Anda di halaman 1dari 12

IDENTIFIKASI SENYAWA TIMBAL (Pb) DALAM LINGKUNGAN

Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kimia Lingkungan
Yang diampu oleh Ibu Rusmini, S.Pd., M.Si

Nama Mahasiswa /Kelompok


Marshanda Putri Maharani (22030234003)
Cindy Ambarwati (22030234004)
Intan Cahya Callista (22030234009)

PRODI S1-KIMIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2024
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan adalah suatu hal yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Dalam
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi “Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain” (Sompotan &
Sinaga, 2022). Makhluk hidup adalah salah satu faktor keberhasilan dari lingkungan
hidup. Oleh karena itu, kegagalan dari lingkungan hidup seperti pencemaran bisa
dikatakan ulah dari manusia (Rofik M., 2021). Pencemaran lingkungan merupakan
permasalahan yang hingga saat ini memberi dampak negatif pada setiap makhluk
hidup. Salah satu pencemaran yang penting mendapat perhatian dari sumber-sumber
kegiatan manusia adalah logam berat (Pratiwi, 2021).
Logam berat dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi makanan
yang berasal dari tanaman yang ditanam di tanah yang terkontaminasi dengan logam
berat. Akumulasi kontaminan material akan menyebabkan beracun bagi tanaman, atau
juga akan diambil dan diserap oleh tanaman dan kemudian dikonsumsi oleh hewan atau
manusia sehingga mereka juga beracun pada hewan atau manusia yang
mengkonsumsinya (Boymau, 2023). Salah satu kandungan logam berat yang sering
dijumpai mencemari sedimen dan perairan sungai adalah Timbal (Pb) (Paundanan dkk,
2023).
Logam berat timbal (Pb) merupakan salah satu bahan pencemar yang paling
berbahaya karena memiliki sifat yang sangat toksik. Karena dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui pernafasan, pencernaan, melalui pori-pori kulit, kemudian
beredar keseluruh tubuh. Logam berat sangat berbahaya karena memiliki sifat tidak
dapat terdegradasi secara alami dan cenderung terakumulasi dalam air, sedimen dasar
perairan, dan tubuh organisme dan bila masuk ke dalam tubuh melebihi ambang
batasnya (Putra dkk, 2022)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik logam berat Timbal (Pb)?
2. Bagaimana aktivitas logam berat Timbal (Pb) dapat mempengaruhi
lingkungan?
3. Bagaimana cara identifikasi kualitatif dan kuantitatif pada logam berat Timbal
(Pb)
4. Bagaimana upaya penanganan preventif dan kuratif pada logam berat Timbal
(Pb)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik logam berat Timbal (Pb)
2. Untuk mengetahui aktivitas yang terjadi pada logam berat Timbal (Pb)
terhadap lingkungan
3. Untuk mengetahui identifikasi kualitatif dan kuantitatif pada logam berat
Timbal (Pb)
4. Untuk mengetahui upaya preventif dan kuratif yang terjadi akibat adanya
logam Timbal (Pb)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Logam Berat Timbal (Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam, dalam
bahasa ilmiahnya adalah plumbum (Pb). Timbal merupakan logam yang mempunyai
empat bentuk isotop, berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik
leleh pada 327,5ºC dan titik didih pada 1740ºC di atmosfer (Gusnita, 2012). Menurut
Saryan (1994) dan Palar (1994) dalam Amalia (2016) pada suhu 550 – 600ºC timbal
menguap dan bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida (Saryan,
1994; Palar, 2004). Secara kimiawi, timbal mempunyai titik uap yang rendah dan dapat
menstabilkan senyawa lain sehingga berguna pada ratusan produk industri. Secara
klinis, timbal merupakan bahan toksik murni, tidak ada organisme yang fungsinya
bergantung pada timbal (Lubis dkk., 2013). Timbal termasuk ke dalam kelompok
logam berat golongan IVA di dalam Sistem Periodik Unsur kimia. Timbal mempunyai
nomor atom 82 dengan berat atom 207,2 berbentuk padat pada suhu kamar dan
memiliki berat jenis sebesar 11,4/l. Timbal jarang ditemukan di alam dalam keadaan
bebas, melainkan dalam bentuk senyawa dengan molekul lain, misalnya dalam bentuk
PbBr2 dan PbCl2 (Gusnita, 2012).
Timbal bersifat lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan,
sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam
nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah
timbal (II) dan senyawa organometalik yang terpenting adalah timbal tetra etil (TEL:
tetra ethyl lead), timbal tetra metil (TML: tetra methyl lead) dan timbal stearat. Timbal
merupakan logam yang tahan terhadap korosi atau karat, sehingga sering digunakan
sebagai bahan coating (Amalia, 2016). Menurut Darmono (2001) dalam Raharjo,
Raharjo, dan Setiani (2018) disebutkan bahwa timbal mempunyai sifat persisten dan
toksik serta dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Absorpsi timbal di dalam tubuh
sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif.
Keracunan timbal ini menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal,
pankreas, paru-paru, tulang, limpa, testis, jantung dan otak (Raharjo, Raharjo, dan
Setiani, 2018).
Polusi timbal dapat terjadi di udara, air, maupun tanah. Timbal banyak digunakan untuk
berbagai keperluan karena sifat-sifatnya sebagai berikut :
a. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair
dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
b. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah menjadi berbagai bentuk.
c. Sifat kimia timbal menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
d. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk
mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni.
e. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas
dan merkuri (Fardiaz, 1992).
B. Aktivitas logam berat Timbal (Pb)
Tanah merupakan ekosistem yang mendukung kehidupan makhluk hidup baik
flora maupun fauna tanah.. Lingkungan tanah terdiri atas bentuk makro seperti akar
tanaman, siput, cacing, nematoda, dan arthropoda, serta bentuk mikroskopis seperti
protozoa, bakteri, jamur, dan alga. Makhluk hidup dalam tanah telah membentuk suatu
rangkaian aktivitas yang membentuk siklus atau hubungan saling menguntungkan dan
hubungan rantai makanan. Aktivitas biologis di tanah berperan penting dalam
transformasi zat anorganik dan biodegradasi zat organik melalui proses yang panjang
dan kompleks. Tanah sebagai komponen lingkungan yang merupakan sumber daya
alam telah mengalami konsekuensi dari pengelolaan limbah yang tidak benar (Boymau,
2023).
Kandungan logam dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam
pada tanaman yang tumbuh di atasnya, kecuali terjadi interaksi diantara logam itu
sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Akumulasi logam
dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga
tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman
(Fitriana, 2019)
Faktor lain yangmenyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar
adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non degradable)
dan mudah diabsorbsi (Juhaeti, dkk. 2004). Pemasok logam berat dalam tanah
pertanian antara lain bahan agrokimia (pupuk dan pestisida), asap kendaraan bermotor,
bahan bakar minyak, pupuk organik, buangan limbah rumah tangga, industri, dan
pertambangan (Fitriana, 2019).
Air merupakan zat yang paling penting bagi kehidupan manusia.Air biasanya
digunakan untuk berbagai keperluan seperti pertanian, perikanan, peternakan,
pertambangan, rekreasi dan lain sebagainya.Air yang digunakan oleh manusia berasal
dari berbagai sumber, seperti air permukaan, air tanah dan air angkasa atau air hujan
(A., 2015). Timbal merupakan salah satu logam berat beracun dan berbahaya, banyak
ditemukan sebagai pencemar dan cenderung mengganggu kelangsungan hidup
organisme perairan (Putra dkk, 2022). Timbal yang masuk ke dalam badan perairan
memiliki bermacam bentuk seperti Pb2+, PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4
(anglesite). Logam berat timbal (Pb) juga dapat dihasilkan dari berbagai kegiatan
lainnya, seperti kegiatan industri yang berpotensi sebagai sumber pencemaran Pb
(Purnama, 2019). Logam berat menjadi salah satu faktor dalam menentukan status
mutu kualitas perairan. Logam berat yang sudah melebihi ambang batas akan
menimbulkan kerugian, selain berdampak pada perikanan di perairan yang tercemar,
kesehatan masyarakat sekitarnya juga akan terganggu.Kontaminasi logam berat yang
ada di biota laut juga bisa merusak sistem biokimia yang ada pada tubuh hewan dan
jika dikonsumsi oleh manusia akan menjadi ancaman kesehatan. Timbal (Pb) bersifat
toksis terhadap biota laut, pada jenis ikan tertentu, kadar Pb pada 0,1 – 0,2 ppm dapat
menyebabkan keracunan dan dapat membunuh ikan pada kadar 188 ppm. Selain itu,
cemaran Pb dalam kolom air mampu masuk kedalam tubuh melalui makanan,
minuman, pernapasan, kontak kulit, kontak mata, dan parenteral (A., 2015).
C. Identifikasi Kualitatif dan Kuantitatif

Timbal (Pb) adalah salah satu logam pencemar yang sangat berdampak bagi
lingkungan serta berbahaya bagi kesehatan manusia (N. Syamsidar, 2016). Timbal (Pb)
di lingkungan banyak dihasilkan dari polusi kendaraan bermotor, tambang timah dan
peleburan timah (D. Komarudin, 2021). Timbal (Pb) mempunyai sifat toksisitas yang
tinggi dimana dapat menyebabkan terganggunya sistem syaraf, sirkulasi darah, anemia,
dan lain sebagainya (R. Makmur, 2013). Selain pada manusia, timbal dapat menjadi
racun bagi tumbuhan dimana logam berat akan mempengaruhi ketersediaan hara
tanaman dan dapat mengkontaminasi hasil tanaman (E. G. Habibah, 2015).

Baku mutu standar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2015 dijadikan sebagai acuan dalam penelitian untuk menentukan kadar logam berat
timbal (Pb) (Bangkalan, 2015). Analisa dilakukan menggunakan metode destruksi
sebagai salah satu syarat analisis logam dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
(D. S. A, 2020). Metode Spektrofotometer serapan Atom (SSA) digunakan untuk
identifikasi secara kualitatif dan kuantitatif dalam logam berbagai jenis sampel, yang
didasarkan pada pengukuran besarnya energi radiasi yang diserap saat atom dalam
bentuk gas dari keadaan dasar tereksitasi. Jumlah energi yang di serap merupakam
fungsi konsentrasi atom (Analit) dalam sampel (Napitupulu, 2008). Spektrofotometer
serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah
sekelumit (Trace) dan sangat kelumit (Ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar
total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari
logam dalam sampel tersebut (Napitupulu, 2008).Teknik Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA) menjadi alat yang canggih ktrofotometer dalam analisis. Spektrofotometer
Serapan Atom memiliki beberapa kelebihan diantaranya spesifik (analisis tertentu
dengan panjang gelombang atau garis resonansi yang sesuai), selektif, dan sensitif
untuk menganalisis logam. Ini disebabkan karena kecepatan analisisnya, ketelitian
sampai tingkat rumit (sekecil mungkin), tidak memerlukan pemisahan pendahuluan,
serta relatif murah dengan pengerjaan yang sederhana. SSA dapat digunakan sampai
enam puluh satu logam. Non-logam yang dapat dianalisis adalah fosfor, dan boron.
Sedangkan kelemahannya yaitu adanya berbagai faktor pengganggu yang meliputi
gangguan kimia, matrik, dan gangguan ionisasi. Pengaruh kimia dimana SSA tidak
mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca,
gangguan matrik terjadi bila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila
pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, selain itu hal ini dapat
terjadi bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda. Pengaruh ionisasi
yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga menimbulkan emisi pada
panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks misalnya pelarut (Napitupulu,
2008).

D. Upaya Penanganan Preventif

Meningkatnya aktivitas manusia baik industri maupun rumah tangga


menyebabkan semakin besarnya volume limbah yang dihasilkan dari waktu ke waktu.
Sebagian besar limbah tersebut dibuang langsung ke lingkungan tanpa melalui proses
pengolahan. Konsenkuensinya adalah terjadinya pencemaran yang banyak
menimbulkan kerugian bagi manusia dan lingkungan. Salah satu pencemaran yang
dapat terjadi adalah pencemaran tanah, dimana keadaan bahan kimia masuk dan
merubah keadaan lingkungan tanah alami. Tanah adalah salah satu faktor pendukung
penting dalam kehidupan mahluk hidup di bumi ini. Sebagai dasar keberadaan makhluk
hidup termasuk manusia, tanah memiliki peran yang penting untuk siklus materi
ataupun ekologi. Oleh sebab itu, menjaga kelestarian tanah agar selalu dapat
menjalankan fungsinya dengan baik adalah kewajiban penting. bagi setiap mahluk
hidup. Akan tetapi, sebagaimana halnya pencemaran air dan udara, pencemaran tanah
yang disebabkan oleh faktor alam maupun aktivitas manusia sangat sulit dihindari.
Salah satu bahan pencemar yang menjadi indikator untuk mendeteksi terjadinya
pencemaran. Faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat
pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam berat yang tidak dapat terurai (non
degradable) dan mudah diabsorbsi. Salah satu logam berat yang dapat berpotensi
menjadi racun jika berada dalam tanah dengan konsentrasi berlebih adalah Pb
(Timbal). Unsur Pb merupakan kelompok logam berat yang tidak esensial bagi
tumbuhan, bahkan dapat mengganggu siklus hara dalam tanah. Unsur Pb sampai saat
ini masih dipandang sebagai bahan pencemar yang dapat menimbulkan pencemaran
tanah dan lingkungan .Logam timbal (Pb) yang mencemari tanah dapat berasal dari
kegiatan industri pembuatan. lempengan baterai, aki, bahan peledak, pateri,
pembungkus kabel, pigmen, cat anti karat, pelapisan logam, serta penggunaan pupuk
fosfat dalam bidang pertanian. Selain itu penggunaan bahan bakar yang mengandung
timbal menyebabkan udara tercemar oleh timbal, sehingga secara tidak langsung dapat
mencemari tanah, baik melalui proses sedimentasi maupun presipitasi. Adanya polutan
berupa logam Pb dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak
dapat mengadakan pembersihan sendiri (self purification). Keberadaan logam berat
dalam tanah dapat diserap oleh tanaman sehingga memberikan dampak negatif bagi
manusia. Pencemaran logam berat pada lahan pertanian seperti sawah, dimana logam
tersebut tidak hanya terkonsentrasi dalam tanah, akar, daun tetapi juga pada gabah yang
dihasilkan dan ini sangat berbahaya bila terdistribusi ke masyarakat (Satpathy et al.,
2014). Tanaman pangan seperti padi dan sayuran yang terindikasi logam berat jika
dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan upaya penurunan logam berat pada lahan pertanian maupun
perkebunan yang efektif dan ramah lingkungan.
Teknik remediasi menjadi solusi alternatif dalam hal menurunkan kadar logam.
berat dalam tanah. Penerapan teknik remediasi menggunakan tanaman
hiperakumulator dianggap mampu mengembalikan fungsi tanah yang tercemar
menjadi lebih baik. Tanaman lebih tahan dibandingkan kebanyakan mikroorganisme
pada konsentrasi kontaminan tinggi, tanaman juga menyerap dan mengurangi toksisitas
kontaminan jauh lebih cepat (Schnoor J. I., 2005). Dalam penelitian ini akan membahas
tentang beberapa jenis tanaman yang dapat diklasifikasikan sebagai tanaman
hiperakumulator dalam mengakumulasi logam berat. Teknik remediasi pada lahan
tercemar logam berat menggunakan tanaman. disebut dengan teknik fitoremediasi.
Teknik fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai upaya menghilangkan,
memindahkan, menstabilkan, atau mengakumulasi bahan pencemar baik senyawa
organik maupun anorganik dengan menggunakan tanaman. Fitoremediasi menjadi
sebuah inovasi teknik remediasi logam berat yang aman dalam mengurangi
kontaminan dalam tanah serta efektif dari segi biaya dan efisien serta ramah lingkungan
(Asiabadi, 2014). Teknik fitoremediasi secara umum dapat dikelompokkan dalam lima
jenis, yaitu fitoekstraksi, fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi.
Salah satu mekanisme tersebut terjadi pada tanaman hiperakumulator dalam
mengakumulasi logam berat. Salah satu Jenis tanaman hias seperti lidah mertua
(Sansevieria trifasciata) juga termasuk tanaman hiperakumulator yang mampu
menyerap logam berat timbal (Pb) dan cadmium (Cd). Tanaman lidah mertua yang
memiliki sistem perakaran serabut majemuk menyerap logam berat dari lahan tercemar
kemudian mengakumulasikannya di batang. Ketika proses akumulasi terjadi lidah
mertua menghasilkan bahan aktif pregnane glikosid yang mampu mereduksi logam
berat. menjadi asam organik, gula, dan beberapa senyawa asam amino. Sehingga
mekanisme yang berlangsung pada tanaman lidah mertua merupakan mekanisme
fitodegradasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tanaman juga bisa
digunakan untuk media penyerapan logam berat (Pb) salah satunya
mennguankan tanman lidah buayaa yang termasuk jenis tanaman
hiperakumulator. Pada jenis tanaman tersebut memiliki sistem perakaran
serabut majemuk yang memudahkan untuk meresap serta mengakumulasi logam
berat baik diperairan maupun ditanah.

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan pembahasan di atas
adalah kita harus menjaga tanah kita agar tidak tercemar oelh logam berat karena dapat
membahyakan makhluk hidup disekitarnya maka dari itu harus mejaga kebersihan
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
A., S. (2015). Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana.
Asiabadi, F. M. (2014). A fuzzy logic model to determine petroleum hydrocarbons
concentration at different depths of contaminated soil during phytoremediation.
Nature Environment and Pollution Technology. 391-396.
Bangkalan, B. (2015). Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Nomor 7 Tahun 2015.
Baku Mutu Karakteristik Beracun Melalui TCLP Untuk Penetapan Kategori
Limbah B3. Bangkalan.
Boymau, I. (2023). Distribusi Logam Berat pada Tanah. ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah
Multidisiplin, 927-932.
D. Komarudin, F. H. (2021). Analisis Kadar Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan
Kadmium (Cd) Pada Air Tanah Di Perumahan Perumnas Bekasi. ISTA online
Technol. J., , 2745–7206.
D. S. A, S. S. (2020). Perbandingan Metode Destruksi Basah dan Destruksi Kering untuk
Analisis Timbal dalam Tanah di Sekitar Laboratorium Kimia FMIPA UNNES. J.
Chem. Sci, 169–173.
E. G. Habibah, F. N. (2015). E. G. Habibah, F. N. Gunawan, and H. Hildiani dan
Akibatnya pada Pertumbuhan Tanaman. Syria Study, 37–72.
N. Syamsidar. (2016). Analisis Kandungan Logam Berat Pada Tanah Pembuanagan
Limbah Industri Non-Pangan Di Kabupaten Gowa .
Napitupulu. (2008). Analisis logam berat Seng, Kadmium dan tembaga Pada berbagai
Tingkat Kemiringan Tanah Hutan Tanaman industri PT. Toba Pulp Lestasi
dengan Metode Spektrofotometer serapan Atom (SSA). . Medan.
Paundanan dkk. (2023). Studi Pencemaram Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu)
Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) di Sungai Motui Kabupaten Konawe
Utara . Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan , 1-7.
Pratiwi, S. S. (2021). Analisis Dampak Sumber Air Sungai Akibat Pencemaran Pabrik
Gula dan Pabrik Pembuatan Sosis . Journal of Research and Education Chemistry
(JREC), 122-142.
Purnama, L. F. (2019). SEBARAN TIMBAL PADA TANAH DI AREAL. Journal of
Research and Technology, 106-118.
Putra dkk. (2022). Studi Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Sedimen Dasar
Perairan Banjir Kanal Timur Semarang. Indonesia Journal of Oceanography
(IJOCE), 13-21.
R. Makmur. (2013). Kadar Logam Berat Timbal ( Pb ) pada Sedimen di Kawasan
Mangove Perairan Teluk Kendari. J. Mina Laut Indones.,, 38–48.
Rofik M. (2021). Pencemaran Dalam Lingkungan Hidup. Seminar Keinsinyuran, 102-
105.
Schnoor J. I., L. I. (2005). Phytoremediation: an emerging technology for contaminated
sites. .
Sompotan, D., & Sinaga, J. (2022). Pencegahan Pencemaran Lingkungan. SAINTEKS:
JURNAL SAINS, TEKNOLOGI DAN KESEHATAN, 6-16.

Anda mungkin juga menyukai