PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam usaha meningkatkan kualitas hidup, manusia berupaya dengan segala daya
untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya
kualitas hidup yang diinginkan. Kegiatan tersebut dari hari ke hari makin meningkat
seolah-olah sasaran yang hendak dicapai yaitu peningkatan kualitas hidup sudah
semakin dekat untuk dicapai. Namun dalam kenyataannya kualitas hidup yang akan
dicapai terasa masih sulit dijangkau, bahkan mungkin terasa makin jauh dari
jangkauan. Hal ini tidak lain disebabkan oleh adanya dampak negatif terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia. Dampak negatif yang sulit dihindari salah
satunya adalah pencemaran lingkungan sekitar daerah industri. Limbah industri, bila
kurang sempurna pengolahannya akan menjadi faktor yang merugikan bagi
lingkungan sekitar. Pembangunan suatu industri perlu memperhatikan keadaan
setempat supaya tidak tercemari sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga
(Wisnu,1994). Limbah yang dihasilkan akibat berbagai aktivitas manusia, baik dalam
bentuk cair, padat, maupun gas merupakan ancaman yang apabila tidak diantisipasi
dari dini dan diolah secara tepat dapat menjadi bencana bagi kehidupan di bumi.
Pertumbuhan penduduk dunia yang sangat cepat, serta perkembangan industri yang
makin pesat menyebabkan semakin banyak bahan buangan yang bersifat racun yang
dibuang ke lingkungan. Bahan-bahan buangan ini yang nantinya menjadi limbah dan
dapat mencemari lingkungan dalam jumlah yang sulit dikontrol secara tepat. Di
Indonesia, sumber pencemar dapat berasal dari limbah rumah tangga, perusahaan-
perusahaan, pertambangan, industri, dan berbagai aktivitas masyarakat (Notodarmojo,
2005).
Paparan kontaminasi logam berat yang hadir, meskipun dalam konsentrasi rendah di
lingkungan, dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah industri
merupakan toksikan yang sangat berbahaya, terutama yang melibatkan logam berat
dalam proses produksinya (Priadi 2014). Logam berat banyak digunakan pada
industri, seperti industri kimia, semen, peleburan logam, pertambangan, baterai, cat
dan industri lainya. Kontaminasi oleh logam berat menjadi perhatian serius karena
dapat mencemari tanah maupun air tanah serta dapat menyebar ke daerah sekitarnya
melalui air, angin, dan terakumulasi oleh tumbuhan (Rismawati, 2011).
Salah satu bahan pencemar yang menjadi indikator untuk mendeteksi terjadinya
pencemaran tanah adalah cemaran logam berat di dalamnya. Faktor yang
menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena
adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah
diabsorbsi. Penyebaran logam berat di lingkungan sebagian besar disebabkan oleh
pembuangan produk limbah. Polutan yang dihasilkan dari berbagai kegiatan industri
dapat menyebar melalui angin, terlarut dalam air apabila dibuang ke perairan, dan
dapat mengendap di dasar perairan (sedimen). Polutan yang dibuang ke perairan
dapat terserap oleh tanah yang akan menyebabkan pencemaran pada air tanah.
Keberadaan logam di lingkungan sebagian karena proses alam, seperti aktivitas
vulkanik dan erosi, tetapi sebagian besar dapat berasal dari limbah buangan industri
(Ornella, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukanlah penelitian untuk menganalisis kadar
logam berat Timbal (Pb) di sekitar bengkel kendaraan.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pemeriksaan logam berat pada tanah ialah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya kandungan logam berat Pb pada
tanah di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes.
2. Mahasiswa dapat mengetahui letak tanah di sekitaran deretan rumah
komplek kesehatan Poltekkes yang mengandung logam berat Pb.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dari tanah yang mengandung logam
berat Pb di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes.
3. Manfaat
Adapun manfaat dari pemeriksaan logam berat pada tanah ialah:
1. Laporan ini dapat menambah pengetahuan mengenai kandungan logam
berat Pb di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes.
2. Laporan ini dapat menambah pengetahuan mengenai dampak dari tanah
yang mengandung logam berat Pb di sekitaran deretan rumah komplek
kesehatan Poltekkes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Jenis Kegiatan
Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Logam Berat Pb di Dalam Tanah
2. Bahan
a. Sampel tanah yang telah di preparasi
b. Aquades
c. HNO3 atau Asam Nitrat
d. Blangko
e. Larutan lead standard solution 1000 ppm
D. Prosedur Praktikum
a) Pengujian Bahan Sampel
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang sampel tanah yang sudah dihomogen kan di neraca analitik
sebanyak kurang lebih 0.2 gram. Lakukan penimbangan sebanyak 2 kali.
3. Lalu masukkan ke dalam tabung microwave digestion. Masukkan tabung
pada kolom yang bersebrangan agar seimbang (misal 1 : 8).
4. Pipet cairan HNO3 sebanyak 8 ml. Masukkan ke masing – masing tabung
yang sudah berisi sampel.
5. Tutup botol sampel dengan rapat agar gas tidak bocor keluar pada saat proses
digesti.
6. Selanjutnya masukkan sampel yang sudah ditutup rapat ke dalam microwave
digestion, atur suhu dan lama proses running sesuai dengan keperluan
sampel yaitu selama 45 menit.
7. Lalu keluarkan sampel microwave digestion
8. Siapkan 2 buah labu ukur. Beri label sesuai dengan kolom (kolom 1 dan 8 ).
9. Siapkan corong dan kertas saring. Kemudian basahi kertas saring
menggunakan aquadest dan letakkan pada corong.
10. Setelah kedua labu ukur diisi dengan sampel sesuai dengan label masing-
masing, tambahkan aquadest hingga batas garis.
11. Kocok sampel hingga homogen.
b) Pembuatan kurva standar timbal (Pb)
1. Buat kurva standar timbal (Pb) 100 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm,
dan 5 ppm.
2. Siapkan 6 labu ukur ukuran 100 ml. Beri tulisan label sesuai dengan kurva
yang akan dibuat.
3. Untuk pembuatan standar solution 100 ppm menggunakan 10 ml larutan
lead standar solution, yang ditambah aquadest murni sampai 100 ml.
4. Kemudian untuk pembuatan standar solution 1 ppm dari 100 ppm,
gunakan pipet gondok ukuran 1 ml untuk mengambil larutan standar
solution dari 100 ppm pindahkan ke labu ukur yang telah di beri label. Lalu
tambahkan larutan lead standar solution hingga 100 ml. Lakukan langkah
yang sama untuk 2 ppm sampai 5 ppm, dengan menggunakan pipet gondok
sesuai jumlah yang di perlukan.
c). Pemeriksaan sampel di AAS
1. Letakkan sampel dan larutan standar kurva kalibrasi yang telah dibuat di
ruangan pemeriksaan AAS.
2. Pastikan instrument AAS siap digunakan
3. Pilih parameter timbal (Pb) untuk pengujian dengan lampu katoda.
4. Lalu lakukan blangko pada selang aspirator sebelum digunakan untuk
membaca larutan standar kurva kalibrasi. Setiap pergantian larutan standar
kurva kalibrasi haruskan dilakukan blangko dan keringkan selang aspirator
menggunakan tisu. Untuk urutan pembacaan dimulai dari 5 ppm, 1 ppm, 2
ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, kemudian sampel tanah yang telah homogeny
sebanyak 2 buah sampel.
5. Baca hasil data yang di peroleh di layar komputer
BAB IV
A. Hasil
No Jenis Sampel Jumlah kadar Pb
1. Sampel tanah di sekitaran deretan mg/L
rumah komplek kesehatan Poltekkes.
B. Pembahasan
Dari hasil praktikum, identifikasi logam berat dan pada sampel tanah di
sekitaran deretan rumah pada pemeriksaan timbal (Pb) ditemukan jumlah
kadar Pb sebesar mg/L. Dapat diketahui bahwa Sampel tanah di sekitaran
deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes tidak ditemukan kadar Pb.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kadar timbal (Pb) tanah di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan
Poltekkes tidak mengandung timbal setelah diperiksa di Laboratorium
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Sehingga tidak membahayakan
kesehatan manusia bila masuk ke dalam tubuh manusia dan makhluk
hidup lainnya.
B. Saran
Untuk limbah yang bersifat B3 salah satunya mengandung timbal (Pb)
sebaiknya dikelola terlebih dahulu sebelum di buang.