Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam usaha meningkatkan kualitas hidup, manusia berupaya dengan segala daya
untuk mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam yang ada demi tercapainya
kualitas hidup yang diinginkan. Kegiatan tersebut dari hari ke hari makin meningkat
seolah-olah sasaran yang hendak dicapai yaitu peningkatan kualitas hidup sudah
semakin dekat untuk dicapai. Namun dalam kenyataannya kualitas hidup yang akan
dicapai terasa masih sulit dijangkau, bahkan mungkin terasa makin jauh dari
jangkauan. Hal ini tidak lain disebabkan oleh adanya dampak negatif terhadap
lingkungan dan kehidupan manusia. Dampak negatif yang sulit dihindari salah
satunya adalah pencemaran lingkungan sekitar daerah industri. Limbah industri, bila
kurang sempurna pengolahannya akan menjadi faktor yang merugikan bagi
lingkungan sekitar. Pembangunan suatu industri perlu memperhatikan keadaan
setempat supaya tidak tercemari sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga
(Wisnu,1994). Limbah yang dihasilkan akibat berbagai aktivitas manusia, baik dalam
bentuk cair, padat, maupun gas merupakan ancaman yang apabila tidak diantisipasi
dari dini dan diolah secara tepat dapat menjadi bencana bagi kehidupan di bumi.
Pertumbuhan penduduk dunia yang sangat cepat, serta perkembangan industri yang
makin pesat menyebabkan semakin banyak bahan buangan yang bersifat racun yang
dibuang ke lingkungan. Bahan-bahan buangan ini yang nantinya menjadi limbah dan
dapat mencemari lingkungan dalam jumlah yang sulit dikontrol secara tepat. Di
Indonesia, sumber pencemar dapat berasal dari limbah rumah tangga, perusahaan-
perusahaan, pertambangan, industri, dan berbagai aktivitas masyarakat (Notodarmojo,
2005).
Paparan kontaminasi logam berat yang hadir, meskipun dalam konsentrasi rendah di
lingkungan, dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan manusia. Limbah industri
merupakan toksikan yang sangat berbahaya, terutama yang melibatkan logam berat
dalam proses produksinya (Priadi 2014). Logam berat banyak digunakan pada
industri, seperti industri kimia, semen, peleburan logam, pertambangan, baterai, cat
dan industri lainya. Kontaminasi oleh logam berat menjadi perhatian serius karena
dapat mencemari tanah maupun air tanah serta dapat menyebar ke daerah sekitarnya
melalui air, angin, dan terakumulasi oleh tumbuhan (Rismawati, 2011).
Salah satu bahan pencemar yang menjadi indikator untuk mendeteksi terjadinya
pencemaran tanah adalah cemaran logam berat di dalamnya. Faktor yang
menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena
adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah
diabsorbsi. Penyebaran logam berat di lingkungan sebagian besar disebabkan oleh
pembuangan produk limbah. Polutan yang dihasilkan dari berbagai kegiatan industri
dapat menyebar melalui angin, terlarut dalam air apabila dibuang ke perairan, dan
dapat mengendap di dasar perairan (sedimen). Polutan yang dibuang ke perairan
dapat terserap oleh tanah yang akan menyebabkan pencemaran pada air tanah.
Keberadaan logam di lingkungan sebagian karena proses alam, seperti aktivitas
vulkanik dan erosi, tetapi sebagian besar dapat berasal dari limbah buangan industri
(Ornella, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukanlah penelitian untuk menganalisis kadar
logam berat Timbal (Pb) di sekitar bengkel kendaraan.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pemeriksaan logam berat pada tanah ialah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya kandungan logam berat Pb pada
tanah di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes.
2. Mahasiswa dapat mengetahui letak tanah di sekitaran deretan rumah
komplek kesehatan Poltekkes yang mengandung logam berat Pb.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dampak dari tanah yang mengandung logam
berat Pb di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes.

3. Manfaat
Adapun manfaat dari pemeriksaan logam berat pada tanah ialah:
1. Laporan ini dapat menambah pengetahuan mengenai kandungan logam
berat Pb di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes.
2. Laporan ini dapat menambah pengetahuan mengenai dampak dari tanah
yang mengandung logam berat Pb di sekitaran deretan rumah komplek
kesehatan Poltekkes.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Logam Berat


Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang
sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini berkaitan dan atau masuk ke dalam tubuh
organisme hidup (Palar, 1994).
Istilah logam berat sebetulnya telah dipergunakan secara luas, terutama
dalam perpustakaan ilmiah, sebagai suatu ilmiah yang menggambarkan bentuk
dari logam tertentu. Karakteristik dari kelompok logam berat adalah sebagai
berikut (Titin, 2010):
1. Memiliki spesifikasi graviti yang sangat besar (lebih dari 4).
2. Mempunyai nomor atom 23-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida dan
aktinida.
3. Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup.
Istilah logam berat untuk menggantikan pengelompokan ion-ion logam ke
dalam 3 kelompok biologi dan kimia (bio-kimia) pengelompokan tersebut
adalah sebagai berikut (Titin, 2010):
1. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu
dengan unsur oksigen atau disebut juga dengan oxygen-seeking metal.
2. Logam-logam yang dengan mudah mengalami reaksi kimia bila bertemu
dengan unsur nitrogen dan atau unsur belerang (sulfur) atau disebut juga
nitrogen/sulfur seeking metal.
3. Logam antara atau logam transisi yang memiliki siat khusus (spesifik)
sebagai logam pengganti (ion pengganti) untuk logam-logam atau ion-ion
logam dari kelas A dan logam dari kelas B.
Logam digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu logam berat dan logam
ringan. Logam berat ialah logam yang mempunyai berat 5 g atau lebih untuk
setiap cm3, dengan sendirinya logam yang beratnya kurang dari 5 g setiap cm3
termasuk logam ringan (Darmono, 1995).
Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk hidup.
Sebagai trace element, logam berat yang esensial seperti tembaga (Cu) penting
untuk menjaga metabolisme tubuh manusia dalam jumlah yang tidak berlebihan,
jika berlebihan akan menimbulkan toksik pada tubuh. Logam yang termasuk
elemen mikro merupakan kelompok logam berat yang nonesensial yang tidak
mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh. Logam tersebut bahkan sangat
berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia yaitu:
timbal (Pb) dan merkuri (Hg). Logam berat merupakan komponen alami yang
terdapat di kulit bumi yang tidak dapat didegradasi ataupun dihancurkan dan
merupakan zat yang berbahaya karena dapat terjadi bioakumulasi. Bioakumulasi
adalah peningkatan konsentrasi zat kimia dalam tubuh makhluk hidup dalam
waktu yang cukup lama, dibandingkan dengan konsentrasi zat kimia yang
terdapat di alam (Yudo, 2006).
Logam berat pada umumnya disebut sebagai orang logam yang memiliki
kepadatan spesifik lebih dari 5 g/cm3 dan mempengaruhi lingkungan dan
organisme hidup (Jarup, 2003). Logam ini klasik untuk mempertahankan
berbagai biokimia dan fungsi fisiologis dalam organisme hidup ketika dalam
konsentrasi yang sangat rendah, namun mereka menjadi berbahaya ketika
mereka melebihi ambang batas konsentrasi yang tertentu. Meskipun diakui
bahwa logam berat memiliki banyak efek yang merugikan kesehatan dan
terakhir untuk jangka waktu yang panjang, paparan logam berat terus dan
meningkat dibanyak bagian dunia. Logam berat adalah polutan lingkungan yang
signifikan dan toksisitas mereka adalah masalah peningkatan signifikan untuk
alasan ekologi, evolusi, gizi dan lingkungan (Jaishankar et al, 2013;.. Nagajyoti
et al, 2010).
Logam berat masuk ke lingkungan oleh satu cara dan melalui aktivitas
manusia. Berbagai sumber logam berat termasuk erosi tanah, pelapukan alami
kerak bumi, pertambangan, limbah industri, limpasan perkotaan, pembuangan
limbah, agen pengendalian serangga atau penyakit diterapkan untuk tanaman,
dan banyak lainnya (Morais et al., 2012)
Menurut Sutamihardja (2006), sifat-sifat logam berat yang dapat
membahayakan lingkungan dan manusia adalah:
1. Logam berat sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi di
lingkungan.
2. Logam berat dapat terakumulasi didalam tubuh organisme dan
konsentrasinya dapat semakin tinggi, atau disebut juga dapat mengalami
bioakumulasi dan biomagnifikasi.
3. Logam berat mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu
lebih tinggi daripada konsentrasi logam di dalam air.
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat
didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga,
selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja
metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi
dalam tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem
bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia didalam tubuh
makhluk hidup (Kar et al, 2008).
Faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat
pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai
(non degredable) dan mudah diabsorbsi. Organisme pertama yang terpengaruh
akibat penambahan polutan logam berat ke tanah atau habitat lainnya adalah
organisme dan tanaman yang tumbuh ditanah atau habitat tersebut. Dalam
ekosistem alam terdapat interaksi antar organisme baik interaksi positif maupun
negatif yang menggambarkan bentuk transfer energi antar populasi dalam
komunitas tersebut. Dengan demikian pengaruh logam berat tersebut pada
akhirnya akan sampai pada hierarki rantai makanan tertingggi yaitu manusia.
Logam-logam berat diketahui dapat mengumpul didalam tubuh suatu organisme
dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu lama sebagai racun yang
terakumulasi (Kurniasari dkk, 2012).
Berbagai faktor lingkungan berpengaruh terhadap logam berat yaitu
keasaman tanah, bahan organik, suhu, tekstur, mineral liat, kadar unsur lain dan
lain-lain. pH adalah faktor penting yang menentukan transformasi logam.
Penurunan pH secara umum meningkatkan ketersediaan logam berat kecuali Mo
dan Se (Kurniasari dkk, 2012). Reaksi tanah (pH) berperan dalam mengontrol
sifat-sifat kimia logam dan proses lainnya didalam tanah. Tingkkat ketersediaan
logam berat tergantung pada pH lingkungan dimana logam tersebut berada. Pada
pH rendah ketersediaan beberapa logam berat meningkat (Taberima, 2004).
Terserapnya logam berat timbal (Pb) ke tanaman di pengaruhi oleh pH tanah
yang rendah dan KTK tanah yang rendah. Pb tidak akan larut ke dalam tanah
jika tanah tidak terlalu masam. Bahan organik (BO) adalah salah satu komponen
terpenting didalam tanah. Berperan dalam perkembangan struktur tanah dan
mengatur perpindahan polutan dan bahan pencemar didalam tanah, dan berperan
penting didalam siklus perputaran serta penyimpanan hara dan air. Senyawa
humat juga berperan alam membentuk ikatan kompleks dengan logam-logam.
Adanya pembentukan kompleks mempengaruhi kereaktifan dan efek toksik dari
logam (Taberima, 2004).

B. Jenis Logam Berat Pb


Penyebaran logam timbal dibumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang
terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak
bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan
logam berat lainnya yang ada dibumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam
murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik.
Semua bentuk timbal (Pb) tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada
manusia (Darmono, 2001).
Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta
mudah dimurnikan dari pertambangan. Dalam pertambangan, logam ini
berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut galena. Senyawa ini banyak
ditemukan dalam pertambangan diseluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh
penggunaan Pb ini sering adalah menyebabkan keracunan (Titin, 2010).
Menurut Darmono (1995), Pb mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah
dibentuk, mempunyai sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk
melapisi logam untuk mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain,
membentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya,
mempunyai kepadatan melebihi logam lain.
Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim
terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain
terutama seng dan tembaga. Penggunaan Pb terbesar adalah dalam industri
baterai kendaraan bermotor seperti timbal metalik dan komponen-
komponennya. Timbal digunakan pada bensin untuk kendaraan, cat dan
pestisida. Pencemaran Pb dapat terjadi di udara, air, maupun tanah. Pemanfaatan
pada bahan bakar bensin telah mengalami penurunan karena menimbulkan
dampak terhadap lingkungan. Pencemaran Pb merupakan masalah utama, tanah
dan debu sekitar jalan raya pada umumnya telah tercemar bensin bertimbal
selama bertahun-tahun (Sunu, 2001).
Kegiatan manusia seperti pertambangan, manufaktur dan pembakaran
bahan bakar fosil telah mengakibatkan akumulasi timbal dan senyawanya di
lingkungan, termasuk udara, air dan tanah. Timbal digunakan untuk produksi
baterai, kosmetik, produk logam seperti amunisi, solder dan pipa, dll. Unsur Pb
umumnya ditemukan berasosiasi dengan Zn-Cu dalam tubuh bijih. Logam ini
penting dalam industri modern yang digunakan untuk pembuatan pipa air karena
sifat ketahanannya terhadap korosi dalam segala kondisi dan rentang waktu lama
(Martin & Griswold, 2009).
Menurut Palar (1973) berdasarkan sifat toksik dari Pb memberikan efek
klinis, seperti:
a. Pada saluran cerna terjadi kolik usus disertai konstipasi berat.
b. Pada sistem hematopoitik menghambat aktivitas enzim aminolevulenat
dehidratase (ALAD) dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit,
sehingga memperpendek umur sel darah merah.
c. Efek pada sistem syaraf (organ yang paling sensitif), keracunan Pb dapat
mengakibatkan epilepsi, halusinasi, dilerium, dan kerusakan otak besar.
d. Pada ginjal dan urinaria terjadinya kerusakan ginjal oleh adanya gagal
ginjal.
e. Pada sistem reproduksi terjadi penurunan kemampuan reproduksi.
f. Pada jantung pada anak-anak ditemukan ketidaknormalan fungsi
jantung.
g. Pada sistem indokrin mengakibatkan kekurangan iodium.
Timbal sangat beracun dan karenanya penggunaannya dalam berbagai
produk, seperti cat, bensin, dll, telah sangat berkurang saat ini. Saat ini sumber
utama timbal adalah berbasi, bensin, mainan, debu rumah tangga, tanah yang
terkontaminasi, emisi industri (Gerhardsson et al., 2002). Keracunan timbal yang
disebabkan oleh pekerjaan dapat terjadi dalam industri baterai, cat, percetakan,
dan proses peleburan timbal (Wong et a1., 2003).
Paparan timbal dapat terjadi selama proses pembuatan tangki, pemasangan
pipa, dan peralatan lain yang membawa gas dan cairan yang bersifat korosif
superkonduktor, teknologi serat optik, selama magnetic resonance imaging
(MRI) obat-obatan nuclear. Tanpa disadari, timbal dapat mengontaminasi tubuh
melalui udara tercemar, timbal yang terhirup, berkontak dcngan kulit, makanan
dan minuman yang tercemar, serta benda-benda mengandung timbal yang
tertelan (Kadirvelu et a1, 2001). Akumulasi timbal dalam tubuh dapat
menyebabkan keracunan akut dan kronis, bahkan kematian. Efek keracunan
timbal secara akut dan subakut sangat khas, berkaitan dengan paparan dosis yang
relatif tinggi, waktu paparan yang relatif singkat, baik dalam hitungan hari atau
bulan. Efek keracunan timbal secara akut juga dapat terjadi secara dramatis,
kematian yang tiba-tiba, kram perut yang parah, anemia, perubahan perilaku, dan
kehilangan nafsu makan. Pada kejadian keracunan timbal, tidak semua efek yang
telah dipaparkan muncul secara lengkap, tetapi hanya sebagian efek saja yang
teramati dengan jelas (Markowitz, 2000).
Efek keracunan timbal kronis terjadi sebagai akibat paparan timbal yang
sedikit demi sedikit dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi pada kurun
waktu bulanan hingga tahunan. Efek keracunan timbal kronis biasanya
menimbulkan gejala yang tidak spesifik pada hampir semua sistem tubuh. Efek
negative keracunan timbal kronis pada manusia terdiri atas penurunan libido dan
kesuburan (jantan dan betina), keguguran dan kelahiran prematur, masalah
kecerdasan, hipertensi, penyakit kardiovaskuler, lebih agresif, serta gangguan
fungsi ginjal.
Keracunan timbal dianggap penyakit klasik dan tanda-tanda yang terlihat
pada anak-anak dan orang dewasa terutama yang berkaitan dengan sistem saraf
pusat dan saluran pencernaan (Markowitz, 2000). Keracunan timbal juga dapat
terjadi dari air minum. Pipa yang membawa air dapat terbuat dari timah dan
senyawanya yang dapat mencemari air (Brochin et al., 2008). Menurut Badan
Perlindungan Lingkungan (EPA), timbal dianggap karsinogen.Timbal memiliki
efek besar pada bagian tubuh yang berbeda. Distribusi memimpin dalam tubuh
awalnya tergantung pada aliran darah ke berbagai jaringan dan hampir 95% dari
timah diendapkan dalam bentuk fosfat tidak larut dalam tulang skeletal
(Papanikolaou, 2005).
Toksisitas timbal, juga disebut keracunan timbal, dapat berupa akut atau
kronis. Akut dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan, sakit kepala,
hipertensi, nyeri perut, gangguan fungsi ginjal, kelelahan, sulit tidur, arthritis,
halusinasi dan vertigo. Akut terutama terjadi di tempat kerja dan di industri
manufaktur yang menggunakan timbal. Paparan kronis timbal dapat
menyebabkan keterbelakangan mental, cacat lahir, psikosis, autisme, alergi,
disleksia, penurunan berat badan, hiperaktif, kelumpuhan, kelemahan otot,
kerusakan otak, kerusakan ginjal dan bahkan dapat menyebabkan kematian
(Martin & Griswold, 2009).
Meskipun keracunan timbal dapat dicegah masih tetap menjadi penyakit
yang berbahaya yang dapat mempengaruhi sebagian besar organ tubuh.
Membran plasma bergerak ke dalam ruang interstitial otak ketika sawar darah
otak terkena peningkatan kadar konsentrasi timbal, mengakibatkan edema
kondisi yang disebut (Teo et a1, 1997).
lni mengganggu sistem utusan kedua intraseluler dan mengubah fungsi
sistem saraf pusat, yang perlindungan sangat penting. Sumber lingkungan dan
domestik ion timbal merupakan penyebab utama dari penyakit ini tetapi dengan
tindakan pencegahan yang tepat adalah mungkin untuk mengurangi risiko yang
terkait dengan toksisitas timbal (Brochin et al., 2008).
Sifat-sifat khusus logam Pb, yaitu (Brochin et al., 2008):
a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat di bentuk dengan
mudah.
b. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat
sehingga logam Pb dapat digunakan sebagai bahan coating.
c. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-
logam biasa kecuali emas dan merkuri.
d. Mempunyai titik lebur yang rendah, 327,5° C.
e. Penghantar listrik yang tidak baik.
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun,
batang dan akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan Pb dari
tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK. Konsentrasi
timbal yang tertinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik
pada proses fotosintesa dan pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi
tanaman bila konsentrasi tinggi (Brochin et al., 2008).
Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah,
kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada keadaan ini logarn
berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada
larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka
akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman (Brochin et al., 2008).
Menurut Badan Standarisasi Nasional yaitu SNI (Standar Nasional
Indonesia) tentang batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan (ICS
67.220.20) pada tahun 2009 menyatakan bahwa batas maksimum kandungan
logam berat timbal (Pb) pada buah dan sayur serta basil olahnya adalah 0.5
mg/kg. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.00.06.1.52.4011 tentang penetapan batas maksimum cemaran
mikroba dan kimia dalam makanan yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober 2009 juga menyatakan bahwa batas maksimum kandungan logam berat
timbal (Pb) dalam buah olahan dan sayur olahan adalah 0.5 ppm atau mg/kg
(Titin, 2010).
Timbal adalah racun bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat global.
Penyebab terjadinya keracunan timbal bersifat lokal, bervariasi dalam komunitas
dan negara yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa timbal yang banyak
terserap oleh anak, walaupun dalam jumlah kccil, dapat menyebabkan gangguan
pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada
fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Dalam jangka lama Pb
terakumulasi pada gigi, gusi dan tulang. Iika konsentrasi Pb meningkat, akan
terjadi anemia dan kerusakan fungsi otak serta kegagalan fungsi ginjal (Brochin
et al., 2008).
Keracunan Pb pada orang dewasa ditandai dengan gejala seperti pucat,
sakit dan kelumpuhan. Bila pada keracunan kronik, awalnya tidak menyebabkan
gangguan kesehatan yang tampak, tetapi semakin lama efek toksik itu
menumpuk hingga akhirnya terjadi gejala keracunan. Keracunan timbal kronik
ditandai dengan depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat terganggu
dan sulit tidur. Sedangkan keracunan akut dapat terjadi bila timbal yang masuk
kedalam tubuh seseorang lewat makanan atau menghirup uap timbal dalam
waktu yang relatif pendek dengan dosis atau kadar yang relatif tinggi. Gejala
yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak,
anemia berat, kerusakan ginjal, bahkan kematian. Pada perempuan yang sedang
hamil, timbal yang tertimbun dalam tulang akan masuk ke janin dan asupan
timbal dapat menyebabkan keguguran. Kadar timbal dalam ASI (Air Susu Ibu)
dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di kota-kota jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan ASI dari ibu-ibu yang bertempat tinggal di pedesaan. Yakni masing-
masing 1-30 mikrogram per kilogram dan 1-2 mikrogram per kilogram (Brochin
et al., 2008).
C. Karakteristik Logam Berat
Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk
senyawa inorganik dan organik. Semua bentuk timbal (Pb) tersebut berpengaruh
sama terhadap toksisitas pada manusia. Bentuk organik seperti tetra etil-Pb dan
tetra metil-Pb (TEL & TML), menyebabkan pengaruh toksisitas yang sama,
tetapi agak beda dengan bentuk senyawa inorganik-Pb (Darmono, 2001).
Walaupun pengaruh toksisitas akut agak jarang dijumpai, tetapi pengaruh
toksisitas kronis paling sering ditemukan. Pengaruh toksisitas kronis ini sering
dijumpai pada pekerja dipertambangan dan pabrik pemurnian logam, pabrik
mobil (proses pengecatan), penyimpanan baterai, percetakan, lapisan logam dan
pengecatan sistem semprot (Darmono, 2001).
D. Reaksi Logam Berat Pb dalam Tubuh Manusia
Peningkatan aktivitas manusia, seperti pertambangan, peleburan,
penggunaan dalam bahan bakar minyak dan pemakaian timbal untuk kebutuhan
komersial yang meluas telah menyebabkan timbal menyebar luas di lingkungan
(Markowitz, 2010). Timbal (Pb) tidak larut dalam air, akan tetapi larut dalam
cairan saluran pencernaan. Timah yang diserap dalam saluran pencernaan,
terutama disimpan dalam hati dan ginjal. Bila konsumsi Pb meningkat, maka
akan terakumulasi dalam hati, ginjal, tulang dan rambut (Dinius et al, 1973)
dalam Parakkasi (1999).
Kadar timbal dalam darah atau Blood Lead Level (BLL) merupakan baku
emas untuk menentukan efeknya dalam darah. The Centers for Disease Control
and Prevention (CDC), the American Academy of Pediatrics (AAP) dan
beberapa organisasi nasional dan internasional menetapkan bahwa Blood Lead
Level (BLL) ≥10 µg/dL membutuhkan pengobatan. Kadar yang lebih rendah
pernah dilaporkan menimbulkan keracunan pada anak (Albalak, 2003).
Pada manusia, Pb dapat terakumulasi dalam rambut sesuai pertanyaan Saeni
(1997) yang menyatakan bahwa jumlah logam dalam rambut berkolerasi dengan
jumlah logam yang diabsorpsi oleh tubuh, karena rambut banyak mengandung
protein struktural yang tersusun dari asam-asam amino sistein yang mengandung
gugus sulfhidril (-SH) dan sistem dengan ikatan disulfida (-S-S-). Gugus tersebut
mampu mengikat logam berat yang masuk kedalam tubuh dan terikat di dalam
rambut. Mengikat senyawa sulfida mudah terikat dengan logam berat, maka bila
Pb masuk ke dalam tubuh, maka akan terikat oleh senyawa sulfida dalam rambut
(Huyser, 1984 dalam Saeni, 1997).
Begitu pula Aedyanto (2005) yang mendeteksi pencemaran Pb dalam darah
masyarakat yang banyak menghirup Pb. Timbal (Pb) pada senyawa
anorganiknya dalam sistem hematopoetik menghambat reaksi enzimatik terakhir
dalam sintetis heme, sehingga terjadi anemia.
Keracunan mineral timah hitam dapat menyebabkan perubahan susunan
syaraf pusat, gangguan saluran pencernaan dan gangguan sintesis sel-sel darah
merah. Tanda-tanda klinis utama keracunan mineral timah hitam menurut
Pilliang (2002), yaitu terjadinya microcytic hypochromic anemia, muntah-
muntah, diare, gangguan abdomen, sekresi saliva meningkat, bobot badan
menurun dan keguguran. Timbal mempengaruhi semua organ dan sistem,
termasuk sistem gastrointestinal, sistem susunan saraf pusat, sistem imunitas,
ginjal, sistem hematologi, sistem musculoskeletat (gigi dan tulang), sistem
kardiovaskuler, sistem motorik, sistem endokrin, dan lain-lain. Gejala keracunan
timbal pada sistem gastrointestinal antara lain anoreksia, nyeri perut, muntah,
dan konstipasi yang timbul dan berulang beberapa minggu. Anak dengan Blood
Lead Level (BLL) >20 µg/dL dua kali lebih sering mengalami keluhan sistem
gastrointestinal. 1,4 BLL >100 µg/dL menyebabkan disfungsi tubular ginjal.
Timbal juga dapat menginduksi terjadinya sindrom Fanconi. Gejala susunan
saraf pusat antara lain akibat edema serebral dan peningkatan tekanan
intrakranial. Nyeri kepala, perubahan perilaku, letargi, edema papil, kejang, dan
koma yang dapat mengakibatkan kematian (Aminah, 2006).
Dampak lebih jauh dari keracunan Pb adalah dapat menyebabkan hipertensi
dan salah satu faktor penyebab penyakit hati. Ketika unsur ini mengikat kuat
sejumlah molekul asam amino, haemoglobin, enzim, RNA, dan DNA; maka
akan mengganggu saluran metabolik dalm tubuh. Keracunan Pb dapat juga
mengakibatkan gangguan sintesis darah, hipertensi, hiperaktivitas, dan
kerusakan otak (Kadem, 2004).
Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ
sebagai berikut (O’Neill, 1994):
a. Gangguan neurologi.
b. Gangguan terhadap fungsi ginjal.
c. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
d. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
e. Gangguan terhadap sistem syaraf.
Untuk mengeluarkan Pb dari dalam tubuh maka tingkat ekskresi harus
dinaikkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan khelat. Zat khelat yang
dipakai untuk membuang logam beracum (timbal) dari dalam tubuh harus
membentuk senyawa yang stabil dengan ion logam tersebut. Adapun khelat yang
cocok untuk digunakan adalah Kalsium disodium EDTA (CaNa2 EDTA) yang
merupakan senyawa kompleks. Zat pengkhelat ini hanya cocok untuk orang
dewasa, sedangkan pada anak-anak jarang digunakan zat ini. Di dalam tubuh,
kalsium (Ca) akan digantikan oleh timbal (Pb) karena bisa membentuk senyawa
yang lebih stabil dengan EDTA. Dalam senyawa kompleks ini Ca yang berperan
sebagai atom pusat sedangkan Na dan EDTA adalah ligan-ligan. Kalsium
disodium EDTA (CaNa2 EDTA) ini dalam bentuk infus yang diberikan kepada
penderita keracunan timbal (Pb) (Sembiring dkk, 2008).
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari, Tanggal : Selasa, 29 Oktober 2019
Waktu : 08.30 s/d selesai
Tempat : Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

B. Jenis Kegiatan
Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Logam Berat Pb di Dalam Tanah

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Gelas Ukur 100 ml
b. Pipet Tetes
c. Labu Erlenmayer
d. Pipet Gondok
e. Bola Hisap
f. Beaker Glass
g. AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer)
h. Labu ukur 100 ml sebanyak 6 buah
i. Sarung Tangan
j. Masker
k. Microwave Digestion

2. Bahan
a. Sampel tanah yang telah di preparasi
b. Aquades
c. HNO3 atau Asam Nitrat
d. Blangko
e. Larutan lead standard solution 1000 ppm
D. Prosedur Praktikum
a) Pengujian Bahan Sampel
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang sampel tanah yang sudah dihomogen kan di neraca analitik
sebanyak kurang lebih 0.2 gram. Lakukan penimbangan sebanyak 2 kali.
3. Lalu masukkan ke dalam tabung microwave digestion. Masukkan tabung
pada kolom yang bersebrangan agar seimbang (misal 1 : 8).
4. Pipet cairan HNO3 sebanyak 8 ml. Masukkan ke masing – masing tabung
yang sudah berisi sampel.
5. Tutup botol sampel dengan rapat agar gas tidak bocor keluar pada saat proses
digesti.
6. Selanjutnya masukkan sampel yang sudah ditutup rapat ke dalam microwave
digestion, atur suhu dan lama proses running sesuai dengan keperluan
sampel yaitu selama 45 menit.
7. Lalu keluarkan sampel microwave digestion
8. Siapkan 2 buah labu ukur. Beri label sesuai dengan kolom (kolom 1 dan 8 ).
9. Siapkan corong dan kertas saring. Kemudian basahi kertas saring
menggunakan aquadest dan letakkan pada corong.
10. Setelah kedua labu ukur diisi dengan sampel sesuai dengan label masing-
masing, tambahkan aquadest hingga batas garis.
11. Kocok sampel hingga homogen.
b) Pembuatan kurva standar timbal (Pb)
1. Buat kurva standar timbal (Pb) 100 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm,
dan 5 ppm.
2. Siapkan 6 labu ukur ukuran 100 ml. Beri tulisan label sesuai dengan kurva
yang akan dibuat.
3. Untuk pembuatan standar solution 100 ppm menggunakan 10 ml larutan
lead standar solution, yang ditambah aquadest murni sampai 100 ml.
4. Kemudian untuk pembuatan standar solution 1 ppm dari 100 ppm,
gunakan pipet gondok ukuran 1 ml untuk mengambil larutan standar
solution dari 100 ppm pindahkan ke labu ukur yang telah di beri label. Lalu
tambahkan larutan lead standar solution hingga 100 ml. Lakukan langkah
yang sama untuk 2 ppm sampai 5 ppm, dengan menggunakan pipet gondok
sesuai jumlah yang di perlukan.
c). Pemeriksaan sampel di AAS
1. Letakkan sampel dan larutan standar kurva kalibrasi yang telah dibuat di
ruangan pemeriksaan AAS.
2. Pastikan instrument AAS siap digunakan
3. Pilih parameter timbal (Pb) untuk pengujian dengan lampu katoda.
4. Lalu lakukan blangko pada selang aspirator sebelum digunakan untuk
membaca larutan standar kurva kalibrasi. Setiap pergantian larutan standar
kurva kalibrasi haruskan dilakukan blangko dan keringkan selang aspirator
menggunakan tisu. Untuk urutan pembacaan dimulai dari 5 ppm, 1 ppm, 2
ppm, 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, kemudian sampel tanah yang telah homogeny
sebanyak 2 buah sampel.
5. Baca hasil data yang di peroleh di layar komputer
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
No Jenis Sampel Jumlah kadar Pb
1. Sampel tanah di sekitaran deretan mg/L
rumah komplek kesehatan Poltekkes.

B. Pembahasan
Dari hasil praktikum, identifikasi logam berat dan pada sampel tanah di
sekitaran deretan rumah pada pemeriksaan timbal (Pb) ditemukan jumlah
kadar Pb sebesar mg/L. Dapat diketahui bahwa Sampel tanah di sekitaran
deretan rumah komplek kesehatan Poltekkes tidak ditemukan kadar Pb.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kadar timbal (Pb) tanah di sekitaran deretan rumah komplek kesehatan
Poltekkes tidak mengandung timbal setelah diperiksa di Laboratorium
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan. Sehingga tidak membahayakan
kesehatan manusia bila masuk ke dalam tubuh manusia dan makhluk
hidup lainnya.
B. Saran
Untuk limbah yang bersifat B3 salah satunya mengandung timbal (Pb)
sebaiknya dikelola terlebih dahulu sebelum di buang.

Anda mungkin juga menyukai