0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
38 tayangan60 halaman
Logam berat memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta dapat menimbulkan efek toksik pada makhluk hidup. Toksisitas logam berat bergantung pada spesies, lokasi, umur, dan kemampuan detoksifikasi. Logam berat dapat masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan, pencernaan, atau kulit dan menyebabkan gangguan organ tubuh.
Logam berat memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta dapat menimbulkan efek toksik pada makhluk hidup. Toksisitas logam berat bergantung pada spesies, lokasi, umur, dan kemampuan detoksifikasi. Logam berat dapat masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan, pencernaan, atau kulit dan menyebabkan gangguan organ tubuh.
Logam berat memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta dapat menimbulkan efek toksik pada makhluk hidup. Toksisitas logam berat bergantung pada spesies, lokasi, umur, dan kemampuan detoksifikasi. Logam berat dapat masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan, pencernaan, atau kulit dan menyebabkan gangguan organ tubuh.
Menurut Connell (2005), logam berat adalah suatu logam dengan berat jenis lebih besar dari 5 g/cm3 . Unsur yang termasuk logam berat adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn. Logam berat memiliki sifat fisik berkilau, lunak atau dapat ditempa, serta mempunyai daya hantar panas dan listrik yang tinggi. Logam berat juga memiliki sifat kimia yaitu dapat larut dalam pelarut asam. Berbeda dengan logam biasa, logam berat dapat menimbulkan keracunan pada makhluk hidup jika melebihi konsentrasi 0,05 ppm. Beberapa jenis logam berat masih dibutuhkan oleh makhluk hidup, namun dalam jumlah yang sangat sedikit (Palar, 1994). Menurut Vouk (1986) terdapat 80 dari 109 unsur kimia di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis logam berat. Berdasarkan efek toksik, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis: 1. logam berat esensial 2. nonesensial. Keberadaan logam berat esensial dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun.
Contoh logam berat esensial adalah Zn,
Cu, Fe, Co, dan Mn. Logam berat tidak esensial atau beracun, yaitu logam berat yang terdapat dalam tubuh tetapi belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, dan Cr. Logam berat tersebut dapat menimbulkan gangguan metabolisme bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan menghambat kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terganggu. Selain itu, logam berat akan menyebabkan alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia. Jalur masuknya logam berat ke dalam tubuh dapat melalui kulit, pernapasan dan pencernaan (Yu, 2004). Logam berat dalam perairan dapat terakumulasi pada padatan di dalam perairan / sedimen. Pada umumnya logam berat yang terakumulasi di dalam sedimen tidak berbahaya, namun adanya pengaruh kondisi kimia akuatik seperti perubahan pH dapat menyebabkan logam barat yang terakumulasi pada sedimen terionisasi ke perairan. Hal ini menjadikan logam-logam berat bersifat racun bagi kehidupan perairan (Connel and Miller, 1995). 2. Sifat toksisitas logam berat Dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu . Logam berat yang bersifat toksik tinggi terdiri dari unsur – unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur – unsur Cr, Ni,dan Co Bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe. Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. 3. Sumber Logam – logam di atmosfer berdasarkan sumber alamiahnya berasal dari: 1. Debu – debu dari kegiatan gunung berapi 2. Erosi dan pelapukan tebing dan tanah 3. Asap dari kebakaran hutan 4. Aerosol dan partikulat dari permukaan laut Masuknya logam ke dalam lingkungan laut secara alamiah dapat digolongkan menurut Bryan (1976) sebagai berikut: 1. Pasokan dari daerah pantai, yang meliputi masukan dari sungai – sungai dan erosi yang disebabkan oleh gerakan gelombang dan gletser, 2. Pasokan dari laut dalam yang meliputi logam – logam yang dilepaskan gunung berapi di laut dalam dan dari partikel atau endapan oleh adanya proses kimiawi, 3. Pasokan yang melampui lingkungan dekat pantai dan meliputi logam yang diangkut ke dalam atmosfer sebagai partikel – partikel debu atau sebagai