A. Staphylococcus
Morfologi sel
Bentuk bulat
Tersusun: bergerombol / tersebar / dua-dua / tetrat
Tidak membentuk spora
Morfologi koloni
Koloni bulat, halus, cembung, mengkilat
Ada yang menghemolisa eritrosit, terutama S. aureus.
INFEKSI STAPHYLOCOCCUS
►►Dapat terjadi karena kontak langsung dengan luka atau
infeksi setelah terjadi trauma
● Berupa “ pimple”/ abses/ infeksi pada folikel rambut.
● Terjadi keracunan makanan karena enterotoksin
(Inkubasi 1-8 jam dengan gejala :mual, muntah, diare)
● Toxicshocksyndrome (TSS)
demam tinggi mendadak, muntah, diare, mialgia
S. aureus yang menyebabkan TSS dapat diisolasi dari:
vagina, tampon, luka, tenggorok / lainnya (tidak dari darah)
● Infeksi saluran nafas
● Bakteremia
Bila terjadi bakteremia = Endokarditis
Osteomilitishematogen akut
Meningitis
Infeksi pulmo
Berdasarkan sifat pewarnaan
Staphylococcusaureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning,
bersifat aerobfakultatif, tidak menghasilkanspora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok,dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm.S. aureustumbuhdengan optimum pada
suhu 37oC dengan waktu pembelahan0,47 jam.
S. aureusmerupakanmikroflora normalmanusia.Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernafasan
atas dan kulit.Keberadaan S. Aureuspadasaluran pernafasan atas dan kulit pada individu
jarangmenyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius
akan terjadi ketikaresistensiinang melemah karena adanya perubahan hormon adanya penyakit, luka,
atau perlakuan menggunakansteroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga
terjadi pelemahan inang
Berdasarkan aktivitas metabolisme
1) Kebutuhan akan O2
Staphylococcusaureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah
suasana aerobic atau microaerofilik.Koloni akan tumbuh dengan cepat pada temperatur 37ºC namun
pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar (20ºC-35ºC) koloni pada media
padat akan berbentuk bulat,lembut dan mengkilat.
Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk pigmen.padanutrien
agar setelah di inkubasi selama 24 jam kolonin berpigmen kuning emas,ukuran 2-4mm,bulat,cembung
tapi rata.pada agar darah atau media BAP sekeliling koloni akan terlihat zona beta hemolisa (zona
jernih) yang lebar.
2) Produksi toksin dan enzim
Staphylococcusaureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan berkembang biak dan
menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Beberapa zat ini
adalah enzim. Sedangkan yang lain di duga toksin,meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan
toksin berada di bawah pengendalian genetik plasmid atau DNA yang berbentuk cekuler yang
terdapat dalam kromosom.
HemolisaStaphylococcusaureus dapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di sebut alfa,beta dan
gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa dapat menyebabkan hemolisis sel darah
merah kelinci dan domba dengan cepat,hemolisa alfa di sebabkan oleh jenis koagulase positif dan
penting pada patogenesis infeksi pada manusia.
KoagulaseStaphylococcusaureus menghasilkan koagulase suatu protein yang mirip enzim yang dapat
menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau sitrat dengan bantuan suatu faktor yang
terdapat pada banyak serum.Faktor serum bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan enterase
dan menyebabkan aktivitas pembekuan.Koagulase dapat mengendapakan fibrin pada
permukaanStaphylococcus.Staphylococcusaureus membentuk koagulase positif di anggap mempunyai
potensi menjadi patogen invasive.
Katalase Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubahhydrogen peroksida (H2O2)
menjadi air dan oksigen. Tes katalase membedakan Staphylococcus positif dari Streptococcus yang
negatif.
Patologi Staphylococcusaureus
Kelompok Staphylococcusaureus yang menetap di folikel rambut menyebabkan nekrosis jaringan
(faktor dermonekrotik). Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi fibrin di sekitar lesi dan di dalam
limfatik membentuk dinding yang menghambat proses penyebaran dan diperkuat lagi oleh akumulasi
sel inflamasi dan kemudian jaringan fibrosa. Di dalam pusat lesi, terjadi likuefaksi dan nekrosis
jaringan (dipacu oleh hipersensitivitas tipe lambat) pada bagian abses yang lemah. Drainase cairan
pusat jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian secara kavitas oleh jaringan dan akhirnya terjadilah
penyembuhan.
Supurasi lokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus manapun, organisme
dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke bagian lain dalam tubuh. Pada
osteomielitis, fokus primer pertumbuhanStaphylococcusaureus khas adalah di pembuluh darah tepi
dari metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan supurasi
kronik. Staphylococcusaureus dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis
atau sepsis dengan supurasi di tiap organ. Staphylococcus yang mempunyai kemampuan invasi yang
rendah, terlibat dalam banyak infeksi kulit (misalnya akne, pioderma atau impetigo).
Staphylococcus juga menyebabkan penyakit melalui produksi toksin tanpa infeksi invasif yang
nyata. Eksfoliasi bulosa, sindroma kulit terkelupas disebabkan oleh toksin eksfoliatif. Sindroma syok
toksik berhubungan dengan toksin sindroma syok toksik.
Analisa Laboratorium
a) Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan lidi kapas steril dan di swab pada luka bernanah,
dimasukkan ke media NutrientBroth, lidi dipatahkan untuk menghindari kontaminasi serta
dihomogenkan. Sampel dimasukkan ke dalam termos, dibawa menuju Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Hewan. Lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan ada tidaknya bakteri,
kemudian inkubasi pada inkubator dengan suhu 37oC selama 18 – 24 jam.
b) Metode yang dilakukan:
Pewarnaan Sederhana
1. Dibuat sediaan, fiksasi di atas api.
2. Warnai dengan MethilenBlue selama 1 – 2 menit.
3. Buang sisa zat warna menggunakan air mengalir.
4. Objek glass dikeringkan dengan cara diangin – anginkan.
5. Amati dibawah mikroskop.
Penanaman pada Media Nutrient Agar
Media ini berfungsi untuk melihat warna koloni, bentuk koloni dan untuk mendapatkan koloni
yang terpisah dari biakan koloni.
1. Ambil 1 ose steril sampel dari biakan NutrientBroth, kerjakan dekat api bunsen.
2. Goreskan pada media Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
3. Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37°C selama 18 – 24 jam.
4. Amati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
Pewarnaan Gram
Tujuan dari Pewarnaan Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi dua kelompok
yaitu Gram positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan dilakukan sebagai berikut:
1. Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang terpisah dari
Nutrient Agar dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada NaCl di atas objek glass.
Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal
Violet selama 3-5 menit, bilas dengan air mengalir.
2. Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
3. Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang, cuci dengan
air mengalir.
4. Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
5. Keringkan dan amati di bawah mikroskop.
6. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal violet sehingga dibawah
mikroskop terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif zat warna kristal violet
akanlarut oleh penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna kedua yaitu
Safranin/fuchsin sehingga dibawah mikroskop akan terlihat berwarna merah.
Uji KatalaseTeteskan H2O2 3 % diatas objek glass.
1. Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient
Agar dan homogenkan dengan H2O2 3 %.
2. Amati hasil yang diperoleh.
Penanaman pada Nutrient Agar Miring
1. Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari Nutrient
Agar.
2. Bekerja secara asepsis di dekat lampu spiritus.
3. Tanamkan pada media Nutrient Agar Miring membentuk zigzag.
4. Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
Uji Gula – gula (Glukosa dan Manitol)
1. Larutan glukosa dan manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung durham yang
telah dibalik.
2. Ambil 1 ose steril biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient Agar.
3. Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri terlepas dari ose.
4. Ose disterilkan kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan ke dalam
tabung yang berisi Manitol.
5. Inkubasikan pada inkubator selama 18 – 24 jam dengan suhu 37oC.
6. Tujuan dari uji gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam memfermentasikan
glukosa dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media dan
merubah warna indikator.
Penanaman pada Blood Agar
1. Dengan menggunakan ose steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang sama) yang
terdapat pada media Nutrient Agar.
2. Ditanam pada media Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
3. Inkubasikan dalam inkubator selama 18 – 24 jam pada suhu 37oC
Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika
1. Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari Nutrient Agar disegarkan
kembali kedalamNutrientBroth dan diinkubasikan kedalam inkubator selama 24 jam pada
suhu 37°C.
2. Lidi kapas steril dicelupkan kedalam biakan bakteri NutrientBroth, kemudian diswab merata
keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
3. Diamkan beberapa saat, setelah itu letakkan pada permukaan media MHA beberapa jenis
cakram antibiotik untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik.
4. Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.Kemudian diamati dan diukur
diameter zona yang terbentuk disekitar cakram antibiotik.
HASIL PENGAMATAN
1. Pewarnaan Sedarhana
Setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri yang berbentuk kokus, seperti kumpulan
anggur. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa terdapat bakteri, seperti yang terlihat pada
Gambar.
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras
antara mikroorganisme dengan sekelilingnya dengan tujuan melihat ada atau tidaknya bakteri sebelum
pemeriksaan selanjutnya dilakukan. Lazimnya pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti
kristal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malachit.
2. Pengamatan Pada Media Nutrient Agar
Hasil pengamatan pada media Nutrient Agar, didapatkan beberapa koloni terpisah dan hasil
pengamatan pertumbuhan koloni dapat dilihat pada gambar 2.
Dari hasil pengamatan koloni yang terpisah dan sifat koloni diperoleh :
ü Ukuran : 2 mm
ü Bentuk : Bulat
ü Konsistensi : Lunak
ü Warna : Putih kekreman
ü Permukaan : Halus
ü Aspek : mengkilat
ü Tepi koloni : Rata
ü Elevasi : Cembung
ü Sifat tembus cahaya : Opaque
3. Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1883 yang merupakan
ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk
kokus bergerombol membentuk untaian seperti buah anggur. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat
pada Gambar 3.
Ada tiga tujuan pewarnaan gram bakteri, yaitu untuk mengamati penampakan morfologi bakteri
lebih baik karena telah memiliki warna, mengidentifikasi organel-organel sel bakteri yang bisa
diamati, serta mempermudah proses identifikasi dan membedakan organisme yang memiliki ciri-
ciri serupa.
4. Uji Katalase
Hasil dari uji katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.
Pada Gambar 4. terlihat gelembung udara ( katalase positif), karena H2O2 bersifat toksik bagi bakteri,
sehingga bakteri akan menghasilkan enzim katalase untuk menetralisirkan H2O2 menjadi O2 dan
H2O. Terbentuklah gelembung O2 pada permukaan objek glass.
5. Pengamatan pada Nutrient Agar Miring
Penanaman bakteri pada media Nutrient Agar miring dapat dilihat pada Gambar 5.
Pada Gambar 5. Terlihat bakteri dengan ciri-ciri pertumbuhan yang menyebar memenuhi seluruh
permukaan agar dan tampak seperti bergelombang.
6. Uji Gula-gula (manitol dan glukosa)
Hasil pengamatan pada uji gula-gula (manitol dan glukosa) menunjukkan adanya perubahan
pada manitol, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.
Pada Gambar 6. Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa ditandai dengan
terjadinya perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi kuning. Sedangkan glukosa negatif,
tidak terjadi fermentasi yang ditandai dengan tidak terjadinya perubahan warna larutan.
7. Pengamatan pada Blood Agar
Hasil penanaman pada media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient Agar dapat dilihat
pada Gambar 7.
Media Citrat
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kuman menggunakan sitrat sebagai sumber karbon.
Dengan cara koloni yang berwarna bening diambil dengan menggunkan ose jarum lalu
dilakukan teknik gores terlebih dahulu, kemudian ditusuk sampai ditengah pada media Citrat.
Media Gula-gula
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kuman memfermentasi masing-masing gula diatas
membentuk asam.
Dengan bentuk koloni yang berwarna bening dipindahkan ke media gula-gula. Media gula-
gula yang digunakan ada 4, yaitu glukosa, sukrosa, laktosa dan manitol. Yang membedakan media
glukosa adalah terdapat tabung durhamnya.
Media-media tersebut dimasukkan kedalamincubator selama 24 jam dan diamati perubahan yang
terjadi. Pada madia citrat hasil yang didapatkan negative berwarna hijau. Media urea mengalami
perubahan warna dari warna kuning menjadiipink yang menandakan hasilnya positif. Media gula-gula
pun mengalami perubahan warna tetapi hanya manitol yang tida berubah dan khususnya pada glukosa
terdapat gas yang artinya positif.
Mengindentifikasi
Setelah melakukan serangkain uji atau pratikum, mulai dari pengecetan gram sampai uji Biokimia.
Kami melanjutkan dengan melakukan identifikasi dari hasil-hasil uji tersebut yang bertujuan untuk
mendentifikasi bakteri apa yang cocok dari hasil yang dilakukan. Dimana dari hasil uji menunjukkan
bahwa bakteri Lactobacillussp.yang cocok dari hasil uji tersebut.
Lactobacillussp adalah mikroorganisme hidup, mirip dengan mikroorganisme yang
menguntungkan yang ditemukan dalam usus manusia. Lactobacillussp juga sering disebut 'bakteri
bersahabat' atau 'bakteri baik'. Bakteri baik sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh, untuk
perlindungan terhadap mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit, dan untuk pencernaan
serta penyerapan makanan dan nutrisi