Anda di halaman 1dari 8

VIII.

PENGUJIAN ANTIDOTA KERACUNAN LOGAM BERAT


(TIMBAL, PERAK, BARIUM, MERKURI)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Industri di negara Indonesia sudah cukup lama berkembang. Maka, kemungkinan
adanya pencemaran oleh logam berat tidak bisa dipungkiri. Pencemaran lingkungan oleh
logam berat tersebut bisa menyebabkan keracunan pada manusia dan hewan. Keracunan
dapat terjadi karena adanya logam-logam tersebut dalam makanan atau air minum yang
disebabkan oleh limbah industri, adanya unsur logam dalam tanah, tanaman, padang rumput,
atau tempat makan dan minum yang mengandung logam. Ternak akan memanen logam berat
dari tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian daging. Selanjutnya, manusia yang
termasuk omnivora, akan tercemar oleh logam tersebut karena mengonsumsi produk ternak,
yaitu daging, telur, dan susu (Astawan 2008).
Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gram/cm3
(Sudarmaji et all 2006). Senyawa logam berat merupakan suatu ikatan kimiawi yang tidak
dapat dibentuk sendiri oleh tubuh, baik hewan ataupun manusia. Logam berat dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu logam berat yang merupakan esensial dan
diperlukan tubuh, misalnya Fe, logam berat dalam jumlah sedikit tidak berakibat negatif pada
tubuh dan diperlukan untuk aktivitas enzimatis, misalnya Cu, logam berat yang tidak ikut
berperan dalam proses kehidupan dan dalam jumlah yang sedit dapat menimbulkan
keracunan, misalnya timah hitam (Pb) (Russel 1979).
Di indonesia, pencemaran logam berat terhadap lingkungan belum banyak diteliti. Di
Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh tim jepang. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan, bahwa kandungan kadmium padi yang berdekatan dengan pabrik tekstil di
Jawa Barat dua kali lebih besar dibandingkan kandungan kadmium padi di Houston, Texas,
Amerika Serikat. Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa, pencemaran oleh logam
berat di Indonesia dimulai sejak awal perkembangan industri. Hai ini tentu saja menjadi
bahan pemikiran yang serius bagi para peneliti dan semua pihak yang terkait untuk
memecahkannya (Darmono 1983). Pemecahan masalah tersebut berupa pencegahan dan
mengetahui antidota untuk menetralisir senyawa logam berat.
Tujuan
Tujuan pratikum ini adalah menunjukkan adanya senyawa-senyawa untuk
meniadakan atau menetralisir senyawa-senyawa logam berat atau metaloid dan mahasiswa
diharapkan memahami antidota kimia logam dan metaloid itu. Peserta pratikum juga
diharapkan mampu melakukan identifikasi beberapa jenis logam dengan cara yang mudah
dan sederhana.
TINJAUAN PUSTAKA
Logam Timbal (Pb)
Timbal merupakan logam yang bersifat toksik terhadap manusia, yang bisa berasal
dari tindakan mengkonsumsi makanan, minuman, atau inhalasi dari udara, debu yang
tercemar Pb, kontak dengan kulit, kontak dengan mata, dan lewat parental. Logam Pb tidak
dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan dan minuman tercemar Pb
dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Adsorbsi Pb terutama malalui saluran
pencernaan dan saluran pernafasan. Orang dewasa mengabsorpsi Pb kira-kira 10% dari
keseluruhan yang dicerna, sedangkan anak-anak mengabsorpsi Pb lebih besar, yaitu 40%
(Sjamsudin 1995).
Logam Perak (Ag)

Perak (argentum) telah dikenal sejak zaman purba kala. Perak di alam terdapat dalam
keadaan bebas atau sebagai Argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Logam perak
merupakan logam berwarna putih dan merupakan konduktor panas dan listrik yang baik.
Unsur ini sangat stabil di udara murni dan air, tetapi langsung ternoda ketika diekspos pada
ozon, hidrogen sulfida atau udara yang mengandung belerang. Senyawa-senyawa Ag
umumnya memiliki bilangan oksidasi +1, misalnya AgNO3.
Bijih-bijih timah, timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan
sumber-sumber penting untuk menambang perak. Di dunia belahan barat Meksiko, Kanada,
Peru dan Amerika Serikat merupakan negara-negara penghasil perak. Pembuatan logam Ag
dari mineral argentite adalah sebagai berikut: Ag dalam argentite akan membentuk kompleks
yang larut dalam air jika direaksikan dengan sianida.
Ag2S(s) + 4 CN-(aq) 2[Ag(CN)2]-(aq) + S2-(aq)
Kemudian ditambahkan logam Zn sebagai pereduksi agar didapatkan logam perak murni.
Zn(s) + 2[Ag(CN)2]-(aq) + 4OH-(aq) 2Ag(s) + 4CN-(aq) + Zn(OH)42-(aq)
Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya sangat
berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut)
di udara jangan sampai melebihi 0.01 g/m3 (berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam
per minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil
reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat
menimbulkan pigmen-pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Perak
memiliki sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang
besar.
Logam Barium (Ba)
Barium merupakan unsur yang biasanya selalu terkombinasikan dengan unsur lain,
terutama dengan sulfat, karbonat, dan dipersiapkan secara elektrolisis dengan klorida. Sifatsifat Barium adalah lunak dan berwarna perak keputih-putihan. Barium termasuk golongan
grup alkali dan mirip kalsium secara kimia. Logam ini teroksida dengan mudah dan harus
disimpan dalam bensin atau bahan cair lainnya yang tidak mengandung oksigen. Barium
terdekomposisi oleh air atau alkohol (Mohsin 2006).
Logam ini digunakan dalam tabung vakum. Barium sulfat digunakan dalam cat,
diagnostik sinar x-ray dan dalam pembuatan kaca, sedangkan nitrat dan klorat memberikan
warna pada pertunjukan kembang api. Semua senyawa barium yang larut dalam air atau asam
sangat berbahaya (Mohsin 2006). Barium secara komersial dihasilkan melalui elektrolisis
lelehan barium klorida ( BaCl 2 ):
Ba 2+ + 2 e Ba (Katoda)
2 Cl Cl 2 (g) + 2 e (Anoda)
Bahaya barium (Ba) bagi kesehatan manusia yaitu, dalam bentuk serbuk, mudah
terbakar pada temperatur ruang. Dalam jangka panjang, dapat menyebabkan naiknya tekanan
darah dan terganggunya sistem saraf. Semua air atau asam larut senyawa barium beracun.
Pada dosis rendah, barium bertindak sebagai stimulan otot, sedangkan dosis yang lebih tinggi
mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan penyimpangan jantung, tumor, kelemahan,
kegelisahan, dyspnea dan kelumpuhan.
Logam Merkuri (Hg)
Keracunan merkuri adalah logam pertama yang pernah dilaporkan daripada logam
lainnya dan merupakan kasus pertama penyakit keracunan yang masuk dalam daftar undangundang kesehatan industri. Toksisitas Hg dapat disebabkan oleh dua bentuk senyawa kimia
yaitu inorganic merkuri dan organic merkuri (Katzung 2001). Toksisitas merkuri berkaitan
dengan kemampuan afinitas membentuk ion kovalen dengan gugus sulfhidril sehingga mudah
diserap dan akan mengganggu sistem enzim organ. Merkuri diabsorbsi oleh tubuh melalui

tiga cara yaitu inflasi, digesti, dan menembus membran kulit. Inhalasi merupakan jalur utama
dalam proses keracunan logam ini (Azizah & Mansyur 2001)
Bentuk toksisitas merkuri adalah akut dan kronis. Pada keracunan akut terjadi dalam
jangka pendek dan menimbulkan gejala seperti mual, muntah, diare berdarah, sakit kepala,
iritasi mukosa, serta disuria atau bahkan anuria (Hagerman & Ann 2002). Pada toksisitas
kronis menimbulkan tiga gejala khas yaitu eretisme, tremor, dan stomatitis. Pada proses
keracunan yang masih tergolong dini dapat diberikan pertolongan pertama dengan antidota
yang sesuai. Antidota yang umum digunakan pada keracunan logam seperti tanin, albumin,
Dimercaprol, atrium formaldehida sulfoksilat, dan garam EDTA. Ketiga senyawa ini
berpeluang menjadi senyawa aktif pengikat merkuri pada tubuh sehingga kejadian keracunan
dapat segera ditangani.
METODOLOGI
Antidota Logam Timbal (Pb)
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang dipakai adalah tabung-tabung reaksi. Bahan yang digunakan adalah
seduhan the kental, larutan Pb Asetat 10%, alkohol, HCl encer, dan larutan Natrium thiosulfat
2%.
B. Metode
Teh dimasukkan ke dalam tabung kemudian ditambahkan larutan Pb asetat 10%.
Campuran dari larutan ini dibagi kedalam dua tabung, tabung 1 ditambahkan alcohol dan
tabung ke 2 ditambahkan HCl encer. Larutan ini didiamkan kemudian reaksi yang terjadi
diamati. Natrium thiosulfat 2% dimasukkan ke dalam tabung kemudian ditambahkan Pb
asetat 10%. ini didiamkan kemudian reaksi yang terjadi diamati. Untuk melihat efektifitas
kerja teh untuk mengikat Pb maka larutan tabung 1 dan tabung 2 disaring, kemudian
filtratnya ditambahkan alcohol dan HCl. Larutan ini didiamkan kemudian reaksi yang terjadi
diamati.

Gambar 1. Sktesa pengujian antidota Timbal

Antidota Logam Perak (Ag)


A. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah tabung-tabung reaksi, corong gelas dan kertas saring.
Bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu : larutan Argentum nitrat 1 %, larutan
Natrium Klorida 0.9%, dan larutan natrium thiosulfat 2 %.
B. Metode
Larutan NaCl 0.9% sebanyak 0.5 cc ditambahkan kedalam 0.5 cc larutan Ag NO3 1%.
Ditambahkan 0.5 cc larutan Na thiosulfat ke dalam o,5 cc larutan AgNO3 1 %. Kedua
campuran itu masing-masing disaring dan filtratnya diambil sedikit untuk ditambah larutan
NaCl 0.9 %. Kemudian diamati.

Gambar 2. Sktesa pengujian antidota perak

Antidota Logam Barium (Ba)


A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung-tabung reaksi dan pipet tetes. Bahan yang
digunakan dalam pratikum ini adalah larutan Natrium sulfat 2%, larutan Barium klorida 10%,
larutan HCl 0,1 N.
B. Metode
Langkah kerja pada pratikum ini adalah larutan Natrium sulfat 2% ditambahkan ke
dalam larutan Barium klorida 10% kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan HCl 0,1
N. Reaksi yang terjadi dalam tabung reaksi kemudian diamati.

Gambar 3. Sktesa pengujian antidota barium

Antidota Logam Merkuri (Hg)


A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi 4 buah, penyaring teh (kertas saring
dan corong) 1 buah, pipet tetes 2 buah. Di sisi lain bahan yang dibutuhkan adalah HgCl 2 1%,
tanin, alkohol, HCl encer, albumin, dan NaCl encer.
B. Metode
Pada tahap pertama akan diuji kemampuan tanin dalam mengikat HgCl2. Kedua
larutan ini dicampurkan dalam satu tabung reaksi dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya
larutan yang telah homogen dipisah menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampurkan
dengan HCl sedangkan bagian kedua dengan alkohol. Kemudian diamati terjadinya reaksi
kimia. Reaksi ditandai dengan terbentuknya endapan.