aerosol dan juga bahan yang dihasilkan oleh erosi gletser di daerah kutub dan diangkut oleh es – es yang mengambang. Organisme air mempunyai kemampuan mengabsorbsi dan mengakumulasi logam berat yang berasal dari lingkungannya (Wood,1979). Akumulasi yang terjadi pada organisme melalui proses biologis disebut bioakumulasi (Hutagalung,1984). Sifat akumulatif ini disebabkan karena kebutuhan organisme terhadap unsur kelumit/trace element (unsur yang dibutuhkan dalam konsentrasi kecil) logam berat bersifat esensial dan karena logam tersebut yang cenderung membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik, demikian pula dengan logam toksik timbal (Pb). Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur, daya tahan, dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Toksisitas pada spesies biota dibedakan menurut kriteria sebagai berikut : 1. biota air, 2. biota darat 3. biota laboratorium. Toksisitas menurut lokasi dibagi menurut kondisi tempat mereka hidup, (Palar, 1994) yaitu 1.daerah pencemaran berat, 2.daerah pencemaran sedang 3.daerah nonpolusi Umur biota juga sangat berpengaruh terhadap daya toksisitas logam, yang umurnya muda lebih peka. Daya tahan makhluk hidup terhadap toksisitas logam juga tergantung pada daya detoksikasi individu yang bersangkutan dan faktor kesehatan sangat mempengaruhi. Logam berat pada umumnya kebanyakan diserap oleh tubuh hewan air dalam bentuk ion. Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui beberapa jalan, yaitu: 1.saluran pernapasan, 2.Saluran pencernaan 3.penetrasi melalui kulit. Absorpsi logam melalui saluran pernapasan biasanya cukup besar, baik pada hewan air yang masuk melalui insang, maupun hewan darat yang masuk melalui debu di udara ke saluran pernapasan Melalui Saluran Pernafasan(inhalasi-> diabsorbsi oleh selaput lendir alat pernapasan). Berakibat rusaknya saluran pernafasan yg dilalui zat pencemar tersebut, dengan gejala: iritasi, batuk, sesak nafas, edema bronkus dan akhirnya dapat mengakibatkan respon alergi maupun kanker paru paru. Absorpsi melalui saluran pencernaan hanya beberapa persen saja, tetapi jumlah logam yang masuk melalui saluran pencernaan biasanya cukup besar. Melalui Saluran Pencernaan (mulut): mengakibatkan terganggu atau rusaknya saluran pencernaan yg dilalui. Gejala yg mungkin nampak adalah mual, muntah, nyeri lambung, konstipasi. Akibat yg lebih parah adalah terjadi ulcus pepticum maupun kanker saluran pencernaan. Sedangkan logam yang masuk melalui kulit jumlah dan absorpsinya relatif kecil. Melalui Kulit: (bersentuhan, gigitan hewan, suntikan) Berakibat rusaknya kulit yg terpapar zat pencemar tersebut dengan gejala; iritasi maupun kulit menjadi sensitif, dan mengakibatkan urtikaria, kanker kulit. Di dalam tubuh hewan, logam masuk ke dalam pembuluh darah, selanjutnya berikatan dengan protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi (hati), dan ekskresi (ginjal). Di dalam kedua jaringan tersebut biasanya logam juga berikatan dengan berbagai jenis protein baik enzim maupun protein lain yang disebut metalotionein. Biasanya kerusakan jaringan oleh logam terdapat pada beberapa lokasi baik tempat masuknya logam maupun tempat penimbunannya. Akibat yang ditimbulkan dari toksisitas logam ini dapat berupa kerusakan fisik (erosi, degenerasi, nekrosis) dan dapat berupa gangguan fisiologik (gangguan fungsi enzim dan gangguan metabolisme). Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas dan keanekaragaman ekosistem. Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dipengaruhi oleh kadar dan sumber zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas, dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sistem perairan laut (Darmono, 2001). Pencemaran logam berat terhadap lingkungan terjadi karena adanya penggunaan logam tersebut dalam kegiatan manusia, sehingga menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Terserapnya zat pencemar/racun ke dalam suatu organ ; melalui mekanisme Difusi, dimana sebagian besar zat pencemar melewati membran sel secara difusi. Difusi terjadi karena adanya perbedaan kadar zat. Endositosis: Bila partikel padat - fagositosis Bila partikel cair - pinositosis. Pengaruh racun/pencemar pada manusia dapat dipelajari dari Kasus Pencemaran sbb (Soemirat,2003)
1. Bom atom di Hirosima dan Nagasaki.
Detonasi bom akan menimbulkan asap berbentuk jamur,shg fall out nya menyebar sangat jauh. Debu atau partikulat radioaktif akan menimbulkan efek kronis. Kronis: tertelannya /terhirupnya bahan beracun dalam dosis rendah ttp jangka waktu panjang.
Akut: dosis tinggi ttp waktu singkat’
2. Pencemaran Hg Contoh di Jepang yg pernah diindetifikasi bersumber dari pabrik plastik berbahan baku vinylklorida dan asetaldehida. Pabrik tsb membuang limbahnya ke Teluk Minamata, shg ikan yg berada diperairan tsb mengandung Hg. Selama th 1953 – 1960, ditemukan 111 orang keracunan Hg, dengan gejala awal cepat lelah, sakit kepala,lengan dan kaki kebas, sulit menelan, pandangan kabur dan lapangan penglihatan menciut.
Selanjutnya sulit mendengar dan kehilangan
koordinasi otot. 43 orang meninggal akibat infeksi sekender atau sakit yg kian parah. 19 bayi lahir cacat dimana ibu yg melahirkan hanya menderita keracunan yg ringan. Selanjutnya dikenal dgn nama penyakit Minamata . Di Indonesia kasus pencemaran Hg ditemukan di berbagai tempat,. Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) ditemukan a l. Di Pongkor Jabar dan di Sulawessi ,dilaporkan Hg ditemukan di sedimen sungai dan ditanah, karena air limbah PETI tsb langsung dibuang ke perairan disekitarnya. Air limbah PETI mengandung Hg 685 % diatas standart. Tragedi teluk Buyat (Minahasa), sbg akibat dari pembuangan limbah PT Newmont ke laut. Ratusan warga menderita penyakit minamata, diduga akibat terkontaminasi As dan Hg yg mencemari Teluk Buyat. Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala. . Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004. Dari laporan-laporan penelitian tersebut, ditemukan kesamaan pola penyebaran logam- logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb), dan Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing Newmont. Hg dapat berakumulasi dan terbawa ke organ- organ tubuh lainnya, menyebabkan bronchitis, sampai rusaknya paru-paru. Gejala keracunan Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, gangguan psikologi (rasa cemas dan sifat agresif), dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang tinggi mengakibatkan kerusakan sel-sel saraf di otak kecil, gangguan pada luas pandang, kerusakan sarung selaput saraf dan bagian dari otak kecil. Turunan oleh Merkuri (biasanya etil merkuri) pada proses kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang dapat berupa cerebral palsy maupun gangguan mental. Sedangkan keracunan Merkuri yang akut dapat menyebabkan kerusakan saluran pencernaan, gangguan kardiovaskuler, kegagalan ginjal akut maupun shock. 3. Pencemaran Cd
Bersumber dari limbah pertambangan timah
hitam ( contoh di Toyama Jepang). Uap yg mengandung Cd terbawa air masuk kesawah, shg padi yg dihasilkan tercemar Cd. Akhirnya masyarakat yg mengkonsumsi beras tsb akan menderita keracunan Cd (penyakit Itai itai). Kasus serupa juga terjadi di Ishinosawa, bersumber dari pabrik pelelehan seng, dimana limbah cair langsung dibuang ke perairan. Dapat menimbulkan kerusakan ginjal, naiknya tekanan darah, rusaknya sel sel darah merah serta bersifat toksin untuk biota perairan. Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan hati, dan gangguan kardiovaskuler. Kadmium dapat pula merusak tulang (osteomalacia, osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah. Gejala umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk – batuk, dan lemah. 4. TCDD (2,3,7,8. Tetraklor dibenzo-p- dioksin) mencemari lingkungan akibat meledaknya pabrik kimia di Sevesco Italia th 1976. Ribuan orang terpapar dioksin, dengan gejala iritasi kulit, memerah, bengkak dan melepuh. Kerusakan pertama terjadi pada pohon yg menjadi coklat dan berlubang serta mematikan tanaman pangan, rumput, dan juga hewan. 5. Pencemaran Pb Bersumber dari buangan gas kendaraan bermotor, (yang dibubuhkan ke dalam BBM dalam bentuk Tetra Etil Lead /TEL), juga bersumber dari asap cerobong pabrik, limbah dari pertambangan biji timah hitam, limbah industri baterai, makanan kaleng dimana makanan yg diasamkan dapat melarutkan Pb dari wadah atau alat pengolahnya. Pb. Dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh, menurunkan kecerdasan bila masuk kedalam aliran darah dan merusak jaringan otak. Keracunan akut Pb dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf pusat, koma dan kematian. Sedangkan keracunan akut ringan dapat menyebabkan turunnya tekanan darah dan berat badan , gejala keracunan kronis dapat berupa insomnia. Dalam peredaran darah dan otak dapat menyebabkan gangguan sintesis hemoglobin darah, gangguan neurologi (susunan syaraf), gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau kronik sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru- paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ pada anak kecil jika terdapat 10-20 myugram/dl dalam darah. 6. Trihalometan (THM),
senyawa organoklorin yg terbentuk dari
zat organik dan klorin. Sumbernya dari sistem pengolahan air minum yg menggunakan air baku yg banyak mengandung zat organik dan dilakukan desinfeksi dengan klorin. Dilaporkan bahwa THM dpt menimbulkan kanker kandung kemih. 7. Arsenik (As) Dalam tubuh dapat mengganggu daya pandang mata, hiperpigmentasi (kulit menjadi berwarna gelap), hiperkeratosis (penebalan kulit), pencetus kanker, infeksi kulit (dermatitis). Dapat menyebabkan kegagalan fungsi sumsum tulang, menurunnya sel darah, gangguan fungsi hati, kerusakan ginjal, gangguan pernafasan, kerusakan pembuluh darah, varises, gangguan sistem reproduksi, menurunnya daya tahan tubuh, dan gangguan saluran pencernaan. Dampak kandungan logam berat memang sangat berbahaya bagi kesehatan. Namun, kita dapat mencegahnya dengan meningkatkan kesadaran untuk ikut serta melestarikan sumber daya hayati serta menjaga kesehatan baik untuk diri sendiri maupun keluarga Salah satu cara sederhana untuk menjaga kesehatan adalah dengan mendeteksi kondisi air yang kita gunakan sehari-hari, terutama kebutuhan untuk minum. Jika kondisi air Anda sudah terdeteksi, maka akumulasi logam berat dalam tubuh dapat kita cegah Proses Pencemaran Air Laut Oleh Logam Berat Air laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain- lain). polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai makanan. Fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores, tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik level tertinggi. Ikan predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung logam berat yang tinggi karena cara makannya menyaring air masuk ke dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi yang di air. Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Pustaka 1. Fachruddin M Mangunjaya. 2006. Hidup Harmonis dengan Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2. Yuli Soemirat. 2003. Toksikologi Lingkungan. UGM Press. Yogyakarta. 3. Wisnu Arya Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta. 4. Palar H. P Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta;. 2008 Connel DW & Miller GJ. 1995. Kimia dan ekotoksikologi pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta