Anda di halaman 1dari 60

1.

Pengertian logam berat


 Menurut Connell (2005), logam berat adalah
suatu logam dengan berat jenis lebih besar
dari 5 g/cm3 . Unsur yang termasuk logam
berat adalah Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn.
Logam berat memiliki sifat fisik berkilau, lunak
atau dapat ditempa, serta mempunyai daya
hantar panas dan listrik yang tinggi.
 Logam berat juga memiliki sifat kimia
yaitu dapat larut dalam pelarut asam.
Berbeda dengan logam biasa, logam
berat dapat menimbulkan keracunan
pada makhluk hidup jika melebihi
konsentrasi 0,05 ppm.
 Beberapa jenis logam berat masih dibutuhkan oleh
makhluk hidup, namun dalam jumlah yang sangat
sedikit (Palar, 1994).
 Menurut Vouk (1986) terdapat 80 dari 109 unsur kimia
di muka bumi ini yang telah teridentifikasi sebagai jenis
logam berat.
 Berdasarkan efek toksik, logam berat dapat dibagi
dalam dua jenis:
 1. logam berat esensial
 2. nonesensial.
 Keberadaan logam berat esensial dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup, namun dalam jumlah
yang berlebihan dapat menimbulkan efek
racun.

 Contoh logam berat esensial adalah Zn,


Cu, Fe, Co, dan Mn.
 Logam berat tidak esensial atau beracun,
yaitu logam berat yang terdapat dalam
tubuh tetapi belum diketahui manfaatnya
atau bahkan dapat bersifat racun, seperti
Hg, Cd, Pb, dan Cr.
 Logam berat tersebut dapat menimbulkan
gangguan metabolisme bagi manusia
tergantung pada bagian mana logam
berat tersebut terikat dalam tubuh.
 Daya racun yang dimiliki akan
menghambat kerja enzim, sehingga proses
metabolisme tubuh terganggu. Selain itu,
logam berat akan menyebabkan alergi,
mutagen, teratogen atau karsinogen bagi
manusia. Jalur masuknya logam berat ke
dalam tubuh dapat melalui kulit,
pernapasan dan pencernaan (Yu, 2004).
 Logam berat dalam perairan dapat terakumulasi
pada padatan di dalam perairan / sedimen.
 Pada umumnya logam berat yang terakumulasi di
dalam sedimen tidak berbahaya, namun adanya
pengaruh kondisi kimia akuatik seperti perubahan
pH dapat menyebabkan logam barat yang
terakumulasi pada sedimen terionisasi ke perairan.
 Hal ini menjadikan logam-logam berat bersifat
racun bagi kehidupan perairan (Connel and Miller,
1995).
2. Sifat toksisitas logam
berat
Dikelompokkan kedalam 3 kelompok, yaitu .
Logam berat yang bersifat toksik tinggi terdiri dari unsur
– unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn.
Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur – unsur Cr,
Ni,dan Co
Bersifat toksik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe.
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara
langsung terhadap kehidupan organisme maupun
efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan
manusia.
3. Sumber
 Logam – logam di atmosfer berdasarkan
sumber alamiahnya berasal dari:
 1. Debu – debu dari kegiatan gunung
berapi
 2. Erosi dan pelapukan tebing dan tanah
3. Asap dari kebakaran hutan
 4. Aerosol dan partikulat dari permukaan
laut
 Masuknya logam ke dalam lingkungan laut secara
alamiah dapat digolongkan menurut Bryan (1976)
sebagai berikut:
 1. Pasokan dari daerah pantai, yang meliputi masukan
dari sungai – sungai dan erosi yang disebabkan oleh
gerakan gelombang dan gletser,
 2. Pasokan dari laut dalam yang meliputi logam –
logam yang dilepaskan gunung berapi di laut dalam
dan dari partikel atau endapan oleh adanya proses
kimiawi,
 3. Pasokan yang melampui lingkungan
dekat pantai dan meliputi logam yang
diangkut ke dalam atmosfer sebagai
partikel – partikel debu atau sebagai
aerosol dan juga bahan yang dihasilkan
oleh erosi gletser di daerah kutub dan
diangkut oleh es – es yang
mengambang.
 Organisme air mempunyai kemampuan mengabsorbsi
dan mengakumulasi logam berat yang berasal dari
lingkungannya (Wood,1979).
 Akumulasi yang terjadi pada organisme melalui proses
biologis disebut bioakumulasi (Hutagalung,1984).
 Sifat akumulatif ini disebabkan karena kebutuhan
organisme terhadap unsur kelumit/trace element
(unsur yang dibutuhkan dalam konsentrasi kecil) logam
berat bersifat esensial dan karena logam tersebut yang
cenderung membentuk ikatan kompleks dengan bahan
organik, demikian pula dengan logam toksik timbal
(Pb).
 Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk
hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi,
umur, daya tahan, dan kemampuan individu
untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi.
 Toksisitas pada spesies biota dibedakan
menurut kriteria sebagai berikut :
1. biota air,
2. biota darat
3. biota laboratorium.
 Toksisitas menurut lokasi dibagi menurut
kondisi tempat mereka hidup, (Palar,
1994) yaitu
1.daerah pencemaran berat,
2.daerah pencemaran sedang
3.daerah nonpolusi
 Umur biota juga sangat berpengaruh
terhadap daya toksisitas logam, yang
umurnya muda lebih peka.
 Daya tahan makhluk hidup terhadap
toksisitas logam juga tergantung pada
daya detoksikasi individu yang
bersangkutan dan faktor kesehatan
sangat mempengaruhi.
 Logam berat pada umumnya
kebanyakan diserap oleh tubuh hewan
air dalam bentuk ion.
 Logam berat masuk ke dalam jaringan
tubuh makhluk hidup melalui beberapa
jalan, yaitu:
1.saluran pernapasan,
2.Saluran pencernaan
3.penetrasi melalui kulit.
 Absorpsi logam melalui saluran
pernapasan biasanya cukup besar, baik
pada hewan air yang masuk melalui
insang, maupun hewan darat yang
masuk melalui debu di udara ke saluran
pernapasan
 Melalui Saluran Pernafasan(inhalasi->
diabsorbsi oleh selaput lendir alat
pernapasan).
 Berakibat rusaknya saluran pernafasan
yg dilalui zat pencemar tersebut, dengan
gejala: iritasi, batuk, sesak nafas, edema
bronkus dan akhirnya dapat
mengakibatkan respon alergi maupun
kanker paru paru.
 Absorpsi melalui saluran pencernaan
hanya beberapa persen saja, tetapi
jumlah logam yang masuk melalui
saluran pencernaan biasanya cukup
besar.
 Melalui Saluran Pencernaan (mulut):
mengakibatkan terganggu atau rusaknya
saluran pencernaan yg dilalui. Gejala yg
mungkin nampak adalah mual, muntah,
nyeri lambung, konstipasi. Akibat yg lebih
parah adalah terjadi ulcus pepticum
maupun kanker saluran pencernaan.
 Sedangkan logam yang masuk melalui
kulit jumlah dan absorpsinya relatif kecil.
 Melalui Kulit: (bersentuhan, gigitan
hewan, suntikan) Berakibat rusaknya
kulit yg terpapar zat pencemar tersebut
dengan gejala; iritasi maupun kulit
menjadi sensitif, dan mengakibatkan
urtikaria, kanker kulit.
 Di dalam tubuh hewan, logam masuk ke
dalam pembuluh darah, selanjutnya
berikatan dengan protein darah yang
kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh.
 Akumulasi logam tertinggi biasanya
dalam organ detoksikasi (hati), dan
ekskresi (ginjal). Di dalam kedua jaringan
tersebut biasanya logam juga berikatan
dengan berbagai jenis protein baik enzim
maupun protein lain yang disebut
metalotionein.
 Biasanya kerusakan jaringan oleh logam
terdapat pada beberapa lokasi baik tempat
masuknya logam maupun tempat
penimbunannya.
 Akibat yang ditimbulkan dari toksisitas
logam ini dapat berupa kerusakan fisik
(erosi, degenerasi, nekrosis) dan dapat
berupa gangguan fisiologik (gangguan
fungsi enzim dan gangguan metabolisme).
 Pencemaran logam berat dapat merusak
lingkungan perairan dalam hal stabilitas dan
keanekaragaman ekosistem.
 Dari aspek ekologis, kerusakan ekosistem
perairan akibat pencemaran logam berat
dipengaruhi oleh kadar dan sumber zat
pencemar yang masuk dalam perairan, sifat
toksisitas, dan bioakumulasi.
 Pencemaran logam berat dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan sistem perairan laut
(Darmono, 2001).
 Pencemaran logam berat terhadap lingkungan
terjadi karena adanya penggunaan logam
tersebut dalam kegiatan manusia, sehingga
menghasilkan limbah yang mencemari
lingkungan.
 Daya toksisitas logam berat terhadap makhluk
hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi,
umur (fase siklus hidup), daya tahan
(detoksikasi) dan kemampuan individu untuk
menghindarkan diri dari pengaruh polusi.
 Terserapnya zat pencemar/racun ke dalam
suatu organ ; melalui mekanisme
 Difusi, dimana sebagian besar zat pencemar
melewati membran sel secara difusi.
 Difusi terjadi karena adanya perbedaan kadar
zat.
 Endositosis:
 Bila partikel padat - fagositosis
 Bila partikel cair - pinositosis.
Pengaruh racun/pencemar pada manusia
dapat dipelajari dari Kasus Pencemaran
sbb (Soemirat,2003)

1. Bom atom di Hirosima dan Nagasaki.


Detonasi bom akan menimbulkan asap
berbentuk jamur,shg fall out nya
menyebar sangat jauh. Debu atau
partikulat radioaktif akan menimbulkan
efek kronis.
Kronis: tertelannya /terhirupnya bahan
beracun dalam dosis rendah ttp jangka
waktu panjang.

Akut: dosis tinggi ttp waktu singkat’


2. Pencemaran Hg
 Contoh di Jepang yg pernah diindetifikasi
bersumber dari pabrik plastik berbahan
baku vinylklorida dan asetaldehida.
Pabrik tsb membuang limbahnya ke
Teluk Minamata, shg ikan yg berada
diperairan tsb mengandung Hg.
Selama th 1953 – 1960, ditemukan 111
orang keracunan Hg, dengan gejala awal
cepat lelah, sakit kepala,lengan dan kaki
kebas, sulit menelan, pandangan kabur dan
lapangan penglihatan menciut.

Selanjutnya sulit mendengar dan kehilangan


koordinasi otot.
43 orang meninggal akibat infeksi
sekender atau sakit yg kian parah. 19 bayi
lahir cacat dimana ibu yg melahirkan
hanya menderita keracunan yg ringan.
Selanjutnya dikenal dgn nama penyakit
Minamata .
 Di Indonesia kasus pencemaran Hg
ditemukan di berbagai tempat,.
Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI)
ditemukan a l. Di Pongkor Jabar dan di
Sulawessi ,dilaporkan Hg ditemukan di
sedimen sungai dan ditanah, karena air
limbah PETI tsb langsung dibuang ke
perairan disekitarnya. Air limbah PETI
mengandung Hg 685 % diatas standart.
 Tragedi teluk Buyat (Minahasa), sbg
akibat dari pembuangan limbah PT
Newmont ke laut. Ratusan warga
menderita penyakit minamata, diduga
akibat terkontaminasi As dan Hg yg
mencemari Teluk Buyat.
 Teluk Buyat, terletak di Kabupaten
Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi
pembuangan limbah tailing (lumpur sisa
penghancuran batu tambang) milik PT.
Newmont Minahasa Raya (NMR).
 Sejak tahun 1996, perusahaan asal
Denver, AS, tersebut membuang
sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke
dasar perairan Teluk Buyat setiap
harinya.
 Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan
semacam tumor dan mengandung cairan
kental berwarna hitam dan lendir
berwarna kuning keemasan.
 Fenomena serupa ditemukan pula pada
sejumlah penduduk Buyat, dimana
mereka memiliki benjol-benjol di leher,
payudara, betis, pergelangan, pantat dan
kepala.
.
 Sejumlah laporan penelitian telah dikeluarkan
oleh berbagai pihak sejak 1999 hingga 2004.
 Dari laporan-laporan penelitian tersebut,
ditemukan kesamaan pola penyebaran logam-
logam berat seperti Arsen (As), Antimon (Sb),
dan Merkuri (Hg) dan Mangan (Mn), dimana
konsentrasi tertinggi logam berbahaya tersebut
ditemukan di sekitar lokasi pembuangan tailing
Newmont.
Hg dapat berakumulasi dan terbawa ke organ-
organ tubuh lainnya, menyebabkan bronchitis,
sampai rusaknya paru-paru.
Gejala keracunan Merkuri tingkat awal, pasien
merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka
terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau,
mudah lelah, gangguan psikologi (rasa cemas
dan sifat agresif), dan sering sakit kepala.
Jika terjadi akumulasi yang tinggi mengakibatkan
kerusakan sel-sel saraf di otak kecil, gangguan
pada luas pandang, kerusakan sarung selaput
saraf dan bagian dari otak kecil. Turunan oleh
Merkuri (biasanya etil merkuri) pada proses
kehamilan akan nampak setelah bayi lahir yang
dapat berupa cerebral palsy maupun gangguan
mental.
Sedangkan keracunan Merkuri yang akut
dapat menyebabkan kerusakan saluran
pencernaan, gangguan kardiovaskuler,
kegagalan ginjal akut maupun shock.
3. Pencemaran Cd

 Bersumber dari limbah pertambangan timah


hitam ( contoh di Toyama Jepang). Uap yg
mengandung Cd terbawa air masuk kesawah,
shg padi yg dihasilkan tercemar Cd. Akhirnya
masyarakat yg mengkonsumsi beras tsb akan
menderita keracunan Cd (penyakit Itai itai).
 Kasus serupa juga terjadi di Ishinosawa,
bersumber dari pabrik pelelehan seng,
dimana limbah cair langsung dibuang ke
perairan.
 Dapat menimbulkan kerusakan ginjal,
naiknya tekanan darah, rusaknya sel sel
darah merah serta bersifat toksin untuk
biota perairan.
Jika berakumulasi dalam jangka waktu yang lama dapat
menghambat kerja paru-paru, bahkan mengakibatkan
kanker paru-paru, mual, muntah, diare, kram, anemia,
dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan
hati, dan gangguan kardiovaskuler.
Kadmium dapat pula merusak tulang (osteomalacia,
osteoporosis) dan meningkatkan tekanan darah.
Gejala umum keracunan Kadmium adalah sakit di dada,
nafas sesak (pendek), batuk – batuk, dan lemah.
4. TCDD (2,3,7,8. Tetraklor
dibenzo-p- dioksin)
 mencemari lingkungan akibat
meledaknya pabrik kimia di Sevesco
Italia th 1976. Ribuan orang terpapar
dioksin, dengan gejala iritasi kulit,
memerah, bengkak dan melepuh.
 Kerusakan pertama terjadi pada pohon
yg menjadi coklat dan berlubang serta
mematikan tanaman pangan, rumput,
dan juga hewan.
5. Pencemaran Pb
 Bersumber dari buangan gas kendaraan bermotor,
(yang dibubuhkan ke dalam BBM dalam bentuk Tetra
Etil Lead /TEL), juga bersumber dari asap cerobong
pabrik, limbah dari pertambangan biji timah hitam,
limbah industri baterai, makanan kaleng dimana
makanan yg diasamkan dapat melarutkan Pb dari
wadah atau alat pengolahnya.
 Pb. Dapat menyebabkan menurunnya daya
tahan tubuh, menurunkan kecerdasan bila
masuk kedalam aliran darah dan merusak
jaringan otak. Keracunan akut Pb dapat
menyebabkan kerusakan pada sistem saraf
pusat, koma dan kematian.
 Sedangkan keracunan akut ringan dapat
menyebabkan turunnya tekanan darah dan
berat badan , gejala keracunan kronis
dapat berupa insomnia.
 Dalam peredaran darah dan otak dapat
menyebabkan gangguan sintesis
hemoglobin darah, gangguan neurologi
(susunan syaraf), gangguan pada ginjal,
sistem reproduksi, penyakit akut atau kronik
sistem syaraf, dan gangguan fungsi paru-
paru. Selain itu, dapat menurunkan IQ pada
anak kecil jika terdapat 10-20 myugram/dl
dalam darah.
6. Trihalometan (THM),