Tahap kedua adalah pengujian antidota albumin sebagai pengikat HgCl2. Kedua
larutan dicampurkan dalam satu tabung reaksi dengan perbandingan HgCl2 engan albumin
adalah 1:2. Diamati apakah terjadi endapan. Sebagai pembanding digunakan NaCl yang
dicampur HgCl2 dan diamati reaksinya. Berikut merupakan skema pengujian antidota
merkuri:

Gambar 4. Sktesa pengujian antidota merkuri

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
A. Antidota Timbal
No.
Pengujian
1.
Tanin + Pb-asetat + alkohol
2.
Tanin + Pb-asetat + HCl
3.
Pb-asetat + Na-tiosulfat

Endapan
+
+
+

Filtrat + Na-tiosulfat
Tidak diuji (kontrol +)

Gambar 5. Reaksi (a.) Tanin + Pb + alkohol, (b.) Tanin + Pb + Hcl


(c.) Pb + Na-tiosulfat

Gambar 6. Reaksi (a.) Filtrat (Tanin + Pb + alkohol) + Na-tiosulfat


(b.) Filtrat (Tanin + Pb + Hcl) + Na-tiosulfat

B. Antidota Perak
No.
Pengujian
1.
Perak nitrat + NaCl
2.
Perak nitrat + Na-tiosulfat

Endapan
+

Filtrat + NaCl
-

Gambar 7. Reaksi (a) Perak nitrat + NaCl


(b.) Perak nitrat + Na-tiosulfat

Gambar 8. Reaksi (a) Filtrat (Perak nitrat + NaCl) + NaCl


(b.) Filtrat (Perak nitrat + Na-tiosulfat) + NaCl

C. Antidota Barium
No.
Pengujian
1.
Ba-klorida + Na-sulfat + HCl

Endapan
+

Gambar 9. Reaksi Ba-klorida + Na-sulfat + HCl

D. Antidota Merkuri
No.
Pengujian
1.
HgCl2 + Tanin + HCl
2.
HgCl2 + Tanin + Alkohol
3
HgCl2 + Albumin

Endapan
+
+

4.

NaCl + Albumin

Gambar 10. Reaksi (a.) HgCl2 + Tanin + HCl, (b.) HgCl2 + Tanin + Alkohol

(c.) HgCl2 + Albumin (d.) NaCl + Albumin


Pembahasan
Keracunan Timbal dapat terjadi secara akut dan kronis. Keracunan Pb akut ditandai
dengan kadar lebih 0.72 ppm dalam darah. Gejala yang sering muncul adalah mual, muntah
dengan muntahan menyerupai susu karena Pb klorida, dan sakit perut hebat. Keracunan Pbb
kronis terjadi karena paparan Pb dalam jumlah yang sedikit namun dalam jangka waktu yang
lamma sehingga terakumulasi dalam tubuh.
Pada praktikum ini, bahan yang diuji sebagai antidota untuk keracunan timbal adalah
tannin dan natrium thiosulfat. Tannin diperoleh dari teh, setelah the dicampur dengan Pb
asetat kemudian ditambahkan alcohol maka akan terdapat endapan berwarna coklat,
sementara jika ditambahkan HCl maka akan terdapat endapan putih. Hal ini menunjukkan
bahwa tannin mampu mengendapkan Pb. Selain itu Natrium tiosulfat juga mampu
mengendapkan Pb. Hal ini terlihat dari endapan putih yang terbentuk pada dasar tabung.
Percobaan kedua adalah percobaan antidota perak (Ag). Na thiosulfat merupakan
antidota bagi Ag. AgNO3 1% ditambahkan dengan NaCl 0,9%, selain itu AgNO3 1%
ditambahkan dengan Na thiosulfat 2% pada tabung reaksi yang lain. Masing-masing
campuran diambil filtratnya dan ditambahkan dengan NaCl 0,9%. Perubahan yang terjadi
pada penambahan NaCl 0.9% pada filtrat NaCl 0.9% dalam AgNO3 1% menjadikan larutan
berwarna lebih keruh sedangkan pada filtrate Na thiosulfat 2% dalam AgNO3 1% memiliki
warna yang lebih jernih. Hal tersebut terjadi karena adanya daya ikat Na thiosulfat terhadap
Ag sehinggga dalam larutan sudah tidak terdapat lagi Ag. Reaksi AgNO3 yang ditimbulkan
ketika penambahan NaCl 0.9% adalah NaCl + AgNO3 NaNO3 + AgCl. AgCl ini
mengendap dan tersaring pada kertas saring sedangkan reaksi AgNO3 setelah penambahan
Na2S2O3adalah Na2S2O3 + 2AgNO3 2NaNO3 + Ag2S2O3. Daya ikat Ag pada Na thiosulfat
(Na2S2O3) dalam bentuk ikatan Ag2S2O3lebih baik/kuat dibandingkan ikatan Ag pada NaCl
dalam bentuk AgCl. Hal ini menunjukkan Na thiosulfat (Na2S2O3) lebih efektif sebagai
antidota keracunan Ag dibandingkan NaCl 0.9%.
Ag adalah senyawa sejenis logam kimia yang bersifat konduktor, Ag merupakan
bahan konduktor listrik yang baik. Ag merupakan derivate dari Cu, Au, Pb, dan Zn. Ag sering
digunakan sebagai salah satu bahan pembentuk film radiografi. Ag mempunyai efek samping
yang kurang baik bagi tubuh karena sifatnya yang mudah mengkonduksikan listrik ke sel
tubuh akibat pemanfaatan radiografi dalam bidang kesehatan. Natrium thiosulfat merupakan
donor sulphur yang mengakibatkan pengendapan Ag yang masuk kedalam tubuh sehingga
Ag akan mudah terekskresikan lewat feses.
Barium klorida merupakan senyawa yang mampu memblokir kanal ion kalium yang
sangat penting untuk fungsi yang tepat dari sistem saraf. Dari hasil percobaan dapat
diketahui, bahwa Barium klorida 10% + Natrium sulfat 2% menghasilkan warna putih dan
tidak terbentuk endapan. Hal ini terjadi sesuai dengan sifat barium itu sendiri yaitu Barium
adalah bivalen dalam garam-garamnya, membentuk kation barium. Klorida dan nitratnya

larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat kedalam larutan Barium (Barium
klorida 10% + Natrium sulfat 2% + HCl 0,1 N), Barium klorida mengendap karena akibat
hukum kegiatan massa. BaCl2 (larutan) + Na2SO4 (larutan) BaSO4 (andapan) +
2NaCl
(larutan) (Basset J et all 1994).
Merkuri merupakan logam berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan
menyebabkan keracunan pada hewan. Telah dilaporkan bahwa merkuri mempunya beberapa
efek toksik yang mematikan. Penolongan pada keracunan merkuri sangat tergantung
konsentrasi merkuri yang masuk, lamanya paparan, dan kondisi hewan yang bersangkutan.
Pada praktikum ini diuji beberapa antidota yang memungkinkan sebagai pengikat merkuri,
yaitu tanin dan albumin.
Pengujian tannin yang ditambahkan alkohol menunjukkan hasil positif dapat
mengikat logam HgCl2 sedangkan pada pelarut HCl menunjukkan hasil negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa tanin mampu mengoksidasi HgCl2 dan membentuk senyawa kompleks
yang dapat dieksresikan tubuh. Tannin merupakan senyawa polifenol (turunan fenol) yang
mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Fungsi polifenol sebagai penangkap dan pengikat
radikal bebas dari rusaknya ion-ion logam. Tannin memiliki sifat antara lain dapat larut
dalam air atau alkohol karena tannin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH,
yang dapat mengikat logam berat (Hagerman & Ann 2002).
Pengujian albumin sebagai antidota HgCl2 menunjukkan hasil positif. Hal ini
dikarenakan albumin merupakan salah satu protein pengikat logam. Pada pengujian albumin
ditambahkan NaCl menunjukkan hasil negatif karena daya oksidatif NaCl lebih kuat daripada
albumin sehingga ion Na+ tidak dapat tergeser oleh albumin dan sifat Na yang netral serta
tidak mampu berikatan dengan Hg serta volume HgCl2 yang tinggi yang membuat larutan
menjadi jenuh dan tidak mampu berikatan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum dapat diketahui bahwa, senyawa-senyawa logam berat
atau metaloid memiliki senyawa penetralisir (antidota). Timah hitam (Pb) dapat dinetralisir
oleh tannin dan Natrium thiosulfat. Senyawa perak (Ag) antdotanya adalah Natrium
thiosulfat. Senyawa Natrium sulfat + HCl dapat menetralisir Barium klorida. Merkuri dapat
dinetralisir oleh tannin dan albumin.

Anda mungkin juga menyukai