Anda di halaman 1dari 7

Hari, Tanggal : Rabu, 21 Februari 2018

Dosen : Dr Drh Min Rahminiwati MSi


Kelompok Praktikum : Kelompok 2/Sore

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II


OBAT DEPRESAN SISTEM SYARAF PUSAT

Disusun oleh

Arif Sofyan Aziz (B04150008)

Resti Puspitaningsih (B04150011)

Falih Prenata Saukhan (B04150015)

Irda Khaeriyah (B04150017)

Inggita Anindita (B04150018)

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
PENDAHULUAN
Depresan adalah senyawa yang dapat mendepresi/menekan system tubuh. Depresan SSP berarti
senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan aktivitas fungsi SSP. Obat ini bekerja dengan menekan
pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung, dan pernafasan. Depresansia terbagi atas golongan obat sedative,
hipnotika, dan anastetik umum. Pada dosis terapeutik berfungsi sebagai anasthetikum yang menyebabkan
hilangnya rasa nyeri dan muscle relaxan. Obat yang bekerja pada susunan syaraf pusat (SSP)
memperlihatkan efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas SSP
secara spesifik atau secara umum.
Berdasarakan efek farmakologisnya depresan SSP dibagi menjadi lima golongan, yaitu sedativa -
hipnotik, relaksan pusat, obat anti psikotik, anaestetika sistemik dan obat anti kejang. Sedativa-hipnotik
menunjukkan bahwa kegunaan terapeutik utamanya adalah menyebabkan sedasi (dengan disertai hilangnya
rasa cemas) atau menyebabkan kantuk. Sedatif relaksan pusat adalah obat tidur yang dalam dosis lebih
rendah dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk tujuan menenangkan. Sedatif yang termasuk ke
dalam kelompok psikoleptik yang mencakup obat-obat yang menekan atau menghambat sisem saraf pusat.
Sedatif anastetika sistemik berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi ketegangan, dan menenangkan.
Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapeutik diperuntukkan untuk mempermudah
atau menyebabkan tidur.
Efek fisik yang ditimbulkan pada penggunaan depressan adalah pada dosis kecil akan memperlambat
detak jantung dan pernapasan, menurunkan energi dan koordinasi otot, dan melemahkan panca indera. Efek
mental, pada dosis yang kecil dapat berfungsi seperti stimulan karena menurunkan inhibisi, tetapi dengan
semakin banyak pemakaian dan semakin besar dosis yang dipakai, efek depressan secara menyeluruh mulai
mendominasi, melemahkan pikiran dan tubuh. Jenis depressan tertentu juga dapat menimbulkan eforia atau
suatu perasaan yang nyaman dan tenang.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui daya kerja obat-obat
depressan SSP, yang bersifat analgesik kuat, relaksan kuat maupun anastetikum kuat melalui gejala
klinis yang ditimbulkan.

Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum adalah syringe, timbangan dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain MgSO4, kloralhidrat, penthotal 2% dan hewan coba
(mencit dan 2 ekor katak).
Metode Kerja

Mencit ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui dosis penthotal yang akan diberikan. Setelah itu
dilakukan pengamatan terhadap status fisiologisnya terlebih dahulu berupa kesadaran, rasa nyeri,
pernapasan, frekuensi napas, frekuensi jantung, dan tonus otot. Mencit disuntik dengan penthotal 1% SC
dengan dosis awal 0.05 cc. Setelah 10 menit diamati perubahan yang terjadi dan dilakukan penyuntikan
kembali dengan dosis bertingkat 0.1cc, 0.2cc, 0.4cc hingga mencit mati.
Dua ekor katak ditimbang untuk mengetahui dosis masing-masing senyawa yang akan diberikan.
Setelah itu dilakukan pemeriksaan status fisiologis katak berupa kesadaran, rasa nyeri, pernapasan, frekuensi
napas, frekuensi jantung, dan tonus otot. Katak pertama disuntik MgSO 4 dan katak kedua disuntik
kloralhidrat masing-masing 0.05 cc SC sebagai dosis awal. Setelah 10 menit dilakukan pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi dan disuntik kembali dengan dosis bertingkat hingga katak mati.

Tinjauan Pustaka
Obat yang termasuk golongan depresan adalah obat yang berefek menghambat aktifitas SSP secara
spesifik maupun umum. Yang termasuk menghambat SSP secara umum adalah obat dalam kelompok
anastesi umum, golongan sedative-hipnotik, dan golongan analgesic.
Sedativa adalah obat yang dalam dosis lebih rendah dari terapi yang diberikan pada siang hari untuk
tujuan menenangkan. Sedativa termasuk ke dalam kelompok psikoleptika yang mencakup obat-obat yang
menekan atau menghambat sistem saraf pusat. Sedativa berfungsi menurunkan aktivitas, mengurangi
ketegangan, dan menenangkan penggunanya (Lullmann 2000).
Hipnotika dan sedativa merupakan golongan obat pendepresi Susunan Saraf Pusat (SSP). Efeknya
bergantung dosis, mulai dari ringan, yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan, hingga berat yaitu
kehilangan kesadaran, keadaan anestesi, koma, dan mati. Obat-obatan hipnotika dan sedativa adalah istilah
untuk obat-obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat. Sedativa adalah substansi yang memiliki
aktivitas moderate yang memberikan efek menenangkan, sementara hipnotika adalah substansi yang dapat
memberikan efek mengantuk dan dapat memberikan onset, serta mempertahankan tidur (Tjay dan Rahardja
2002).
Yang termasuk golongan obat analgesik adalah obat yang berefek pada penghilangan rasa nyeri
(analgesic opioid) dan obat anti piretik serta obat anti inflamasi non-steroid. Sedangkan yang dibahas dalam
bab ini adalah obat analgesic opioid karena kelompok obat tersebut dapat menimbulkan adiksi (ketagihan),
misalnya:
Penthotal
Pentotal termasuk golongan barbiturat, semua barbiturate untuk keperluan klinik berada dalam
bentuk garam sodium (berupa bubuk kuning) dilarutkan dalam air menjadi larutan 2,5% atau 5% dengan PH
10,8. Larutan pentotal tidak stabil tapi dapat disimpan 24 - 48 jam tanpa membahayakan, asalkan masih tetap
jernih. Dianjurkan untuk segera memakai larutan yang telah disiapkan. Untuk menghilangkan efek negatif
dari pentotal dianjurkan,memakai larutan 2,5%.Pentotal merupakan anestetik kuat dan analgesik lemah.
Pentotal merupakan anestetik yang paling banyak diberikan secara intravena.
MgSO4
Merupakan obat yang bersifat muscle relaxan dan sedativa. Obat ini hanya bekerja pada otot
tepatnya pada ganglion syaraf perifer tanpa mempengaruhi SSP, terutama medulla oblongata (pusat
pernapasan dan jantung).
Kloralhidrat
Kloralhidrat mengiritasi kulit dan mukosa membrane. Efek iritasi ini menimbulkan rasa tidak enak,
nyeri epigantrik, mual, dan kadang-kadang muntah. Efek samping pada SSP meliputi pusing, lesu, ataxia,
dan mimpi buruk. Hangover juga dapat terjadi. Keracunan akut obat ini akan menyebabkan ikterus.
Penghentian mendadak dari penggunaan kronik dapat mengakibatkan delirium dan bangkitan yang sering
fatal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pemberian Ketamine-Xylazine pada Tikus


Parameter Sebelum Sesudah Perlakuan
perlakuan 0.01 0.02 0.04 0.08 0.16 0.32
Aktivitas 30x/meni 2x/meni 3x/menit 5x/meni 0 0 0
lokomotor t t t
Rasa nyeri +++ +++ ++ + - - -
Tonus otot +++ +++ ++ ++ + - -
Refleks +++ +++ +++ + + - -
Denyut jantung 200 164 160 100 100 60 52
Frekuensi napas 240 168 160 120 120 84 -

B. Pemberian MgSO4 pada Katak


Parameter Sebelum Sesudah Perlakuan
perlakua 0.01 0.02 0.04 0.08 0.16 0.32
n
Aktivitas ++ ++ ++ ++ ++ + +
lokomotor
Rasa nyeri ++ ++ + + - - -
Tonus otot ++ ++ + + + - -
Refleks ++ ++ + + + - -
Denyut jantung 92 84 80 100 88 76 72
Frekuensi napas 100 92 80 108 88 72 56

C. Pemberian Kloralhidrat pada Katak


Parameter Sebelum Sesudah Perlakuan
perlakua 0.01 0.02 0.04 0.08 0.16 0.32
n
Aktivitas ++ ++ ++ ++ ++ + +
lokomotor
Rasa nyeri ++ ++ ++ + - - -
Tonus otot ++ ++ + + + - -
Refleks ++ ++ + + + - -
Denyut jantung 96 92 84 84 76 64 64
Frekuensi napas 92 92 88 84 84 76 64

D. Pembahasan
Depresan sistem saraf pusat merupakan senyawa yang dapat menurunkan aktivitas
fungsi sistem saraf pusat. Depresansia dibagi menjadi golongan obat sedative,hipnotika, dan
anestetik umum. Golongan anestetik umum dapat menghilangkan rasa sakit (analgesia)
seluruh tubuh secara sentral disertai hilangnya kesadaran (sedasi), hilangnya memori
(amnesia), dan relaksasi yang bersifat reversible (Setyo 2012).
Pada mulanya tikus diinjeksi ketamine-xylazine dengan volume 0,01cc secara
intramuscular. Tikus masih memiliki aktivitas yang tinggi dengan refleks, tonus otot,
frekuensi nafas dan frekuensi denyut jantung dalam keadaan normal namun terjadi
penurunan aktivitas locomotor. Frekuensi napas dan frekuensi denyut jantung terhitung
masing-masing 164x/menit dan 168x/menit. Setiap 5 menit perubahan pada tikus diamati
dengan disuntikkan kembali ketamine-xylazine dengan dosis bertingkat. Pada dosis 0.02cc
dan 0.04 cc terjadi penurunan rasa nyeri, tonus otot, frekuensi napas dan denyut jantung.
Tikus mulai kehilangan kesadarannya setelah disuntikkan ketamine-xylazine dengan dosis
0.08 cc. Hal ini dapat diketahui dengan memastikan bahwa tikus tidak melakukan aktivitas
motorik kembali. Pada dosis 0.08 cc ini tikus juga sudah kehilangan sensasi rasa nyeri.
Frekuensi napas dan denyut jantung pun semakin menurun, masing-masing yaitu
100x/menit dan 120x/menit. Terjadi penurunan signifikan dari frekuensi napas dan denyut
jantung pada dosis 0.16 cc, yaitu menjadi 60x/menit dan 84x/menit diikuti dengan hilangnya
tonus otot dan refleks. Pada dosis 0.32 cc semua parameter yang diamati sudah hilang dan
hanya tersisa frekuensi denyut jantung yaitu 52x/menit.
Ion magnesium pada MgSO4 dapat menekan saraf pusat sehingga menimbulkan
anestesi dan mengakibatkan penurunan reflek fisiologis. Pengaruhnya terhadap sistem syaraf
perifer mirip dengan ion kalium, yaitu menyebabkan kelemahan otot. Hal ini disebabkan
karena adanya hambatan pada neuromuskular perifer. MgSO4 menghambat pelepasan
asetilkolin dan menurunkan kepekaan motor endplate maka MgSO₄ mempunyai pengaruh
potensial, sinergis dan memperpanjang pengaruh dari obat-obat pelemas otot non
depolarisasi dan depolarisasi sehingga kerja obat-obat tersebut akan lebih kuat dan lebih
lama (Tjay dan Rahardja 2002).
Seperti perlakuan yang diberikan pada tikus, katak juga diberikan sediaan obat
dengan dosis bertingkat yang sama. Sediaan obat yang disuntikkan yaitu MgSO 4 dan
Kloralhidrat dan disuntikkan secara subkutan. Ketika diberikan dosis 0.01 cc belum banyak
perubahan yang terjadi dari parameter yang diamati. Penurunan tonus otot, rasa nyeri, dan
refleks terjadi pada dosis 0.02 cc. Frekuensi denyut jantung dan napas pada dosis ini
terhitung sama yaitu 80x/menit. Rasa nyeri mulai hilang ketika katak diberikan sediaan
dengan dosis 0.08 cc diikuti dengan tonus otot dan refleks pada dosis 0.16 cc. Hal ini kurang
sesuai dengan literatur di atas yang menyebutkan bahwa MgSO 4 menyebabkan kelemahan
otot sehingga seharusnya tonus otot lebih dahulu menghilang.
Kloralhidrat merupakan senyawa organic dengan rumus C2H2Cl3O2. Dahulu kala
senyawa ini digunakan sebagai sedative dan hipnotik. Saat ini, kloralhidrat digunakan
sebagai reagen kimia dan precursor dalam laboratorium. Penggunaannya sebagai obat bius
digantikan oleh barbiturate dan benzodiazepine. Kloralhidrat efek analgesiknya lebih kuat
daripada MgSO4.
Ketika pemberian kloralhidrat, penurunan rasa nyeri, tonus otot, dan refleks terjadi
pada dosis 0.04 cc. Parameter yang pertama kali hilang yaitu rasa nyeri pada dosis 0.08 cc.
Hal ini sesuai karena kloralhidrat memiliki efek analgesik yang kuat. Tonus otot dan refleks
pun hilang pada dosis selanjutnya, yaitu 0.16 cc. Pada dosis 0.32 cc, semua parameter yang
diamati telah hilang kecuali frekuensi napas dan denyut jantung yang terhitung sama yaitu
64x/menit.

KESIMPULAN

Obat-obatan depresan sistem saraf pusat menurunkan aktifitas pusat kesadaran, denyut
jantung, rasa nyeri, denyut jantung dan pernafasan. Pemberian obat-obatan golongan analgesik
opoid menyebabkan hilangnya rasa nyeri dan menimbulkan adiksi pada hewan. Sedangkan obat-
obatan golongan sedativa memberikan rasa tenang pada hewan. Pemberian obat-obatan tersebut
dalam dosis besar menyebabkan hilangnya kesadaran, kondisi anastesi, koma, dan kematian.

DAFTAR PUSTAKA

Lullman, Heinz, et al. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Ed. Thieme. New York.

Setyo D. 2012. Perbedaan Pengaruh Pemberian Propofol Pentothal dan Etomidat Terhadap Kadar
Leukosit pada Operasi Masektomi. Jurnal Media Medika. Vol 3 (1) : 23-30.

Tjay, T.H. dan Rahardja K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi Kelima Cetakan Kedua.Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
RISALAH

Arif Sofyan Aziz (B04150008) Tinjauan pustaka, alat bahan, cara kerja

Resti Puspitaningsih (B04150011) Cover, pendahuluan (Latar belakang, Tujuan)

Falih Prenata Saukhan (B04150015) Editor, kesimpulan

Irda Khaeriyah (B04150017) Hasil dan Pembahasan

Inggita Anindita (B04150018) Hasil dan Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai