Anda di halaman 1dari 48

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SENYAWA BIOAKTIF

Rhizophora mucronata SEBAGAI SEDIAAN TEH HERBAL

MUHAMMAD SASTRA ALAM

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Aktivitas


Antioksidan dan Senyawa Bioaktif Rhizophora mucronata L. sebagai Sediaan Teh
Herbal” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2021

M. Sastra Alam
C34150035
ABSTRAK
M SASTRA ALAM. Aktivitas Antioksidan dan Senyawa Bioaktif
Rhizophora mucronata sebagai Sediaan Teh Herbal. Dibimbing oleh SRI
PURWANINGSIH dan SAFRINA DYAH HARDININGTYAS.

Rhizophora mucronata merupakan jenis mangrove yang banyak dijumpai


di Indonesia. R. mucronata memiliki kandungan senyawa bioaktif yang potensial
untuk dimanfaatkan untuk menangkal radikal bebas. Penelitian ini bertujuan
menentukan senyawa bioaktif serta aktivitas antioksidan yang terkandung dalam
daun, bunga dan buah R. mucronata. Penelitian meliputi karakterisasi daun, bunga
dan buah segar serta kering, serta menentukan kandungan fitokimia, total fenol dan
aktivitas antioksidan ekstrak R. mucronata. Ekstrak bunga memiliki aktivitas
antioksidan tertinggi 55,21±5,156 mg asam askorbat/g ekstrak dan total fenol
tertinggi 2,44±0,354 mg/g. Kandungan senyawa bioaktif pada ekstrak bunga yaitu
fenol, saponin, flavonoid, tanin dan triterpenoid.

Kata kunci: antioksidan, Rhizophora mucronata, total fenol

ABSTRACT
M Sastra Alam. Antioxidant Activity and Bioactive Compound of
Rhizophora mucronata as herbal tea preparations. Supervised by Sri Purwaningsih
and Safrina Dyah Hardiningtyas.

Rhizophora mucronata is one type of mangrove plant that grows in


Indonesia. Bioactive compound in R. mucronata has potential to use against
reactive species. The purpose of this study were to determine bioactive compound
and antioxidant activity in leaves, flowers and fruits of R. mucronata. This study
includes characterization of fresh and dried leaves, flowers and fruits and
determining phytochemical content, total phenolic and antioxidant activity from
extract of R. mucronata. Flowers exctract has the highest antioxidant activity
55.21±5.156 mg ascorbic acid/g extract and highest phenolic total 2.44±0.354 mg/g.
Flowers extracts has bioactive compound content such as phenol, saponin,
flavonoid, tanin and triterpenoid.

Keywords: antioxidant, Rhizophora mucronata, total phenolic


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2021
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa


mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SENYAWA BIOAKTIF
Rhizophora mucronata SEBAGAI SEDIAAN TEH HERBAL

M SASTRA ALAM

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan

TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
Tim Penguji pada Ujian Skripsi:
1 Prof Dr Ir Nurjannah, MS
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Aktivitas Antioksidan dan Senyawa
Bioaktif Rhizophora mucronata sebagai Sediaan Teh Herbal” dapat diselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat mendapatkan gelar
sarjana di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Sri Purwaningsih, M.Si
dan Dr. Eng. Safrina Dyah Hardiningtyas, S.Pi, M.Si selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah membimbing, memotivasi dan memberi saran. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Nurjanah, MS. Selaku dosen penguji
ujian sidang akhir skripsi serta Dr. Ir. Bustami, M.Sc selaku dosen Gugus Kendali
Mutu (GKM). Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Roni Nugraha,
S.Si, M.Sc selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Dr. Ir. Iriani Setyaningsih, MS
selaku Ketua Komisi Pendidikan Departemen Teknologi Hasil Perairan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si selaku
pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi, saran dan arahan. Di
samping itu, penghargaan penulis ucapkan kepada seluruh dosen, staf akademik dan
laboratorium Departemen Teknologi Hasil Perairan. Ungkapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah kandung (Juaini) dan ibu kandung (Sumarlin) atas
doa, dukungan rohani dan jasmani serta nasihat yang diberikan, kakak kandung
(Mumtaz Aini Marlina) dan keluarga yang telah mendoakan dan mendukung
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga THP 52 atas
kebersamaan selama perkuliahan dan kepada adik tingkat Fahri Sinulingga, Silva
Fauziah, Nurdona Oktaviani, Jima Liliana Br Ginting, Morinta Arobina Br
Sembiring, Sela Claudia Br Tarigan, Siti Hidayanti, Rahmadiana Utami dan Annisa
Latifah atas bantuan, dukungan dan support selama penelitian.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan dan untuk
kemajuan ilmu pengetahuan.

Bogor, Desember 2021

M Sastra Alam
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
1.5 Ruang Lingkup 2
II METODE 3
2.1 Waktu dan Tempat 3
2.2 Bahan dan Alat 3
2.3 Prosedur Kerja 3
2.4 Prosedur Analisis 4
2.5 Rancangan Percobaan 9
III HASIL DAN PEMBAHASAN 11
3.1 Karakteristik Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Segar 11
3.2 Karakteristik Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Kering 12
3.3 Rendemen Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. Mucronata 15
3.4 Antioksidan Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata 15
3.5 Total Fenol Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata 17
3.6 Fitokimia Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata 18
IV SIMPULAN DAN SARAN 21
4.1 Simpulan 21
4.2 Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL

1 Komposisi kimia bahan baku kering R. mucronata 12


2 Kadar logam berat R. mucronata kering 14
3 Rendemen ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata 15
4 Fitokimia ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata 19

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir prosedur penelitian 5


2 Kenampakan bahan baku basah 11
3 Kenampakan bahan baku kering 12
4 Aktivitas antioksidan ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata 16
5 Total fenol ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata 17

DAFTAR LAMPIRAN
1 Morfometrik panjang daun, bunga dan buah R. mucronata 30
2 Perhitungan kadar air R. mucronata basah 30
3 Perhitungan analisis proksimat serbuk R. mucronata kering 30
4 Analisis data proksimat serbuk R. mucronata 31
5 Perhitungan komposisi kimia R. mucronata basis kering 32
6 Perhitungan rendemen ekstrak R. mucronata basis basah 32
7 Viskositas ekstrak R. mucronata 32
8 Perhitungan aktivitas antioksidan ekstrak R. mucronata 32
9 Analisis data aktivitas antioksidan FRAP ekstrak R. mucronata 32
10 Perhitungan total fenol ekstrak R. mucronata 33
11 Analisis data total fenol ekstrak R. mucronata 33
12 Analisis fitokimia ekstrak R. mucronata 34
13 Dokumentasi kegiatan penelitian 35
1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mangrove merupakan komunitas tumbuhan yang umumnya tumbuh di


kawasan air payau. Mangrove dapat tumbuh di beberapa landskap seperti pantai
berlumpur, teluk terlindung, delta, dan pulau-pulau kecil. Mangrove tersebar di
seluruh kepulauan Indonesia, terutama di pesisir timur Pulau Sumatera, pantai utara
Jawa, pesisir pulau-pulau di Nusa Tenggara dan Maluku, serta pantai di Pulau
Sulawesi. Indonesia merupakan negara yang memiliki tutupan hutan mangrove
terluas di dunia dengan cakupan sekitar 26-29% dari total tutupan hutan mangrove
di dunia (Hamilton dan Casey 2016). Data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistika (2020) menyebutkan bahwa total luas hutan mangrove di Indonesia pada
tahun 2019 diperkirakan sekitar 2,9 juta Ha.
Mangrove memiliki peran yang penting dalam ekosistem air payau. Menurut
Purwanti (2020) mangrove mampu menahan abrasi pantai, menahan intrusi air laut
serta tempat berkembang fauna pesisir seperti ikan, udang dan kepiting bakau.
Rupidara et al. (2020) menambahkan bahwa masyarakat pesisir memanfaatkan
mangrove sebagai kayu bakar, bahan bangunan, pengusir nyamuk, pengganti sirih,
pakan ternak, bahan pangan dan ritual adat dan obat tradisional. Mangrove
merupakan salah satu sumber senyawa sekunder yang dapat dimanfaatkan untuk
menanggulangi dampak negatif dari radikal bebas.
Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan di orbit luarnya sehingga cenderung tidak stabil. Menurut
Kumari et al. (2018) radikal bebas memiliki dampak yang negatif seperti stress
oksidatif dan kerusakan pada fungsi sel. Lushchak (2014) menambahkan stress
oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas merupakan penyebab dari berbagai
penyakit degeneratif seperti kardiovaskular, diabetes dan kanker. Antioksidan
merupakan senyawa yang memiliki kemampuan untuk meredam dampak negatif
dari radikal bebas. Antioksidan diproduksi dalam tubuh secara spontan maupun
diperoleh dari sumber luar seperti tumbuhan. Menurut Alok et al. (2014) tumbuhan
kaya akan senyawa sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan seperti alkaloid,
flavonoid, fenol, tannin, steroid, dan triterpenoid sehingga berpotensi untuk
dimanfaatkan menjadi produk kesehatan seperti teh herbal.
Teh herbal adalah minuman yang diseduh dari bagian tumbuhan selain
tanaman teh (Camelia sinensis). Teh herbal dapat dibuat dari bagian tumbuhan
seperti akar, batang, daun dan buah dari suatu tumbuhan (Yamin et al. 2017). Teh
herbal merupakan salah satu produk herbal yang banyak digemari oleh masyarakat
Indonesia. Produk teh herbal yang tersedia di masyarakat cukup beragam seperti
teh roselia, teh kamomil, dan teh pegagan. Salah satu tumbuhan yang memiliki
potensi sebagai sediaan teh herbal adalah Rhizophora mucronata. R. mucronata
merupakan salah satu tumbuhan mangrove yang banyak dijumpai di Indonesia.
Menurut Rupidara et al. (2020) masyarakat umumnya memanfaatkan R. mucronata
sebagai bahan bakar dan bahan bangunan. Pemanfaatan R. mucronata sebagai
bahan obat di kalangan masyarakat belum optimal. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa R. mucronata memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi
(Ravikumar dan Gnanadesigan 2012), antidiabetes (Adhikari et al. 2018),
2

antiinflamasi (Chakraborty dan Raola 2016) dan antibakteri (Egra et al. 2019).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang senyawa
bioaktif dan aktivitas antioksidan bagian daun, bunga dan buah R. mucronata serta
potensinya sebagai sediaan teh herbal.

1.2 Rumusan Masalah

Radikal bebas merupakan salah satu penyebab penyakit degeneratif dan


proses penuaan pada tubuh manusia. R. mucronata merupakan salah satu sumber
senyawa metabolit sekunder yang bertindak sebagai antioksidan alami. Penelitian
mengenai aktivitas antioksidan dan senyawa bioaktif pada R. mucronata telah
banyak dilakukan, namun penelitian mengenai aktivitas antioksidan pada bagian
tubuh R. mucronata yang berbeda belum banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian mengenai aktivitas antioksidan dan senyawa bioaktif dari daun,
bunga dan buah R. mucronata yang berbeda dan potensinya sebagai sediaan teh
herbal.

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan, total fenol dan


senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun, bunga dan buah R. mucronata.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kandungan


senyawa bioaktif serta aktivitas antioksidan daun, bunga dan buah R. mucronata
kepada masyarakat luas. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi terkait potensi daun, bunga dan buah mangrove R. mucronata sebagai
sediaan teh herbal. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi
mahasiswa dan peneliti yang tertarik dalam meneliti lebih lanjut tentang sediaan teh
herbal R. mucronata.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini yaitu karakterisasi sampel daun, bunga dan buah
R. mucronata yang meliputi pengamatan morfometrik, preparasi dan ekstraksi.
Ekstrak yang didapat dilakukan analisis proksimat, analisis fitokimia, analisis
antioksidan dan uji logam berat.
3

II METODE

2.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2021. Preparasi dan


ekstraksi bahan baku dilakukan di Laboratorium Preservasi dan Pengolahan Hasil
Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Evaporasi ekstrak bahan baku dilakukan di Laboratorium PAU Seafast.
Analisis kandungan proksimat dilakukan di Laboratorium Pengolahan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian. Analisis kandungan fitokimia
dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perairan, Departemen Teknologi
Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Analisis kandungan total
fenol, uji antioksidan dan uji logam berat dilakukan di Laboratorium Terpadu IPB.

2.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah daun, bunga dan buah R. mucronata. Ekstraksi
menggunakan akuades. Analisis proksimat menggunakan akuades, katalis selenium,
NaOH 40%, indikator Brom Cresol Green 0,1%, Methyl Red 0,1%, H3BO3 2%,
H2SO4 pekat, kertas saring dan HCl 0,1 N. Bahan untuk pengujian senyawa
fitokimia meliputi H2SO4 2 N, pereaksi Wagner, pereaksi Meyer, pereaksi
Dragendorff, larutan FeCl3 1%, CHCl3, larutan anhidra asam asetat, larutan H2SO4,
serbuk Mg, larutan amil alkohol, HCl 2 N, etanol, dan larutan FeCl3 5%. Bahan
untuk analisis logam berat adalah HNO3 0,1 M, HCl 6M, NH4H2PO4 40 mg/mL,
NaOH 0,005%, NaBH4 0,02%, HCl 37%, HNO3 65% dan H2SO4 96%. Bahan untuk
analisis antioksidan FRAP adalah akuades, etanol, dapar fosfat (1mL 0,2 M, pH
6,6), kalium ferrisianida 1%, asam trikloroasetat dan FeCl3 0,1%.
Alat yang digunakan pada penelitian meliputi blender, pisau, gunting, talenan,
dehydrator, timbangan analitik, labu enlenmeyer, termos, orbital shaker, aluminium
foil, desikator, tabung Kjeldahl, tabung sokhlet, spektrofotometer, termometer,
tanur dan mikro pipet.

2.3 Prosedur Kerja

Penelitian ini menggunakan sampel daun, bunga dan buah R. mucronata.


Prosedur kerja penelitian ini meliputi preparasi bahan baku, ekstraksi simplisia dan
karakterisasi hasil ekstraksi R. mucronata. Diagram alir prosedur penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1.

Preparasi Bahan Baku

Preparasi bahan baku diawali dengan pengumpulan sampel daun, bunga dan
buah R. mucronata. Sampel R. mucronata diperoleh dari Desa Pejarakan,
Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Daun, bunga dan buah yang telah
dikumpulkan dibersihkan dan dipotong dengan pisau dan gunting menjadi bagian
kecil. Daun, bunga dan buah yang dipotong menjadi bagian kecil dikeringkan
4

dengan dehydrator pada suhu 50℃ hingga kadar air berada di kisaran 10%. Sampel
kemudian dihaluskan menggunakan blender hingga menjadi serbuk dan dilakukan
analisis proksimat dan kandungan logam berat.

Ekstraksi Simplisia R. mucronata

Simplisia daun, bunga dan buah R. mucronata diekstraksi dengan


menggunakan air panas. Serbuk daun, bunga dan buah masing-masing diseduh
dengan air mendidih (100℃) dan didiamkan selama 120 menit. Seduhan teh
disaring untuk memisahkan antara residu simplisia dan filtrat. Filtrat kemudian
dievaporasi menggunakan vacuum evaporator pada suhu 55-60℃ dan tekanan -72
cmHg untuk mendapatkan pasta ekstrak kasar.

Karakterisasi Ekstrak Seduhan R. mucronata

Hasil ekstraksi kemudian dilakukan karakterisasi. Karakterisasi seduhan


etanol daun, bunga dan buah R. mucronata meliputi analisis fitokimia, total fenol,
antioksidan dan kandungan logam berat. Analisis fitokimia yang meliputi pengujian
senyawa golongan alkaloid, flavonoid, phenol hidrokuinon, steroid/triterpenoid,
tanin dan saponin. Analisis antioksidan yang digunakan meliputi pengujian dengan
metode FRAP. Analisis total fenol menggunakan metode Folin-Ciocalteu.

2.4 Prosedur Analisis

Metode analisis yang digunakan terdiri atas perhitungan rendemen, analisis


proksimat, analisis logam berat, analisis total fenol, uji aktivitas antioksidan FRAP
dan analisis fitokimia.

Perhitungan Rendemen

Rendemen merupakan perbandingan berat kering (ekstrak) dengan berat


basah (sampel). Hasil ekstraksi ditimbang dan dihitung rendemen menggunakan
basis basah dengan rumus sebagai berikut:

berat ekstrak (g)


Rendemen (%) = x 100%
berat sampel + berat pelarut (g)
5

Buah, bunga, dan


daun
Rhizophora

Preparasi Morfometri
k
Pengeringan dengan dehydrator (50ºC)

Penghalusan

−Analisis
Serbuk Serbuk Serbuk proksimat
daun bunga buah
−Analisis logam
berat

Penyeduhan dengan air mendidih (1:10,


b/v) selama 2 jam

Filtrasi

Evaporasi (55-60ºC)
−Perhitungan rendemen
−Analisis fitokimia
Ekstrak −Analisis total fenol
kasar
−Uji aktivitas
antioksidan FRAP

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian

Analisis Proksimat (AOAC 2005)

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia suatu bahan.


Analisis proksimat meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat
dengan metode by difference.
Analisis Kadar Air (AOAC 2005)
Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat pada
serbuk kering daun, bunga dan buah. Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada
suhu 105℃ selama 15 menit. Kemudian cawan diletakkan ke dalam desikator
selama 30 menit sehingga diperoleh berat konstan. Sampel sebanyak 5 g ditimbang
6

dalam cawan, lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 102-105℃ selama 6
jam. Cawan tersebut dimasukkan ke dalam desikator dan dibiarkan di suhu ruang
kemudian ditimbang. Perhitungan kadar air dihitung dengan rumus:

B-C
Kadar air (%) = x 100%
B-A
Keterangan:
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan porselen dengan sampel (g)
C = Berat cawan porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Abu (AOAC 2005)
Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan abu yang terdapat
pada serbuk kering daun, bunga dan buah. Cawan porselen dibersihkan dan
dikeringkan dalam oven bersuhu sekitar 105℃ selama 30 menit. Cawan porselen
dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak
5 g, kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen. Sampel kemudian dibakar di
atas kompor listrik sampai tidak berasap dan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan
dengan suhu 600℃ selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator sampai
suhu ruang kemudian ditimbang. Perhitungan kadar abu dihitung dengan rumus:

C-A
Kadar abu (%) = x 100%
B-A
Keterangan:
A = Berat cawan porselen kosong (g)
B = Berat cawan porselen dengan sampel (g)
C = Berat cawan porselen dengan sampel setelah dikeringkan (g)
Analisis Kadar Protein (AOAC 2005)
Analisis kadar abu dilakukan untuk mengetahui kandungan protein kasar
yang terdapat pada serbuk kering daun, bunga dan buah. Sampel ditimbang seberat
1 g, kemudian dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl. Setengah tablet kjeldahl atau
selenium dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl dan ditambahkan 10 mL H2SO4.
Tabung yang berisi larutan tersebut dimasukkan ke dalam alat pemanas dengan
suhu 410℃. Proses destruksi dilakukan sampai larutan menjadi hijau bening.
Sampel yang telah didestruksi dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL menggunakan
akuades. sampel dimasukkan ke dalam alat destilasi dan ditambah larutan NaOH
40% sebanyak 10 mL. Hasil destilasi kemudian ditampung dalam labu erlenmeyer
yang berisi campuran 10 mL H3BO3 2% dan 2 tetes indikator Brom Cresol Green-
Methyl Red. Destilasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi biru. Tahap titrasi dilakukan dengan menggunakan HCL 0,1 N hingga
berwarna merah muda. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap blanko.
Berdasarkan metode ini, diperoleh kadar nitrogen total yang dihitung dengan
rumus:

(mL HCl-mL Blanko) x N HCl x 14,01 x 6,25 x FP


Kadar protein (%) = x 100%
mg sampel

Keterangan:
FP = Faktor pengenceran = 10
7

Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005)


Sampel seberat 5 g dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan ke
dalam selongsong lemak, kemudian dimasukkan ke dalam soxhlet. Labu lemak
yang sudah ditimbang berat kemudian disambungkan dengan soxhlet. Selongsong
lemak dimasukkan ke dalam soxhlet dan disiram dengan pelarut heksana. Tabung
ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 80℃
selama 6 jam. Pelarut lemak dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut
lemak menguap. Labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105℃ selama 15
menit, kemudian didinginkan dalam desikator sampai beratnya konstan.
Perhitungan kadar lemak dihitung dengan rumus:

W3 − W2
Kadar lemak (%) = x 100%
W1
Keterangan :
W1 = Berat sampel (g)
W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (g)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (g)
Analisis Kadar Karbohidrat by Difference (AOAC 2005)
Kadar karbohidrat ditentukan dengan metode carbohydrate by difference,
yaitu hasil pengurangan dari 100% dengan kadar air, abu, protein, dan lemak
sehingga kadar karbohidrat tergantung pada faktor pengurangan. Perhitungan kadar
karbohidrat dihitung dengan rumus:

Kadar karbohidrat (%) = 100% - (kadar air + abu + protein + lemak)

Analisis Logam Berat (BSN 2011)

Analisis kandungan logam berat pada sampel dilakukan menggunakan


metode atomic absorption spectrophotometry (AAS). Sebanyak 0,5 g sampel
didestruksi dengan cara pengabuan basah (wet ashing) menggunakan larutan asam
kuat antara lain HNO3 65%, H2SO4 96% dan HCl 37%. Kontrol positif 0,1 mg/kg
dari larutan standar Pb dan Cd dibuat dengan menambahkan 0,2 mL ke dalam
contoh kemudian di vortex. Kontrol positif Hg 0,5 mg/kg dibuat dengan
menambahkan 0,5 mL larutan standar Hg ke dalam contoh kemudian divortex.
Kemudian ditambahkan 5 mL-10 mL HNO3 65% dan 2 mL H2O2 lalu didestruksi.
Hasil destruksi kemudian diukur konsentrasi logam beratnya Pb (283,3 nm), Hg
(235,7 nm), dan Cd (228,8 nm). Perhitungan konsentrasi logam berat dihitung
menggunakan rumus:

Konsentrasi logam (x) = ((D-E) x Fp x V)/W

Keterangan:
D = konsentrasi contoh hasil pembacaan AAS (μg.L)
E = konsentrasi blanko contoh dari hasil pembacaan AAS (μg.L)
Fp = faktor pengenceran
V = volume akhir larutan contoh yang disiapkan (L)
W = berat sampel (g)
8

Analisis Total Fenol (Swain and Hillis 1959)

Ekstrak sebanyak 0,1 g dilarutkan kedalam 10 mL akuades lalu di-vortex


kemudian disaring. Sebanyak 0,1 mL ekstrak dilarutkan dalam etanol 99,9%,
ditambahkan 5 mL akuades, 0,5 mL Follin-Ciocalteu 50% dihomogenkan dan
didiamkan selama 5 menit, kemudian ditambahkan 1 mL Na2CO3 5% dan
didiamkan pada kondisi gelap selama kurang lebih 60 menit. Serapan diukur
menggunakan spektrofotometer UV-VIS dengan panjang gelombang 725 nm. Nilai
absorbansi kemudian dikonversi ke dalam total fenol yang dinyatakan dalam mg
GAE/g berat sampel. Standar yang digunakan pada analisis kadar total fenol adalah
asam galat. Perhitungan kadar total fenol dapat dihitung dengan rumus:

