Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No.

3 [Desember 2012] 187-198


Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

PRODUKSI TEPUNG BUAH LINDUR (Bruguiera gymnorrhiza Lamk.)


RENDAH TANIN DAN HCN SEBAGAI BAHAN PANGAN ALTERNATIF
Low Tannins and HCN of Lindur Fruit Flour Products as an Alternative Food
Sulistyawati1*, Wignyanto2, Sri Kumalaningsih2
1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Merdeka Pasuruan
Jl. Ir.H.Juanda 68 Pasuruan 67129
2
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran – Malang 65145
*Penulis korespondensi: email mommyandri@gmail.com

ABSTRAK

Buah lindur (Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) mempunyai peluang untuk dieksplorasi


sebagai bahan pangan alternatif karena mengandung karbohidrat yang tinggi sehingga dapat
diolah menjadi tepung. Buah lindur mengandung zat antinutrisi, yaitu tanin dan hidrogen sianida
(HCN) sehingga kadarnya harus diturunkan terlebih dahulu sebelum diolah agar aman untuk
dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi abu sekam padi dan waktu
perendaman yang tepat untuk menurunkan kadar tanin dan HCN pada tepung buah lindur
sampai batas aman untuk dikonsumsi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan dua faktor, yaitu variabel konsentrasi abu sekam padi (20, 25, 30% b/b) dan waktu
perendaman (12, 24, 36 jam). Analisis statistik terhadap data penelitian menggunakan metode
analisis ragam (Analysis of variance), apabila perlakuan menunjukkan pengaruh nyata maka
dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada taraf nyata
1% untuk mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing perlakuan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perendaman buah lindur dalam larutan abu sekam pada konsentrasi 30%
b/b selama 24 jam mampu menurunkan zat antinutrisi sampai batas aman untuk dikonsumsi,
dengan sisa kadar tanin sebesar 0.206% dan HCN 3.435 ppm. Pengeringan buah lindur untuk
diolah menjadi tepung menggunakan suhu 70 oC dapat menurunkan kadar air hingga konstan
sebesar 8.468% selama 10 jam dan menghasilkan tepung yang memenuhi persyaratan sebagai
bahan pangan dengan warna kecoklatan, daya absorbsi air 96.271%, rendemen 18.940%,
karbohidrat 82.092%, protein 5.597%, lemak 1.797%, amilosa 18.476%, serat kasar 8.701%, abu
1.609%, tanin 0.192%, dan HCN 3.375 ppm.

Kata kunci: mangrove, abu sekam padi, perendaman, suhu pengeringan

ABSTRACT

Lindur fruit (Bruguiera gymnorrhiza Lamk.) has opportunities to be explored as an alternative food
because it contains high carbohydrate that can be processed into flour. Lindur fruits contain antinutrient,
namely tannin and hydrogen cyanide (HCN) that of which concentration should be reduced first before
processing to be safe for consumption. This study aims to determine the concentration of rice husk ash and
the right soaking time to decrease the level of tannins and HCN of the lindur fruit flour into safe limits
level for consumption. This research used Randomized Group Design with two factors, namely rice husk
ash concentration (20, 25, 30% w/w) and immersion time (12, 24, 36 hours). Analysis of variance was
used as statistical data analysis of the research. Duncan Multiple Range Test on the level of significancy
1% was used to test the different among treatment. The result shown that soaking lindur fruit at the con-
centration 30% w/w of husk ash solution in 24 hours can be reduced anti-nutrient substance to the safe
limit for consumption, with the remaining tannin levels at 0.206% and 3.435 ppm of HCN. Lindur fruit
drying to be processed into flour used temperature of 70 oC can reduced moisture content of 8.468% in 10
hours and produced the flour which meet the requirements as a brownish color food, 96.271% absorption of
water, yield at 18.940%, 82.092% of carbohydrate, 5.597% of protein, 1.797% of fat, 18.476% of amylose,
8.701% of crude fiber, 1.609% of ash, 0.192% of tannins, and 3.375 ppm of HCN.

Keywords: mangrove, rice husk ash, soaking, drying temperature

187
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

PENDAHULUAN mampu mengganggu enzim sitokrom-oksidase


yang menstimulir reaksi pernafasan pada
Mangrove adalah komunitas tanaman organisme aerobik. Batas aman kandungan
pepohonan yang hidup di habitat payau dan HCN dalam makanan sebesar 50 ppm (Baskin
berfungsi sebagai pelindung daratan dari dan Brewer, 2006). Proses pengolahan yang
gelombang laut yang besar (Irwanto, 2006). tepat dapat menurunkan atau menghilangkan
Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan HCN, terutama perlakuan pemanasan dan
khusus untuk beradaptasi dengan kondisi perendaman karena HCN mudah menguap
lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah dan mudah larut dalam air.
yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta Menurut Yissaprayogo (2010),
kondisi tanah yang kurang stabil. Dari sekian kandungan antinutrisi dalam buah
banyak tanaman mangrove di Indonesia, jenis mangrove dapat diturunkan dengan cara
mangrove yang banyak ditemukan antara perendaman dalam larutan abu sekam padi
lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.), bakau selama waktu tertentu. Namun sejauh ini
(Rhizophora sp.), tanjang/lindur (Bruguiera belum diketahui berapa konsentrasi abu
sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) sekam dan waktu perendaman yang tepat
yang merupakan tumbuhan mangrove utama untuk menurunkan kadar tanin dan HCN
(Bengen, 2002). Spesies Bruguiera gymnorrhiza pada buah lindur. Buah lindur dengan kadar
yang mempunyai nama lokal lindur (Jawa tanin dan HCN yang rendah dapat diolah
dan Bali) berbuah sepanjang tahun dengan menjadi tepung. Menurut Purnobasuki
pohon yang kokoh dan tingginya mencapai (2011), penepungan merupakan salah satu
35 meter. Saat berumur 2 tahun pohon ini solusi untuk mengawetkan buah lindur
sudah produktif menghasilkan buah (Sadana, karena dapat memutus rantai metabolisme
2007). Menurut Fortuna (2005), buah lindur buah lindur sehingga menjadi lebih awet.
cocok untuk dieksplorasi sebagai sumber Tepung mempunyai kandungan air yang
pangan lokal baru karena mengandung rendah dan lebih fleksibel diaplikasikan
karbohidrat yang sangat tinggi, yaitu 85.1 pada berbagai jenis olahan pangan sehingga
g/100 g bahan. Bayu (2009) juga menyatakan diharapkan lebih mudah dikenalkan pada
bahwa kandungan gizi yang terdapat dalam masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk
buah lindur cukup lengkap sehingga dapat menentukan konsentrasi abu sekam dan
diolah menjadi kue, cake, dicampur dengan waktu perendaman yang tepat untuk
nasi atau dimakan langsung dengan bumbu menurunkan kadar tanin dan HCN pada
kelapa. Menurut Wanma (2007) buah lindur buah lindur sampai batas aman untuk
cocok untuk diolah menjadi tepung karena dikonsumsi serta menentukan suhu yang
kandungan karbohidrat yang tinggi. tepat hingga diperoleh tepung buah lindur
Faktor pembatas kelayakan buah lindur dengan sifat fisik dan kimia yang memenuhi
untuk dikonsumsi adalah adanya kandungan persyaratan sebagai bahan pangan.
antinutrisi, yaitu tanin dan hidrogen sianida
(HCN) sehingga kadarnya harus diturunkan BAHAN DAN METODE
terlebih dahulu sebelum diolah. Tanin
adalah senyawa polifenol yang bersifat asam Bahan
dengan rasa sepat, ditemukan dalam banyak Bahan penelitian yang digunakan
tumbuhan, tersebar di berbagai organ tanaman, adalah buah mangrove yang sudah matang
seperti batang, daun dan buah (Hagerman, fisiologis, abu sekam padi dari pembakaran
2002). Menurut Awika et al. (2009), kadar tanin batu merah, aquades, larutan gelatin,
yang tinggi menyebabkan rasa sepat dan pahit NaCl jenuh, H2SO4 pekat, K2SO4, larutan
pada bahan makanan. Senyawa ini bersifat garam asam, larutan indigokarmin, kaolin
karsinogenik apabila dikonsumsi dalam jumlah powder, larutan KMnO4 0.1 N, Na2C2O4, Na-
berlebih dan kontinyu namun dalam jumlah oksalat, HCl, NaOH, reagen Nelson, reagen
kecil dapat berfungsi sebagai atioksidan. Batas Arsenomolibdat, pelarut petroleum ether,
aman untuk kandungan tanin dalam bahan etanol, asam asetat, dan larutan iod.
makanan adalah 560 mg/kg berat badan/
hari. Sedangkan HCN merupakan senyawa Alat
yang berbahaya apabila termakan karena Alat yang digunakan adalah oven
dalam dosis 0.5-3.5 mg/kg berat badan dapat listrik (Memmert UM 400, Germany), blender
mematikan manusia. Dalam tubuh, HCN (Heltymix DA-700GA, Korea), timbangan

188
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

digital (DIC/AA-160), desikator, tabung Duncan’s Multiple Range Test (DMRT α=


ekstrasi Soxhlet, kompor listrik, dan vortex. 0.01) dengan mempertimbangkan efisiensi
penggunaan kosentrasi abu sekam dan
Metode waktu perendaman. Hasil terbaik dari
Penelitian dibagi dalam dua tahap, tahapan ini digunakan sebagai bahan pada
yaitu: Penelitian tahap I (penurunan kadar tahap berikutnya.
tanin dan HCN buah lindur), meliputi Penelitian tahap II bertujuan untuk
(1) persiapan bahan baku, (2) penentuan menentukan suhu pengeringan buah lindur
konsentrasi abu sekam dan waktu yang optimal dari perlakuan terbaik tahap
perendaman, (3) penentuan perlakuan sebelumnya hingga diperoleh kadar air
terbaik. Penelitian tahap II (pengolahan buah lindur konstan. Suhu pengeringan
tepung buah lindur), meliputi (1) terdiri dari tiga tingkatan, yaitu T1: 50 oC,
pengeringan buah lindur, (2) penepungan, T2: 60 oC, T3: 70 oC. Perlakuan terbaik (suhu
(3) karakterisasi kimiawi tepung buah lindur. pengeringan) ditentukan berdasarkan waktu
Penelitian tahap I, yaitu penurunan tercepat yang diperlukan dalam proses
kadar tanin dan HCN pada buah lindur pengeringan tersebut. Buah lindur hasil
yang meliputi persiapan bahan baku pengeringan dengan waktu tercepat digiling
dan penentuan konsentrasi abu sekam menggunakan blender kemudian diayak
dan waktu perendaman bertujuan untuk untuk mendapatkan tepung dengan ukuran
mengetahui efek konsentrasi abu sekam dan granul sesuai standar bahan pangan (SNI 01-
waktu perendaman yang berbeda terhadap 3751-2006) menggunakan ayakan ukuran 80
penurunan kadar tanin dan HCN buah mesh.
lindur. Penelitian menggunakan Rancangan Untuk mengetahui kandungan nutrisi
Acak Kelompok dengan dua faktor, yaitu dan antinutrisi serta sifat fisik tepung,
variabel konsentrasi abu sekam padi (A) dan dilakukan analisa terhadap rendemen, kadar
waktu perendaman (W). Konsentrasi abu air, karbohidrat, protein, lemak, amilosa,
sekam padi terdiri dari A1: 20%, A2: 25%, A3: serat kasar, abu, tanin, HCN, warna tepung,
30% (b/b), waktu perendaman terdiri dari dan daya serap tepung terhadap air. Metode
W1: 12 jam, W2: 24 jam, W3: 36 jam, dengan analisa yang digunakan adalah kadar air
demikian diperoleh 9 kombinasi perlakuan (AOAC, 1995), kadar karbohidrat (AOAC,
sebagai berikut: 1995), kadar protein (AOAC, 1995), kadar
lemak (AOAC, 1995), kadar amilosa (AOAC,
A1W1 = konsentrasi abu sekam 20%, 1995), kadar serat kasar (AOAC, 1995) kadar
perendaman selama 12 jam abu (AOAC, 1995), kadar tanin (AOAC,
A1W2 = konsentrasi abu sekam 20%, 1995), kadar HCN (AOAC, 1995), warna
perendaman selama 24 jam tepung (Lewless and Heymanann (1998), dan
A1W3 = konsentrasi abu sekam 20%, daya serap air (Muchtadi, 1992).
perendaman selama 36 jam
A2W1 = konsentrasi abu sekam 25%, HASIL DAN PEMBAHASAN
perendaman selama 12 jam
A2W2 = konsentrasi abu sekam 25%, Karakterisasi Komposisi Kimiawi Buah
perendaman selama 24 jam Lindur
A2W3 = konsentrasi abu sekam 25%, Sebelum buah lindur diolah
perendaman selama 36 jam lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan
A3W1 = konsentrasi abu sekam 30%, karakterisasi terhadap kandungan nutrisi
perendaman selama 12 jam dan antinutrisi, meliputi kadar air bahan,
A3W2 = konsentrasi abu sekam 30%, karbohidrat, protein, lemak, abu, tanin dan
perendaman selama 24 jam HCN. Data hasil karakterisasi buah lindur
A3W3 = konsentrasi abu sekam 30%, (Bruguiera gymnorhiza Lamk.) disajikan pada
perendaman selama 36 jam Tabel 1.
Pada Tabel 1 dapat dilihat adanya
Perlakuan terbaik dari efek konsentrasi kandungan tanin dan HCN yang cukup
abu sekam dan waktu perendaman terhadap tinggi sehingga perlu diturunkan
penurunan tanin dan HCN ditentukan sampai batas aman untuk dikonsumsi.
berdasarkan hasil uji beda rerata pengaruh Berdasarkan Acceptable Daily Intake
perlakuan menggunakan pengujian lanjutan (ADI) tanin, batas maksimal kadar tanin

189
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

Tabel 1. Hasil karakterisasi kimiawi buah menunjukkan terjadinya penurunan kadar


lindur (Bruguiera gymnorhiza Lamk.) tanin yang berbeda pula. Pada hasil uji
Komponen Kadar (Basis Kering) DMRT (α=0.01) dalam Tabel 2 terlihat
adanya penurunan kadar tanin dalam buah
Karbohidrat (%) 90.419 lindur akibat peningkatan konsentrasi abu
Protein (%) 5.013 sekam dan waktu perendaman. Sisa kadar
Lemak (%) 0.499 tanin terendah terdapat pada perlakuan
konsentrasi abu sekam 30% dan waktu
Abu (%) 2.887
perendaman 36 menit (A3W3), yaitu sebesar
Tanin (%) 9.265 0.195% namun demikian tidak berbeda
HCN (ppm) 3335.958 dengan perlakuan konsentrasi abu sekam
30% dan waktu perendaman 24 jam (A3W2),
dalam bahan makanan sebesar 560 mg/ yaitu sebesar 0.206%. Sedangkan sisa kadar
kg berat badan/hari sedangkan kadar tanin tertinggi diperoleh pada perlakuan
HCN maksimal dalam makanan yang konsentrasi abu sekam 20% dan waktu
ditetapkan oleh Food and Agriculture perendaman 12 jam (A1W1), yaitu sebesar
Organization (FAO) adalah 50 ppm. 0.601%.
Kecenderungan semakin menurunnya
Efek Konsentrasi Abu Sekam dan Waktu sisa kadar tanin dalam buah lindur akibat
Perendaman terhadap Penurunan Kadar semakin tingginya konsentrasi abu sekam
Tanin dan HCN dan waktu perendaman disebabkan oleh
Berdasarkan analisis ragam terdapat semakin banyaknya senyawa polifenol
interaksi yang sangat nyata (α= 0.01) antara pada tanin yang diikat oleh karbon sebagai
konsentrasi abu sekam dan waktu perendaman salah satu komponen penyusun abu sekam.
terhadap penurunan kadar tanin dan HCN Larutan abu sekam merupakan larutan
pada buah lindur. Pengaruh konsentrasi abu basa dan tanin sebagai polifenol larut
sekam dan waktu perendaman terhadap dalam air dan basa, sehingga sisa kadar
penurunan kadar tanin dan HCN disajikan tanin akan berkurang setelah polifenol
pada Tabel 2. yang terlarut dihilangkan dengan cara
pencucian. Dikemukakan oleh Sembodo
Kadar Tanin (2005) bahwa abu sekam mampu bertindak
Berdasarkan hasil analisa kadar tanin sebagai adsorben yang baik sehingga dapat
Tabel 2, diperoleh kadar tanin dalam buah menyerap dan mengikat senyawa polifenol.
lindur setelah perendaman berkisar antara Semakin lama buah lindur berada di
0.195–0.601%. Perendaman buah lindur dalam larutan abu sekam akibat peningkatan
dalam larutan abu sekam pada konsentrasi waktu perendaman maka semakin banyak
dan waktu perendaman yang berbeda pula waktu yang digunakan oleh abu

Tabel 2. Efek konsentrasi abu sekam dan waktu perendaman terhadap penurunan kadar tanin
dan HCN
Kadar Tanin (%) Kadar HCN (ppm)
Perlakuan
(Basis Kering) (Basis Kering)
A1W1 (abu sekam 20%, waktu 12 jam) 0.601 d 10.097 f
A1W2 (abu sekam 20%, waktu 24 jam) 0.451 c 7.589 d
A1W3 (abu sekam 20%, waktu 36 jam) 0.309 b 4.929 b
A2W1 (abu sekam 25%, waktu 12 jam) 0.547 d 9.297 e
A2W2 (abu sekam 25%, waktu 24 jam) 0.413 c 6.161 c
A2W3 (abu sekam 25%, waktu 36 jam) 0.295 b 4.880 b
A3W1 (abu sekam 30%, waktu 12 jam) 0.452 c 7.609 d
A3W2 (abu sekam 30%, waktu 24 jam) 0.206 a 3.435 a
A3W3 (abu sekam 30%, waktu 36 jam) 0.195 a 3.363 a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak berbeda nyata pada uji
Duncan 1%

190
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

sekam untuk mengikat tanin sehingga tanin Dari penelitian Nibeyu and Essubalew
dalam buah lindur yang terlarut semakin (2011), diperoleh hasil bahwa perlakuan
meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat perendaman singkong dalam air selama
Suryaningrum, dkk. (2007) bahwa salah 24 jam dapat menurunkan kadar HCN
satu faktor yang mempengaruhi kelarutan hingga 90.10%. Dijelaskan oleh Sitepu
suatu zat adalah waktu perendaman, dimana (2009) bahwa HCN dalam bahan pangan
semakin lama waktu terjadinya kontak dapat dikurangi dengan beberapa cara,
antara bahan dan pelarut (air) maka semakin diantaranya perendaman dalam air karena
banyak senyawa dari dalam bahan yang HCN merupakan senyawa yang mudah
terlarut. larut dalam air.

