaitu menyebabkan tenang
atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu kehilangan kesadaran, keadaan anestesi,
koma, dan mati. Obat-obatan hipnotika dan sedativa adalah istilah untuk obat-obatan
yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedativa adalah substansi yang memiliki
aktivitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotika adalah
substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan dapat memberikan onset, serta
mempertahankan tidur (Tjay dan Rahardja 2002).
Efek hipnotika meliputi depresi Sistem Saraf Pusat yang lebih kuat daripada
sedasi, hal ini dapat dicapai dengan semua obat sedativa dengan peningkatan dosis.
Depresi Sistem Saraf Pusat yang bergantung pada tingkat dosis merupakan karakteristik
dari hipnotika dan sedativa. Dengan peningkatan dosis yang diperluka untuk hipnotika
dapat mengarah kepada keadaan anestesi umum. Masih pada dosis yang tinggi, obat
hipnotika dan sedativa dapat mendepresi pusat-pusat pernafasan dan vasomotor di
medulla, yang dapat mengakibatkan koma dan kematian (Katzung 2002).
Bentuk yang paling ringan dari penekanan Sistem Saraf Pusat adalah sedasi,
dimana penekanan Sistem Saraf Pusat tertentu dalam dosis yang lebih rendah dapat
menghilangkan respon fisik dan mental, tetapi tidak mempengaruhi kesadaran. Sedativa
terutama digunakan pada siang hari, dengan meningkatkan dosis dapat menimbulkann
efek hipnotika. Jika diberikan dalam dosis yang tinggi, obat-obat hipnotika dan sedativa
mungkin dapat mencapai anestesi, sebagai contoh adalah barbiturat dengan masa kerja
yang sangat singkat yang digunakan untuk menimbulkan anestesi, natrium thiopental
(Pentothal) (Katzung 2002).
Hasil
Tabel 1. Fisiologis mencit selama pemberian phenobarbital
Menit Dosis Aktivitas Refleks Salivasi/ Tonus Frekuensi Frekuensi Konvulsi ket
(mL) tubuh ( defekasi/ otot nafas ( jantung (
kotak/ urinasi kali/ kali/
menit) menit) menit)
0 0,05 4 +++ - +++ 152 - - -
10 0,1 8 +++ Defekasi +++ 184 320 - -
20 0,2 1 +++ Defekasi ++ 148 360 - Sedasi
30 0,4 3 ++ Defekasi + 140 160 - -
40 0,8 - + - + 140 166 - Anasthesi
50 1,6 - - - - 92 36 - -
Pembahasan
syaraf perifer mirip dengan ion kalium, yaitu menyebabkan kelemahan otot. Hal ini
Daftar Pustaka
[MGI] Mouse Genome Informatics. 2014. Mouse Facts – Mouse Physiology [internet].
[diunduh 2014 Mar 14]. Tersedia pada
http://www.informatics.jax.org/mgihome/other/mouse_facts1.shtml
Ganiswarna. G Sulistia,.1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Gaya
baru.P.109.
Katzung, G.Bertram. 2002. Basic & Clinical Pharmacology-10th Ed. The McGraw-Hill
Companies.Inc,New York.
Lullman, Heinz, et al. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New York.
Rahminiwati, Min, et al. 2014. Panduan Praktikum Farmakologi Veteriner II. Bogor:
Bagian Farmakologi dan Toksikologi.
Tjay, T.H. dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima Cetakan
Kedua.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Setyo, D. 2012. Perbedaan Pengaruh Pemberian Propofol Pentothal dan Etomidat
Terhadap Kadar Leukosit pada Operasi Masektomi. Jurnal Media Medika
Soenarjo, H. 2010. Anestesiologi. Bagian Anestesiologi dan Terapi. Universitas
Diponegoro