Perak (argentum) telah dikenal sejak zaman purba kala. Perak di alam terdapat dalam
keadaan bebas atau sebagai Argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Logam perak
merupakan logam berwarna putih dan merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.
Unsur ini sangat stabil di udara murni dan air, tetapi langsung ternoda ketika diekspos pada
ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung belerang. Senyawa-senyawa Ag
umumnya memiliki bilangan oksidasi +1, misalnya AgNO3.
Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan
sumber-sumber penting untuk menambang perak. Di dunia belahan barat Meksiko, Kanada,
Peru dan Amerika Serikat merupakan negara-negara penghasil perak. Pembuatan logam Ag
dari mineral argentite adalah sebagai berikut: Ag dalam argentite akan membentuk kompleks
yang larut dalam air jika direaksikan dengan sianida.
Ag2S(s) + 4 CN-(aq) 2[Ag(CN)2]-(aq) + S2-(aq)
Kemudian ditambahkan logam Zn sebagai pereduksi agar didapatkan logam perak murni.
Zn(s) + 2[Ag(CN)2]-(aq) + 4OH-(aq) 2Ag(s) + 4CN-(aq) + Zn(OH)42-(aq)
Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya sangat
berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut)
di udara jangan sampai melebihi 0.01 g/m3 (berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam
per minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil
reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat
menimbulkan pigmen-pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Perak
memiliki sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang
besar.
Logam Barium (Ba)
Barium merupakan unsur yang biasanya selalu terkombinasikan dengan unsur lain,
terutama dengan sulfat, karbonat, dan dipersiapkan secara elektrolisis dengan klorida. Sifatsifat Barium adalah lunak dan berwarna perak keputih-putihan. Barium termasuk golongan
grup alkali dan mirip kalsium secara kimia. Logam ini teroksida dengan mudah dan harus
disimpan dalam bensin atau bahan cair lainnya yang tidak mengandung oksigen. Barium
terdekomposisi oleh air atau alkohol (Mohsin 2006).
Logam ini digunakan dalam tabung vakum. Barium sulfat digunakan dalam cat,
diagnostik sinar x-ray dan dalam pembuatan kaca, sedangkan nitrat dan klorat memberikan
warna pada pertunjukan kembang api. Semua senyawa barium yang larut dalam air atau asam
sangat berbahaya (Mohsin 2006). Barium secara komersial dihasilkan melalui elektrolisis
lelehan barium klorida ( BaCl 2 ):
Ba 2+ + 2 e Ba (Katoda)
2 Cl Cl 2 (g) + 2 e (Anoda)
Bahaya barium (Ba) bagi kesehatan manusia yaitu, dalam bentuk serbuk, mudah
terbakar pada temperatur ruang. Dalam jangka panjang, dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah dan terganggunya sistem saraf. Semua air atau asam larut senyawa barium beracun.
Pada dosis rendah, barium bertindak sebagai stimulan otot, sedangkan dosis yang lebih tinggi
mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan penyimpangan jantung, tumor, kelemahan,
kegelisahan, dyspnea dan kelumpuhan.
Logam Merkuri (Hg)
Keracunan merkuri adalah logam pertama yang pernah dilaporkan daripada logam
lainnya dan merupakan kasus pertama penyakit keracunan yang masuk dalam daftar undangundang kesehatan industri. Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa kimia
yaitu inorganic merkuri dan organic merkuri (Katzung 2001). Toksisitas merkuri berkaitan
dengan kemampuan afinitas membentuk ion kovalen dengan gugus sulfhidril sehingga mudah
diserap dan akan mengganggu sistem enzim organ. Merkuri diabsorbsi oleh tubuh melalui
tiga cara yaitu inflasi, digesti, dan menembus membran kulit. Inhalasi merupakan jalur utama
dalam proses keracunan logam ini (Azizah & Mansyur 2001)
Bentuk toksisitas merkuri adalah akut dan kronis. Pada keracunan akut terjadi dalam
jangka pendek dan menimbulkan gejala seperti mual, muntah, diare berdarah, sakit kepala,
iritasi mukosa, serta disuria atau bahkan anuria (Hagerman & Ann 2002). Pada toksisitas
kronis menimbulkan tiga gejala khas yaitu eretisme, tremor, dan stomatitis. Pada proses
keracunan yang masih tergolong dini dapat diberikan pertolongan pertama dengan antidota
yang sesuai. Antidota yang umum digunakan pada keracunan logam seperti tanin, albumin,
Dimercaprol, atrium formaldehida sulfoksilat, dan garam EDTA. Ketiga senyawa ini
berpeluang menjadi senyawa aktif pengikat merkuri pada tubuh sehingga kejadian keracunan
dapat segera ditangani.
METODOLOGI
Antidota Logam Timbal (Pb)
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipakai adalah tabung-tabung reaksi. Bahan yang digunakan adalah
seduhan the kental, larutan Pb Asetat 10%, alkohol, HCl encer, dan larutan Natrium thiosulfat
2%.
B. Metode
Teh dimasukkan ke dalam tabung kemudian ditambahkan larutan Pb asetat 10%.
Campuran dari larutan ini dibagi kedalam dua tabung, tabung 1 ditambahkan alcohol dan
tabung ke 2 ditambahkan HCl encer. Larutan ini didiamkan kemudian reaksi yang terjadi
diamati. Natrium thiosulfat 2% dimasukkan ke dalam tabung kemudian ditambahkan Pb
asetat 10%. ini didiamkan kemudian reaksi yang terjadi diamati. Untuk melihat efektifitas
kerja teh untuk mengikat Pb maka larutan tabung 1 dan tabung 2 disaring, kemudian
filtratnya ditambahkan alcohol dan HCl. Larutan ini didiamkan kemudian reaksi yang terjadi
diamati.
Alat-alat yang digunakan adalah tabung-tabung reaksi, corong gelas dan kertas saring.
Bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu : larutan Argentum nitrat 1 %, larutan
Natrium Klorida 0.9%, dan larutan natrium thiosulfat 2 %.
B. Metode
Larutan NaCl 0.9% sebanyak 0.5 cc ditambahkan kedalam 0.5 cc larutan Ag NO3 1%.
Ditambahkan 0.5 cc larutan Na thiosulfat ke dalam o,5 cc larutan AgNO3 1 %. Kedua
campuran itu masing-masing disaring dan filtratnya diambil sedikit untuk ditambah larutan
NaCl 0.9 %. Kemudian diamati.
Tahap kedua adalah pengujian antidota albumin sebagai pengikat HgCl2. Kedua
larutan dicampurkan dalam satu tabung reaksi dengan perbandingan HgCl2 engan albumin
adalah 1:2. Diamati apakah terjadi endapan. Sebagai pembanding digunakan NaCl yang
dicampur HgCl2 dan diamati reaksinya. Berikut merupakan skema pengujian antidota
merkuri:
Endapan
+
+
+
Filtrat + Na-tiosulfat
Tidak diuji (kontrol +)
B. Antidota Perak
No.
Pengujian
1.
Perak nitrat + NaCl
2.
Perak nitrat + Na-tiosulfat
Endapan
+
Filtrat + NaCl
-
C. Antidota Barium
No.
Pengujian
1.
Ba-klorida + Na-sulfat + HCl
Endapan
+
D. Antidota Merkuri
No.
Pengujian
1.
HgCl2 + Tanin + HCl
2.
HgCl2 + Tanin + Alkohol
3
HgCl2 + Albumin
Endapan
+
+
4.
NaCl + Albumin
Gambar 10. Reaksi (a.) HgCl2 + Tanin + HCl, (b.) HgCl2 + Tanin + Alkohol
larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat kedalam larutan Barium (Barium
klorida 10% + Natrium sulfat 2% + HCl 0,1 N), Barium klorida mengendap karena akibat
hukum kegiatan massa. BaCl2 (larutan) + Na2SO4 (larutan) BaSO4 (andapan) +
2NaCl
(larutan) (Basset J et all 1994).
Merkuri merupakan logam berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan
menyebabkan keracunan pada hewan. Telah dilaporkan bahwa merkuri mempunya beberapa
efek toksik yang mematikan. Penolongan pada keracunan merkuri sangat tergantung
konsentrasi merkuri yang masuk, lamanya paparan, dan kondisi hewan yang bersangkutan.
Pada praktikum ini diuji beberapa antidota yang memungkinkan sebagai pengikat merkuri,
yaitu tanin dan albumin.
Pengujian tannin yang ditambahkan alkohol menunjukkan hasil positif dapat
mengikat logam HgCl2 sedangkan pada pelarut HCl menunjukkan hasil negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa tanin mampu mengoksidasi HgCl2 dan membentuk senyawa kompleks
yang dapat dieksresikan tubuh. Tannin merupakan senyawa polifenol (turunan fenol) yang
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat
radikal bebas dari rusaknya ion-ion logam. Tannin memiliki sifat antara lain dapat larut
dalam air atau alkohol karena tannin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH,
yang dapat mengikat logam berat (Hagerman & Ann 2002).
Pengujian albumin sebagai antidota HgCl2 menunjukkan hasil positif. Hal ini
dikarenakan albumin merupakan salah satu protein pengikat logam. Pada pengujian albumin
ditambahkan NaCl menunjukkan hasil negatif karena daya oksidatif NaCl lebih kuat daripada
albumin sehingga ion Na+ tidak dapat tergeser oleh albumin dan sifat Na yang netral serta
tidak mampu berikatan dengan Hg serta volume HgCl2 yang tinggi yang membuat larutan
menjadi jenuh dan tidak mampu berikatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum dapat diketahui bahwa, senyawa-senyawa logam berat
atau metaloid memiliki senyawa penetralisir (antidota). Timah hitam (Pb) dapat dinetralisir
oleh tannin dan Natrium thiosulfat. Senyawa perak (Ag) antdotanya adalah Natrium
thiosulfat. Senyawa Natrium sulfat + HCl dapat menetralisir Barium klorida. Merkuri dapat
dinetralisir oleh tannin dan albumin.