 senyawa organoklorin yg terbentuk dari


zat organik dan klorin.
 Sumbernya dari sistem pengolahan air
minum yg menggunakan air baku yg
banyak mengandung zat organik dan
dilakukan desinfeksi dengan klorin.
 Dilaporkan bahwa THM dpt menimbulkan
kanker kandung kemih.
7. Arsenik (As)
 Dalam tubuh dapat mengganggu daya pandang
mata, hiperpigmentasi (kulit menjadi berwarna
gelap), hiperkeratosis (penebalan kulit),
pencetus kanker, infeksi kulit (dermatitis).
 Dapat menyebabkan kegagalan fungsi sumsum
tulang, menurunnya sel darah, gangguan fungsi
hati, kerusakan ginjal, gangguan pernafasan,
kerusakan pembuluh darah, varises, gangguan
sistem reproduksi, menurunnya daya tahan
tubuh, dan gangguan saluran pencernaan.
 Dampak kandungan logam berat
memang sangat berbahaya bagi
kesehatan. Namun, kita dapat
mencegahnya dengan meningkatkan
kesadaran untuk ikut serta melestarikan
sumber daya hayati serta menjaga
kesehatan baik untuk diri sendiri maupun
keluarga
  Salah satu cara sederhana untuk
menjaga kesehatan adalah dengan
mendeteksi kondisi air yang kita gunakan
sehari-hari, terutama kebutuhan untuk
minum. Jika kondisi air Anda sudah
terdeteksi, maka akumulasi logam berat
dalam tubuh dapat kita cegah
Proses Pencemaran Air Laut
Oleh Logam Berat
 Air laut adalah suatu komponen yang
berinteraksi dengan lingkungan daratan, di
mana buangan limbah dari daratan akan
bermuara ke laut.
 Air laut juga sebagai tempat penerimaan
polutan (bahan cemar) yang jatuh dari
atmosfir. Limbah tersebut yang mengandung
polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem
perairan pantai dan laut.
 Sebagian larut dalam air, sebagian
tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi
ke sedimen, dan sebagian masuk ke
dalam jaringan tubuh organisme laut
(termasuk fitoplankton, ikan, udang,
cumi-cumi, kerang, rumput laut dan lain-
lain).
 polutan tersebut yang masuk ke air diserap
langsung oleh fitoplankton.Fitoplankton adalah
produsen dan sebagai tropik level pertama
dalam rantai makanan.
 Fitoplankton dimakan zooplankton.
Konsentrasi polutan dalam tubuh zooplankton
lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton
karena zooplankton memangsa fitoplankton
sebanyak-banyaknya.
 Fitoplankton dan zooplankton dimakan oleh
ikan-ikan planktivores (pemakan plankton)
sebagai tropik level kedua.
 Ikan planktivores dimangsa oleh ikan
karnivores, tropik level ketiga, selanjutnya
dimangsa oleh ikan predator sebagai tropik
level tertinggi.
 Ikan predator dan ikan yang berumur panjang
mengandung konsentrasi polutan dalam
tubuhnya paling tinggi di antara seluruh
organisme laut.
 Kerang juga mengandung logam berat
yang tinggi karena cara makannya
menyaring air masuk ke dalam insangnya
setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan.
Polutan ikut masuk ke dalam tubuhnya dan
terakumulasi terus-menerus dan bahkan
bisa melebihi konsentrasi yang di air.
 Polutan tersebut mengikuti rantai makanan
mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke
manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut
dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka
akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pustaka
 1. Fachruddin M Mangunjaya. 2006. Hidup Harmonis
dengan Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
 2. Yuli Soemirat. 2003. Toksikologi Lingkungan. UGM
Press. Yogyakarta.
 3. Wisnu Arya Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran
Lingkungan. Penerbit Andi. Yogyakarta.
 4. Palar H.
P Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.
Jakarta: Rineka Cipta;. 2008
 Connel DW & Miller GJ. 1995. Kimia dan ekotoksikologi
pencemaran. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai