Anda di halaman 1dari 39

SKRINING FITOKIMIA, AKTIVITAS PEREDAMAN

RADIKAL DPPH DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK


BUNGA DAN BUAH BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi L.)

NADYA TRI NOVITA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Skrining Fitokimia,


Aktivitas Peredaman Radikal DPPH dan Sitotoksisitas Ekstrak Bunga dan Buah
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2018

Nadya Tri Novita


NIM G84140077
ABSTRAK

NADYA TRI NOVITA. Skrining Fitokimia, Aktivitas Peredaman Radikal DPPH


dan Sitotoksisitas Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi
L.). Dibimbing oleh DIMAS ANDRIANTO dan SYAMSUL FALAH.

Stres oksidatif akibat radikal bebas merupakan penyebab penyakit seperti


penyakit kardiovaskular dan kanker. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
merupakan tanaman yang secara tradisional digunakan sebagai obat dan
berpotensi sebagai antioksidan, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Tujuan penelitian adalah untuk menguji kandungan fitokimia, mengukur aktivitas
antioksidan serta sitotoksisitas Averrhoa bilimbi L. Uji aktivitas antioksidan
dilakukan menggunakan metode DPPH. Selain itu, uji sitotoksisitas dilakukan
menggunakan metode BSLT. Kandungan alkaloid, saponin, flavonoid,
triterpenoid, glikosida, tanin dan fenolik menyebabkan adanya aktivitas
antioksidan dan sitotoksisitas pada ekstrak. Aktivitas antioksidan tertinggi bunga
A. bilimbi L. dimiliki oleh ekstrak etanol (IC50 35.26 µg/mL) dan ekstrak aseton
(IC50 31.02 µg/mL) pada buah. Ekstrak dengan nilai LC50 terendah adalah ekstrak
etanol bunga (LC50 249.99 µg/mL) dan ekstrak akuades pada buah (LC50
306.98.15 µg/mL). Ekstrak bunga dan buah A. bilimbi L. (kecuali ekstrak aseton)
tergolong sebagai zat toksik (LC50<1000 µg/mL).

Kata kunci : Belimbing wuluh, antioksidan, BSLT, DPPH, sitotoksisitas

ABSTRACT
NADYA TRI NOVITA. Phytochemical Screening, DPPH Radical Scavenging
Activity and Cytotoxicity on Extract of Averrhoa bilimbi L. Flower and Fruit Pulp.
Supervised by DIMAS ANDRIANTO and SYAMSUL FALAH.

Oxidative stress, which is triggered by free radicals, is the cause of


diseases such as cardiovascular diseases and cancer. Averrhoa bilimbi L. is a plant
that is traditionally used as medicine and has a potency as antioxidant, yet has not
been optimally utilized. The aims of the research are testing the phytochemical
compounds, measuring the antioxidant activity and cytotoxicity of Averrhoa
bilimbi L. Antioxidant activity was tested using DPPH method, while the
cytotoxicity test was performed using BSLT method. Alkaloid, saponin, flavonoid,
triterpenoid, tanin, glycoside and phenolic contents are the components which
cause the extracts to have antioxidant and cytotoxicity activities. Ethanolic extract
of the flower (IC50 35.26 µg/mL) and acetone extract of fruit (IC50 31.02 µg/mL)
have the highest antioxidant activities. The extract with lowest value of LC50 is
ethanolic extract of flower (LC50 244.73 µg/mL) and aquadest extract of fruit
(LC50 540.15 µg/mL). All the extracts (except acetone extract) are classified as
toxic substances (LC50 < 1000 µg/mL).

Keywords : Averrhoa bilimbi L., antioxidant, BSLT, cytotoxicity, DPPH


SKRINING FITOKIMIA, AKTIVITAS PEREDAMAN
RADIKAL DPPH DAN SITOTOKSISITAS EKSTRAK
BUNGA DAN BUAH BELIMBING WULUH
(Averrhoa bilimbi L.)

NADYA TRI NOVITA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Skrining Fitokimia, Aktivitas Peredaman Radikal DPPH dan
Sitotoksisitas Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.)
Nama : Nadya Tri Novita
NIM : G84140077

Disetujui oleh

Dr Dimas Andrianto, SSi, MSi Dr Syamsul Falah, SHut, MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Syamsul Falah, SHut, MSi


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
PRAKATA

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya
ilmiah dengan judul “Skrining Fitokimia, Aktivitas Peredaman Radikal DPPH dan
Sitotoksisitas Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)”.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang dilaksanakan
pada bulan Februari hingga Juni 2018 di Laboratorium Departemen Biokimia
FMIPA IPB.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Dimas Andrianto, SSi,
MSi selaku pembimbing I dan Dr Syamsul Falah, SHut, MSi selaku pembimbing
II atas arahan dan motivasinya selama kegiatan penelitian dan penulisan karya
Ilmiah ini. Penulis juga mengucakan terima kasih kepada Ayahanda Gusyadi dan
Ibunda Nurul Magdalena dan kakak Eko Aditya, Dwi Ningtyas, Arfin Rachmat
serta teman – teman, khususnya Ragah Aprullah, Tria Yuniati, Jasmine Jeniossa,
Farah Fadila, Nunur Nuraeni dan Yupi Yuliana atas dukunganya terhadap penulis.
Selain itu, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teknisi dan staf
Laboratorium Departemen Biokimia FMIPA IPB. Semoga tulisan ini dapat
berguna bagi penulis maupun semua pihak demi kemajuan ilmu pengetahuan

Bogor, September 2018

Nadya Tri Novita


DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR xiii


DAFTAR LAMPIRAN xiv
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 3
Bahan dan Alat .................................................................................................... 3
Prosedur Percobaan ............................................................................................. 3
HASIL 6
Rendemen Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh ..................................... 6
Komponen Fitokimia Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh .................... 6
Peredaman Radikal DPPH .................................................................................. 7
Sitotoksisitas Brine Shrimp Lethality Test .......................................................... 8
PEMBAHASAN 8
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan ........................................................................................................... 12
Saran .................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 17
DAFTAR GAMBAR

1 Rendemen ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh 6


2 Nilai IC50 standar, ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh 7
3 Nilai LC50 ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh 8

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alur kerja penelitian 18


2 Gambar pohon, buah dan bunga Averrhoa bilimbi L. 19
3 Kadar air simplisia bunga dan buah belimbing wuluh 20
4 Perhitungan IC50 standar asam askorbat 21
5 Analisis statistika nilai IC50 dan LC50 ekstrak bunga dan buah
Averrhoa bilimbi L. 22
1

PENDAHULUAN

Stres oksidatif merupakan salah satu faktor penyebab penyakit berbahaya


bagi manusia. Pemicu utamanya berupa terbentuknya radikal bebas dalam tubuh
seperti ROS (Reactive Oxygen Species) yang berada di luar batas normal. Menurut
Devasagayam et al. (2004), ROS dalam tingkat normal membantu pembentukan
hidrogen peroksidase yang berguna dalam tubuh. Sebaliknya, jumlah ROS di luar
batas normal akan merusak proses homeostasis tubuh, memicu kerusakan
makromolekul dan menghasilkan senyawa seperti radikal hidroksil yang dalam
jangka panjang dapat menyebabkan penyakit seperti penyakit degeneratif maupun
neurodegeneratif (Valko el al. 2004).
Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk karena adanya paparan
radiasi sinar UV, polusi, alkohol, makanan olahan dan senyawa kimia lainnya
dalam jumlah yang berlebihan (Valko et al. 2007). Bahaya utama radikal bebas
berasal dari struktur molekulnya yang memiliki elektron tidak berpasangan
sehingga bersifat sangat reaktif dan tidak stabil (Halliwel dan Gutteridge 2015).
Senyawa yang dapat menekan dan menghilangkan efek stres oksidatif akibat
radikal bebas disebut antioksidan (Sies 1997). Menurut Sabir et al. (2012), tubuh
manusia memproduksi antioksidan secara alamiah sebagai pertahanan awal,
namun adanya paparan radikal bebas yang relatif tinggi mengakibatkan
diperlukannya antioksidan dari luar tubuh (eksogen).
Berdasarkan sumbernya, antioksidan eksogen terdiri atas antioksidan
alami dan sintetik. Atioksidan alami diproduksi oleh senyawa dalam produk
organik, seperti vitamin C dan vitamin E (Jadhaf et al. 1995). Menurut Lu et al.
(2010), antioksidan sintetik diperoleh dari hasil modifikasi dan fortifikasi bahan
makanan seperti BHA, BHT dan TBHQ. Penggunaan antioksidan sintetik dalam
bidang farmasi mulai dikurangi karena permasalahan toksikologi. Antioksidan
alami dari tanaman biasanya didapatkan dari buah, sayuran, bunga, rempah,
gandum-ganduman dan herba (Lotito dan Frei 2006). Beberapa senyawa yang
berperan sebagai antioksidan alami selain vitamin adalah senyawa alkaloid,
fenolik, flavonoid, karotenoid, steroid dan senyawa tiol (Singh et al. 2004).
Indonesia memiliki 329 jenis buah-buahan yang terdiri dari 61 famili dan
148 genus (Fauza 2017). Salah satu buah yang memiliki potensi menjadi sumber
antioksidan adalah buah belimbing yang merupakan ordo dari Oxalidales, famili
Oxalidaceae dengan genus Averrhoa. Tanaman belimbing dibedakan atas dua
macam, yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola L.) dan belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) (Eren 2015). Berbeda dengan belimbing manis yang umum
dikonsumsi sebagai buah segar dan buah olahan, belimbing wuluh (A. bilimbi L.)
(Lampiran 2) biasanya hanya dimanfaatkan sebagai tambahan dalam masakan
(Manik dan Saragih 2017). A. bilimbi L. juga banyak digunakan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat sebagai antihiperlipidemia, antiglikemia dan
antibakteri (Roy et al. 2011) serta bunganya yang dipercaya dapat digunakan
sebagai obat batuk, demam dan sariawan (Sulistyani et al. 2017). Penelitian yang
dilakukan sebelumnya pada tanaman A. bilimbi L. telah membuktikan adanya
aktivitas antioksidan pada ekstrak buah metanol dan etanol buah A. bilimbi L.
(Chowdhury et al. 2012; Rahman et al. 2014) serta ekstrak etanol, etil asetat,
heksana daun A. bilimbi L. (Herlina 2011; Yesi 2017).
2

Senyawa bioaktif yang terdapat pada suatu bahan alam dapat bersifat
toksik jika diberikan pada dosis yang berlebihan. Sitotoksisitas suatu senyawa
bahan alam diidentifikasi menggunakan nilai Lethal Concentration 50 (LC50).
Nilai LC50 diperoleh dengan menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT). Prinsipnya adalah dengan memberikan sampel pada lingkungan hidup
Artemia salina L. sebagai hewan uji. Mortalitas Artemia salina L. dihitung dan
dianalisis probit untuk mendapatkan nilai LC 50. Derajat sitotoksisitas suatu
senyawa diklasifikasikan menjadi zat toksik jika nilai LC50<1000 µg/mL dan zat
tidak toksik jika nilai LC50>1000 µg/mL (Meyer et al. 1982).
Bunga dan buah A. bilimbi L. belum dimanfaatkan dan diteliti secara luas
padahal memiliki banyak manfaat dalam kesehatan. Selain itu, ekstrak buah A.
bilimbi L. menggunakan pelarut lain seperti aseton dan akuades berpotensi
sebagai antioksidan dan memiliki efek sitotoksik karena mengandung senyawa
fitokimia sehingga perlu dikaji lebih lanjut lagi. Penelitian mengenai aktivitas
antioksidan ekstrak bunga A. bilimbi L. juga belum pernah dilakukan sebelumnya
sehingga perlu diteliti.
Penelitian bertujuan mengetahui kandungan fitokimia dan potensi ekstrak
bunga dan buah A. bilimbi L. sebagai sumber antioksidan yang diuji secara in
vitro menggunakan metode DPPH dan mengetahui sitotoksisitas ekstrak tersebut
menggunakan metode BSLT. Hipotesis dari penelitian ini adalah ekstrak bunga
dan buah A. bilimbi L. mengandung senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai
antioksidan dan memiliki efek sitotoksik. Penelitian ini diharapkan dapat
menyediakan informasi ilmiah mengenai aktivitas antioksidan dan pengaruh
sitotoksisitas pada bunga dan buah belimbing wuluh, khususnya pada ekstrak
aseton, etanol 96% dan akuades. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat menjadi
referensi analisis dalam penggunaan buah dan bunga belimbing wuluh sebagai
sumber bahan antioksidan alami.
3

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Bahan utama dalam penelitian ini adalah bunga dan buah belimbing wuluh
matang dari Depok, Jawa Barat. Bahan yang digunakan untuk proses ekstraksi
adalah aseton, etanol, akuades dan kertas saring. Bahan yang diperlukan untuk uji
fitokimia adalah kloroform, amonia, H2SO4 2 M, pereaksi Dragendorf, Meyer,
Wagner, akuades, FeCl3, serbuk magnesium, HCl, amil alkohol, dietil eter, asam
asetat anhidrat, simplisia daun tapak dara, sirih merah, teh ambon, daun pare,
kunyit, asam jawa dan ekstrak biji lerak. Bahan yang diperlukan untuk uji
antioksidan dan sitotoksisitas adalah DPPH, buffer MES 0.2 M pH 6, metanol,
asam askorbat, Artemia salina Leach, air laut dan DMSO.
Alat yang digunakan adalah wadah, pisau, blender, alat gelas, oven, cawan
porselin, gegep, neraca analitik, desikator, corong pelastik, vial, sudip, penangas
air, pipet, bulp, plat tetes, mikropipet, shaker, evaporator berputar, sumur uji dan
aerator. Alat utama yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis Genesys 10
UV. Analisis statistika menggunakan software SPSS 22 dan Mini Tab 16.

Prosedur Percobaan

Ekstraksi Bunga dan Buah Belimbing Wuluh (Modifikasi Utari 2016)


Bunga dan buah belimbing wuluh dipisahkan dari batangnya dan
dibersihkan dengan air. Buah belimbing wuluh kemudian dipotong dengan
menggunakan pisau. Selanjutnya, buah belimbing wuluh dikeringkan dan dioven
selama 4 hari pada suhu 50 C, sementara bunga belimbing wuluh dikeringkan
dan dioven selama 2 hari pada suhu 50 C. Bunga dan buah belimbing wuluh
kering kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk.
Proses ekstraksi dilakukan dengan teknik maserasi bertingkat
menggunakanak simplisia bunga belimbing wuluh (kadar air 8.54%) dan buah
belimbing wuluh (kadar air 6.04%) secara simplo masing-masing dalam larutan
aseton, etanol dan akuades dengan nisbah 1:10 (b/v) Kemudian larutan
digoyangkan menggunakan shaker selama 1 hari dan disaring menggunakan
kertas saring setiap hari. Residu yang tersisa diekstrasi kembali dengan prosedur
yang sama sebanyak 3 kali setiap pelarutnya. Ekstrak selanjutnya dipekatkan pada
suhu 35˚ C menggunakan evaporator berputar bertekanan rendah. Rendemen
ekstrak dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Analisis Kandungan Fitokimia (Harborne 1987)


Uji Alkaloid. Sebanyak 50 mg ekstrak ditambahkan ke dalam 5 mL
kloroform dan 3 tetes amonia. Fraksi kloroform dipisahkan dan ditambahkan
dengan 45 tetes H2SO4 2 M. Fraksi asam (atas) diambil kemudian ditambahkan
pereaksi Dragendorf, Mayer, dan Wagner. Hasil positif pada uji ini ditandai
dengan terbentuknya endapan merah pada penambahan pereaksi Dragendorf,
4

endapan putih pada pereaksi Meyer dan endapan coklat pada perekasi Wagner.
Kontrol positif yang digunakan pada uji ini adalah simplisia daun tapak dara.
Uji Saponin. Sebanyak 50 mg ekstrak saponin dimasukkan ke dalam 5
mL akuades, kemudian dipanaskan pada suhu 80 ˚C selama 5 menit. Larutan
disaring dan filtrat yang diperoleh dikocok kuat hingga berbusa. Hasil positif
ditunjukkan dengan terbentuknya busa yang stabil selama 15 menit. Kontrol
positif yang digunakan pada uji ini adalah ekstrak biji lerak.
Uji Tanin. Sebanyak 50 mg ekstrak ditambahkan ke dalam 5 mL akuades,
kemudian dipanaskan pada suhu 80 ˚C selama 5 menit. Larutan disaring dan filtrat
ditambahkan dengan 3 tetes FeCl3 10%. Warna biru tua atau hitam kehijauan
menunjukan adanya tanin. Kontrol positif yang digunakan pada uji ini adalah
simplisia daun teh ambon.
Uji Flavonoid. Sebanyak 50 mg ekstrak dicampurkan ke dalam 5 mL
akuades, kemudian dipanaskan pada suhu 80 ˚C selama 5 menit. Larutan disaring
dan filtrat yang diperoleh selanjutnya ditambahkan dengan serbuk magnesium,
larutan HCl:etanol (1:1), dan amil alkohol. Warna merah atau jingga yang
terbentuk pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid. Kontrol
positif yang digunakan pada uji ini adalah simplisia daun sirih merah.
Uji Steroid dan Terpenoid. Sebanyak 50 mg ekstrak ditambahkan ke
dalam 5 mL etanol panas. Larutan disaring, kemudian filtrat diuapkan hingga
kering. Setelahnya, ditambahkan 1 mL dietil eter dan larutan dihomogenkan. Satu
tetes H2SO4 pekat dan 1 tetes asam asetat anhidrat ditambahkan ke dalam larutan
sampel. Warna hijau atau biru yang terbentuk menunjukkan adanya steroid,
sedangkan warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid. Kontrol
positif yang digunakan pada uji ini adalah simplisia asam jawa untuk uji steroid
dan simplisia rimpang kunyit untuk uji triterpenoid.
Uji Fenolik. Sebanyak 50 mg sampel dilarutkan dalam 2 mL metanol.
Larutan disaring dan filtrat dicampur dengan NaOH 10% kemudian dipanaskan.
Warna merah pada sampel mengindikasikan bahwa sampel mengandung senyawa
fenolik. Kontrol positif yang digunakan pada uji adalah simplisia rimpang kunyit.
Uji Glikosida. Sebanyak 0,1 mL sampel diuapkan di atas penangas air.
Kemudian sampel tersebut dilarutkan dengan 5 mL asam asetat anhidrat.
Selanjutnya, H2SO4 pekat sebanyak 10 tetes ditambahkan pada larutan sampel.
Adanya warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida. Kontrol positif
yang digunakan pada uji ini adalah simplisia daun pare.

Uji Antioksidan dengan Metode DPPH (Modifikasi Andrianto et al. 2015)


Aktivitas Antioksidan Standar Asam Askorbat. Larutan stok asam
askorbat dengan konsentrasi 50 μg/mL dibuat dengan melarutkan asam askorbat
dengan menggunakan metanol. Selanjutnya, stok standar asam askorbat dilarutkan
dengan metanol 80% untuk membuat larutan yang memiliki konsentrasi akhir 0,
1.25, 2.5, 3.75, 5, dan 6.25 μg/mL. Sebanyak 0.3 mL larutan asam askorbat
konsentrasi tertentu ditambahkan ke dalam 0.9 mL larutan campuran uji yang
telah dibuat terlebih dahulu. Larutan campuran uji terdiri atas larutan DPPH 0.4
mM, metanol 20%, dan buffer MES 0.2 M pH 6 dengar rasio yang sama.
Konsentrasi akhir yang digunakan untuk standar asam askorbat adalah 0, 1.25, 2.5,
3.75, 5, dan 6.25 μg/mL. Campuran tersebut dikocok menggunakan vortex lalu
diinkubasi selama 20 menit dalam keadaan gelap. Setelah itu absorbansinya
5

diukur pada panjang gelombang 520 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis


Genesys 10 UV. Pengukuran aktivitas standar asam askorbat dilakukan triplo.
Aktivitas Antioksidan Sampel. Sampel yang digunakan adalah ekstrak
aseton, etanol dan akuades bunga dan buah belimbing wuluh. Stok masing-masing
larutan sampel dibuat dengan konsentrasi 50 μg/mL dengan melarutkan ekstrak
menggunakan metanol. Selanjutnya larutan stok diencerkan untuk membuat
larutan yang memiliki konsentrasi akhir bervariasi, yaitu 0, 1.25, 2.5, 3.75, 5 dan
6.25 μg/mL. Sebanyak 0.3 mL larutan sampel ditambahkan ke dalam 0.9 mL
larutan campuran uji yang telah dibuat terlebih dahulu. Larutan campuran uji
terdiri atas larutan DPPH 0.4 mM, metanol 20%, dan buffer MES 0.2 M pH 6
dengar rasio sama. Campuran tersebut dikocok menggunakan vortex lalu
diinkubasi selama 20 menit dalam keadaan gelap. Setelah itu, absorbansinya
diukur pada panjang gelombang 520 nm. Pengukuran aktivitas antioksidan sampel
dilakukan triplo.
Tiap sampel diukur absorbansinya lalu persen inhibisi dihitung dengan
rumus:

IC50 (konsentrasi 50% inhibisi) ditentukan dengan menghitung konsentrasi dengan


inhibisi 50% dari persamaan yang dihasilkan dari regresi linier persen inhibisi.

Sitotoksisitas Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) (Meyer et al. 1982)


Penetasan Larva Udang. Air laut yang telah disaring menggunakan
kertas saring dimasukkan ke dalam wadah. Sebanyak setengah sudip telur Artemia
salina Leach dimasukkan ke dalam wadah berisikan air laut tersebut. Selanjutnya,
aerator dimasukkan ke dalam wadah tersebut sebagai penyedia udara untuk telur
Artemia salina Leach. Telur tersebut ditetaskan selama 48 jam hingga berubah
menjadi larva udang (naupli) yang siap digunakan.
Pembuatan Larutan Uji. Sebanyak 10 mg ekstrak aseton, etanol, akuades
bunga dan buah belimbing wuluh dilarutkan menggunakan DMSO 5% dalam
1000 µL air laut untuk membuat masing-masing larutan uji dengan konsentrasi
10000 μg/mL. Larutan tersebut kemudian diencerkan untuk membuat larutan stok
1000 μg/mL. Selanjutnya larutan uji dengan variasi konsentrasi sebesar 100, 200,
400, 600 dan 800 μg/mL dibuat dari larutan stok.
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Sebanyak 10 larva udang
dimasukkan ke dalam sumur pengujian yang berisikan 1000 µL air laut. Setiap
sumur diberikan larutan uji dari masing-masing ekstrak dengan konsentrasi yang
berbeda-beda yaitu 0, 100, 200, 400, 600 dan 800 μg/mL. Sumur-sumur tersebut
didiamkan selama 24 jam untuk kemudian dihitung jumlah larva udang yang mati.
Pengujian sitotoksisitas BSLT dilakukan secara triplo. Nilai LC50 diperoleh
menggunakan analisis probit menggunakan software SPSS 22.

Analisis Statistika
Data hasil penelitian dievaluasi dan dianalisis secara statistik dengan
metode rancangan acak lengkap (RAL) satu faktorial; one way ANOVA.
Kemudian, uji beda nyata Tukey dilakukan pada taraf nyata 95%. Nilai p<0.05
menunjukkan data berbeda nyata secara signifikan.
6

HASIL

Rendemen Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh

Hasil rendemen ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh disajikan dalam
grafik pada Gambar 1. Rendemen ekstrak didapat dari perbandingan bobot ekstrak
dengan bobot simplisia. Bobot simplisia bunga dan buah belimbing wuluh yang
digunakan pada proses ekstraksi adalah masing-masing sebanyak 10 gram.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai rendemen ekstrak bunga belimbing wuluh
berturut-turut dari yang terbesar adalah ekstrak akuades, aseton dan etanol 96%
yaitu sebesar 47.65%, 13% dan 9%. Nilai rendemen ekstrak buah belimbing
wuluh berturut-turut dari yang terbesar adalah ekstrak aseton, akuades dan etanol
96% yaitu sebanyak 20%, 13.99% dan 9%. Pelarut yang memperoleh rendemen
ekstrak tertinggi ditetapkan sebagai pelarut terbaik, yaitu akuades pada ekstraksi
bunga belimbing wuluh dan aseton pada ekstraksi buah belimbing wuluh.

Gambar 1 Rendemen ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh

Komponen Fitokimia Ekstrak Bunga dan Buah Belimbing Wuluh

Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, flavonoid, saponin,


tanin, steroid, triterpenoid, glikosida dan fenolik. Komponen fitokimia ekstrak
bunga dan buah belimbing wuluh disajikan pada Tabel 1. Hasil pengujian
fitokimia menunjukkan bahwa semua ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh
mengandung senyawa alkaloid dan tanin serta tidak mengandung senyawa steroid.
Hasil lainnya menunjukkan bahwa ekstrak aseton bunga belimbing wuluh
mengandung flavonoid, triterpenoid, glikosida dan fenolik. Ekstrak etanol bunga
belimbing wuluh juga mengandung saponin, triterpenoid dan fenolik, sementara
ekstrak akuades bunga belimbing wuluh mengandung flavonoid dan saponin.
Kandungan fitokimia lainnya yang terdapat pada ekstrak aseton buah belimbing
wuluh adalah saponin, flavonoid, triterpenoid dan glikosida, sementara ekstrak
etanol dan akuades buah belimbing wuluh masing-masing juga mengandung
flavonoid, saponin dan triterpenoid.
7

Tabel 1 Komponen fitokimia ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh


Ekstrak bunga Ekstrak buah
Uji
Aseton Etanol 96% Akuades Aseton Etanol 96% Akuades
Alkaloid ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
Flavonoid ++++ - + ++++ +++ +
Saponin - +++ +++ + +++ ++++
Tanin ++++ ++++ +++ + +++ +++
Steroid - - - - - -
Triterpenoid ++++ +++ - ++++ +++ +++
Glikosida +++ - - ++++ - -
Fenolik + - - - - -
Keterangan : (++++) Sangat kuat, (+++) Cukup kuat, (++) Kuat, (+) Lemah, (-) Tidak ada senyawa

Peredaman Radikal DPPH

Peredaman radikal DPPH pada ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh
menghasilkan nilai Inhibition Concentration 50 (IC50). Bahan yang digunakan
sebagai standar pengukuran aktivitas antioksidan adalah asam askorbat. Nilai IC50
standar asam askorbat, ekstrak aseton, etanol 96%, akuades bunga dan belimbing
wuluh ditunjukkan pada Gambar 2. Standar asam askorbat memiliki nilai IC50
terendah yaitu sebesar 3.16 µg/mL, diikuti dengan ekstrak aseton buah dan
ekstrak etanol bunga belimbing wuluh masing-masing sebesar 31.02 µg/mL dan
31.81 µg/mL. Nilai IC50 untuk ekstrak akuades buah belimbing wuluh dan ekstrak
aseton bunga belimbing wuluh adalah sebesar 34.39 µg/mL dan 35.38 µg/mL.
Ekstrak etanol buah belimbing wuluh memiliki nilai IC50 tertinggi yaitu sebesar
68.80 µg/mL sementara ekstrak akuades bunga memiliki nilai IC50 yang tidak
terdeteksi.

Gambar 2 Nilai IC50 standar, ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh. Huruf
yang berbeda (a, b, c) menunjukkan perbedaan yang nyata secara
statistik (p<0.05). N/A menandakan tidak adanya aktivitas
antioksidan.
8

Sitotoksisitas BSLT

Uji sitotoksisitas terhadap ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh


menghasilkan nilai Lethal Concentration 50 (LC50). Nilai LC50 didapat secara
statistika berdasarkan perhitungan analisis probit. Hasil sitotoksisitas eksrak
bunga dan buah belimbing wuluh disajikan pada Gambar 3. Nilai LC50 ekstrak
bunga belimbing wuluh dari yang terendah masing-masing adalah ekstrak etanol,
akuades dan aseton, yaitu sebesar 249.99 µg/mL, 398.36 µg/mL dan 1317.18
µg/mL. LC50 ekstrak aseton buah belimbing bernilai 1432.26 µg/mL, yang
merupakan nilai LC50 tertinggi dari semua ekstrak, sementara ekstrak etanol dan
akuades buah belimbing wuluh adalah sebesar 617.29 µg/mL dan 306.98 µg/mL.

Gambar 3 Nilai LC50 ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh. Huruf yang
berbeda (a, b, bc, c) menunjukkan perbedaan yang nyata secara
statistik (p<0.05).

PEMBAHASAN

Ekstraksi simplisia bunga dan buah belimbing wuluh bertujuan menyaring


komponen bioaktif yang terkandung di dalamnya (Septiadi 2018). Proses ekstraksi
dilakukan menggunakan tiga pelarut yang berbeda yaitu aseton, etanol 96% dan
akuades menggunakan teknik maserasi bertingkat. Teknik ini dipilih karena dapat
menghasilkan rendemen yang lebih besar dengan senyawa yang berbeda tingkat
kepolarannya (Sudarmadji et al. 1989).
Banyaknya senyawa yang tersaring dalam proses ekstraksi dapat dilihat
berdasarkan nilai rendemen ekstrak yang diperoleh. Berdasarkan Gambar 1,
rendemen tertinggi pada ekstrak bunga A. bilimbi L. diperoleh pada ekstrak
akuades dengan nilai 47.65%, sementara pada ekstrak buah diperoleh pada ekstrak
aseton dengan nilai rendemen sebesar 20%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
bunga A. bilimbi L. mengandung lebih banyak senyawa yang bersifat polar
sementara ekstrak buahnya mengandung lebih banyak senyawa yang bersifat
9

semipolar. Indeks kepolaran aseton, etanol dan akuades adalah 5.1, 5.2 dan 9
(Vargas et al. 2016). Masing-masing pelarut dengan kepolaran yang berbeda akan
melarutkan komponen bioaktif yang berbeda (Prasetyoningtias 2017).
Pengujian komponen fitokimia ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh
dilakukan secara kualitatif untuk menentukan senyawa bioaktif yang terkandung.
Komponen bioaktif yang diujikan antara lain alkaloid, saponin, flavonoid, tanin,
steroid, triterpenoid, glikosida dan fenolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semua ekstrak tidak mengandung senyawa steroid. Steroid merupakan golongan
lipid yang diturunkan dari senyawa jenuh siklopentanaperhidrofenantrena. Tidak
terdeteksinya steroid dalam ekstrak dikarenakan steroid jarang ditemukan dalam
bentuk steroid bebas, melainkan dalam bentuk yang lebih kompleks seperti
glikosida, ester dengan asam lemak/asam aromatik yang tidak larut dalam pelarut
yang digunakan (Radam dan Purnamasari 2016). Selain itu, menurut Illing et al.
(2017) sterol atau steroid alkohol yang merupakan turunan dari senyawa steroid
merupakan salah satu penyusun dari saponin. Sehingga pada penelitian steroid
tidak terdeteksi karena senyawa tersebut tersimpan dalam bentuk saponin.
Triterpenoid merupakan salah satu kelas dari golongan senyawa terpenoid
yang terbentuk dari molekul isoprena, kelas lainnya adalah steroid, limonoid,
quasinoid dan saponin (Sanjo dan Kuete 2013). Uji fitokimia menunjukkan bahwa
ekstrak bunga dan buah A. bilimbi L. (kecuali ekstrak akuades bunga)
mengandung senyawa triterpenoid (Tabel 1). Hal ini disebabkan senyawa
triterpenoid bersifat non polar, sehingga tidak terdeteksi pada pelarut akuades
yang bersifat polar. Adapun pada ekstrak akuades buah, triterpenoid terdeteksi
namun konsentrasinya lebih kecil dibandingkan pada pelarut aseton. Hal ini
diduga disebabkan oleh gaya dipol–dipol dan ikatan hidrogen. Molekul polar yang
memiliki dipol permanen akan menginduksi molekul nonpolar yang tidak
memiliki dipol, sehingga akan terjadi gaya elektrostatik di antara keduanya atau
yang disebut gaya dipol-dipol induksi (Balafif et al. 2013).
Berdasarkan pengujian fitokimia yang dilakukan, ekstrak bunga dan buah
A. bilimbi L. (kecuali ekstrak aseton bunga) mengandung saponin. Illing et al.
(2017) menjelaskan bahwa saponin tersusun atas senyawa glikosida triterpen dan
sterol. Selain itu, hasil penelitian menjukkan bahwa kadar saponin pada ekstrak
aseton bunga dan buah A. bilimbi L. sangat sedikit dan bahkan tidak ada
dibandingkan dengan ekstrak lainnya. Hal ini disebabkan saponin mengandung
gugus hidrofil sehingga bersifat polar dan sangat larut terhadap air (Simaremare
2014). Selain itu, rendahnya kadar saponin yang terbentuk ini juga disebabkan
oleh senyawa glikosida pembentuk saponin yang tidak bereaksi secara maksimal
sehingga jumlah glikosida dalam ekstrak terakumulasi. Hal ini dapat dibuktikan
oleh hasil uji glikosida pada ekstrak A. bilimbi L. Hasil uji glikosida pada Tabel 1
menunjukkan bahwa hanya ekstrak aseton bunga dan buah A. bilimbi L. yang
berubah warna menjadi hijau yang berarti postif terhadap glikosida. Martiono dan
Setiyono (2014) menjelaskan bahwa glikosida merupakan senyawa organik yang
mengandung 2 molekul, gula (glikon) dan bukan gula (aglikon).
Senyawa alkaloid terdapat pada semua ekstrak bunga dan buah A. bilimbi
L. Menurut Rohyani et al. (2015), alkaloid merupakan senyawa yang
mengandung nitrogen, bersifat basa dan mempunyai aktivitas farmakologis.
Simaremare (2014) menjelaskan bahwa senyawa alkaloid bersifat semipolar
karena memiliki substituen seperti fenol, amina, amida dan metoksi. Hal ini
10

mengakibatkan alkaloid larut pada pelarut aseton dan etanol yang bersifat
semipolar, serta pelarut akuades yang bersifat polar (Minarno 2015).
Ekstrak bunga dan buah A. bilimbi L. teruji mengandung senyawa tanin
(Tabel 1). Tanin merupakan senyawa polifenol yang banyak dijumpai pada
tanaman. Tanin diketahui memiliki beberapa khasiat yaitu sebagai zat antioksidan,
astringen, antidiare dan antibakteri (Radam dan Purnamasari 2014). Selain itu,
tanin memiliki peranan secara biologis dalam mengendapkan protein dan
menghelat logam (Noer et al. 2018).
Ekstrak bunga dan buah A. bilimbi L (kecuali ekstrak etanol bunga)
terbukti mengandung senyawa flavonoid (Tabel 1). Flavonoid merupakan
senyawa fenolik yang banyak terdapat di alam sebagai pigmen tumbuhan seperti
antosianin, flavonol dan flavon. Senyawa ini memiliki berbagai efek terhadap
bermacam organisme, salah satunya adalah sebagai antioksidan (Radam dan
Purnamasari 2016). Menurut penelitian yang dilakukan Azmi (2015), ekstrak
etanol bunga A. bilimbi L. mengandung flavonoid. Selain itu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa hanya ekstrak aseton bunga A. bilimbi L. yang mengandung
senyawa fenolik sederhana.
Uji aktivitas antioksidan pada ekstrak dilakukan untuk mengetahui
kapasitas senyawa bioaktif yang dapat digunakan untuk mengubah senyawa
radikal bebas menjadi senyawa yang kurang reaktif (Kumar 2014). Aktivitas
antioksidan ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh diukur menggunakan
metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). DPPH merupakan radikal bebas
yang stabil dan dapat menerima elektron atau hidrogen dengan mudah saat
bereaksi dengan agen pereduksi (Rahman et al. 2013). DPPH akan berubah warna
menjadi tidak berwarna atau kuning pucat sesuai dengan jumlah elektron yang
berikatan akibat dari reduksi oleh senyawa antioksidan yang berada pada ekstrak
(Cowie dan Arrighi 2008). Metode ini digunakan karena tidak memerlukan
substrat sehingga lebih sederhana dengan waktu analisis yang lebih cepat
(Molyneux 2004). Pengukuran aktivitas antioksidan metode DPPH ini dilakukan
menggunakan teknik spektrofotometri dengan panjang gelombang 515-520 nm
(Sharma dan Bhat 2009). Kedere dan Singh (2011) menjelaskan bahwa faktor
yang mempengaruhi absorbansi DPPH adalah cahaya, oksigen, waktu inkubasi,
konsentrasi dan pH campuran.
Standar yang digunakan pada pengujian aktivitas antioksidan adalah asam
askorbat. Asam askorbat (vitamin C) dikenal sebagai antioksidan kuat karena
memiliki nilai IC50 kurang dari 10 µg/mL. Asam askorbat dapat mendonorkan
atom hidrogen dan membentuk radikal bebas askorbil yang relatif stabil seperti
anion askorbat yang dapat menerima atom hidrogen lain untuk membentuk asam
dehidroaskorbat. Selain itu, asam askorbat merupakan senyawa yang larut air
karena memiliki cincin lakton tidak jenuh dengan dua gugus hidroksil melekat
pada karbon berikatan rangkap. Struktur ini menyebabkan asam askorbat mudah
teroksidasi menjadi asam dehidroaskorbat (Hart et al. 2003).
Aktivitas antioksidan dinyatakan dalam bentuk Inhibited Concentration 50
(IC50), yaitu konsentrasi zat antioksidan yang dapat menghambat radikal bebas
sebesar 50%. Nilai IC50 diperoleh melalui persamaan regresi linier % inhibisi
dengan konsentrasi sampel. Semakin rendah nilai IC 50 maka semakin tinggi daya
hambat ekstrak terhadap radikal bebas (Amaliawati 2015). Penggolongan aktivitas
antioksidan berdasarkan nilai IC50, yaitu antioksidan sangat kuat (IC50<50 µg/mL),
11

antioksidan kuat (IC50 50-100 µg/mL), antioksidan sedang (IC50 101-150 µg/mL)
dan antioksidan lemah (IC50 >150 µg/mL) (Fidrianny et al. 2014).
Hasil uji antioksidan ekstrak bunga dan buah A. bilimbi L. disajikan pada
Gambar 2. Uji statistika menyatakan bahwa nilai IC50 berbeda nyata (p<0.05).
Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh, ekstrak aseton buah (IC50 31.02 µg/mL),
ekstrak etanol bunga (IC50 31.81 µg/mL), ekstrak akuades buah (IC50 34.39
µg/mL) dan ekstrak aseton bunga A. bilimbi L. (IC50 35.38 µg/mL) tergolong
sebagai antioksidan sangat kuat. Ekstrak etanol buah A. bilimbi L. (IC50 68.80
µg/mL) merupakan antioksidan kuat. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa
bioaktif seperti flavonoid, tanin, alkaloid, triterpenoid. Tanin tersusun atas
senyawa polifenol sementara flavonoid merupakan senyawa yang mempunyai
gugus fenol kompleks dengan derajat hidroksilasi yang lebih tinggi. Keberadaan
gugus hidroksil tersebut menyebabkan tanin dan flavonoid berperan sebagai
antioksidan. Hal ini dapat disebabkan atom oksigen pada gugus hidroksil
mempunyai pasangan elektron bebas yang cukup untuk menghambat reaktivitas
radikal bebas (Lantah et al. 2017). Andayani (2008) menjelaskan bahwa molekul
dengan gugus hidroksil lebih banyak akan menangkap radikal bebas lebih kuat
karena kemampuannya dalam mendonorkan atom hidrogen semakin besar.
Ekstrak akuades bunga A. bilimbi L. bukan merupakan antioksidan karena
ekstrak tidak aktif sehingga nilai IC50 tidak terdeteksi. Berdasarkan uji fitokimia,
ekstrak teruji mengandung beberapa komponen bioaktif. Hal ini mengindikasikan
bahwa komponen bioaktif tersebut tidak memiliki kemampuan dalam mentransfer
elektron pada radikal bebas, sehingga aktivitas antioksidan tidak terdeteksi.
Perbedaan aktivitas antioksidan pada setiap ekstrak juga dapat disebabkan oleh
struktur kimia senyawa dan pH campuran reaksi (Amaliawati 2015).
Selain antioksidan, uji sitotoksisitas dilakukan pada ekstrak bunga dan
buah A. blimbi L. Menurut Pratama (2010), toksisitas merupakan sifat relatif dari
senyawa kimia yang berhubungan dengan manusia secara langsung atau tidak
langsung. Toksisitas yang memiliki efek terhadap substruktur sel disebut
sitotoksisitas. Uji sitotoksisitas pada penelitian dilakukan menggunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dengan menggunakan larva udang Artemia
salina Leach. BSLT merupakan metode penapisan farmakologi awal yang umum
digunakan untuk mengamati sitotoksisitas senyawa karena pengerjaannya yang
mudah, murah, cepat dan sederhana (Lisdawati et al. 2006)
Penggunaan Artemia salina L. sebagai hewan uji dikarenakan telurnya
memiliki daya tahan hidup yang lama dan mudah untuk menetas, yaitu hanya
memerlukan waktu sekitar 24-48 jam. Hewan ini memiliki membran kulit yang
tipis sehingga sesuai dengan analogi membran sel yang tipis untuk mengukur efek
sitotoksik suatu bahan (Meyer et al. 1982). Selain itu, Artemia salina L. bersifat
non selective filter feeder karena tidak memiliki sistem imunitas yang mampu
menetralisir senyawa bioaktif yang masuk ke dalam tubuhnya, sehingga apa saja
yang dapat masuk mulut hewan ini dapat menjadi makanannya. Akibatnya
kandungan gizi hewan ini sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang tersedia
pada lingkungan hidupnya. Hal ini menyebabkan mortalitas Artemia salina L.
terhadap ekstrak mudah diamati (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995).
Prinsip uji BSLT adalah dengan melihat mortalitas Artemia salina L.
setelah pemberian ekstrak sampel pada rentang konsentrasi tertentu untuk
mendapatkan nilai Lethal Concentration 50 (LC50). Nilai LC50 menunjukkan
12

konsentrasi zat toksik pada ekstrak yang dapat menyebabkan kematian pada 50%
populasi Artemia salina L. Semakin rendah nilai LC50 maka semakin tinggi
tingkat sitotoksisitas bahan tersebut. Derajat sitotoksisitas suatu senyawa
diklasifikasikan menjadi zat toksik jika nilai LC 50<1000 μg/mL dan zat tidak
toksik jika nilai LC50>1000 μg/mL (Meyer et al. 1982).
Nilai LC50 bunga dan buah A. bilimbi L. ditunjukkan pada Gambar 3. Uji
statistika menyatakan bahwa nilai LC50 berbeda nyata (p<0.05). Berdasarkan
Gambar 3, ekstrak etanol bunga (LC50 249.99 µg/mL), ekstrak akuades bunga
(LC50 398.36 µg/mL), ekstrak akuades buah (LC50 306.98 µg/mL), ekstrak etanol
buah (LC50 617.29 µg/mL) A. bilimbi L. diklasifikasikan sebagai zat toksik. Hal
ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut memiliki efek sitotoksik dalam
membunuh Artemia salina L. Menurut Widianti (2012) komponen bioaktif yang
berperan dalam kematian hewan uji antara lain alkaloid, triterpenoid, flavonoid
dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut akan menghambat daya makan larva
(antifedant) dengan bertindak sebagai racun perut. Hal ini mengakibatkan
terganggunya alat pencernaan pada hewan uji tersebut. Selain itu, reseptor perasa
pada daerah mulut larva juga akan terhambat sehingga larva tidak dapat menerima
stimulus rasa dan tidak dapat mengenali makanannya.
Ekstrak aseton bunga (LC50 1317.18 µg/mL) dan buah A. bilimbi L. (LC50
1432.26 µg/mL) diklasifikasikan sebagai zat yang tidak toksik. Hal ini dapat
disebabkan oleh kandungan fitokimia terkait sitotoksisitas yang lebih sedikit,
seperti senyawa saponin (Tabel 1). Salah satu mekanisme sitotoksisitas saponin
adalah dengan cara menginduksi terjadinya proses apoptosis secara intrinsik
maupun ekstrinsik (Tussanti et al. 2014)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak bunga dan buah belimbing wuluh (A. bilimbi L.) mengandung
senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, triterpenoid, glikosida, tanin dan fenolik.
Aktivitas antioksidan tertinggi bunga A. bilimbi L. dimiliki oleh ekstrak etanol
sementara pada buah dimiliki oleh ekstrak aseton. Ekstrak bunga dan buah A.
bilimbi L. (kecuali ekstrak aseton) tegolong sebagai zat toksik. Selain itu, ekstrak
bunga A. bilimbi L. memiliki derajat sitotoksisitas lebih tinggi dibandingkan
dengan ekstrak buahnya.

Saran

Uji senyawa bioaktif secara kuantitif pada setiap ekstrak bunga dan buah A.
bilimbi L. perlu dilakuan. Kemudian identifikasi lebih lanjut terhadap kandungan
senyawa pada ekstrak bunga dan buah A. bilimbi L. juga perlu dilakukan seperti
menggunakan kromatografi lapis tipis atau HPLC. Selain itu, sebaiknya pengujian
aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak dapat dibandingkan dengan metode
pengujian lainnya untuk diperoleh perbandingan data optimal agar diketahui
kemampuan bioassay yang sebenarnya dari tanaman ini.
13

DAFTAR PUSTAKA

Amaliawati D. 2015. Aktivitas antioksidan ekstrak daun pepaya (Carica papaya


(L). Var kalina) dengan perlakuan tanah lempung [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Andayani R. 2008. Penentuan aktivitas antioksidan, kadar fenolat total likopen
pada buah tomat (Solanum lycopersicum L). J Sci Tech Pharm. 13(1).
Andrianto D, Katayama T, Suzuki T. 2015. Screening of antioxidant and
antihyperlipidemic potencies of Indonesian underutilized fruits. J Forest
Biom Util Soc. 10(1):19-25.
Azmi N. 2013. Skrining fitokimia dan uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol serta
fraksi-fraksi bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumoniae [skripsi].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Balafif RAR, Andayani Ym Gunawan ER. 2013. Analisis senyawa triterpenoid
dari hasil fraksinasi ekstrak air buah buncis (Phaseolus vulgaris Linn).
Chem Prog. 6(2):56-61.
Chowdhury SS, Uddin GM, Mumtahana N, Hossain M, Hasan SMR. 2012. In-
vitro antioxidant and cytotoxic potential of hydromethanolic extract of
Averrhoa bilimbi L. fruits. IJPSR. 3(7):2263-2268.
Cowie JMG dan Arrighi V. 2008. Polymers: Chemistry and Physics of Modern
Materials 3rd Edition.. Scotland (UK): CRC Press.
Devasagayam TPA, Tilak JC, Boloor KK, Sane KS, Ghaskadbi SS, Lele RD.
2004. Free radicals and antioxidants in human health: current status and
future prospects. Japi. 52(10):794-804.
Eren. 2015. Karakterisasi komponen aroma aktif pada belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) dan produk fermentasinya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Fauza GH. 2017. Aktivitas antioksidan dan pemurnian ekstrak metanol buah
ceremai (Phyllanthus acidus (L.) Skeel) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Fidrianny I, Harnovi M, Insanu M. 2014. Evaluation of antioxidant activities from
various extracts of sweet orange peels using DPPH, FRAP assays and
correlation with phenolic, flavonoid, carotenoid content. Asian J Pharm.
Clin Res. 7(3):186-190.
Halliwell B, Gutteridge JM. 2015. Free Radicals in Biology and Medicine.
Oxford (UK): Oxford University Press.
Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia: Penentuan Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan Edisi Ke-2. Kosasih P dan Iwang S, penerjemah. Bandung
(ID): ITB Pr. Terjemahan dari: Phytochemical Methods: A Guide to
Modern Techniques of Plant Analysis.
14

Hart H, Craine LE, Hart DJ. 2003. Kimia Organik: suatu Kuliah Singkat.
Achmadi SS, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:
Organic Chemistry: A Short Course. Ed ke-11.
Herlina. 2011. Studi uji aktivitas antioksidan pada daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) dan daun salam (Syzygium polyanthum) [skripsi].
Samarinda (ID): Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Illing I, Safitri W, Erfiana. 2017. Uji fitokimia ekstrak buah dengen. J Dinamika.
8(1):66-84.
Isnansetyo A, Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Jadhaf SJ, Nimbalkar SS, Kulkarni AD, Madhavi DL. 1995. Food Antioxidants:
Technological, Toxicological and Health Perspectives. New York (US):
Marcel Dekker Inc.
Kedare SB, Singh RP. 2011. Genesis and development of DPPH method of
antioxidant assay. J Food Sci Technol. 48(4):412-422.doi10.1007/s13197-
011-0251-1.
Kumar S. 2014. The importance of antioxidant and their role in pharmaceutical
science - a review. AJRCPS. 1(1):27-44.
Lantah PL, Montolalu LADY, Reo AR. 2017. Kandungan fitokimia dan aktivitas
antioksidan ekstrak metanol rumput laut Kappaphycus alvarezii. J Media
Teknol Has Perikan. 5(3):167-173.
Lisdawati V, Wiryowidagdo S, Kardono LB. 2006. Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) dari berbagai fraksi ekstrak daging buah dan kulit biji mahkota
dewa. Bul Penelit Kesehat. 34(3):111-118.
Lotito SB, dan Frei B. 2006. Consumption of flavonoid-rich foods and increased
plasma antioxidant capacity in humans: cause, consequence, or
epiphenomenon. Free Radic Biol Med. 41:1727–1746.
Lü JM, Yao Q, Chen C. 2009. Ginseng compounds: an update on their molecular
mechanisms and medical applications. Curr Vasc Pharmacol. 7: 293–302.
Manik FY, Saragih KS. 2017. Klasifikasi belimbing menggunakan Naïve Bayes
berdasarkan fitur warna RGB. IJCCS. 11(1):99-108.
Martono B, Setiyono RT. 2014. Skrining fitokimia enam genotipe teh. J TIDP.
1(2):63-68.
Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughin JL.
1982. Brine shrimp: a convenient general bioassay for active plant
constituent. J Plant Medic. 45: 31-32.
Minarno EB. 2015. Skrining fitokimia dan kandungan total flavonoid pada buah
Carica pubescens Lenne & K. Koch di Kawasan Bromo, Cangar dan
Dataran Tinggi Dieng. El-Hayah. 5(2):73-82.
Molyneux P. 2004. The use of the stable free radical (DPPH) for estimating
antioxidant activity. J Sci and Tech. 26:211-219.
15

Noer S, Pratiwi RD, Gesinta E. 2018. Penetapan kadar senyawa fitokimia (tanin,
saponin dan flavonoid sebagai kuarsetin) pada ekstrak daun inggu (Ruta
angustifolia L.). J Ilm MIPA. 18:19-29.
Prasetyoningtias. 2017. Aktivitas antihiperglikemia ekstrak air kulit kayu surian
(Toona sinensis) pada tikus yang diinduksi strezotopsin [skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Pratama R. 2010. Potensi antoksidan dan toksisitas ekstrak daun Sansevieria
cylindrical [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Radam RR, Purnamasari E. 2016. Uji fitokimia senyawa kimia aktif akar nipah
(Nyfa fruticans WURMB) sebagai tumbuhan obat di Kalimantan Selatan.
JHT. 4(1):28-34.
Rahman M, Hossain S, Rahman A, Fatima N, Nahar T, Uddin B, Basunia MA.
2013. Antioxidant activity of Centella asiatica (Linn.) urban: impact of
extraction solvent polarity. J Pharmacogn Phytochem. 1(6):27-32.
Rahman MM, Habib MR, Hasan MA, Amin MA, Saha A, Mannan A. 2014.
Comparative assessment on in vitro antioxidant activities of ethanol
extracts of Averrhoa bilimbi, Gymnema sylvestre and Capsicum
frutescens. Pharmacogn Res. 6(1):36-41.
Rohyani IS, Aryanti E, Suripto. 2015. Kandungan Fitokimia Beberapa Jenis
Tumbuhan Lokal yang Sering Dimanfaatkan sebagai Bahan Baku Obat di
Pulau Lombok. Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Indonesia; 2014 Des 7; Mataram, Indonesia. Mataram (ID): Universitas
Mataram. hlm 388-391.
Roy A, Geetha RV, Lakhsmi T. 2011. Averrhoa bilimbi L. – nature’s drugstore –
a pharmacological review. Int J Drug Dev & Res. 3(3):101-106.
Sabir SM, Ahmad SD, Hamid A, Khan MQ, Athayde ML, Santos DB, Boligon
AA, dan Rocha JBT. 2012. Antioxidant and hepatoprotective activity of
ethanolic extract of leaves of Solidago microglossa containing
polyphenolic compounds. Food Chem. 131(3):741-747.
Sandjo LP, Kuete V. 2013. Medicinal Plant Research in Africa 1st Edition.
London (UK): Elsevier.
Septiadi MI. 2018. Sitotoksisitas dan aktivitas antibakteri ekstrak dan fraksi biji
mahoni (Swietenia macrophylla King) [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Sharma OP, Bhat TK. 2009. DPPH antioxidant assay revisited. J Food Chem.
113:1202-1205.doi:10.1016/j.foodchem.2008.08.008.
Sies H. 1997. Antioxidants in Disease Mechanisms and Therapy. New York (US):
Academic Press.
Simaremare ES. 2014. Skrining fitokimia ekstrak etanol daun gatal (Laportea
decumana (Roxb.) Wedd). Pharm. 11(1):98-107.
16

Singh RP, Sharad S, dan Kapur S. 2004. Free radicals and oxidative stress in
neurodegenerative diseases: relevance of dietary antioxidants. J Indian
Acad Clin Med. 5(3): 18-225.
Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 1989. Analisis untuk Bahan Makanan
Pertanian. Yogyakarta (ID): Liberty.
Sulistyani WI, Sulwana M, Dwi FW, Rahmawati E, Cahyaningtays N, Mahardika
CN. 2017. Pengaruh sari belimbing wuluh (Averrhia bilimbi L) terhadap
daya hambat bakteri Staphylococcus aureus. J Ris Kesehat. 6(2):62-65.
Tussanti I, Johan A, Kisdjamiatun. 2014. Sitotoksisitas in vitro ekstrak etanolik
buah parijoto (Medinilla speciosa, reinw.ex.bl.) terhadap sel kanker
payudara T47D. JGI. 2(2):53-58.
Utari MDM. 2016. Aktivitas antioksidan fraksi kulit batang berenuk (Crescentia
cujete L.) dengan Metode DPPH [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Valko M, Izakovic M, Mazur M, Rhodes CJ, Telser J. 2004. Role of oxygen
radicals in DNA damage and cancer incidence. Mol Cell Biochem.
266:37–56.
Valko M, Leibfritz D, Moncol J, Cronin MTD, Mzur M, Telser J. 2007. Free
radicals and antioxidant in normal physicological functions and human
disease. Int J Biochem Cell Biol. 39:44-84.
Vargas RA, Malacara CFP. Petricevich VL. 2016. Characterization of chemical
compound with antioxidant and cytotoxic activities in Bougainvillea x
buttiana Holttum and Standl, (var. Rose) extracts. Antioxidant. 4(45):1-11.
Widianti W. 2012. Potensi antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak buah ceremai
(Phyllanthus acidus L.) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Yesi Y. 2017. Evaluasi aktivitas antioksidan, toksisitas dan kandungan fenolik
total dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) [skripsi].
Padang (ID): Universitas Andalas.
17

LAMPIRAN
18

Lampiran 1 Bagan alur kerja penelitian

Persiapan Simplisia
Bunga dan Buah
A. bilimbi L.

Pengujian Mutu
Simplisia

Ekstrasi Simplisia Bunga


dan Buah A. bilimbi L.

Uji Fitokimia Ekstrak


Bunga dan Buah
A. bilimbi L.

Uji Aktivitas
Antioksidan dengan
metode DPPH

Uji Sitotoksisitas
dengan metode BSLT

Analisis Statistika
19

Lampiran 2 Gambar pohon, buah dan bunga A. bilimbi L.


20

Lampiran 3 Kadar air simplisia bunga dan buah A. bilimbi L.

Bobot Bobot sampel


Bobot Sampel setelah
Sampel Cawan Sebelum Pengeringan % Kadar Air
(g) Pengeringan (g)
(g)
Bunga A. bilimbi L. 42.3036 1.0071 0.9184 8.8075
Buah A. bilimbi L. 42.3020 1.0003 0.9393 6.0980

Contoh perhitungan simplisia bunga A. bilimbi L. :

% Kadar air =

% Kadar air = 8.8075 %


21

Lampiran 4 Perhitungan IC50 standar asam askorbat

Absorbansi standar asam askorbat


Konsentrasi (ppm) Absorbansi

0 0.860
1.25 0.730
2.5 0.602
3.75 0.460
5 0.294
6.25 0.154

Persen (%) inhibisi standar asam askorbat


Konsentrasi (ppm) % Inhibisi

0 0.000
1.25 15.116
2.5 30.000
3.75 46.512
5 65.814
6.25 82.093

Kurva standar asam askorbat

Contoh perhitungan % inhibisi :

) ×100% = 15.116

Contoh perhitungan IC50:


y = 16.97x – 3.023
x = (50 + 3.023)/16.97 = 3.120

IC50 = 3.120 µg/mL


22

Lampiran 5 Analisis statistika nilai IC50 dan LC50 ekstrak bunga dan buah A.
bilimbi L.

Uji one way ANOVA IC50


Sumber Jumlah Kuadrat
db Fhit Pvalue
Keragaman Kuadrat Tengah
Sampel 5 6534.5 1306.9 59.21 0.000
Galat 12 264.9 22.1
Total 17 6799.3

Uji Tukey IC50


Sampel N Rata-rata Kelompok
Buah Etanol 3 68.804 A
Bunga Aseton 3 35.378 B
Bunga Etanol 3 34.389 B
Buah Akuades 3 31.813 B
Buah Aseton 3 31.016 B
Asam Askorbat 3 3.159 C

Uji one way ANOVA LC50


Sumber Jumlah Kuadrat
db Fhit Pvalue
Keragaman Kuadrat Tengah
Sampel 5 4108295 821659 74.23 0.000
Galat 12 132826 11069
Total 17 4241121

Uji Tukey LC50


Sampel N Rata-rata Kelompok
Buah Aseton 3 1432.3 A
Bunga Aseton 3 1317.2 A
Buah Etanol 3 617.3 B
Buah Akuades 3 398.4 BC
Buah Akuades 3 307.0 C
Bunga Etanol 3 250.0 C
23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada 11 November 1996. Penulis merupakan


putri ke-3 dari 3 bersaudara dari Bapak Gusyadi dan Ibu Nurul Magdalena.
Penulis menempuh pendidikan menengahnya di SMPN 3 Depok (2008-2012) dan
Sampoerna Academy Boarding School (2011-2014) hingga terdaftar sebagai
mahasiswa IPB melalui jalur SBMPTN 2014.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Biokimia Umum dan Biokimia Fisik pada tahun 2018. Penulis pernah
melaksanakan Praktik Lapang (PL) pada tahun 2017 di Laboratorium QA/QC PT.
BASF Care Chemicals Indonesia dengan judul “Penggantian Preservatif Katon
dengan Acticide SPX pada Euperlan pk 810 ISAP dan Pengaruh Sludge Industri
sebagai Campuran Media Tanam Marigold (Tagetes erecta)”
Penulis juga aktif di kegiatan organisasi dan pernah tergabung pada Divisi
Human Resources and Development di Himpunan Profesi Mahasiswa Biokimia,
Community of Research and Education in Biochemistry periode 2015-2016 dan
Divisi Eksternal pada kepengurusan tahun 2016-2017. Penulis juga aktif
mengikuti beberapa kepanitiaan diantaranya sebagai anggota divisi PDD Open
House IPB 2015, Liaison Officer untuk Mie University pada The 23rd Tri-U
International Joint Seminar and Symposium, Divisi PDD UBIQUINON 2017.
Penulis juga merupakan panitia acara Pesta Sains Nasional (PSN) pada Lomba
Karya Ilmiah Populer (LKIP) 2015 sebagai Sekertaris Divisi Acara dan di tahun
2016 sebagai Sekretaris Umum. Selain itu, penulis juga pernah menjadi
Bendahara Umum acara Gene Expression 2018.
Selain kepanitiaan, penulis juga pernah mengikuti kegiatan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Kemenristekdikti dengan judul
“Simpang Tetam : Antihelminthiasis Ascaridia galli Berbahan Dasar Temu Hitam
(Curcuma aeroginosa Roxb) Sebagai Upaya Mewujudkan Swasembada Daging”
pada tahun 2014 dan “AV-PLAST : Anti-Venomous Plester Berpenjerap Aktif
sebagai Upaya Pertolongan Pertama Gigitan Hewan Berbisa” pada tahun 2015.
Semasa kuliah, penulis juga merupakan penerima beasiswa Karya Salemba Empat
periode 2015 – 2016 dan berpartisipasi pada acara UBS Scholarship Regional
Volunteering sebagai Liaison Officer.

Anda mungkin juga menyukai