C.V.Fp
TPC =
g

Keterangan:
C = Konsentrasi fenolik (nilai x)
V = Volume ekstrak yang digunakan (mL)
Fp = Faktor pengenceran
g = Berat sampel yang digunakan (g)

Analisis Antioksidan FRAP (Oyaizu 1986)

Aktivitas antioksidan diuji dengan menggunakan metode FRAP (Ferric


Reducing Antioxidant Power). Pengujian antioksidan dengan metode FRAP diawali
dengan pembuatan larutan sampel. Sampel dilarutkan ke dalam etanol dengan
perbandingan 1:1 lalu kemudian dilakukan pengenceran sebanyak dua kali (1mL
larutan/10 mL etanol). 1 mL larutan yang telah diencerkan kemudian dicampur
dengan dapar fosfat (1mL 0,2 M, pH 6,6) dan 1 mL kalium ferrisianida 1%.
Campuran diinkubasi pada suhu 50 C selama 20 menit. Setelah diinkubasi 1 mL
asam trikloroasetat ditambahkan ke dalam campuran dan dihomogenkan selama 10
menit. Larutan yang telah dihomogenkan selanjutnya disentrifugasi pada 3.000 rpm
selama 10 menit. Sebanyak 1 mL lapisan atas dari larutan tersebut ditambah dengan
1 mL air akuades dan 0,5 mL FeCl3 0,1%. Larutan didiamkan selama 10 menit dan
dilakukan pengukuran absorbansi. Absorbansi diukur pada ‫ ג‬maksimal 757 nm
dengan spektrofotometer. Vitamin C digunakan sebagai kontrol positif. Nilai
aktivitas antioksidan FRAP dinyatakan dalam mg equivalen asam askorbat/g
ekstrak.

Analisis Fitokimia (Harborne 1987)

Analisis fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa bioaktif yang


terkandung dalam ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata. Analisis fitokimia
yang meliputi pengujian senyawa golongan alkaloid, flavonoid, phenol
hidrokuinon, steroid/triterpenoid, tanin dan saponin dilakukan secara metode
kualitatif.
Uji Alkaloid
Ekstrak seberat 0,05 g dilarutkan menggunakan H2SO4 2 M. Larutan yang
didapat kemudian diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Mayer,
9

Wagner, dan Dragendroff. Hasil positif uji alkaloid ditunjukkan dengan


terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer, endapan coklat pada pereaksi
Wagner, dan endapan merah hingga jingga pada pereaksi Dragendorf.
Uji Flavonoid
Ekstrak seberat 0,05 g ditambah 0,1 mg serbuk magnesium dan 0,4 mL amil
alkohol (campuran asam klorida 37% dan etanol 95% dengan volume yang sama)
serta 4 mL alkohol. Campuran kemudian dikocok beberapa saat, kemudian
campuran dikocok. Hasil positif uji flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya
warna merah, kuning dan jingga pada lapisan amil alkohol.
Uji Fenol hidrokuinon
Ekstrak seberat 0,1 g dilarutkan dengan etanol 70% sebayak 2 mL. Larutan
kemudian disaring sehingga diperoleh residu dan filtrat. Filtrat ditetesi
menggunakan FeCl3 5% sebanyak 2 tetes. Hasil positif uji fenol hidrokuinon
ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau atau hijau biru.
Uji Steroid/Triterpenoid
Ekstrak seberat 0,05 g ditambah dengan 2 mL kloroform. Sampel tersebut
selanjutnya ditetesi dengan anhidrida asam asetat sebanyak 5 tetes, lalu ditetesi
dengan H2SO4 pekat sebanyak 3 tetes. Hasil uji steroid positif bila warna larutan
berubah menjadi biru atau hijau, sedangkan hasil uji triterpenoid positif bila
terbentuk warna merah kecoklatan pada lapisan permukaan sampel.
Uji Tanin
Ekstrak seberat 0,05 g dilarutkan dalam 5 mL akuades dan dihomogenisasi.
Campuran dalam tabung dipanaskan 100°C selama 5 menit, kemudian disaring dan
filtrat ditambahkan 5 tetes FeCl3 1%. Hasil positif uji tanin ditunjukkan
terbentuknya warna biru tua, hijau, hingga hitam.
Uji Saponin
Ekstrak seberat 0,05 g ditambahkan akuades sebanyak 2 mL lalu dimasukkan
ke dalam gelas piala yang berisi 50 mL air panas dan didihkan selama 5 menit.
Filtrat dimasukan ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok selama 10
detik, dibiarkan selama 10 menit ditambahkan HCl 2 N sebanyak 0,1 mL. Hasil uji
saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih atau busa yang stabil.

2.5 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah rancangan


acak lengkap (RAL). Model rancangan percobaan yang digunakan menurut Steel
dan Torrie (1991) adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + εij

Keterangan:
Yij = Pengamatan perlakuan perbedaan jenis sampel ke-i dan ulangan ke-j
μ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan perbedaan jenis sampel ke-i
εij = Galat pengamatan perlakuan perbedaan sampel ke- i dengan ulangan ke-j
i = Perlakuan yang digunakan (daun, bunga dan buah)
j = 1, 2, 3
10

Hipotesis uji perbedaan taraf (daun, bunga dan buah R. mucronata) terhadap
respon (aktivitas antioksidan) yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Perbedaan jenis bahan baku ekstrak R. mucronata tidak berpengaruh nyata
terhadap aktivitas antioksidan
H1 : Perbedaan jenis bahan baku ekstrak R. mucronata berpengaruh nyata
terhadap aktivitas antioksidan

Jika hasil dari pengujian menunjukkan adanya pengaruh yang berbeda nyata
pada selang 95 α 0,05 maka dilakukan uji lanjut Duncan. Rumus uji Duncan adalah:
2𝐾𝑇𝑆
Duncan = tα/2 ; 𝑑𝑏𝑠√ 𝑟

Keterangan:
Dbs = Derajat bebas sisa
KTS = Kuadrat tengah sisa
R = Banyaknya ulangan
11

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Segar

Sampel yang digunakan pada penelitian ini tergolong ke dalam spesies


R. mucronata. Sampel diambil dari Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak,
Kabupaten Buleleng, Bali. Daun R. mucronata yang diambil merupakan daun muda
sebanyak 5 helai dari pucuk daun. Sampel daun, bunga dan buah diidentifikasi
bentuk dan warna, diukur panjang rataan serta kadar air. Kenampakan visual daun,
bunga dan buah segar dapat dilihat pada Gambar 2.

A
B

Gambar 2 Kenampakan bahan baku basah


Keterangan: A Daun, B Bunga, C Buah
Sampel daun R. mucronata yang didapatkan memiliki warna hijau dan
berbentuk lonjong meruncing serta permukaan daun yang mulus. Panjang rataan
daun yang didapatkan sebesar 9,7 ±0,35 cm. Menurut pengamatan Duke dan Bunt
(1979) panjang daun R. mucronata yang didapatkan berkisar antara 10-15 cm.
Perbedaan antara data yang didapatkan melalui pengamatan dan literatur
disebabkan sampel yang digunakan merupakan daun yang masih muda.
Sampel bunga yang didapatkan memiliki warna kuning kehijauan pucat dan
bentuk oval. Panjang rataan yang didapatkan setelah pengukuran sebesar 1,7 ±0,35
cm. Ciri-ciri serta panjang dari sampel bunga yang didapatkan sesuai dengan
pengamatan yang dilakukan oleh Duke dan Bunt (1979) yang menyatakan bahwa
bunga memiliki tekstur yang mulus serta berwarna kuning kehijauan pucat dengan
panjang berkisar antara 1,2-1,8 cm dengan rataan 1,5 cm dan tergolong bunga yang
hampir mekar.
Sampel buah yang didapatkan memiliki bentuk panjang silindris dengan
sedikit lekukan. Panjang rataan yang didapatkan setelah pengukuran sebesar 36,3
±1,68 cm. Berdasarkan pengamatan Duke dan Bunt (1979) panjang buah
(hipokotil) yang diperoleh berkisar antara 40-80 cm dengan rataan 59 cm.
Perbedaan antara data yang diperoleh melalui pengamatan dengan literatur
disebabkan sampel buah yang dipilih merupakan buah yang masih tergolong muda.
Hasil penelitian menunjukkan kadar air pada daun 67,87±0,20%, bunga
66,99±0,29% dan buah 51,81±0,06%. Kadar air bahan baku basah yang diuji pada
penelitian ini berbeda dengan literatur. Kadar air pada daun yaitu 34,91±0,41%
12

(Kaur et al. 2019) dan 16,6% (Ridlo et al. 2017). Kadar air pada buah yaitu 61,06%
(Podungge et al 2015), 52,38% (Mile et al. 2021) dan 46,12% (Sulistyati dan
Puspitasari 2015). Adanya variasi kadar air daun dan buah pada beberapa literatur
diduga berkaitan dengan lokasi dan musim pengambilan sampel. Kematangan juga
dapat mempengaruhi kadar air pada bahan baku tersebut.

3.2 Karakteristik Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Kering

Kenampakan Visual Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Kering

Bahan baku yang didapatkan dibagi menjadi potongan kecil dan dikeringkan
dengan dehydrator hingga kering. Bahan baku yang telah dikeringkan diblender
dengan blender hingga berbentuk serbuk. Bahan baku daun kering memiliki warna
coklat kehijauan, bunga kering memiliki warna coklat kekuningan, dan buah kering
memiliki warna menyerupai kuning gading. Warna coklat yang dominan pada daun
dan bunga kering diduga berasal dari senyawa tanin. Penelitian yang dilakukan oleh
Pringgenies et al. (2018) menunjukkan bahwa kandungan asam tanat atau tanin
umum ditemukan pada daun dan buah serta dapat digunakan sebagai pewarna alami
pada batik. Kenampakan bahan baku kering dapat dilihat pada Gambar 3.
A B C

Gambar 3 Kenampakan bahan baku kering


Keterangan: A Daun, B Bunga, C Buah

Komposisi Kimia Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Kering

Komposisi kimia suatu bahan baku perlu dilakukan pengujian untuk


memperoleh informasi kandungan gizi bahan baku tersebut. Analisis komposisi
kimia yang dilakukan untuk mengetahui kandungan komposisi kimia bahan baku
adalah uji proksimat yang meliputi kandungan kadar air, kadar abu, kadar lemak,
kadar protein dan kadar karbohidrat. Hasil analisis proksimat daun, bunga dan buah
R. mucronata kering dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi kimia bahan baku kering R. mucronata
Parameter Daun Bunga Buah
Proksimat Basis Basis Basis Basah Basis Basis Basah Basis
(%b/b) Basah Kering Kering Kering
Kadar air 9,03±0,14b - 11,38±0,08a - 8,61±0,06c -
Kadar abu 10,90±0,04c 11,99±0,04 6,83±0,09b 7,71±0,09 2,43±0,07a 2,66±0,07
Kadar protein 5,61±0,08c 6,16±0,08 3,51±0,13b 2,51±0,13 2,29±0,03a 3,96±0,03
Kadar lemak 4,74±0,03c 5,21±0,03 6,57±0,01a 7,41±0,01 2,41±0,11b 2,64±0,11
Kadar 69,72±0,26a 76,64±0,26 71,71±0,05b 80,92±0,05 84,26±0,05c 92,20±0,05
karbohidrat
13

Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia daun, bunga dan buah R. mucronata


kering. Kadar air serbuk bunga memiliki nilai paling tinggi dibanding serbuk daun
dan buah. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan kadar air serbuk
bunga berbeda nyata dengan serbuk daun dan buah. Hasil penelitian menunjukkan
kadar air serbuk daun, bunga dan buah memiliki kadar air di atas 8%. Menurut SNI
3836:2013 kadar air maksimal pada teh kering dalam kemasan yang diperbolehkan
8%. Kadar air yang rendah dapat memperpanjang masa penyimpanan. Kadar air
pada bahan baku kering dipengaruhi oleh jenis bahan baku dan proses pengeringan.
Syafrida et al. (2018) menyatakan bahwa daun merupakan organ yang memiliki
ketebalan yang tipis sehingga mempermudah terjadinya kehilangan air pada proses
pengeringan. Ayu et al. (2019) menambahkan bahwa suhu dan waktu yang
digunakan dalam proses pengeringan mempengaruhi kadar air pada bahan baku
kering. Kadar air pada bahan baku akan semakin rendah apabila waktu dan suhu
yang digunakan pada proses pengeringan semakin tinggi.
Kadar abu menunjukkan komponen anorganik atau mineral yang terkandung
dalam bahan. Kadar abu serbuk daun memiliki nilai paling tinggi dibanding serbuk
bunga dan buah. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan kadar abu
serbuk daun berbeda nyata dengan serbuk bunga dan buah. Kadar abu serbuk daun
dan buah yang diteliti memiliki perbedaan dibandingkan dengan literatur. Kadar
abu daun pada penelitian Kaur et al. (2019) menunjukkan nilai 1,81±0,13%. Kadar
abu buah pada penelitian Hardoko et al. (2015) yaitu 1,27%. Kadar abu pada daun
lebih tinggi dari batas maksimum yang dipersyaratkan oleh SNI 3836:2013 yaitu
8%. Kadar abu yang tinggi pada daun mencerminkan adaptasi mangrove terhadap
tingginya salinitas lingkungan. Pada umumnya terdapat dua jenis mekanisme
adaptasi mangrove terhadap tingginya salinitas, yaitu secreter dan non-secreter.
Hendriarti dan Hendrasarie (2013) menjelaskan bahwa mangrove secreter seperti
Avicenna sp. memiliki kelenjar garam yang memiliki fungsi untuk mensekresikan
kelebihan garam dari mesofil daun ke permukaan daun. Samiyarsih et al. (2016)
menjelaskan bahwa mangrove non-secreter seperti Rhizophora sp. umumnya tidak
memiliki kelenjar garam dan menyimpan kelebihan garam pada jaringan daun.
Clough et al. (1982) menambahkan kelebihan garam pada jaringan tersebut dibuang
melalui proses pengguguran. Kandungan mineral juga ditentukan kesuburan tanah,
genetika tanaman, dan perbedaan habitat atau lingkungan hidup. Semakin tinggi
kandungan mineral pada bahan maka kadar abu akan semakin meningkat
(Nasruddin et al. 2016).
Kadar protein serbuk daun, bunga dan buah menunjukkan adanya perbedaan.
Kadar protein serbuk daun memiliki nilai paling tinggi dibanding serbuk bunga dan
buah. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan kadar protein serbuk daun
berbeda nyata dengan serbuk bunga dan buah. Kadar protein serbuk daun pada
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Kaur et al. (2019) yaitu
1,32±0,35%. Daun memiliki kadar protein yang tinggi dibanding bunga dan buah
karena di daun terjadi proses fotosintesis yang membutuhkan banyak jaringan serta
organ yang bekerja. Protein merupakan polimer yang terususun dari asam amino.
Penelitian Hinokidani et al. (2020) menunjukkan bahwa GABA (gamma-
aminobutyric acid) merupakan asam amino yang banyak terdapat pada beberapa
spesies mangrove termasuk genus Rhizophora. Tumbuhan mangrove membentuk
GABA pada daun untuk mengatasi stress lingkungan akibat tingkat salinitas yang
tinggi pada habitat mangrove.
14

Kadar lemak pada serbuk daun, bunga dan buah menunjukkan adanya
perbedaan. Kadar lemak serbuk bunga memiliki nilai paling tinggi dibanding
serbuk daun dan buah. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan kadar
lemak serbuk bunga berbeda nyata dengan serbuk daun dan buah. Tumbuhan
umumnya memiliki kadar lemak yang rendah. Handayani et al. (2004) menyatakan
kadar lemak yang rendah pada tumbuhan disebabkan penyimpanan cadangan
makanan pada tumbuhan dalam bentuk karbohidrat terutama polisakarida. Lemak
yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya merupakan asam lemak tidak jenuh.
Kadar karbohidrat serbuk daun, bunga dan buah menunjukkan adanya
perbedaan. Kadar karbohidrat serbuk buah memiliki nilai paling tinggi dibanding
serbuk daun dan bunga. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 4) menunjukkan kadar
karbohidrat serbuk buah berbeda nyata dengan serbuk daun dan bunga. Hal ini
disebabkan tumbuhan menyimpan kelebihan energi pada bagian buah dalam bentuk
karbohidrat. Kadar karbohidrat pada serbuk buah tidak jauh berbeda dengan
literatur. Penelitian Hardoko et al. (2015) menunjukkan bahwa kadar karbohidrat
pada tepung buah R. mucronata 90,67%. Kadar karbohidrat yang tinggi disebabkan
oleh kandungan kadar air, abu, lemak dan protein yang terdapat pada bahan,
sehingga berdampak pada kandungan karbohidrat yang lebih tinggi ketika dihitung
secara by difference.
Aktivitas air (aw) merupakan perbandingan atau rasio antara tekanan uap air
pada bahan pangan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama. Aktivitas
air merupakan faktor yang penting untuk mengukur masa simpan suatu produk.
Semakin tinggi aw suatu produk, mikroorganisme akan semakin mudah untuk
berkembang biak. Nilai aw pada serbuk daun, bunga dan buah kering setelah
pengukuran adalah 0,51±0,011, 0,58±0,009, dan 0,47±0,004. Sampel daun, bunga
dan buah memiliki aw yang lebih rendah dibandingkan dengan batas aw maksimum
yang diperbolehkan pada produk makanan di literatur. Menurut Beuchat (1983)
aktivitas air minimal yang memungkinkan untuk tumbuh kembangnya mikroba
adalah 0,6-0,7 untuk kapang dan 0,9 untuk bakteri.

Logam Berat Daun, Bunga dan Buah R. mucronata Kering

Logam berat merupakan salah satu indikator yang krusial dalam analisis
bahan pangan. Logam berat dapat ditemukan secara alami ataupun ditemukan di
limbah dari kawasan industri, pemukiman dan pertambangan. Menurut Agustina
(2014) logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan kadmium
(Cd) merupakan elemen mikro non-esensial yang tidak mempunyai fungsi sama
sekali dalam tubuh dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia.
Analisis kadar logam berat Pb, Cd dan As menggunakan metode AOAC
(2012):999.11 dan analisis logam berat Hg menggunakan metode AOAC
(2012):971.21. Hasil analisis logam berat pada daun, bunga dan buah R. mucronata
kering dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kadar logam berat R. mucronata kering
Parameter Daun Bunga Buah SNI 3836:2013
Logam berat Pb (mg/kg) <0,1 <0,1 <0,1 maks. 2,0
Logam berat Cd (mg/kg) <0,02 <0,02 <0,02 maks. 0,2
Logam berat Hg (mg/kg) <0,001 <0,001 <0,001 maks. 0,03
Logam berat As (mg/kg) <0,001 <0,001 <0,001 maks. 1,0
15

Tabel 2 menunjukkan kadar logam berat masing-masing daun, bunga dan


buah R. mucronata. Hasil penelitian menunjukkan kadar logam berat Pb pada daun,
bunga dan buah di bawah 0,1 mg/kg, kadar Cd di bawah 0,02 mg/kg, kadar Hg di
bawah 0,001 dan kadar As di bawah 0,001 mg/kg. Nilai tersebut menunjukkan
Menurut SNI 3836:2013 kadar logam berat Pb, Cd, Hg dan As maksimal pada teh
kering dalam kemasan yang diperbolehkan adalah 2,0 mg/kg, 0,2 mg/kg, 0,03
mg/kg dan 1,0 mg/kg. Kadar logam berat pada mangrove mengindikasikan adanya
pencemaran pada kawasan tersebut. Kadar logam berat yang rendah diduga karena
sampel R. mucronata yang digunakan berasal dari area yang jauh dari lokasi
industri dan pemukiman padat penduduk.

3.3 Rendemen Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata

Daun, bunga dan buah R. mucronata dilakukan ekstraksi untuk menghasilkan


rendemen. Ekstraksi R. mucronata menggunakan metode penyeduhan dengan
menggunakan air pada suhu 100℃ selama 1 jam. Hasil rendemen ditunjukkan
dengan banyaknya rendemen yang dihasilkan. Rendemen ekstrak daun, bunga dan
buah R. mucronata dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rendemen ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata
Sampel Rendemen (%)
Daun 8,30±1,77
Bunga 4,41±1,61
Buah 5,77±1,48

Rendemen ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata memperoleh nilai


yang beragam. Rendemen ekstrak daun menunjukkan nilai yang lebih tinggi
dibanding bunga dan buah. Hal ini diduga dikarenakan umur bahan baku yang
digunakan. Daun yang digunakan merupakan daun yang tergolong muda,
sedangkan bunga dan buah yang digunakan tidak spesifik umurnya. Penelitian
Carepany (2019) menunjukkan bahwa rendemen daun pedada muda lebih tinggi
dibanding daun pedada tua. Rendemen ekstrak daun yang didapatkan lebih tinggi
dibanding literatur. Penelitian Akasia et al. (2021) menunjukkan bahwa rendemen
ekstrak daun R. mucronata dengan pelarut methanol sebesar 6,4%. Hasil rendemen
yang diperoleh pada proses ekstraksi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut
Chew et al. (2011) faktor tersebut diantaranya karakteristik bahan baku yang
digunakan, metode ekstraksi, jenis dan jumlah pelarut yang digunakan, ukuran
partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi serta
perbandingan jumlah sampel terhadap jumlah pelarut.

3.4 Antioksidan Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu meredam dampak negatif


yang diakibatkan oleh radikal bebas. Antioksidan memiliki kemampuan untuk
mendonorkan atom hidrogen sehingga mampu menghambat radikal bebas yang
terbentuk (Seedevi et al. 2017). Pengujian aktivitas antioksidan ekstrak daun, bunga
dan buah R. mucronata menggunakan metode FRAP. Metode FRAP digunakan
karena tergolong mudah dan murah serta tidak menggunakan bahan kimia yang
16

sulit didapatkan. Metode FRAP juga memiliki tingkat reproduktibilitas yang tinggi
dan dapat dilakukan dengan cepat (Shah dan Modi 2015). Aktivitas antioksidan
ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata dapat dilihat pada Gambar 4.

70
mg asam askorbat/g sampel

b
60
50
40
30
20
10 a a
0
Daun Bunga Buah
Bahan baku

Gambar 4 Aktivitas antioksidan ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata


Gambar 4 menunjukkan bahwa ada perbedaan aktivitas antioksidan pada
ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata. Hasil uji normalitas aktivitas
antioksidan ekstrak R. mucronata (Lampiran 9) menunjukkan bahwa galat data
menyebar normal (p<0,05). Hasil analisis ragam aktivitas antioksidan ekstrak R.
mucronata (α=0,05) menunjukkan jenis bahan baku mempengaruhi aktivitas
antioksidan. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan aktivitas antioksidan ekstrak
bunga berbeda nyata dengan ekstrak daun dan buah. Nilai pengujian aktivitas
antioksidan pada penelitian ini dinyatakan dalam mg ekuivalen asam askorbat per
gram sampel. Maryam et al. (2015) menjelaskan bahwa nilai FRAP dalam setiap
ulangan dinyatakan sebagai ekuivalen asam askorbat atau Ascorbic Acid Equivalent
(AAE). AAE merupakan acuan umum yang digunakan untuk mengukur sejumlah
vitamin C yang terdapat dalam suatu bahan. Nilai aktivitas antioksidan pada ekstrak
bunga sebesar 55,21±5,16 mg AAE/g menunjukkan bahwa dalam satu gram sampel
terdapat 55,21±5,16 mg ekuivalen asam askorbat.
Ekstrak bunga R. mucronata menunjukkan aktivitas antioksidan tertinggi
sebesar 55,21±5,156 mg AAE/g. Hasil tersebut lebih tinggi dibanding penelitian
Kaur et al. (2015) yang menunjukkan teh hijau dan teh hitam dengan pelarut
metanol masing-masing memiliki aktivitas antioksidan 15,886±7,036 mg AAE/g
dan 3,386±1,28 mg AAE/g. Hal ini menunjukkan ekstrak bunga R. mucronata
memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai alternatif sediaan teh
herbal yang kaya antioksidan. Perbedaan pada pengujian aktivitas antioksidan dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti jenis pelarut yang digunakan, metode
ekstraksi serta metode pengujian aktivitas antioksidan (Shalaby dan Shanab 2013).
Aktivitas antioksidan pada ekstrak berkorelasi dengan kandungan senyawa
bioaktif pada tumbuhan tersebut. Aktivitas antioksidan ekstrak bunga menunjukkan
nilai yang lebih tinggi dibanding ekstrak daun dan buah. Hal ini berkorelasi positif
dengan pengujian total fenol pada penelitian ini dimana ekstrak bunga memiliki
nilai total fenol yang lebih tinggi dibanding ekstrak daun dan buah. Penelitian
Mangrio et al. (2016) menunjukkan korelasi positif antara kandungan total fenol
17

dengan aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan yang tinggi pada ekstrak daun
R. mucronata dalam penelitian tersebut sejalan dengan total fenol ekstrak daun
yang tinggi. Pangestuti (2020) menjelaskan bahwa aktivitas antioksidan berkolerasi
positif dengan total flavonoid dan saponin. Menurut Agati et al. (2012) flavonoid
disintesis umumnya pada klorofil tumbuhan dan memiliki kemampuan antioksidan
dengan cara mengkelat ion logam seperti Fe dan Cu sehingga mencegah reaksi yang
mampu menghasilkan radikal bebas. Tanin merupakan pigmen natural pada
tumbuhan yang juga memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian
Paryanto et al. (2020) menunjukkan bahwa kandungan tanin pada ekstrak
dipengaruhi oleh jenis dan ukuran bahan baku yang digunakan. Ekstrak R. stylosa
yang memiliki ukuran buah yang lebih kecil dari R. mucronata memiliki kandungan
tanin yang lebih rendah. Warna kuning pada bunga R. mucronata diduga akibat
tingginya kandungan pigmen antosianin. Antosianin merupakan pigmen non-
fotosintetik yang memberikan warna kuning, merah atau biru pada tumbuhan.
Penelitian Diaconeasa et al. (2015) menunjukkan bahwa kandungan antosianin
yang tinggi pada blueberry berkorelasi positif dengan aktivitas antioksidan yang
diujikan. Zhang et al. (2011) menambahkan bahwa antosianin pada bunga delima
seperti delphinidin, cyanidin, dan pelargonidin memiliki aktivitas antioksidan yang
kuat. Antosianin pada mangrove diproduksi untuk merespon stres lingkungan yang
meningkat. Kandungan antosianin berbanding terbalik dengan kandungan klorofil
sehingga warna bunga yang kuning pucat menandakan akumulasi antosianin yang
tinggi (Oswin dan Kathiresan 1994).

3.5 Total Fenol Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata

Senyawa fenol merupakan salah satu senyawa kimia yang memiliki potensi
sebagai antioksidan. Mahardika dan Roanisca (2018) menyatakan bahwa senyawa
fenol memiliki kemampuan untuk mendonorkan hidrogen radikal. Pengujian kadar
total fenol merupakan salah satu parameter dasar dalam pengujian aktivitas
antioksidan. Pengujian total fenol pada penelitian ini menggunakan metode Folin-
Ciocalteu. Total fenol ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata dapat dilihat
pada Gambar 5.

3 c
2.5
Total Fenol (mg/g)

2
b
1.5

1
a
0.5

0
Daun Bunga Buah
Bahan baku

Gambar 5 Total fenol ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata


18

Gambar 5 menunjukkan total fenol ekstrak bunga memiliki nilai paling tinggi
dibanding ekstrak daun dan buah. Hasil uji normalitas total fenol ekstrak R.
mucronata (Lampiran 11) menunjukkan bahwa galat data menyebar normal
(p>0,05). Hasil analisis ragam total fenol ekstrak R. mucronata (α=0,05)
menunjukkan jenis bahan baku mempengaruhi total fenol. Hasil uji lanjut Duncan
menunjukkan total fenol ekstrak bunga berbeda nyata dengan ekstrak daun dan
buah. Hal ini berbeda dibanding penelitian Mangrio et al. (2016) menyatakan
bahwa ekstrak daun R. mucronata memiliki total fenol yang lebih tinggi dibanding
ekstrak bunga dan ekstrak buah. Hal ini diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti umur bahan baku yang digunakan dan proses ekstraksi. Daun R. mucronata
yang digunakan pada penelitian ini merupakan daun muda. Felicia et al. (2016)
menyatakan bahwa teh herbal yang menggunakan daun alpukat tua menunjukkan
nilai rata-rata total fenol yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun muda.
Ekstrak bunga R. mucronata menunjukkan nilai total fenol paling tinggi
dengan nilai 2,44 mg/g. Nilai total fenol ekstrak bunga pada penelitian ini lebih
rendah dari penelitian Kaur et al. (2019) yang menunjukkan bahwa total fenol
ekstrak daun R. mucronata 21,250,23 mg/g. Tetapi nilai tersebut tidak jauh
berbeda dengan penelitian Kaur et al. (2015) yang menunjukkan teh hijau dan teh
hitam masing-masing memiliki nilai total fenol 3,086±1,911 mg/g dan 0,72±0,55
mg/g. Perbedaan kandungan total fenol yang didapatkan pada penelitian dapat
dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan pada saat ekstraksi. Penelitian
Jahangiri et al. (2011) menunjukkan pelarut seperti metanol dan etanol mampu
mengekstrasi senyawa fenol lebih banyak dibanding pelarut air. Suhu dan waktu
penyeduhan dapat mempengaruhi kandungan senyawa fenol yang dihasilkan.
Ibrahim et al. (2015) menyatakan suhu yang terlalu tinggi dan waktu yang terlalu
lama dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang diproses. Kandungan
senyawa fenol pada daun dapat dipertahankan dengan proses pelayuan/pengeringan
daun pada suhu tinggi dan waktu yang lama. Proses pelayuan dalam waktu lama
dan suhu tinggi mampu menonaktifkan enzim polifenol oksidase sehingga senyawa
fenol dalam bahan baku tidak banyak yang berubah (Supriyanto et al. 2014).
Fenol pada tumbuhan memiliki fungsi yang beragam. War et al. (2012)
menjelaskan bahwa senyawa fenol memiliki fungsi sebagai pelindung dari serangan
eksternal seperti serangga dan patogen. Senyawa fenol juga melindungi tumbuhan
tersebut dari pesaingnya. Oszmianski et al. (2015) menambahkan bahwa senyawa
fenolik memiliki fungsi lain pada yaitu sebagai pelindung dari sinar ultraviolet serta
pigmen pada bagian bunga dan buah yang berfungsi untuk menarik polinator dan
penyebar anakan tanaman (buah atau biji) tersebut. Fungsi pigmen pada senyawa
fenolik dapat menjelaskan kandungan total fenol pada ekstrak bunga dan buah yang
lebih tinggi dibanding ekstrak daun.

3.6 Fitokimia Ekstrak Daun, Bunga dan Buah R. mucronata

Senyawa fitokimia yang terdapat pada tumbuhan umumnya merupakan


senyawa aktif. Kandungan senyawa aktif yang umum ditemukan pada tumbuhan
adalah kelompok senyawa alkaloid, fenol, flavonoid, tanin, saponin, streoid dan
triterpenoid. Analisis fitokimia merupakan screening awal dalam penentuan
kandungan bioaktif pada tumbuhan. Analisis fitokimia yang dilakukan bersifat
kualitatif. Parameter acuan yang digunakan pada pengujian adalah pengubahan
19

warna setelah penambahan reaksi. Hasil analisis fitokimia ekstrak daun, bunga dan
buah R. mucronata dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Fitokimia ekstrak daun, bunga dan buah R. mucronata
Parameter Fitokimia Daun Bunga Buah
Alkaloid
a. Mayer - - -
b. Wegner - - -
c. Dragendorff - - -
Fenol + + +
Flavonoid + + +
Tanin + + +
Saponin - + +
Steroid + - -
Triterpenoid - + +

Tabel 4 menunjukkan perbedaan senyawa bioaktif pada bagian R. mucronata


yang berbeda. Golongan senyawa saponin dan triterpenoid hanya terdeteksi pada
bunga dan buah namun tidak terdeteksi pada daun. Golongan senyawa bioaktif
tersebut diduga memiliki peranan sebagai antioksidan selain fenol hidrokuinon dan
flavonoid.
Saponin merupakan glikosida aktif-permukaan alami dengan karakteristik
busa yang unik. Menurut Nurzaman et al. (2013) saponin dapat menimbulkan buih
setelah dikocok dikarenakan memiliki kemampuannya untuk menurunkan tegangan
air. Saponin menginhibisi mediator inflamasi seperti pembentukan Reactive
Oxygen Species (ROS) dan berperan sebagai antioksidan. Saponin menurut
Harborne (1987) juga berperan sebagai antibakteri dengan cara melisiskan dinding
sel. Senyawa saponin terdeteksi pada ekstrak buah dan bunga akan tetapi tidak
terdeteksi pada ekstrak daun. Penelitian Nurdiani et al. (2012) menunjukkan bahwa
senyawa saponin terdeteksi kuat pada ekstrak bunga dan buah, dan terdeteksi lemah
pada ekstrak daun. Penelitian Babuselvam (2012) juga menunjukkan bahwa
saponin terdeteksi lemah baik pada ekstrak daun segar maupun ekstrak daun kering.
Triterpenoid merupakan senyawa yang dapat dideteksi dengan adanya
pengubahan warna menjadi merah kecoklatan pada larutan reaksi. Menurut
Kulshreshta et al. (1972) triterpenoid merujuk pada senyawa sekunder turunan
terpenoid yang terdiri dari tiga puluh atom karbon dan tersusun dari enam unit
isoprena. Beberapa penelitian menunjukkan triterpenoid memiliki aktivitas
antioksidan (Cai et al. 2019) dan antibakteri (Nzogong et al. 2018). Triterpenoid
terdeteksi pada ekstrak bunga dan buah namun tidak terdapat pada ekstrak daun.
Hal ini tidak jauh berbeda dari penelitian Saragih et al. (2020) yang menunjukkan
bahwa triterpenoid tidak terdapat pada ekstrak daun. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Nurdiani et al. (2012) menunjukkan bahwa senyawa triterpenoid terdeteksi
kuat pada ekstrak daun, dan terdeteksi lemah pada ekstrak bunga dan buah.
Fenol merupakan kelompok senyawa yang termasuk ke dalam senyawa
metabolit sekunder pada tumbuhan. Menurut Perez et al. (2016) fenol memiliki ciri
khas yaitu terdapat setidaknya satu cincin aromatik yang terhubung dengan gugus
hidroksil (-OH) pada struktur senyawanya. Senyawa fenol memiliki kemampuan
sebagai antioksidan yang baik. Hal tersebut menurut Mahardika dan Roanisca
(2018) dikarenakan kemampuan senyawa fenol untuk mendonorkan hidrogen
radikal. Senyawa fenol terdeteksi pada ekstrak daun, bunga dan buah pada
penelitian ini. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurdiani et al. (2012) yang
20

menunjukkan bahwa sampel daun, bunga dan buah R. mucronata positif


mengandung senyawa fenol. Hasil positif untuk pengujian fenol ditunjukkan
dengan pengubahan warna menjadi biru. Menurut Haryati et al. (2015) hal ini
disebabkan oleh reaksi antara FeCl3 dengan gugus –OH pada fenol.
Kandungan senyawa alkaloid tidak terdeteksi pada ekstrak daun, bunga dan
buah yang ditunjukkan dengan tidak adanya endapan putih pada penambahan
reagen Mayer. Hal ini berbeda dengan penelitian Nurdiani et al. (2012) yang
menunjukkan bahwa sampel daun, bunga dan buah R. mucronata positif
mengandung senyawa alkaloid. Tidak terdeteksinya senyawa alkaloid pada sampel
diduga karena senyawa alkaloid sensitif pada suhu tinggi dimana ekstraksi
menggunakan air yang bersuhu 100ºC. Senyawa alkaloid seperti hydrastine dan
berberine memiliki sifat thermally labile yaitu dapat terdekomposisi pada suhu
tinggi (Mokgadi et al. 2013). Selain itu senyawa alkaloid merupakan senyawa yang
bersifat semipolar sehingga ekstraksi senyawa alkaloid umumnya menggunakan
pelarut yang bersifat semipolar seperti etil asetat (Kapondo et al. 2020).
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang tergolong ke dalam
sub-group senyawa fenolik. Flavonoid menurut Terahara (2015) dicirikan dengan
adanya rangka difenil propanoid yang yang mengombinasikan dua cincin benzena
dengan tiga atom karbon. Gorniak et al. (2019) menjelaskan bahwa flavonoid
memiliki fungsi sebagai antioksidan, antimikroba, dan dan antifungi. Senyawa
flavonoid terdeteksi pada ekstrak daun, bunga dan buah pada penelitian ini yang
ditunjukkan dengan adanya warna merah atau jingga pada lapisan amil alkohol. Hal
ini sesuai dengan penelitian Nurdiani et al. (2012) yang menunjukkan bahwa
sampel daun, bunga dan buah R. mucronata positif mengandung senyawa
flavonoid.
Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang tergolong dalam
kelompok senyawa polifenol. Tanin menurut Sharma et al. (2019) memiliki
berbagai fungsi seperti antioksida, antibakteri, antikanker serta antialergi. Senyawa
tanin terdeteksi pada ekstrak daun, bunga dan buah pada penelitian ini yang
ditunjukkan dengan pengubahan warna hijau pada tabung reaksi. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian Nurdiani et al. (2012) yang menunjukkan bahwa sampel
daun, bunga dan buah R. mucronata positif mengandung senyawa tanin.
Steroid merupakan senyawa yang umum ditemukan pada banyak organisme
termasuk tumbuhan. Menurut Zhabinskii et al. (2015) steroid berperan penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan organisme. Steroid juga memiliki peran
sebagai antioksidan, antikanker, antikolesterol dan antiviral. Hasil pengujian
menunjukkan adanya kandungan steroid pada ekstrak daun dengan indikator berupa
warna hijau pada larutan. Penelitian Nurdiani et al. (2012) menunjukkan bahwa
steroid terdapat pada ekstrak daun namun tidak terdapat pada ekstrak bunga dan
buah.
21

IV SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Ekstrak bunga R. mucronata memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat


dibanding ekstrak daun dan buah. Nilai aktivitas antioksidan FRAP menunjukkan
ekstrak bunga memiliki nilai sebesar 55,21±5,16 mg asam askorbat/g ekstrak.
Kandungan total fenol pada ekstrak bunga menunjukkan nilai tertinggi dibanding
ekstrak daun dan buah. Nilai total fenol pada ekstrak bunga sebesar 2,44±0,35 mg/g.
Ekstrak bunga memiliki kandungan senyawa bioaktif yaitu fenol, saponin,
flavonoid, tanin dan triterpenoid.

4.2 Saran

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan perlakuan suhu dan waktu yang
berbeda pada proses pengeringan R. mucronata untuk mengetahui kandungan
senyawa bioaktif dan aktivitas antioksidan yang optimum. Pengujian senyawa
fitokimia secara kuantitatif juga perlu dilakukan untuk mengetahui senyawa
bioaktif yang paling berperan dalam aktivitas antioksidan. Uji organoleptik juga
perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen dengan sediaan teh
herbal R. mucronata.
22

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemyst. 2005. Official Method of


Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Chapter 4.
Arlington, Virginia, USA (GB): Association of Official Analytical Chemist,
Inc.
Adhikari A, Ray M, Sur TP, Biswas S, Roy RK, Hazra AK, Das AK. 2018. Anti-
diabetic activity of Rhizophora mucronata leaves in streptozotocin-
nicotinamide induced animal model. The Journal of Middle East and North
Africa Sciences. 4(8):1-7.
Agati G, Azarello E, Pollastri S, Tattini M. 2012. Flavonoids as antioxidants in
plants: location and functional significance. Plant Science. 196:67-76.
doi:10.1016/j.plantsci.2012.07.014.
Agustina T. 2014. Kontaminasi logam berat pada makanan dan dampaknya pada
kesehatan. Teknobuga. 1(1):53-65. doi:10.15294/teknobuga.v1i1.6405.
Akasia AI, Putra IDNN, Putra ING. 2021. Skrining fitokimia ekstrak daun
mangrove Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata yang dikoleksi
dari kawasan mangrove Desa Tuban, Bali. Journal of Marine Research and
Technology. 4(1):16-22.
Alok S, Jain SK, Verma A, Kumar M, Mahor A, Sabharwal M. 2014. Herbal
antioxidant in clinical practice: A review. Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine. 4(1):78–84. doi:10.1016/s2221-1691(14)60213-6.
Ambriz-Pérez DL, Leyva-López N, Gutierrez-Grijalva EP, Heredia JB. 2016.
Phenolic compounds: Natural alternative in inflammation treatment. A
Review. Cogent Food & Agriculture. 2:1-14.
doi:10.1080/23311932.2015.1131412.
Ardhie AM. 2011. Radikal bebas dan peran antioksidan dalam mencegah penuaan.
Medicinus. 24(1):1-9.
Ayu MK, Tamrin, Hermanto. 2019. Pengaruh lama dan suhu pengeringan dalam
pengolahan tepung buah mangrove jenis lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
terhadap karakteristik organoleptik, kimia dan aktivitas antioksidan. Jurnal
Sains dan Teknologi Pangan. 4(1):1879-1891. doi:10.33772/jstp.v4i1.5622.
Babuselvam M, Kathiresan K, Ravikumar S, Uthiraselvam M, Rajabudeen E. 2012.
Scientific evaluation of aqueous extracts of fresh and dried leaves from
Rhizophora mucronata lamk (Rhizophoracea) in rats. African Journal of
Pharmacy and Pharmacology. 6(11):814-817. doi:10.5897/AJPP11.636.
Batool N, Ilyas N, Shahzad A. 2015. Asiatic mangrove (Rhizophora mucronata) –
an overview. European Academic Research. 3(2):3348-3363.
Beuchat LR. 1983. Influence of water activity on growth, metabolic activities and
survival of yeasts and molds. Journal of Food Protection. 46(2):135-141.
doi:10.4315/0362-028X-46.2.135.
23

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Luas Penutupan Lahan Indonesia Di Dalam
Dan Di Luar Kawasan Hutan Tahun 2014-2019 Menurut Kelas (Ribu Ha).
[diakses 15 April 2021]. https://www.bps.go.id/
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Cara uji kimia Bagian 5. Penentuan
kadar logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada produk perikanan.
SNI 2354.5:20011. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2013. The Kering dalam Kemasan. SNI
3836:2013. Jakarta (ID): Badan Standarisasi Nasional.
Cai C, Ma J, Han C, Jin Y, Zhao G, He X. 2019. Extraction and antioxidant activity
of total triterpenoids in the mycelium of a medicinal fungus Sanghuangporus
sanghuang. Scientific Reports. 9(7418):1-10. doi:10.1038/s41598-019-
43886-0.
Carepany C. 2019. Aktivitas antioksidan ekstrak daun pedada (Sonneratia
caseolaris) berdasarkan letak daun pada ranting [skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Chakraborty K, Raola VK. 2017. Two rare antioxidant and anti-inflammatory
oleanenes from loop root Asiatic mangrove Rhizophora mucronata.
Phytochemistry. 135:160–168. doi:10.1016/j.phytochem.2016.12.013.
Chew KK, Khoo MZ, Ng SY, Thoo YY, Aida WWM, Ho CW. 2011. Effect of
ethanol concentration, extraction time and extraction temperature on the
recovery of phenolic compounds and antioxidant capacity of Orthosiphon
stamineus extracts. International Food Research Journal. 18(4):1427-1435.
Clough, B.F. dan P.M. Attiwill. 1982. Mangrove ecosystem in Australian: structure,
fungtion and management. Canberra (AU): Australian University Press.
Diaconeasa Z, Leopold L, Rugina D, Ayvaz H, Socaciu C. 2015. Antiproliferative
and antioxidant properties of anthocyanin rich extracts from blueberry and
blackcurrant juice. International Journal of Molecular Sciences. 16(2):2352-
2365. doi:10.3390/ijms16022352.
Duke NC, Bunt JS. 1979. The genus Rhizophora (Rhizophoraceae) in North-eastern
Australia. Australia Journal Botani. 27:657-678.
Egra S, Mardhiana, Rofin M, Adiwena M, Jannah N, Kuspradini H, Mitsunaga T.
2019. Aktivitas antimikroba ekstrak bakau (Rhizophora mucronata) dalam
menghambat pertumbuhan Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu.
Agrovigor. 12(1):26-31. doi:10.21107/agrovigor.v12i1.5143.
Felicia N, Widarta IWR, Yusasrini NLA. 2016. Pengaruh ketuaan daun dan metode
pengolahan terhadap aktivitas antioksidan dan karakteristik sensoris teh
herbal bubuk daun alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. 5(2):85-94.
Gorniak I, Bartoszewski R, Kroliczewski J. 2019. Comprehensive review of
antimicrobial activities of plant flavonoids. Phytochemistry Reviews.
18(1):241-272. doi:10.1007/s11101-018-9591-z.
24

Hamilton SE, Casey D. (2016). Creation of a high spatio-temporal resolution global


database of continuous mangrove forest cover for the 21st century (CGMFC-
21). Global Ecology and Biogeography. 25:729–738. doi:10.1111/geb.12449.
Handayani T, Sutarno, Setyawan AD. 2004. Analisis komposisi nutrisi rumput laut
Sargassum crassifolium. J. Agardh Biofarmasi. 2(2):45-52.
doi:10.13057/biofar/f020201.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Hardoko, Suprayitno E, Puspitasari YE, Amalia R. 2015. Study of ripe R.
mucronata fruit flour as functional food for antidiabetic. International Food
Research Journal. 22(3):953-959.
Haryati ES, Diba F, Wahdina. 2015. Etnobotani tumbuhan berguna oleh masyarakat
sekitar kawasan KPH model Kapuas Hulu. Jurnal Hutan Lestari. 3(3):434-
445. doi:10.26418/jhl.v3i3.11370.
Hendriati N, Hendrasarie N. 2013. Desalinasi air payau menggunakan tanaman
mangrove. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. 5(2):1-10.
http://eprints.upnjatim.ac.id/id/eprint/8049.
Hinokidani K, Koyama S, Irie M, Nakanishi Y. 2020. Mangrove leaves with
outstanding content of free amino acids especially GABA, makes them
candidate for functional food. Food Research. 4(5):1663-1669.
doi:10.26656/fr.2017.4(5).185.
Ibrahim AM, Yunianta, Sriherfyna FH. 2015. Pengaruh suhu dan lama waktu
ekstraksi terhadap sifat kimia dan fisik pada pembuatan minuman sari jahe
merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan kombinasi penambahan
madu sebagai pemanis. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2):530-541.
Jahangiri Y, Ghahremani H, Torghabeh JA, Salehi EA. 2011. Effect of temperature
and solvent on the toal phenolic compounds extraction from leaves of Ficus
carica. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 3(5):253-259.
Kapondo GL, Fatimawali, Jayanti M. 2020. Isolasi, identifikasi senyawa alkaloid
dan uji efektivitas penghambatan dari daun sirih (Piper betle L.) terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis. eBiomedik. 8(2):180-186.
doi:10.35790/ebm.8.1.2020.28706.
Kaur A, Kaur M, Kaur P, Kaur H, Kaur S, Kaur K. 2015. Estimation and
comparison of total phenolic and total antioxidants in green tea and black tea.
Global Journal of Bio-science and Biotechnology. 4(1):116-120.
Kaur S, Yacoob SAM, Venktraman A, Yogananth N, Vasudevan S,
Punniyamoorthi B. 2019. Proximate composition and in vitro antioxidant
properties of Rhizophora mucronata plant part extract. Asian Journal of
Green Chemistry. 3(1):345-352. doi:10.22034/ajgc.2018.143172.1091.
Khaira K. 2010. Menangkal radikal bebas dengan antioksidan. Jurnal Saintek.
2(2):183-187. doi:10.31958/js.v2i2.28.
25

Kulshreshta MJ, Kulshreshta DK, Rastogi RP. 1972. The triterpenoids.


Phytochemistry. 11(8):2369-2381. doi:10.1016/s0031-9422(00)88503-9.
Kumari S, Badana AK, Murali MG, Shailender G, Malla RR. 2018. Reactive
oxygen species: a key constituent in cancer survival. Biomarker Insights.
13:1-9. doi:10.1177/1177271918755391.
Kusmiyati M, Sudaryat Y, Lutfiah IA, Rustamsyah A, Rohdiana A. 2015. Aktivitas
antioksidan, kadar fenol total, dan flavonoid total dalam teh hijau (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) asal tiga perkebunan Jawa Barat. Jurnal Penelitian
Teh dan Kina. 18(2):101-106.
Kusumaningtyas E, Widiastuti R, Kusumaningrum HD, Suhartono MT. 2015.
Aktivitas antibakteri dan antioksidan hidrolisat hasil hidrolisis protein susu
kambing dengan ekstrak kasar bromelin. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan. 26(2):179-188. doi:10.6066/jtip.2015.26.2.179.
Lushchak VI. 2014. Free radicals, reactive oxygen species, oxidative stress and its
classification. Chemico-Biological Interactions. 224:164-175.
doi:10.1016/j.cbi.2014.10.016.
Mahardika RG, Roanisca O. 2018. Aktivitas antioksidan dan fitokimia dari ekstrak
etil asetat pucuk idat (Cratoxylum glaucum). Indonesian Journal of Chemical.
5(2):69-74. doi:10.30598//ijcr.2018.5-rob.
Mangrio AM, Rafiq M, Naqvi SHA, Junejo SA, Mangrio SM, Rind NA. 2016.
Evaluation of phytochemical constituents and antibacterial potential of
Avicennia marina and Rhizophora mucronata from Indus delta of Pakistan.
Pakistan Journal of Biotechnology. 13(4):259-265.
Maryam ST, Baits M, Nadia A. 2015. Pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun kelor (Moringa oleifera Lam.) menggunakan metode FRAP
(Ferric Reducing Antioxidant Power). Jurnal Fitofarmaka Indonesia.
2(2):115-118. doi:10.33096/jffi.v2i2.181
Mbaba KY, Suryatika IBM, Adnyana IGAP. 2019. Analisa konsentrasi logam Cd
pada Rhizophora sp. menggunakan metode AAS di kawasan Pelabuhan
Gilimanuk Jembrana Bali. Kappa Journal. 3(2):83-88.
Mile L, Nursyam H, Setijawati D, Sulistyawati TD. 2021. Studi fitokimia buah
mangrove (Rhizophora mucronata) di Desa Langge Kabupaten Gorontalo
Utara. Jambura Fish Processing Journal. 3(1):1-8.
doi:10.37905/jfpj.v3i1.8585.
Mokgadi J, Turner C, Torto N. 2013. Pressurized hot water extraction of alkaloids
in goldenseal. American Journal of Analytical Chemistry. 4:394-403.
doi:10.4236/ajac.2013.48050.
Nasruddin, Asikin AN, Kusumaningrum I. 2016. Pengaruh konsentrasi KOH
terhadap karakteristik karagenan dari Kappaphychus alvarezzi. Jurnal Pesisir
dan Laut Tropis. 21(2):55-63.
Nurdiani R, Firdaus M, Prihanto AA. 2012. Phytochemical screening and
antibacterial activity of methanol extract of mangrove plant (Rhyzophora
26

mucronata) from Porong River estuary. Journal Basic and Science


Technology. 1(2):27-29.
Nurzaman F, Djajadisastra J, Elya B. 2018. Identifikasi kandungan saponin dalam
ekstrak kamboja merah (Plumeria rubra L.) dan daya surfaktan dalam
sediaan kosmetik. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 8(2):85-93.
doi:10.22435/jki.v8i2.325.
Nzogong RT, Ndjateu FST, Ekom SE, Fosso JAM, Awouafack MD, Tene M, Yane
P, Morita H, Choudhary MI, Tamokou JD. 2018. Antimicrobial and
antioxidant activities of triterpenoid and phenolic derivatives from two
Cameroonian Melastomataceae plants: Dissotis senegambiensis and
Aphiblemma monticola. BMC Complementary and Alternative Medicine.
18(159): 1-11. doi:10.1186/s12906-018-2229-2.
Oyaizu M. 1986. Studies on product of browning reaction prepared from glucose
amine. Japanese Journal of Nutrition. 44(1):307-315.
doi:10.5264/eiyogakuzashi.44.307.
Oswin SD, Kathiresan K. 1994. Pigments in mangrove species of Pichavaram.
Indian Journal of Marine Sciences. 23(1):64-66.
http://nopr.niscair.res.in/handle/123456789/37530.
Oszmianski J, Kolniak-Ostek J, Biernat A. 2015. The content of phenolic
compounds in leaf tissues of Aesculus glabra and Aesculus parviflora Walt.
Molecules. 20:2176-2189. doi:10.3390/molecules20022176
Pangestuti R, Siahaan EA, Untari F, Chun BS. 2020. Biological activities of
Indonesian mangrove obtained by subcritical water extraction. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science. 441:1-7.
doi:10.1088/1755-1315/441/1/012101.
Paryanto, Pranolo SH, Susanti AD, Dewi KR, Rossari M. 2020. Chemical structure
of mangrove species Rhizophora stylosa as natural dyes. Metana: Media
Komunikasi Rekayasa Proses dan Teknologi Tepat Guna. 16(1):33-38.
doi:10.14710/metana.v16i1.30417.
Podungge F, Purwaningsih S, Nurhayati T. 2015. Karakteristik buah bakau
(Rhizophora mucronata) dan aktivitas antioksidan ekstrak. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 18 (2):140–149.
doi:10.17844/jphpi.2015.18.2.140.
Pringgenies D, Yudiati E, Nuraini RAT, Susilo ES, Rahayuningsih E. 2018.
Optimal concentration of mangrove (Rhizophora mucronata) leaf and
propagule based natural dye. Malaysian Journal of Fundamental and Applied
Sciences. 14(1-2):168-173. doi:10.11113/mjfas.v14n1-2.1011.
Purwaningsih S, Rimbawan, Priosoeryanto BP. 2008. Ekstraksi komponen aktif
sebagai antikanker pada sel lestari keong matah merah (Cerithidea obtusa).
Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 15(2):103-108.
Purwanti R. 2020. Valuasi ekonomi hutan mangrove di Pulau Tanakeke, Kabupaten
Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Buletin Eboni. 2(1):25-34.
doi:10.20886/buleboni.5804
27

Ravikumar S, Gnanadesigan M. 2012. Hepatoprotective and antioxidant properties


of Rhizophora mucronata mangrove plant in CCl4 intoxicated rats. Journal of
Experimental and Clinical Medicine. 4(1):66-72.
doi:10.1016/j.jecm.2011.11.012.
Ridlo A, Pramesti R, Koesoemadji, Supriyantini E, Soenardjo N. 2017. Aktivitas
antioksidan ekstrak daun mangrove Rhizophora mucronata. Buletin
Oseanografi Marina. 6(2):110-116.
Rupidara ADN, Tisera WL, Ledo MES. 2020. Studi etnobotani tumbuhan
mangrove di Kupang. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 12(3):875-
884. doi:10.29244/jitkt.v12i3.33243.
Samiyarsih S, Suparjana TB, Juwarno. 2016. Karakter anatomi daun tumbuhan
mangrove aibat pencemaran di hutan mangrove Kabupaten Cilacap. Biosfera.
33(1):31-36. doi:10.20884/1.mib.2016.33.1.288.
Saragih G, Tamrin, Marpongahtun, Nasution DY, Abdillah. 2020. Phytochemical
screening and toxicity of ethanolic extract of mangrove (Rhizophora
mucronata) leaves from Langsa, Aceh Timur. Rasayan Journal Chemistry.
13(1):476-480. doi:10.31788/RJC.2020.1315524.
Seedevi P, Moovendhan M, Viramani S, Shanmugam A. 2017. Biocative potential
and structural characterization of sulfated polysaccharide from seaweed
(Gracilaria corticata). Carbohydrate Polymers. 155:516-524.
doi:10.1016/j.carbpol.2016.09.011.
Shah P, Modi HA. 2015. Comparative study of DPPH, ABTS, and FRAP assays
for determination of antioxidant activity. International Journal for Research
in Applied Sciences & Engineering Technology. 3(6):636-641.
Shalaby EA, Shanab SMM. 2012. Comparison of DPPH and ABTS assays for
determining antioxidant potential of water and methanol extracts of Spirulina
platensis. Indian Journal of Geo-Marine Sciences. 42(5):556-564.
Sharma K, Kumar V, Kaur J, Tanwar B, Goyal A, Sharma R, Gat Y, Kumar A.
2019. Health effects, sources, utilization and safety of tannins: a critical
review. Toxin Reviews. 1(1):1-13. doi:10.1080/15569543.2019.1662813.
Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B,
penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari
Principles and Procedures of Statistics.
Sulistyati TD, Puspitasari YE. 2015. Kerupuk mangrove antidiare dari buah bakau
Rhizophora mucronata. Journal of Innovation and Applied Technology.
1(1):82-87.
Supriyanto, Darmadji P, Susanti I. 2014. Studi pembuatan teh daun tanaman kakao
(Theobroma cacao L) sebagai minuman penyegar. Agritech. 34(4):422-429.
Swain T, Hillis WE. 1959. The phenolic constituents of Prunus domestica I- the
quantitative analysis of phenolic constituents. Journal of the Science of Food
and Agriculture. 10(1):63-68. doi:10.1002/jsfa.2740100110.
28

Syafrida M, Darmanti S, Izzati M. 2018. Pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar


air, kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan daun dan umbi rumput teki
(Cyperus rotundus L.). Bioma. 20(1):44-50. doi:10.14710/bioma.20.1.44-50
Terahara N. 2015. Flavonoids in foods: a review. Natural Product Communications.
10(3):521-528. doi:10.1177/1934578X1501000334.
War AR, Paulraj MG, Ahmad T, Buhroo AA, Hussain B, Ignacimuthu S, Sharma
HC. 2012. Mechanisms of plant defense against insect herbivores. Plant
Signaling & Behavior. 7(10):1306–1320. doi:10.4161/psb.21663
Yamin M, Ayu DF, Hamzah F. 2017. Lama pengeringan terhadap aktivitas
antioksidan dan mutu teh herbal daun ketepeng cina (Cassia alata L.). Jom
Faperta. 4(2):1-15.
Yuningsih R, Samingan, Muhibuddin. 2012. Pengaruh berat dan lama waktu
penyeduhan terhadap kadar kafein teh. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi.
4(2):82-87.
Zhabinskii VN, Khripach NB, Khripach VA. 2015. Steroid plant hormones: Effects
outside plant kingdom. Steroids. 97(1):87–97.
doi:10.1016/j.steroids.2014.08.025.
Zhang L, Fu Q, Zhang Y. 2011. Composition of anthocyanine in pomegranate
flowers and their antioxidant activity. Food Chemistry. 127:1444-1449.
doi:10.1016/j.foodchem.2011.01.077.
29

LAMPIRAN
30

Lampiran 1 Morfometrik panjang daun, bunga dan buah R. mucronata


Sampel Daun (cm) Bunga (cm) Buah (cm)
1 36,5 1,5 10
2 39 1,7 10
3 34,5 1,5 9,5
4 36 1,4 9,2
5 35,5 1,7 9,8
Rata-rata 36,3 1,56 9,7
Standar deviasi 1,68 0,13 0,35

Lampiran 2 Perhitungan kadar air R. mucronata basah

2,7120−(28,3640−27,4966)
% Kadar air 1 : × 100% = 68,02%
2,7120
2,6155−(19,5596−18,7156)
% Kadar air 2 : × 100% = 67,73%
2,6155
68,02%+67,73%
% Kadar air rata-rata : = 67,87%
2

Lampiran 3 Perhitungan analisis proksimat serbuk R. mucronata kering


Kadar air
2,5189−(31,8611−29,5721)
% Sampel 1 : × 100% = 9,13%
2,5189
2,5840−(22,7649−20,4117)
% Sampel 2 : × 100% = 8,93%
2,5840
9,13%+8,93%
% Rata-rata : = 9,03%
2
Kadar abu
21,3420−21,0621
% Sampel 1 : × 100% = 10,91%
2,5646
22,7064−22,4305
% Sampel 2 : × 100% = 10,89%
2,5329
10,91%+10,89%
% Rata-rata : = 10,90%
2
Kadar protein
(1,45−0,05)×0,1087×14,007×10×6,25
% Sampel 1 : × 100%= 5,66%
235,2
(1,40−0,05)×0,1087×14,007×10×6,25
% Sampel 2 : × 100%= 5,55%
231,4
5,66%+5,55%
% Rata-rata : = 5,61%
2
Kadar lemak
101,9669−101,8220
% Sampel 1 : × 100%= 4,76%
3,0423
104,2404−104,0964
% Sampel 2 : × 100%= 4,72%
3,0507
4,76%+4,72%
% Rata-rata : = 4,74%
2
Kadar karbohidrat
% Kadar karbohidrat : 100% − (9,03 − 10,90 − 4,74 − 5,61)% = 69,72%
31

Lampiran 4 Analisis data proksimat serbuk R. mucronata

Tabel uji normalitas serbuk R. mucronata


Parameter Statistik df Signifikansi
Air 0,203 6 0,200
Abu 0,176 6 0,200
Protein 0,124 6 0,200
Lemak 0,221 6 0,200
Karbohidrat 0,107 6 0,200
Keterangan : nilai p > α (α=0,05) maka data menyebar normal

Tabel uji ANOVA serbuk R. mucronata


Parameter Sumber Jumlah Jumlah Kuadrat F hitung P
keragaman kuadrat Data Tengah
Air Perlakuan 8,915 2 4,457 474,177 0,000
Galat 0,028 3 0,009
Total 570,383 6
Abu Perlakuan 71,777 2 35,889 8.682,726 0,000
Galat 0,012 3 0,004
Total 342,740 6
Protein Perlakuan 11,244 2 5,622 731,742 0,000
Galat 0,023 3 0,008
Total 97,983 6
Lemak Perlakuan 17,432 2 8,716 18.033,345 0,000
Galat 0,001 3 0,000
Total 142,835 6
Karbohidrat Perlakuan 248,763 2 124,382 4.458,126 0,000
Galat 0,084 3 0,028
Total 34.203,155 6
Keterangan : nilai p < α (α=0,05) menunjukkan adanya beda nyata

Tabel uji lanjut Duncan serbuk R. mucronata


Rata-rata
Perlakuan N
1 2 3
Air Daun 2 9,0300
Bunga 2 11,3800
Buah 2 8,6100
Abu Daun 2 10,9000
Bunga 2 6,8300
Buah 2 2,4300
Protein Daun 2 5,6050
Bunga 2 3,5100
Buah 2 2,2900
Lemak Daun 2 4,7400
Bunga 2 6,5700
Buah 2 2,4050
Karbohidrat Daun 2 69,7150
Bunga 2 71,7050
Buah 2 84,2600
32

Lampiran 5 Perhitungan komposisi kimia R. mucronata basis kering

Asumsi berat sampel = 100 gram


Berat air daun = 9,03% x 100 gram = 9,03 gram
Berat abu daun = 10,90% x 100 gram = 10,90 gram
Berat protein daun = 5,61% x 100 gram = 5,61 gram
Berat lemak daun = 4,74% x 100 gram = 4,74 gram
Berat karbohidrat daun = 69,72% x 100 gram = 69,72 gram
Berat padatan = 100-9,03 = 90,97 gram
10,90
Kadar abu basis kering = 90,97 × 100% = 11,99%
5,61
Kadar protein basis kering = 90,97 × 100% = 6,16%
4,74
Kadar lemak basis kering = 90,97 × 100% = 5,21%
69,72
Kadar karbohidrat basis kering = 90,97 × 100% = 76,64%

Lampiran 6 Perhitungan rendemen ekstrak R. mucronata basis basah


105
% Rendemen 1 : 1100 × 100% = 9,54%
155
% Rendemen 2 + 3 : 2200 × 100% = 7,04%
9,54%+7,04%
% Rendemen rata-rata : = 8,30%
2

Lampiran 7 Viskositas ekstrak R. mucronata

Ulangan Daun Bunga Buah Air


1 34,4 11,6 15,2 10,8
2 34 12,4 15,6 10,8
3 34,8 12,4 14,8 11,2
Rata-rata 34,40 12,13 15,20 10,93
Standar deviasi 0,400 0,462 0,400 0,231

Lampiran 8 Perhitungan aktivitas antioksidan ekstrak R. mucronata


Ulangan Daun Bunga Buah
1 6,01 60,42 7,90
2 5,49 55,09 8,11
3 6,61 50,11 8,41
Rata-rata 6,04 55,21 8,14
Standar deviasi 0,560 5,156 0,256

Lampiran 9 Analisis data aktivitas antioksidan FRAP ekstrak R. mucronata


Tabel uji normalitas aktivitas antioksidan FRAP ekstrak R. mucronata
Parameter Statistik df Sig.
FRAP 0,162 9 0,200
Keterangan : nilai p > α (α=0,05) maka data menyebar normal
33

Tabel uji ANOVA aktivitas antioksidan FRAP ekstrak R. mucronata


Sumber
Keragaman db JK KT Fhitung Pvalue
Perlakuan 2 8,644 4,322 706,275 0,000
Galat 6 0,037 0,006
Total 9 71,084
Keterangan : nilai p < α (α=0,05) menunjukkan adanya beda nyata
Tabel uji lanjut Duncan aktivitas antioksidan FRAP ekstrak R. mucronata
Rata-rata
Perlakuan N
1 2
Daun 3 6,0367
Buah 3 8,1400
Bunga 3 55,2067

Lampiran 10 Perhitungan total fenol ekstrak R. mucronata


Ulangan Daun Bunga Buah
1 0,49 2,19 1,48
2 0,29 2,69 1,5
Rata-rata 0,39 2,44 1,49
Standar deviasi 0,141 0,354 0,014

Lampiran 11 Analisis data total fenol ekstrak R. mucronata


Tabel uji normalitas total fenol ekstrak R. mucronata
Parameter Statistik df Sig.
Fenol 0,143 6 0,200
Keterangan : nilai p > α (α=0,05) maka data menyebar normal

Tabel uji ANOVA total fenol ekstrak R. mucronata


Sumber
Keragaman db JK KT Fhitung Pvalue
Perlakuan 2 4,21 2,105 43,492 0,006
Galat 3 0,145 0,048
Total 6 16,797
Keterangan : nilai p < α (α=0,05) menunjukkan adanya beda nyata
Tabel uji lanjut Duncan total fenol esktrak R. mucronata
Rata-rata
Perlakuan N
1 2 3
Daun 2 0,3900
Buah 2 1,4900
Bunga 2 2,4400
34

Lampiran 12 Analisis fitokimia ekstrak R. mucronata

Uji Alkaloid Uji Flavonoid

Uji Fenol Uji Tannin

Uji Saponin Uji Steroid dan Triterpenoid


35

Lampiran 13 Dokumentasi kegiatan penelitian

Sampel Daun Sampel Bunga Sampel Buah

Sampel Daun Kering Sampel Bunga Kering Sampel Buah Kering

Sampel Ekstrak Daun Sampel Ekstrak Bunga Sampel Ekstrak Buah


36

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap M. Sastra Alam dan biasa dipanggil Alam. Penulis
dilahirkan di kota Denpasar pada tanggal 15 Desember 1996 sebagai anak ke 2 dari
pasangan bapak Juaini dan ibu Sumarlin. Penulis memulai pendidikan formal
Sekolah Dasar di SDN 4 Sanur, Denpasar, Bali pada tahun 2003 hingga tahun 2009.
Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di MTsN Patas,
Buleleng, Bali pada tahun 2009 hingga tahun 2012. Pendidikan sekolah menengah
atas (SMA) ditempuh di sekolah MAN Insan Cendekia Gorontalo pada tahun 2012
dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis diterima sebagai mahasiswa
program sarjana (S-1) di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan di IPB.
Selama mengikuti program S-1, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Biokimia Hasil Perairan tahun 2018. Penulis juga aktif di kegiatan non-akademik
seperti menjadi wakil ketua logistik dan transportasi acara INARI Matsuri 2017.
Penulis juga pernah melakukan praktik lapang selama 12 hari di PT Bali Maya
Permai, Jembrana, Bali dengan judul laporan praktik lapang “Penyusunan Rencana
Hazard Analysis Critical Control Point Pengolahan Ikan Sarden Kaleng di PT Bali
Maya Permai, Jembrana, Bali”. Penulis melakukan penelitian dengan judul
“Aktivitas Antioksidan dan Senyawa Bioaktif Rhizophora mucronata sebagai
Sediaan Teh Herbal” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-
1.

Anda mungkin juga menyukai