Kadar HCN Penentuan Perlakuan Terbaik Hasil Peren-


Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa daman
perendaman buah lindur dalam larutan Perlakuan terbaik ditentukan berdasar-
abu sekam pada konsentrasi dan waktu kan hasil uji beda rerata pengaruh perlakuan
perendaman yang berbeda menunjukkan (DMRT α=0.01) dengan mempertimbangkan
terjadinya penurunan kadar HCN yang efisiensi penggunaan kosentrasi abu sekam dan
berbeda pula. Sisa kadar HCN pada buah waktu perendaman. Pada Tabel 2 terlihat sisa
lindur setelah perendaman terdapat kadar tanin dan HCN terendah terdapat pada
pada kisaran 3.363–10.097 ppm, hal ini kombinasi perlakuan A3W3, yaitu sebesar 0.195%
menunjukkan terjadinya penurunan yang dan 3.363 ppm namun demikian berdasarkan
sangat besar dari kadar HCN awal sebelum uji DMRT α=0.01 tidak berbeda dengan A3W2,
buah lindur direndam. yaitu sebesar 0.206% dan 3.435 ppm, artinya
Berdasarkan uji DMRT (α=0.01) bahwa dengan pemberian abu sekam 30%
terhadap penurunan kadar HCN akibat b/b serta perendaman selama 36 jam sama
perlakuan konsentrasi abu sekam dan waktu hasilnya dengan pemberian abu sekam 30%
perendaman pada Tabel 2, terlihat bahwa b/b, perendaman selama 24 jam. Dalam hal
semakin tinggi konsentrasi abu sekam dan ini ditetapkan perlakuan terbaik adalah A3W2
semakin lama waktu perendaman maka sehingga dapat menghemat waktu perendaman
sisa kadar HCN pada buah lindur semakin selama 12 jam.
menurun. Sisa kadar HCN terendah Selain itu berdasarkan beberapa
diperoleh pada perlakuan konsentrasi penelitian terhadap batas aman kadar
abu sekam 30% dan waktu perendaman tanin dalam pangan direkomendasikan
36 jam (A3W3), yaitu sebesar 3.363 ppm untuk tetap mempertahankan kadar tanin
namun demikian tidak berbeda dengan dalam batas tertentu karena dalam jumlah
perlakuan konsentrasi abu sekam 30% dan kecil dapat bermanfaat bagi kesehatan.
waktu perendaman 24 jam (A3W2), sebesar Dijelaskan oleh Suryaningrum, dkk.,
3.435 ppm. Sedangkan sisa kadar tertinggi (2007), tanin yang termasuk golongan
terdapat pada perlakuan konsentrasi abu flavonoid bukan merupakan salah satu
sekam 20% dan waktu perendaman 12 jam nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh tetapi
(A1W1), yaitu sebesar 10.097 ppm. dalam jumlah kecil keberadaan tanin dalam
Penambahan abu sekam selama proses tubuh sangat bermanfaat yaitu berperan
perendaman dapat mempercepat penurunan sebagai antioksidan. Beberapa produk
HCN karena karbon mampu mengikat minuman seperti anggur, kopi, teh, dan
sianida sehingga mempercepat pelucutan cokelat mengandung tanin sampai 6%.
sianida dari dalam buah. Menurut Elwood Hagerman (2002) menambahkan bahwa
(2006), karbon mampu menarik keluar tanin dapat dipakai sebagai antimikroba
sianida dari dalam bahan untuk selanjutnya (bakteri dan virus) dan juga berkhasiat
berpindah melalui pori-pori karbon dan sebagai astringen yang dapat menciutkan
diserap masuk ke bagian dalam dinding selaput lendir sehingga mempercepat
karbon yang mengakibatkan berkurangnya penyembuhan sariawan. Demikian juga
kandungan sianida dari bahan. HCN, kandungan sebesar 3.435 ppm pada
Pengikatan sianida oleh karbon kombinasi perlakuan A3W2 dalam makanan
dan pelepasan sianida dari dalam buah masih ditoleransi karena kandungan
lindur akan semakin meningkat apabila maksimal dalam pangan berdasarkan SNI
perlakuan waktu perendaman ditingkatkan. adalah 50 ppm.

191
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

Tabel 3. Efek suhu pengeringan terhadap waktu pengeringan dan kadar air konstan
Suhu Pengeringan Waktu Pengeringan (jam) Kadar Air Konstan (%)
T1 (50 C)
o
14 8.480
T2 (60 C)
o
12 8.474
T3 (70 C)
o
10 8.468

Keterangan: , , - suhu pengeringan berturut-turut (50, 60, dan 70 oC)


Gambar 1. Efek suhu pengeringan terhadap penurunan berat buah lindur

Efek Suhu Pengeringan terhadap Kadar tinggi suhu pengeringan yang digunakan
Air Buah Lindur maka semakin cepat pencapaian kadar air
Buah lindur dengan kadar tanin dan konstan pada buah lindur. Pada penggunaan
HCN yang rendah, selanjutnya dikeringkan suhu 70 oC, pengeringan buah lindur hingga
menggunakan suhu yang berbeda (50, 60, diperoleh kadar air konstan memerlukan
dan 70 oC) dengan tujuan untuk menentukan waktu pengeringan paling cepat, yaitu 10
suhu pengeringan yang efektif hingga jam, penggunaan suhu 60 oC memerlukan
diperoleh kadar air buah yang konstan. Efek waktu 12 jam sedangkan penggunaan suhu
suhu pengeringan terhadap waktu yang 50 oC memerlukan waktu paling lambat, yaitu
diperlukan hingga diperoleh kadar air buah 14 jam. Hal ini disebabkan penggunaan suhu
lindur konstan disajikan pada Tabel 3. yang semakin meningkat mengakibatkan
Tabel 3 menunjukkan adanya penu- air terikat atau air bebas dalam bahan lebih
runan waktu pengeringan buah lindur dengan cepat keluar atau menguap.
semakin meningkatnya suhu pe-ngeringan Data ini didukung oleh penelitian Aviara
yang digunakan, waktu yang diperlukan dan Ajibola (2001) bahwa peningkatan suhu
hingga tercapai kadar air konstan berkisar pengeringan akan diikuti dengan penurunan
antara 10-14 jam. Kadar air optimal konstan kadar air pada biji maupun umbi yang
yang dicapai pada masing-masing perlakuan semakin cepat akibat penguapan air dalam
suhu tidak terdapat perbedaan yang bahan yang semakin cepat pula. Ditambahkan
signifikan, pada penggunaan suhu 50, 60, dan oleh Hariyadi (2011), penurunan kadar air dari
70 oC masing-masing adalah 8.480, 8.474, dan bahan berbanding lurus dengan peningkatan
8.468%. Dari data tersebut dapat ditentukan suhu pengeringan karena semakin tinggi
suhu 70 oC merupakan suhu pengeringan suhu yang digunakan akan menyebabkan
paling efisien karena memerlukan waktu perambatan panas pada bahan semakin cepat
paling cepat, yaitu 10 jam. sehingga air dalam bahan cepat menguap.
Pencapaian kadar air konstan Selain itu kecepatan penurunan kadar
akibat penurunan berat bahan sebagai air dan keseragaman tingkat kekeringan juga
efek penggunaan suhu pengeringan yang tergantung pada ukuran bahan, semakin
berbeda disajikan pada Gambar 1. Semakin kecil ukuran bahan maka proses pengeringan

192
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

semakin cepat pula karena luas permukaan dipengaruhi oleh jumlah air serta komponen
bahan semakin besar. Pada penelitian ini lain yang hilang pada proses pengolahan
menggunakan ukuran ketebalan bahan (pengeringan). Penurunan kandungan air
kurang lebih 2-3 mm dengan tujuan untuk pada bahan menyebabkan berat bahan
mempermudah terjadinya dehidrasi untuk juga menurun, semakin banyak kadar air
mencapai kadar air minimal yang konstan. dari dalam bahan yang hilang/menguap
maka rendemen semakin rendah. Selain itu,
Karakteristik Komposisi Kimiawi Tepung tingkat rendemen tepung juga dipengaruhi
Buah Lindur oleh umur panen dan kandungan serat
Tepung buah lindur yang diperoleh kasar dalam bahan baku. Menurut Chayati
sebagai hasil proses pengolahan lebih lanjut dkk (2008), rendemen tepung dipengaruhi
setelah pengeringan buah dikarakterisasi oleh serat yang terkandung dalam bahan.
untuk memperoleh informasi tentang Jika bahan memiliki serat kasar yang
komposisi kimiawi (komponen nutrisi dan tinggi dan sukar dihaluskan maka tidak
antinutrisi) dari tepung tersebut. Hal ini dapat lolos dalam pengayakan, hal ini
dilakukan agar diketahui kelayakan tepung akan mempengaruhi jumlah tepung yang
buah lindur sebagai bahan pangan. Hasil dihasilkan.
karakterisasi komposisi kimiawi dan sifat fisik
tepung buah lindur pada suhu pengeringan Kadar Air
70 oC disajikan pada Tabel 4 dan 5. Kadar air tepung buah lindur yang
Untuk mengetahui kelayakan tepung diperoleh dengan suhu pengeringan 70 oC
buah lindur sebagai bahan pangan, maka yang disajikan pada Tabel 4 adalah 8.468%.
sebagai bahan perbandingan, disajikan Data ini memperlihatkan bahwa kadar
komposisi kimiawi tepung beras, tepung air tepung buah lindur yang dihasilkan
jagung dan tepung singkong berdasarkan sudah memenuhi syarat mutu tepung
standar yang ditetapkan oleh SNI pada karena lebih rendah apabila dibandingkan
Tabel 6. dengan kadar air maksimum pada
tepung beras, jagung dan singkong yang
Rendemen dikeluarkan oleh SNI pada Tabel 6, yaitu
Berdasarkan Tabel 4, diperoleh masing-masing sebesar 13% (SNI 01-3549-
rendemen tepung buah lindur sebesar 2009), 10% (SNI 01-3727-1995), dan 12%
18.940%. Tinggi rendahnya rendemen (SNI 01-2997-1996).

Tabel 4. Hasil karakterisasi komposisi kimiawi tepung buah lindur pada suhu pengeringan 70 oC
Komponen Kadar (Basis Kering)
Rendemen (%) 18.940
Karbohidrat (%) 82.092
Protein (%) 5.597
Lemak (%) 1.797
Amilosa (%) 18.476
Serat Kasar (%) 8.701
Abu (%) 1.609
Tanin (%) 0.192
HCN (ppm) 3.375

Tabel 5. Hasil karakterisasi sifat fisik tepung buah lindur pada suhu pengeringan 70 oC
Komponen Derajat
Tingkat Kecerahan (L*) 54.705
Tingkat Warna Kemerahan (a*) 16.302
Tingkat Warna Kekuningan (b*) 17.553
Daya Absorbsi Air (%) 96.271

193
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

Tabel 6. Komposisi kimiawi tepung beras, jagung, dan singkong berdasarkan SNI
Kadar (Basis Kering)
Komponen Tepung Beras Tepung Jagung Tepung Singkong
SNI 01-3549 2009 SNI 01-3727-1995 SNI 01-2997-1996
Karbohidrat (%) 92.103 84.311 95.682
Protein (%) 6.839 8.733 1.250
Lemak (%) 1.632 5.155 0.568
Amilosa (%) 19.655 18.889 18.523
Abu maksimum (%) 1.149 1.667 1.704
Serat kasar maksimum (%) 3.448 4.444 4.545
HCN maksimum (ppm) 45.454

Kadar air yang diperoleh pada rendah apabila dibandingkan dengan hasil
penelitian ini juga lebih rendah apabila penelitian yang dilakukan di IPB yaitu
dibandingkan dengan penelitian Crissanty sebesar 90.956% (Purnobasuki, 2011). Hal
(2012) yang memperoleh kadar air tepung ini diduga disebabkan beberapa faktor,
lindur sebesar 10.973% maupun penelitian diantaranya tempat tumbuh, umur panen
yang dilakukan oleh IPB bekerja sama maupun proses pengolahan.
dengan Badan Bimas Ketahanan Pangan
Nusa Tenggara Timur , yaitu sebesar 11.632% Protein
(Sadana, 2007). Produk dalam bentuk tepung Berdasarkan Tabel 4, kadar protein
memang dianjurkan agar memiliki tingkat yang terdapat pada tepung buah lindur
kadar air yang rendah karena produk sebesar 5.597%. Hasil ini menunjukkan
ini sangat riskan terhadap pertumbuhan bahwa kadar protein tepung buah lindur
jamur selama proses penyimpanan. Sesuai lebih rendah apabila dibandingkan dengan
dengan pendapat Hariyadi (2011), selain protein tepung beras, yaitu sebesar 6.839%
mempengaruhi terjadinya perubahan kimia, (SNI 01-3549-2009) maupun jagung, yaitu
kandungan air dalam bahan pangan juga sebesar 8.733% (SNI 01-3727-1995) tetapi
ikut menentukan kandungan mikroba pada lebih tinggi daripada protein tepung
produk pangan tersebut. singkong, yaitu sebesar 1.250% (SNI 01-2997-
1996). Menurut Ginting dkk, (2005), kadar
Karbohidrat protein pada tepung selain terigu dikatakan
Karbohidrat terdapat dalam jumlah cukup tinggi apabila memiliki nilai diatas
dominan sebagai penyusun komposisi 2.5% sehingga dengan kandungan protein
nilai gizi tepung buah lindur, pada Tabel sebesar 5.597% tersebut, tepung buah lindur
4 dapat dilihat kadar karbohidrat sebesar layak dimanfaatkan sebagai bahan pangan.
82.092%. Data ini hampir menyamai
kandungan karbohidrat tepung jagung Lemak
yang disajikan pada Tabel 6, yaitu sebesar Sama halnya dengan kadar air, kadar
84.311%. Kadar karbohidrat yang cukup lemak yang terlampau tinggi juga kurang
tinggi ini menandakan bahwa tepung buah menguntungkan dalam proses penyimpanan
lindur mempunyai nilai kalori cukup tinggi tepung karena dapat menyebabkan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan ketengikan. Pada Tabel 4 dapat dilihat kadar
pangan alternatif berbasis karbohidrat. lemak tepung buah lindur yang dihasilkan
Menurut Winarno (2004) karbohidrat sangat sebesar 1.797%. Rendahnya kadar lemak
penting untuk memenuhi kecukupan tersebut dapat memperpanjang masa simpan
kalori terbesar selain dari protein dan tepung buah lindur karena menghambat
lemak. Dijelaskan oleh Brisske et al., (2004), terjadinya oksidasi sehingga dapat mencegah
karbohidrat menyumbangkan lebih dari 50% terjadinya ketengikan. Dijelaskan oleh
kalori dengan nilai 4 kkal/g karbohidrat. Ketaren (2008) bahwa kerusakan oksidatif
Namun demikian kadar karbohidrat yang pada bahan makanan yang mengandung
diperoleh dalam penelitian ini masih lebih lemak tinggi merupakan masalah yang

194
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

penting karena dapat menurunkan kualitas 01-3549-2009). Menurut Lidiasari, dkk.


organoleptik, yaitu ketengikan. (2006), kadar abu menunjukkan adanya
kandungan mineral suatu bahan pangan.
Amilosa Kandungan mineral dalam suatu bahan
Pada Tabel 4 dapat dilihat kadar merupakan perkiraan kandungan total
amilosa yang terkandung dalam tepung mineral dalam bahan tersebut yang dapat
buah lindur sebesar 18.476%. Data ini hampir berupa garam organik dan garam anorganik.
menyamai kandungan amilosa pada jagung Ditambahkan oleh Ambarsari, dkk. (2009)
maupun singkong, yaitu masing-masing bahwa kadar abu yang tinggi pada bahan
sebesar sebesar 18.889%, dan 18.523% yang tepung kurang disukai karena cenderung
disajikan pada Tabel 6. Kadar amilosa pada memberi warna gelap pada produknya.
tepung buah lindur sebesar 18.476% tersebut Semakin rendah kadar abu pada produk
dapat dikatakan cukup rendah sehingga tepung akan semakin baik, karena kadar abu
dapat digunakan untuk bahan roti dan kue selain mempengaruhi warna akhir produk
karena mempunyai sifat mengembang yang juga akan mempengaruhi tingkat kestabilan
baik. Menurut Hartati dan Titik (2003), adonan.
tepung dengan kadar amilosa rendah dan
amilopektin tinggi sangat sesuai untuk Tanin
bahan roti dan kue karena sifat perbandingan Pada Tabel 4 dapat dilihat kadar tanin
keduanya sangat berpengaruh terhadap yang terdapat dalam tepung buah lindur
sifat mengembang (swelling properties) dari sebesar 0.192%. Data ini lebih rendah apabila
tepung. Ditambahkan oleh Richana dan Titi dibandingkan dengan hasil penelitian
(2004), bahwa rasio amilosa dan amilopektin Crissanty (2012), yang melaporkan kadar
dalam tepung sangat berpengaruh terhadap tanin pada tepung buah lindur berkisar
tekstur makanan. Tepung dengan kandungan antara 1.061-2.016%, namun lebih tinggi
amilopektin tinggi akan memberikan sifat dari hasil penelitian Purnobasuki (2011),
yang ringan, porous, dan mudah patah yaitu sebesar 0.028%. Diduga hal ini
(renyah). disebabkan efek dari penambahan abu
sekam maupun waktu perendaman dalam
Serat Kasar proses perendaman sehingga memperoleh
Berdasarkan tabel 4, kadar serat kasar hasil yang berbeda. Menurut Brown (2006),
yang terdapat dalam tepung buah lindur perbedaan kandungan tanin pada hasil
sebesar 8.701%. Hasil ini dapat dikatakan olahan buah lindur dipengaruhi oleh cara
terlalu tinggi apabila dibandingkan penanganan buah selama proses penurunan
dengan standar persyaratan mutu tepung tanin.
berdasarkan SNI, yaitu maksimal sebesar Sisa kadar tanin yang terkandung
4.545%, namun demikian menurut Piliang dalam tepung buah lindur yang diperoleh
dan Djoyosoebagio (2002), kadar serat yang pada penelitian ini (0.192%) sudah
tinggi pada bahan makanan mempunyai memenuhi syarat sebagai bahan pangan
nilai tambah dalam proses metabolisme karena kadar tanin maksimal dalam bahan
selama masih dapat diterima oleh tubuh, makanan yang ditetapkan ADI adalah
yaitu sebesar 100 mg serat/kg berat badan/ 560 mg/kg berat badan/hari. Menurut
hari. Hagerman (2002), tanin bukan merupakan
zat gizi namun dalam jumlah kecil dapat
Abu bermanfaat bagi kesehatan. Pada beberapa
Kadar abu tepung buah lindur yang produk olahan teh dan coklat, kandungan
dihasilkan sebesar 1.609% (Tabel 4). Nilai tanin ini dipertahankan dalam jumlah
tersebut sudah memenuhi persyaratan tertentu dengan tujuan untuk memberi nilai
mutu tepung karena tidak melebihi kadar fungsional. Dijelaskan oleh Frazier (2010),
maksimal yang ditetapkan pada tepung tanin termasuk dalam kelompok polifenol
jagung, yaitu sebesar 1.667% berdasarkan yang berpotensi sebagai antioksidan dan
SNI 01-3727-1995, maupun tepung singkong berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
(SNI 01-2997-1996), yaitu sebesar 1.704%,
namun demikian masih lebih tinggi apabila HCN
dibandingkan dengan kadar abu pada Berdasarkan Tabel 4, kadar HCN
tepung beras, yaitu sebesar 1.149% (SNI yang terkandung dalam tepung buah lindur

195
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

sebesar 3.375 ppm. Sebagai zat antinutrisi, asli pada bahan tersebut mula-mula berubah
kederadaan HCN dalam makanan tidak boleh warna menjadi keemasan, kemudian coklat
melebihi batas maksimal yang ditetapkan kemerahan, dan menjadi warna coklat.
oleh FAO, yaitu sebesar 50 ppm sedangkan Dijelaskan oleh Harrison and Dake (2005)
berdasarkan SNI 01-2997-1996 (Syarat bahwa pada reaksi Maillard gugus karbonat
Mutu Tepung Singkong), batas maksimal dari glukosa bereaksi dengan nukleofilik
kandungan HCN, yaitu sebesar 45.454 ppm. gugus amino dari protein yang menghasilkan
Sisa kadar HCN yang diperoleh dalam warna khas (coklat).
penelitian ini menandakan bahwa tepung
buah lindur yang dihasilkan memenuhi Daya Absorbsi Air
persyaratan sebagai bahan pangan karena Pada Tabel 5 dapat dilihat daya
terdapat dalam jumlah yang sangat kecil. absorbsi tepung terhadap air sebesar
96.271%. Granula tepung tidak dapat larut
Warna dalam air dingin tetapi dapat menyerap air
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat dan membengkak. Menurut Richana dan Titi
bahwa warna dari tepung buah lindur (2004), granula tepung dapat menyerap air
mempunyai derajat kecerahan (L*) 54.705; dalam jumlah tertentu yang menyebabkan
derajat warna kemerahan (a*) 16.302 dan tepung menjadi mengembang. Sifat ini sangat
derajat warna kekuningan (b*) 17.553. menentukan sifat adonan yang dihasilkan,
Derajat warna kemerahan dan kekuningan semakin tinggi daya serap terhadap air
yang hampir sama menyebabkan tepung maka adonan semakin lentur. Dijelaskan
buah lindur mempunyai warna kecoklatan oleh Azizah (2007), apabila tepung bereaksi
yang dapat menurunkan derajat kecerahan. dengan air akan mengadakan interaksi
Warna kecoklatan yang terbentuk atau gaya tarik menarik dengan medium
berhubungan dengan reaksi pencoklatan pendispersi sehingga rongga-rongga antar
enzimatis dari senyawa fenolik yang sel akan terisi oleh air yang mengakibatkan
terkandung dalam buah lindur maupun kekakuan sel menurun.
reaksi pencoklatan non enzimatis terutama
reaksi Maillard. Berlangsungnya kedua SIMPULAN
tipe reaksi tersebut sangat dipengaruhi
oleh suhu pengeringan yang digunakan. Perendaman buah lindur dalam
Purnobasuki (2011) melaporkan bahwa larutan abu sekam padi pada konsentrasi
tepung buah lindur mempunyai derajat 30% (b/b) selama 24 jam dapat menurunkan
putih yang rendah tetapi justru dalam kadar tanin dan HCN dalam buah lindur
aplikasi untuk pengolahan pangan tidak sampai batas aman untuk dikonsumsi. Proses
dibutuhkan pewarna makanan. pengolahan tepung pada suhu pengeringan
Reaksi pencoklatan enzimatis terhadap 70 oC selama 10 jam menghasilkan tepung
senyawa fenolik tersebut banyak dikatalisis buah lindur dengan sifat fisik dan kimia
oleh enzim katekol oksigenase (dalam bentuk yang memenuhi persyaratan sebagai bahan
polifenol oksidase) yang keluar apabila pangan.
bahan terluka. Pada tahap awal terjadi reaksi
hidroksilase monofenol menjadi difenol DAFTAR PUSTAKA
selanjutnya oksidasi difenol menjadi kuinon
yang berkontribusi terhadap warna gelap, AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of
kuning, oranye, dan coklat (Harrison and The Association of Official Analytical
Dake, 2005). Selain disebabkan oleh adanya Chemist. Association of Official
reaksi enzimatis, timbulnya warna coklat Analytical Chemist. Washington, D.C.
juga disebabkan oleh reaksi non enzimatis Ambarsari, Indrie, Sarjana, dan Abdul
akibat proses pemanasan. Choliq. 2009. Rekomendasi dalam
Menurut McWilliam (2001), proses Penetapan Standar Mutu Tepung
pemanasan dapat menyebabkan terjadinya Ubi Jalar. Balai Pengkajian Teknologi
reaksi maillard antara gula pereduksi dari pati Pertanian (BPTP). Jawa Tengah.
dan asam amino (gugus amino primer) dari Aviara NA and Ajibola OO. 2001.
protein yang menghasilkan pembentukan Thermodynamics of Moisture Sorption
warna coklat. Perubahan warna yang terjadi in Melon Seed and Cassava. Journal of
selama reaksi maillard terjadi karena warna Food Engineering 55 :107–113.

196
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

Awika JM, Yang LY, Browning JD, and Faraj with Proteins. Journal of Pharmaceutical
A. 2009. Comparative Antioxidant, and Biomedical Analysis. 51: 490-495.
Antipoliferatif and Phase II Enzyme Fortuna J. 2005. Ditemukan Buah Bakau
Inducing Potential of Sorghum Sebagai Makanan Pokok. Dilihat
(Sorghum bicolor) Varieties. LWT - Food 3 Desember 2011. <http://www.
Science and Technology Journal. 42: 1041- tempointeraktif.com.>
1046. Ginting E, Widodo Y, Rahayuningsih SA,
Azizah N. 2007. Evaluasi Sifat Fisiko-Kimia dan Jusuf M. 2005. Karakteristik
dan Sensoris Jenang (Kajian Pengaruh Pati Beberapa Varietas Ubi Jalar.
Jenis dan Proporsi Tepung Ketan - Jurnal Penelitian Tanaman Pangan.
Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) Varietas Puslitbangtan. Bogor, 1(24):8-17.
Ayamurasaki dan Klon MSU 163- Hagerman AE. 2002. Tannin Chemistry.
9. Fakultas Teknologi Pertanian, Departement Chemistry and Bio-
Universitas Brawijaya. Malang. chemistry. Miami University. Oxford,
Bayu A. 2009. Hutan Mangrove sebagai Salah USA.
Satu Sumber Produk Alam Laut. Jurnal Hariyadi P. 2011. Pengeringan (Drying)/
Oseana 34 (2) : 15-23. Dehidrasi (Dehydration). Departemen
Baskin SI and Brewer TG. 2006. Cyanide Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta,
Poisoning Chapter Pharmacology Division. IPB. Bogor.
Army Medical Research Institute of Harrison and Dake. 2005. An Expeditions
Chemical Defense, Aberdeen Proving High Yielding Construction of the
Ground, Maryland. USA. Food Aroma Compounds 6-acetyl-
Bengen D. 2002. Sinopsis Ekosistem dan 1,2,3,4-tetradydropyridine and 2-
Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut. acetyl-1-pyrraline. Journal Org. Chem.
Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan 70(26) : 10872-10874.
Lautan IPB, Bogor. Hartati NS dan Prana TK. 2003. Analisis Kadar
Brisske LK, Lee SY, Klein BP, and Cadwallder Pati dan Serat Kasar Tepung Beberapa
KR. 2004. Development of a Prototype Kultivar Talas (Colocasia esculenta L.
High-Energy, Nutrient-Dense Food Schott). Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI,
Product for Emergency Relief. Univ. of Cibinong. Bogor. Jurnal Natur Indonesia
Illionis Urbana-Champaign. 6(1): 29-33
Brown B. 2006. Cooking with Mangroves. Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna
Yayasan Mangrove by Mangrove pada Habitat Mangrove. Dilihat
Action Project – Indonesia. tanggal 15 Oktober 2011. <http://www.
Chayati I, Handayani THW, Nugraheni M, irwantoshut.com.>
dan Ratnaningsih N. 2008. Teknologi Ketaren. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan
Pengolahan Pati Garut dan Diversifikasi Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Produk Olahannya Dalam Rangka Lewless DM and Heymanann. 1998. Sensory
Peningkatan Ketahanan Pangan. Evaluation of Food. Chapman and Hall.
Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan New York
Busana. Fakultas Teknik Universitas Lidiasari E, Merynda IS, dan Friska S. 2006.
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Pengaruh Perbedaan Suhu Pengeringan
Crissanty PA. 2012. Penurunan Kadar Tanin Tepung Tapai Ubi Kayu terhadap Mutu
pada Buah Mangrove Jenis Brugueira Fisik dan Kimia yang dihasilkan. Jurusan
gymnorrhiza, Rhyzophora stylosa dan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Avicennia marina Untuk Diolah Menjadi Universitas Sriwijaya. Jurnal Ilmu-Ilmu
Tepung Mangrove. Jurusan Teknologi Pertanian Indonesia. 8(2): 141-146.
Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, McWilliams M. 2001. Food Experimental Perspec-
Universitas Brawijaya. Malang. tives. Prentise Hall Inc. New Jersey.
Elwood VR. 2006. Activated Carbon Basic. Muchtadi. 1992. Petunjuk Laboratorium
Dilihat 10 Nopember 2011. <http:// Teknologi Pengolahan Pangan Nabati.
www.wqpmag.com>. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Frazier RA, Deaville ER, Green RJ, Stringano Nebiyu A and Getachew E. 2011. Soaking
E, Willoughby I, Plant J, and Mueller- and Drying of Cassava Roots Reduced
Harvey I. 2010. Interaction of Tea Cyanogenic Potential of Three Cassava
Tannins and Condensed Tannins Varieties at Jimma, Southwest Ethiopia.

197
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember 2012] 187-198
Produksi Tepung Buah Lindur [Sulistyawati, dkk]

Department of Horticulture and Plant Grant). Dilihat tanggal 17 Januari 2012.


Sciences, Jimma University, Ethiopia. <digilib.usu.ac.id.>
African Journal of Biotechnology. 10(62) : SNI 01-3727-1995. Tepung Jagung.
13465-13469. Standar Nasional Indonesia. Badan
Piliang WG dan Djojosoebagio Al Haj S. 2002. Standarisasi Nasional.
Fisiologi Nutrisi. Vol. I. Edisi Ke-4. IPB SNI 01-3751-2006. Tepung Terigu.
Press, Bogor. Standar Nasional Indonesia. Badan
Purnobasuki. 2011. Hasil Penelitian Standarisasi Nasional.
Kandungan Buah Bruguiera SNI 01-2997-1996. Tepung Singkong.
gymnorrhiza. Dilihat tanggal 13 Standar Nasional Indonesia. Badan
September 2001. <www.potensi_ Standarisasi Nasional.
mangrove. skp.unair.ac.id.> SNI 01-3549-2009. Tepung Beras. Standar
Richana N dan Titi CS. 2004. Karakterisasi Nasional Indonesia. Badan
Sifat Fisikokimia Tepung dan Pati dari Standarisasi Nasional.
Umbi Ganyong, Suweg, Ubikelapa dan Suryaningrum RD, Sulthon M, Sigit P, dan
Gembili. Balai Besar Penelitian dan Khoirin M. 2007. Peningkatan Kadar
Pengembangan Pascapanen Pertanian. Tanin dan Penurunan Kadar Klorin
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut sebagai Upaya Peningkatan Nilai
Pertanian Bogor. Guna Teh Celup. Program Kreativitas
Sadana D. 2007. Buah Aibon di Biak Timur Mahasiswa Ilmiah. Universitas
Mengandung Karbohidrat Tinggi. Muhammadiyah Malang.
Situs Resmi Pemda Biak Num for Wanma A. 2007. Pemanfaatan Hutan
news_.htm. Bruguiera gymnorhiza (L) Lamk.
Sembodo B. 2005. Isoterm Kesetimbangan Sebagai Bahan Penghasil Karbohidrat.
Adsorbsi Timbal pada Abu Sekam Warta Konservasi Lahan Basah 15(2): 6-7.
Padi. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Teknik, UNS. Solo. IV(4) : 100-105. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sitepu JM. 2009. Pengaruh Waktu Yissaproyogo. 2010. Zat Antigizi. Dilihat
Perendaman Terhadap Penurunan tanggal 8 Oktober 2011.<http://
Kadar Asam Sianida (HCN) Pada yissaproyogo.wordperss.com.>
Ubi Kayu Pahit (Manihot esculenta

198

Anda mungkin juga menyukai