Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FARMAKOLOGI

“Toksiologi Logam Berat”

Disusun oleh :
Kelompok II

Dosen Pembimbing :
Dr. Handayani, dr, M.Kes

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
Nama Anggota Kelompok :

1. Diaz Syafrie Abdillah (6130016036)


2. Iradatus Sholihah (6130016021)
3. Hikmah Shabrina D.I (6130016038)
4. Dian Islamiati (6130016039)
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi
perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan
bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya suatu zat atau
benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu (Palar, 1994). Bermacam-macam kasus
pencemaran logam berat pernah dilaporkan baik di negara maju maupun negara yang
sedang berkembang, begitu pula akibat buruk terhadap penduduk yang tinggal di
sekitarnya (Darmono, 1995). Ada beberapa unsur logam yang termasuk elemen mikro
merupakan kelompok logam berat yang tidak mempunyai fungsi biologik sama sekali.
Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan
(toksisitas) pada makhluk hidup, yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen (As),
cadmium (Cd) dan aluminium (Al) (Darmono, 1995). Toksisitas logam pada manusia
kebanyakan terjadi karena logam berat non esensial saja, walaupun tidak menutup
kemungkinan adanya keracunan logam esensial yang melebihi dosis. Toksisitas logam
esensial kadang-kadang pernah dijumpai pada orang, tetapi hanya terbatas pada logam
tertentu saja, misalnya Cu, Zn dan Se (Darmono, 1995).
Logam Pb merupakan salah satu sumber pencemar yang toksik dan
merupakan golongan logam berat yang pada tingkat tertentu dapat menganggu
kesehatan manusia dan dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ
yang terdapat dalam tubuh (Palar, 1994). Setiap studi toksikologi yang pernah
dilakukan terhadap penderita keracunan Cu, hampir semuanya meninjau metabolisme
Cu yang masuk ke dalam tubuh secara oral. Dari studi yang telah dilakukan
disimpulkan bahwa orang-orang baik secara sengaja ataupun tidak sengaja telah
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung Cu sebesar 2-5 mg setiap
harinya (Palar, 1994). Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada
suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia
organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, adanya limbah
dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah
(Anonim, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian toksiologi ?
2. Apa pengertian logam berat?
3. Apa saja jenis logam berat dan efek terhadap kesehatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian toksiologi.
2. Dapat menjelaskan pengertian logam berat.
3. Dapat mengetahui jenis logam berat dan efek terhadap kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengetian Toksiologi


Toksiologi merupakan ilmu yang lebih tua dari dari farmakologi. Disipin ini
mempelajari sifat-sifat racun zat kimia terhadap makhluk hidp dan lingkungan. Ada
100.000 zat kimia, kini digunakan oleh manusia dan karena tidak dapat dihindarkan.
(FKUI.2007) Sintesis zat kimia yang diperkirakan berjumlah 1000 per tahun,
menyebabkan toksiologi tidak hanya meliputi sifat-sifat racun, tetapi lebih penting lagi
mempelajari “keamanan” setiap zat kimia yang dapat masuk ke dalam tubuh, termasuk di
dalamnya obat, pestisida, polutan lingkungan, dsb. Zat-zat kimia tersebut disebut
xenobiotik. (xeno=asing) (FKUI.2007).
Dalam pembuatan obat juga perlu diketahui tingkat toksiknya, karena setiap zat
kimia baru harus ditliti sifat-sifat toksiknya sebelum diperbolehkan penggunaannya secara
luas. Toksiologi berkembang luas ke bidang kimia, kedokteran, pertanian, perikanan,
industri, entomologi, hukum, dan lingkungan.
2.1.1 Uji Farmakokinetik
Uji farmakokinetik diperoleh melalui penelitian obat dalam tubuh yang
menyangkut absorbsi, distribusi, redistribusi,biotransformasi, dan eksresi obat.
Karakteristik absorbsi penting untuk diketahui, zat kimia dengan sifat koefesien
partisi yang tinggi serta derajat ionisasi yang rendah akanmudah diserap melalui
dinding sel. ( FKUI.2007)
2.1.2. Uji Farmakodinamik
Sebelum suatu obat digunakan untuk indikasi tertentu , harus diketahui
dahulu efek apa yang terjadi terhadap semua organ dalam tubuh yangs sehat. Jarang
terdapat obat yang hanya memiliki satu jenis efek, hampir semua obat memiliki efek
tambahan dan mampu mempengaruhi fungsi berbagai macam alat dan faal tubuh.
(FKUI.2007).

2.2 Pengertian Logam Berat


Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk
hidup. Logam berat yang termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam
berat yang non-esensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh.
Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan
(toksik) pada manusia yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium
(Cd) (Agustina, 2010).

Menurut Widowati, et al., (2008), penggunaan logam sebagai bahan baku


berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi
kesehatan manusia melalui 2 jalur, yaitu :

A. Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air,
tanah, dan makanan.
B. Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri bisa
mempengaruhi kesehatan manusia. Pencemaran logam berat dalam lingkungan
bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman,
maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka
bumi ini. Logam berat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial, yaitu : logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan, logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan
lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial, yaitu : logam yang keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti
Hg, Cd, Cr, dan lain-lain.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan


manusia,tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh
serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja
enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen,
teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan. Tingkat toksisitas logam berat
terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn
(Widowati, et al., 2008).

2.3 Jenis Logam Berat dan Efek Tehadap Kesehatan


2.3.1 Logam Timbal (Pb)
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini
termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV– A pada tabel periodik unsur
kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah
suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik
didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen
dalam udara membentuk timbal oksida. Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb)
sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan
air asam.
Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat (Palar,
2008). Menurut Widowati, et al., (2008), timbal pada awalnya adalah logam berat yang
secara alami terdapat di dalam kerak bumi. Timbal adalah logam yang mendapat
perhatian karena bersifat toksik melalui makanan, minuman, udara, air, serta debu yang
tercemar timbal. Menurut Sunu dalam Sihite (2015), timbal merupakan logam yang
sangat beracun yang pada dasarnya tidak dapat dimusnahkan serta tidak terurai menjadi
zat lain.

2.3.1.1.Sifat Logam Timbal (Pb)


Menurut Fardiaz (1992), timbal banyak digunakan untuk berbagai keperluan karena
sifat-sifatnya sebagai berikut :
1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair
dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai
bentuk.
3. Sifat-sifat kimia timbal menyebabkan logam ini berfungsi sebagai lapisan pelindung
jika kontak dengan udara lembab.
4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya. Alloy yang terbentuk
mempunyai sifat berbeda dengan timbal yang murni.
5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan
merkuri.

2.3.1.2 Dampak Timbal (Pb) pada Kesehatan


Timbal adalah logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa
berasal dari tindakan yang mengonsumsi makanan, minuman, atau melalui inhalasi dari
udara, debu yang tercemar timbal, kontak lewat kulit, kontak lewat mata, dan lewat
parenteral (Widowati et al., 2008). Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan timbal
di dalam tubuh mempengaruhi banyak jaringan di dalam tubuh. Organ-organ tubuh
yang banyak menjadi sasaran peristiwa keracunan yang disebabkan oleh keberadaan
logam timbal adalah sistem syaraf, sistem ginjal, sistem ginjal, sistem reproduksi,
sistem endokrin. Setiap bagian yang diserang akan memperlihatkan efek yang berbeda-
beda (Palar, 2008).
Menurut Widowati, et al., (2008), timbal bersifat kumulatif. Mekanisme
toksisitas timbal (Pb) berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah :
1. Sistem haemopoietik
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk
oleh logam Fe (besi) dengan gugus haemo dan globin sintesa dari kompleks tersebut
melibatkan 2 enzim, yaitu enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam
amino levulinat dehidrase dan enzim ferrokhelatase. Enzim ALAD adalah enzim jenis
sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesa dan selama
sirkulasi sel darah merah berlangsung. Senyawa Pb yang terdapat dalam tubuh akan
mengikat gugus aktif enzim ALAD. Enzim ALAD berfungsi pada sintesa sel darah
merah. Adanya timbal pada tubuh akan mengganggu kerja enzim tersebut sehingga
sintesa sel darah merah terganggu (Palar, 2008). Penghambatan sintesa sel darah merah
mengakibatkan terjadinya anemia (Widowati et. al.,2008).
2. Sistem saraf
Sistem syaraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun
yang dibawa oleh logam timbal (Palar, 2008). Timbal mengakibatkan demielinasi
(rusaknya sarung mielin saraf) otak dan otak kecil yang putih sebelah belakang dan
kematian sel-sel syaraf (Robins dalam Naria, 2005). Pb menimbulkan kerusakan otak
dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium (Widowati et. al.,
2008).
3. Sistem urinaria
Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi pemisahan akhir semua
bahan yang dibawa darah, yaitu yang masih berguna bagi tubuh atau yang harus
dibuang karena sudah tidak diperlukan lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah
ke sistem urinaria (ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal.
Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear inclusion bodies
yang disertai dengan terbentuknya aminociduria, yaitu terjadinya kelebihan asam amino
dalam urin (Palar, 2008).
4. Sistem gastrointestinal
Efek timbal ini terjadi karena mengonsumsi bahan yang tercemar timbal
(Widowati et. al., 2008).
5. Sistem kardiovaskular
Timbal dapat menyebabkan peningkatan permiabilitas pembuluh darah
(Widowati et. al., 2008).
6. Sistem reproduksi
Pada wanita hamil Pb dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut
masuk dalam sistem peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir, Pb akan
dikeluarkan bersama air susu ibu (Widowati et al., 2008). Jika bayi lahir, timbal akan
dikeluarkan bersama dengan air susu (Palar, 2008). Pada wanita dengan paparan timbal
yang tinggi, timbal akan disimpan dalam tulang. Timbal yang terserap dan ditimbun
dalam tulang dan juga masuk ke peredaran darah, melalui plasenta dan kemudian akan
ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin (Palar, 2008). Pb dapat menyebabkan
gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Pb
mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom.
Anak-anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang
rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ. Ibu hamil yang
terkontaminasi timbal tersebut akan mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel
otak embrio, serta kematian janin (Widowati et. al. 2008).

7. Sistem endokrin
Timbal mengakibatkan gangguan fungsi tiroid (Widowati et. al. 2008).
Fungsi tiroid sebagai hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan I 131
(yodium isotop 131). Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi paparan
timbal yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan timbal pada
sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan paparan timbal yang berbeda
terjadi pengurangan pengeluaran steroid dan terus mengalami peningkatan dalam posisi
minus. Kecepatan pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama
pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal (Palar, 2008).

8. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.


Dampak Timbal pada Lingkungan
A. Udara
Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal
dari cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan.
Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara,
sehingga kemudian terhirup pada saat bernafas dan sebagian akan diserap kulit
ataupun diserap oleh daun tumbuhan (Palar, 2008). Baku mutu udara ambien untuk
timbal berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999 yaitu sebesar 2,0 g/Nm3.
B. Air
Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di
udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat
disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari
industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur
perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan
perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion Pb dengan jumlah yang
melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota perairan
tersebut. Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/L dapat membunuh ikan-ikan
(Palar,2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun 1990
adalah 0,1 mg/l.

C. Tanah
Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa produk
konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah dapat juga
berasal dari emisi kendaraan bermotor, yang mana partikel timbal yang terlepas ke
udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal turun ke tanah.
Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg
(Widowati et. al. 2008).

D. Tanaman
Timbal (Pb) sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman yaitu daun, batang,
akar dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan timbal dari tanah ke
tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Tanaman dapat menyerap logam Pb
pada saat kondisi kesuburan dan kandungan bahan organik tanah rendah. Pada
keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang
bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat
keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Timbal
merupakan logam berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada
seluruh benda mati di lingkungan dan seluruh sistem biologis (Widaningrum,
2007).
Rekomendasi dari WHO, logam berat Pb dapat ditoleransi dalam seminggu dengan
takaran 50,mg/kg berat badan untuk dewasa dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi
dan anak-anak. Mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan
kadar normalnya pada tumbuhan berkisar 0,5-3 ppm (Widaningrum, 2007).

E. Makanan
Semua bahan pangan alami mengandung timbal (Pb) dalam konsentrasi kecil, dan
selama persiapan makanan mungkin kandungan Timbal (Pb) akan bertambah.
Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makan, dan
wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik yang dilapisi
glaze (Fardiaz, 1992). Sedangkan dalam air minum juga dapat ditemukan senyawa
timbal bila air tersebut disimpan atau dialirkan melalui pipa yang merupakan alloy
dari logam timbal (Palar, 2008).

2.3.2 Logam Merkuri


Merkuri adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai
dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Pada anak-anak, timbal mennurunkan
tingkat kecerdasan, pertumbuhan, dan pendengaran, menyebabkan anemia dan
dapat menimbulkan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan tingkah laku.
Pemaparan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah atau
kematian.
Sumber timbal ada di Cat, pabrik, air, tanah, udara, makanan, minuman, panik dan
peralatan dapur serta keramik yang dipoles, obat-obat tradisional. Gejala keracunan
timbal: gejala penyakit yang timbul setelah mencerna, menghisap dan menghirup
timbal. Keracunan timbal ada beberapa yaitu akut, subakut dan kronis. Nilai
ambang toksisitas timbal adalah 0,2 miligram /m3.
Kerusakan tubuh yang disebabkan oleh merkuri pada umumnya
bersifat permanen, masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan
karakteristik yang berbeda seperti daya racunnya, distribusi, akumulasi atau
pengumpulan, dan waktu retensinya (penyimpanan) di dalam tubuh. Apabila semua
komponen merkuri berada dalam jumlah yang cukup, maka akan beracun terhadap
tubuh. Merkuri dapat berpengaruh terhadap tubuh karena dapat menghambat kerja
enzim dan menyebabkan kerusakan sel. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan
rusak karena pengikatan dengan merkuri, sehingga aktivitas sel dapat terganggu.
Kondisi yang akut dapat menyebabkan kerusakan perut dan usus, gagal
kardiovaskular (jantung dan pembuluhnya), dan gagal ginjal akut yang dapat
menyebabkan kematian.

2.3.3 Logam Arsen


Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya
dalam bidang pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga
acetoarsenit, natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik
digunakan sebagai pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi
pestisida yang mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi
hama tanaman tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok.
Intoksikasi tubuh manusia terhadap arsenik (As), dapat berakibat buruk
terhadap mata, kulit, darah , dan liver. Efek Arsenic terhadap mata adalah
gangguan penglihatan dan kontraksi mata pada bagian perifer sehingga
mengganggu daya pandang (visual fields) mata. Pada kulit menyebabkan berwarna
gelap (hiperpigmentasi), penebalan kulit (hiperkeratosis), timbul seperti bubul
(clavus), infeksi kulit (dermatitis) dan mempunyai efek pencetus kanker
(carcinogenic). Pada darah, menyebabkan kegagalan fungsi sungsum tulang dan
terjadinya pancytopenia (yaitu menurunnya jumlah sel darah perifer). Pada liver,
mempunyai efek yang signifikan pada paparan yang cukup lama (paparan kronis),
berupa meningkatnya aktifitas enzim pada liver (enzim SGOT, SGPT, gamma GT),
ichterus (penyakit kuning), liver cirrhosis (jaringan hati berubah menjadi jaringan
ikat danascites (tertimbunnya cairan dalam ruang perut). Pada ginjal, Arsen (As)
akan menyebabkan kerusakan ginjal berupa renal damage (terjadi ichemia and
kerusakan jaringan). Pada saluran pernafasan, akan menyebabkan timbulnya
laryngitis (infeksi laryng), bronchitis (infeksi bronchus) dan dapat pula
menyebabkan kanker paru. Pada pembuluh darah, logam berat Arsen dapat
menganggu fungsi pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan penyakit
arteriosclerosis (rusaknya pembuluh darah), portal hypertention (hipertensi oleh
karena faktor pembuluh darah potal), oedema paru dan penyakit pembuluh darah
perifer (varises, penyakit bu rger). Pada sistem reproduksi, efek arsen terhadap
fungsi reproduksi biasanya fatal dan dapat pula berupa cacat bayi waktu dilahirkan,
lazim disebut effek malformasi. Pada sistem immunologi, terjadi penurunan daya
tahan tubuh / penurunan kekebalan, akibat nya peka terhadap bahan karsinogen
(pencetus kanker) dan infeksi virus. Pada sistem sel, efek terhadap sel
mengakibatkan rusaknya mitochondria dalam inti sel menyebabkan turunnya
energi sel dan sel dapat mati. Pada Gastrointestinal (saluran pencernaan) , Arsen
akan menyebabkan perasaan mual dan muntah, serta nyeri perut, mual (nausea) dan
muntah (vomiting).

