Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nafisa Mahdafikia

NPM : 1714221017
Prodi : Ilmu Kelautan
Mata Kuliah : Ekotoksikologi laut (UJIAN)

Soal :
1. Jelaskan secara rinci perbedaan antara Bioakumulasi dan Biomagnifikasi ?
2. Jelaskan secara rinci apakah yang dimaksud dengan LC50 ?
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya,
bagaimana dampak di biota jika konsentrasinya melebihi ambang batas ?
4. Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa
toksik ?
5. Jelaskan bagaimana mekanisme buangan air panas dari PLTU bisa
mengakibatkan toksik bagi biota dan kondisi perairan di laut ?
Jawab :
1. Bioakumulasi merupakan peningkatan konsentrasi polutan dalam organ atau
jaringan tertentu pada tingkatan lebih tinggi dari kondisi normal biasa.
Bioakumulasi terjadi ketika suatu substansi diserap oleh tubuh organisme
dengan laju yang lebih cepat daripada pengeluaran substansi tersebut lewat
proses katabolisme dan ekskresi. Selain itu bioakumulasi juga terjadi melalui
adsorpsi pasif atau aktif dalam jaringan atau bagian keras (cangkang/tulang).
Semakin panjang waktu paruh biologis suatu substansi, maka semakin besar
risiko keracunan yang dihadapi, bahkan jika konsentrasi racun tersebut tidak
terlalu tinggi.

Bioakumulasi adalah jumlah dari dua proses: biokonstentrasi dan


biomagnifikasi. Biokonstentrasi adalah pengambilan langsung suatu zat oleh
organisme hidup dari medium "misalnya, air melalui kulit, insang, atau paru-
paru Bioakumulasi mengacu pada peningkatan konsentrasi polutan dalam
suatu organisme Ini biasanya terjadi ketika organisme mencerna zat tertentu
atau pada bagaimana suatu polutan memasuki rantai makanan. Sebagian besar
organisme terkontaminasi akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi,
sementara organisme yang hidup di air terkontaminasi langsung dari air yang
dikenal sebagai biokonsentrasi. Contoh dari bioakumulasi akan fitoplankton
dan organisme mikroskopis lainnya menyerap polutan seperti DDT, timbal,
dan merkuri, dan menyimpannya dalam jaringan mereka.

Biomagnifikasi peningkatan konsentrasi seperti DDT, PCB’s, dan kimia lain


yang sulit terdegradasi dan larut dalam lemak dalam organisme pada urutan
tingkatan tropik lebih tinggi dari rantai atau jejaring makanan. Senyawa
polutan penyebab biomagnifikasi umumnya bersifat mobile (mudah
berpindah), long-lived (berumur panjang), larut lemak dan bersifat aktif secara
biologis. Jika polutan berumur pendek maka polutan akan dipecah sebelum
menjadi berbahaya; jika polutan tidak mobile, maka polutan akan menetap di
satu tempat dan organisme yang terpengaruh hanya dalam kisaran geografi
sempit; jika polutan larut dalam air, maka polutan akan diekskresikan oleh
organisme sedangkan polutan yang larut dalam lemak akan dapat bertahan di
tempat-tempat penyimpanan lemak dalam waktu yang cukup lama.

Biomagnifikasi mengacu pada peningkatan konsentrasi polutan ketika mereka


bergerak dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya. Contoh dari
biomagnifikasi akan ketika ikan kecil memakan organisme mikroskopis yang
terkontaminasi, dan ikan besar memakan ikan kecil. Jadi, pertama, polutan
ditransfer dari organisme mikroskopis ke ikan kecil yang memakannya, dan
kemudian ke ikan besar yang memakan ikan-ikan kecil. Sebagai beban polutan
dilewatkan dari satu organisme ke organisme lain, itu akan diperkuat, dan
dengan demikian, biomagnifikasi juga dikenal sebagai bioamplifikasi.

2. Lethal Concentration 50 (LC50) yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan


kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan
grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC 50
48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji. Lethal Concentration 50
atau biasa disingkat LC50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan
keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC50 adalah pada
konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 % dari organisme uji.
Penentuan LC50 digunakan untuk mempersempit kisaran konsentrasi
mematikan suatu senyawa. Pada penentuan LC50, diberikan senyawa dengan
berbagai konsentrasi.
Berdasarkan kepada lamanya, metode penambahan larutan uji dan maksud
serta tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut (Rosianna
2006) :
1. Klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term
bioassay), jangka menengah (intermediate bioassay) dan uji hayati jangka
panjang (long term bioassay).
2. Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan,
yaitu uji hayati statik (static bioassay), pergantian larutan (renewal biossay),
mengalir (flow trough bioassay).
3. Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian adalah pemantauan
kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan
toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji.

Untuk mengetahui nilai LC50 digunakan uji static. Ada dua tahapan dalam
penelitian yaitu:
1. Uji pendahuluan yaitu untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan
kematian terkecil mendekati 50%.
2. Uji lanjutan yaitu setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan
konsentrasi akut berdasarkan seri logaritma konsentrasi. Adapun kriteria
toksisitas suatu perairan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50 48 jam pada lingkungan
perairan :
3. Logam berat merupakan logam - logam yang memiliki berat jenis lebih berat
dari 5 gr/cm3, (nomor atom 22 – 92 pada system periodik tabel). Pencemaran
logam terjadi karena adanya penggunaan logam tersebut dalam kegiatan
manusia, sehingga menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Daya
toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies,
lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan
individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. logam berat memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
a. Logam berat sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi pada
lingkungan
b. Logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh organisme dan konsentrasi
dapat semakin tinggi, atau dapat mengalami bioakumulasi dan
biomagnifikasi
c. Logam berat mudah terakumulasi pada sedimen, sehingga konsentrasi selalu
lebih tinggi daripada konsentrasi logam dalam air.

Jenis- jenis logam berat :


Arsenik (As) merupakan satu unsur paling beracun dan dijumpai dalam tanah,
air dan udara. Kontaminasi arsenik telah terjadi sebagai akibat dari kedua
proses geologi alam dan kegiatan manusia. Sebagian besar cat, pewarna, sabun,
logam, semikonduktor dan obat-obatan mengandung arsenik.
Kadmium (Cd) adalah produk sampingan dari produksi seng. Tanah dan
batuan, termasuk batu bara dan mineral pupuk, mengandung beberapa jumlah
kadmium. Kadmium memiliki banyak aplikasi, misalnya dalam baterai,
pigmen, plastik dan coating logam dan secara luas digunakan dalam
elektroplating.
Chromium (Cr) hadir dalam batuan, tanah, hewan dan tumbuhan. Senyawa
chromium sangat banyak terdapat dalam sedimen air. Pencemaran kromium
berasal dari buangan industri-industri pelapisan krom, pabrik tekstil, pabrik cat,
penyamakan kulit, pabrik tinta dan pengilangan minyak. Hal tersebut berasal
dari natrium kromat dan natrium dikromat yang merupakan spesies krom (VI)
bersifat toksik.
Aluminium (Al) secara alami ada dalam makanan. Aluminium dan
senyawanya buruk diserap pada manusia meskipun pada tingkat dimana merek
bisa diserap oleh manusia.
Besi (Fe) adalah logam transisi paling melimpah di kerak bumi. Aspek
biologisnya adalah nutrisi paling penting bagi makhluk hidup karena
merupakan kofaktor bagi banyak protein penting dan enzim.
Timbal (Pb) tersebar di alam dalam jumlah yang sangat sedikit. Penyebaran
logam ini diseluruh lapisan bumi hanya sekitar 0,0002% dari kerak bumi.
Timbal dapat berbentuk logam murni maupun senyawa inorganik dan organik.
Argentum (Ag) ditemukan pada Industri Listrik (alat konduktor listrik,
baterai), Industri Kimia (fotografi, katalis), pengelasan.
Cuprum (Cu) ditemukan pada Industri listrik (elektronik), industri kayu (zat
preservatif kayu), industri cat (antikarat).
Hydrargyrum (Hg) Industri kimia (produksi alkali-khlor, pestisida,
obatobatan, katalis), industri listrik (peralatan listrik), industri cat (anti jamur).

Pengaruh logam pada biota jika melebihi ambang batas


Tingginya kandungan logam di perairan dan sedimen akan menyebabkan
terjadingan akumulasi logam berat dalam tubuh biota perairan. Logam berat
dapat berpindah dari lingkungan ke organisme, dan dari organisme satu ke
organisme lain melalui rantai makanan. Kemudian logam yang ada diperairan
tersebut akan turun dan mengendap membentuk sedimentasi, dan biota laut
yang mencari makan didasar perairan akan terkontaminasi oleh logam tersebut.
Jika biota laut yang telah terkontaminasi tersebut dikonsumsi oleh manusia
dalam jangka waktu tertentu akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan
manusia.

4. Fosfat (PO4), nitrat (NO3) dan (Si) merupakan zat hara yang penting bagi
pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton yang merupakan indikator untuk
mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan perairan. Sumber utama zat hara
fosfat dan nitrat berasal dari perairan itu sendiri yaitu melalui proses-proses
penguraian pelapukan ataupun dekomposisi tumbuh-tumbuhan dan sisa-sisa
organisme mati. Namun bila ketiga zat tersebut konsentrasinya sangat besar di
perairan dan melebihi nilai ambang batas maka akan menjadi senyawa toksik
dan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (pengayaan zat hara) yang ditandai
dengan terjadinya blooming fitoplankton. Blooming fitoplankton dapat pula
menyebabkan terjadinya HABS (Harmfull Alga Blooms). Selain itu, dampak
negatif yang ditimbulkan dari Blooming fitoplankton juga dapat menyebabkan
tertutupnya permukaan perairan sehingga perairan tersebut mengalami deplesi
oksigen yang dapat menurunkan kualitas suatu perairan, hal tersebut juga akan
berpengaruh terhadap fungsi dari insang ikan dan juga akan menyebabkan
biota perairan mengalami keracunan bahkan sampai kematian akibat adanya
ledakan fitoplankton tersebut.

5. Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini terdapat fasilitas kanal
untuk memompa air laut yang kemudian air laut tersebut digunakan sebagai
pendingin pada sistem pendingin PLTU, sehingga menghasilkan air panas yang
kemudian limbah panas yang telah dihasilkan tersebut dibuang ke laut melalui
kanal pembuangan air panas (outlet). Pembuangan limbah yang berupa air
panas ini akan mengakibatkan temperatur air di dekat pipa dan di sekitar
daerah ujung pipa tersebut akan mengalami kenaikan hingga sebesar 15ºC dari
kondisi suhu perairan normal. Kenaikan temperatur air laut ini selain akan
mengurangi efisiensi kerja sistem pendingin PLTU Batang juga akan
mempengaruhi ekosistem perairan sekitar, seperti kualitas air, sirkulasi air
lokal yang berubah dan kematian biota akibat pencemaran limbah air panas.
Limbah air panas tersebut akan menyebabkan meningkatnya konsentrasi nitrat,
amonia, TSS meningkat, klorin dan kadar logam berat juga meningkat, dan
menurunkan kadar oksigen dalam air sehingga menurunkan kualitas suatu
perairan dan dapat merusak ekosistem perairan sekitar. Hal tersebut yang
memicu terjadinya kematian pada biota yang ada di perairan.

Sumber :
Puspitasari, R. (2007). Laju Polutan Dalam Ekosistem Laut. Majalah Ilmiah
Semi Populer, OSEANA, 32(2).
Setiawan, H. (2013). Akumulasi dan Distribusi Logam Berat pada Vegetasi
Mangrove di Pesisir Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Kehutanan, 7(1), 12-
24.
Wahyuni, H., Sasongko, S. B., & Sasongko, D. P. (2013). Konsentrasi logam
berat di perairan, sedimen dan biota dengan faktor biokonsentrasinya di
perairan batu belubang, kab. bangka tengah. METANA, 9(02).
Wibowo, N. T., Sugianto, D. N., & Indrayanti, E. (2012). Studi Model
Persebaran Panas Pada Perairan Dalam Rencana Pembangunan Pltu
Karanggeneng Roban, Batang. Journal of Oceanography, 1(2), 102-110.

Anda mungkin juga menyukai