2.3.4 Logam Cadmium


Kadnium terutama dalam bentuk oksida adalah logam yang toksisitasnya
tinggi. Sebagian besar kontaminasi oleh kadnium pada manusia melalui makanan
dan rokok. Waktu paruh kadnium kira-kira 10-30 tahun. Akumulasi pada ginjal dan
hati 10-100 kali konsentrasi pada jaringan yang lain.
Dalam tubuh manusia kadnium terutama dieleminasi melalui urine. Hanya
sedikit kadnium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi dipengaruhi faktor
diet sep erti intake protein, calcium, vitamin D dan trace logam seperti seng (Zn).
Proporsi yang besar adalah absorbsi malalui pernafasan yaitu antara 10 -40%
tergantung keadaan fisik wilayah. Uap kadnium sangat toksis dengan lethal dose
melalui pernafasan diperkirakan 10 menit terpapar samp ai dengan 190 mg/m3 atau
sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat menimbulkan kematian. Gejala
umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak (pendek), batuk -batuk dan
lemah. Terpapar akut oleh kadnium (Cd) menyebabkan gejala nausea (mual),
muntah, diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan
ginjal dan hati, gangguan kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular
(Ragan & Mast , 1990). Perkiraan dosis mematikan ( lethal dose) akut adalah
sekitar 500 mg/kg untuk dewasa dan efek dosis akan nampak jika terabsorbsi 0,043
mg/kg per hari (Ware, 1989) .

2.3.5 Logam Besi


Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukkan Fe adalah
usus halus. Bagian dari usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus ekskresi Fe
yang tidak diserap. Besi dari usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk
ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri. Feritin masuk kedalam darah
berubah bentuk menjadi transferin. Dalam darah tersebut besi berstatus sebagai
besi bervalensi tiga (trivalent) yang kemudian ditransfer ke hati dan limpa yang
kemudian disimpan dalam organ tersebut sebagai cadangan dalam bentuk feritin
dan hemosiderin. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan (kejenuhan) dalam
ikatan tersebut.
Toksisitas akut Fe pada anak terjadi karena anak memakan sekitar 1 g Fe
dan mungkin lebih banyak. Kandungan asupan besi pada anak secara normal
adalah sekitar 10-20 mg/kg berat badan. Setiap tahun dilaporkan sekitar 2500 kasus
keracunan Fe pada anak dibawah umur 6 tahun dan merupakan salah satu kasus
keracunan yang terbanyak yang menyebabkan kematian pada anak.
Jumlah zat besi di dalam tubuh seorang normal berkisar antara 3-5 g
tergantung dari jenis kelamin, berat badan, dan hemoglobin. Besi di dalam tubuh
terdapat dalam haemoglobin sebanyak 1,5-3,0 g dan sisa lainnya terdapat di dalam
plasma dan jaringan. Di dalam plasma besi terikat dengan protein yang disebut
“transferin” yaitu sebanyak 3-4 g. Sedangkan dalam jaringan berada dalam suatu
status esensial dan bukan esensial. Disebut esensial karena tidak dapat dipakai
untuk pembentukan Hb maupun keperluan lainnya.
2.3.5 Logam Uranium
Zat radioaktif yang pertama ditemukan adalah Uranium. Pada tahun
1898, Marie Curie dan suaminya, Pierre Curie menemukan Polonium dan Radium
yang jauh lebih aktif dari uranium. Ternyata, banyak unsur yang secara alami
bersifat radioaktif. Semua isotop yang bernomor atom di atas 83 bersifat radioaktif.
Unsur yang bernomor atom 83 atau kurang mempunyai isotop yang stabil kecuali
teknesium dan promesium. Isotop yang bersifat radioaktif disebut isotop radioaktif
atau radioi isotop, sedangkan isotop yang tidak radiaktif disebut isotop stabil.
Dewasa ini, radioisotop dapat juga dibuat dari isotop stabil.
Pada tahun 1903, Ernest Rutherford mengemukakan bahwa radiasi yang
dipancarkan zat radioaktif dapat dibedakan atas 2 jenis berdasarkan muatannya.
Radiasi yang berrnuatan positif dinamai sinar alfa, dan yang bermuatan negatif
diberi nama sinar beta. Selanjutnya Paul U.Viillard menemukan jenis sinar yang
ketiga yang tidak bermuatan dan diberi nama sinar gamma.
a. Sinar alfa (α)
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel
sinar alfa sama dengan inti helium -4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel
alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat radioaktif. Sinar alfa
dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena
memiliki massa yang besar, daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara
sinar-sinar radioaktif. Di udara hanya dapat menembus beberapa cm saja dan tidak
dapat menembus kulit. Sinar alfa dapat dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar
alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan molekul media yang
dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami ionisasi.
Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom
helium.
b. Sinar beta (β)
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta
merupakan berkas elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang
bemuatan -le dan bermassa 1/836 sma. Energi sinar beta sangat bervariasi,
mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar alfa tetapi daya pengionnya lebih
lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai 300 cm dalam uadara
kering dan dapat menembus kulit.
c. Sinar gamma (γ)
Sinar gamma adalah radiasi elektromagnetik berenergi tinggi, tidak
bermuatan, dan tidak bermassa. Sinar gamma mempunyai daya tembus. Selain
sinar alfa, beta, gamma, zat radioaktif buatan juga ada yang memancarkan sinar X
dan sinar Positron. Sinar X adalah radiasi sinar elektromagnetik.
Secara alami kita mendapat radiasi dari lingkungan, misalnya radiasi
sinar kosmis atau radiasi dari radioakif alam, serta dari berbagai kegiatan, seperti
diagnosa atau terapi dengan sinar X atau radioisotop. Orang yang tinggal di sekitar
instalasi nuklir juga mendapat radiasi lebih banyak, tetapi masih dalam batas aman.
Radiasi dapat mengganggu fungsi normal tubuh manusia, dari taraf yang
paling ringan hingga fatal. Derajat taraf ini tergantung pada beberapa faktor, yaitu :
1. Jenis radiasi
2. Lamanya penyinaran
3. Jarak sumber dengan tubuh
4. Ada tidaknya penghalang antara sumber dengan tubuh
Apabila tubuh manusia terkena radiasi maka partikel-partikel radiasi
akan secara langsung mengadakan interaksi dengan bagian yang terkecil dari sel,
yakni atom-atom yang ada di sel. Adapun interaksi tersebut dapat berlangsung
secara langsung maupun tidak langsung.
Interaksi langsung terjadi apabila penyerapan energi langsung pada
molekul-molekul organik dalam sel yang mempunyai arti biologik penting, seperti
DNA. Sedangkan interaksi radiasi tidak langsung terjadi bila interaksi radiasi
dengan molekul-molekul air dalam sel berlangsung lebih dahulu, kemudian
efeknya mengenai molekul-molekul organik yang penting. Hal ini terjadi karena
80% tubuh manusia terdiri dari air. Akibat interaksi ini, terjadi proses ionisasi atau
eksitasi atom-atom dalam sel yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan
struktur kimiawi dari molekul DNA, atau terjadi mutasi titik (point mutation)
dalam sel tersebut. Ini menyebabkan perubahan yang berat dari struktur kromosom
(chromosome aberration).
Perubahan struktur kromosom kemungkinan menyebabkan kerusakan
pada tingkatan tertentu dalam suatu organ. Hal ini akan terjadi pada sel yang peka
terhadap radiasi (sensitive organ). Namun, bisa terjadi sebaliknya, yaitu akibat
interaksi dengan radiasi bisa sembuh dengan sendirinya melalui proses biologis
dalam sel, disebut dengan proses perbaikan sendiri (cell repair). Hal ini tergantung
pada kemampuan dan macam sel yang bersangkutan. Jika perbaikannya tidak
sempurna, akan menghasilkan sel yang tetap hidup, tetapi sudah berubah. Di lain,
pihak partikel radiasi dapat pula mengadakan interaksi dengan molekul air dalam
sebuah sel. Dimungkinkan juga terjadi perubahan-perubahan sehingga terbentuk
molekul-molekul baru, yaitu H2O2 dan HO2 yang amat beracun yang
mengakibatkan kerusakan-kerusakan jaringan tubuh. Selain melalui kedua proses
tersebut, radiasi dapat pula menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi kimiawi lain
dalam organ atau jaringan tubuh, seperti reaksi protein denaturalisasi dan
perubahan enzimatis. Juga reaksi hormonal dalam jaringan, yang pada akhirnya
akan lebih mempercepat proses kerusakan yang kronis dan tetap, terutama pada
organ-organ yang tetap.
Beberapa efek biologi pada tubuh manusia :
1). Efek genetik
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut
efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma atau
ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro molekul DNA,
dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah kromosom atau
mengubah jumlah DNA yang terdapat dalam sel melalui perubahan informasi
genetik sel. Tipe ini dapat menimbulkan penyakit genetik yang diteruskan ke
generasi berikutnya.
2). Efek somatik
Bila organisme seperti manusia yang terkena radiasi mengalami
kerusakan biologi sebagai akibat penyinaran, efek penyinaran tersebut
diklasifikasikan sebagai efek somatik. Efek ini tergantung pada lamanya terkena
radiasi sampai pertama timbulnya gejala kerusakan radiasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Toksiologi merupakan ilmu yang lebih tua dari dari farmakologi. Disipin ini
mempelajari sifat-sifat racun zat kimia terhadap makhluk hidp dan lingkungan. Ada
100.000 zat kimia, kini digunakan oleh manusia dan karena tidak dapat dihindarkan.
(FKUI.2007)
Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk
hidup. Logam berat yang termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam
berat yang non-esensial yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh.
Logam tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan
(toksik) pada manusia yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium
(Cd) (Agustina, 2010).

Logam berat mempunya efek yang tidak baik bagi kesehatan tubuh seperti
timbal (Pb), merkuri (Hg) yang biasanya dipakai bahan campuran untuk kosmetik. Tapi
dalam kehidupan ini logam berat memang sulit untuk dihindari namun kita dapat berhati-
hati agar terhindar efek toksiologi logam berat.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson,K dan Scoot,R. (1982). Fundamental of Industrial Toxicology. Michigan: Ann


Arbor Science Publisher.
Bernard S, Enayati A, Binstock T, Roger H, Redwood L, McGinnis W (2000). Autism: A
Unique of Mercury Poisoning. ARC Research Cranford, NJ 07016.
Departemen Farmakologi Dan Terapeutik. 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
FKUI.
Casarett & Doull’s. (2001). Toxicology the Basic Science of Poissons. New York:
McGraww-Hill Medical Publishing Division.
Eddie, W.S. (2005). Limbah B3 dan Kesehatan. http:
//www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200504121503 - LIMBAH%20B-3.pdf.
18 Desember 2005.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.Yogyakarta: PT. Kanisius
Gayer, RA. (1986). Toxic Effects of Metal. In C.D.Klaasen, M.O.Amdur, and J.Doul. (Eds).
Toxicology the Basic Science of Poisons.3rd ed. New York: Mac Millan
Publishing Co.
Harvey, Richard.A dan Champe, Pamela.C. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Mukono, H.J. (2000). Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan . Surabaya: Airlangga University
Press.
Mukono J., Koeswadji H., Sugijanto, Laksminiwati E. (1991). Laporan Penelitian: Status
Kesehatan dan Kadar Pb (timah hitam) Darah pada Karyawan SPBU di Jawa
Timur. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga.
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Widaningrum, Miskiyah, Suismono, 2007. Bahaya Kontaminasi Logam Berat dalam Sayuran
dan Alternatif Pencegahan Cemarannya. Buletin Pasca Panen Pertanian. 3: 18.
Widowati., Sastiono., Jusuf., 2008. Efek Toksik Logam : Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. Andi Offset.Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai