PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 AL-QUR’AN
Al-qur’an merupakan sumber utama dan pertama dalam pengambilan hukum. Karena
al-qur’an adalah perkataan Allah yang merupakan petunjuk kepada ummat manusia dan
diwajibkan untuk berpegangan kepada Al-qur’an. Allah berfirman dalam surat Al-baqarah
ayat: 2 dan Al-maidah ayat 44-45, 47.
Dalam hal ini urusan yang berkenaan dengan hak-hak sesama manusia.
َو َم ْن لَ ْم يَحْ ُك ْم بِ َما أ َ ْنزَ َل هللاُ فَأ ُ ْولئِكَ ُه ُم اْلف ِسقُ ْون
“Dan barangsiapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturunkan Allah maka
mereka adalah golongan orang-orang fasik” (Qs. Al-maidah:47)
Ada 4 tujuan diturunkannya Al-qur’an:
2.2 AL-HADIST
Al-Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan
dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam.
Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas,
dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
As-Sunnah merupakan sumber kedua dalam syari’at Islam di semua sisi kehidupan
manusia, baik dalam perkara ghaib yang berupa aqidah dan keyakinan, maupun dalam
urusan hukum, politik, pendidikan dan lainnya. Tidak boleh seorang pun melawan As-
Sunnah dengan pendapat, ijtihad maupun qiyas. Imam Syafi’i rahimahullah di akhir
kitabnya, Ar-Risalah berkata, “Tidak halal menggunakan qiyas tatkala ada hadits
(shahih).” Kaidah Ushul menyatakan, “Apabila ada hadits (shahih) maka gugurlah
pendapat”, dan juga kaidah “Tidak ada ijtihad apabila ada nash yang (shahih)”. Dan
perkataan-perkataan di atas jelas bersandar kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Rasulullah saw telah memberikan wasiat sekaligus jalan keluarnya. Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
س ُكوا بِ َها َو َعضُّوا َّ َاء ْال َم ْه ِديِّين
َّ الرا ِشدِينَ ت َ َم ِ َسنَّ ِة ْال ُخلَف ُ ِيرا فَعَلَ ْي ُك ْم ب
ُ س َّنتِي َو ً ِاختِ ََلفًا َكث َ َش ِم ْن ُك ْم بَ ْعدِي ف
ْ سيَ َرى ْ فَإِنَّهُ َم ْن يَ ِع
ِ َع َل ْي َها ِبالنَّ َو
اج ِذ
“Sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup sepeninggalku nanti niscaya akan
melihat perselisihan yang begitu banyak (dalam memahami agama ini). Oleh karena itu,
wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku (jalanku) dan sunnah Khulafa`
Ar Rasyidin yang terbimbing. Berpegang teguhlah dengannya. Gigitlah ia dengan gigi-gigi
geraham kalian.” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, Ad Darimi, Ibnu Majah, dan lainnya. Dari
shahabat Al Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu. Shohih, lihat Irwa`ul Ghalil, hadits no.
2455).
1. AL-IJMA’
Al-ijma’ ialah kesepakatan para ulama’ atas suatu hukun setelah wafatnya nabi
Muhammad saw. Karena pada masa hidupnya Nabi Muhammad saw seluruh persoalan
hukum kembali kepada beliau. Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw maka hukum
dikembalikan kepada para sahabatnya dan para mujtahid.
Dalam ijma’ sukuti ini Ulama’ masih berselisih faham untuk diikuti, karena setuju
dengan sikap diam tidak dapat dipastikan. Adapun ijma’ bayani telah disepakati suatu
hukum, wajib bagi ummat Islam untuk mengikuti dan menta’ati. Karena para Ulama’
Mujtahid itu termasuk orang-orang yang lebih mengerti dalam maksud yang dikandung
oleh Al-Qur’an dan Al-Hadits, dan mereka itulah yang disebut Ulil Amri Minkum Allah
سو ِل إِ ْن
ُ الر
َّ َّللاِ َو َ سو َل َوأُو ِلي ْاْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم ۖ فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِي
َّ ش ْيءٍ فَ ُردُّوهُ إِلَى َّ َّللاَ َوأ َ ِطيعُوا
ُ الر َّ ا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا
يَل َ ْاَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر ۚ َٰذَلِكَ َخي ٌْر َوأَح
ً سنُ ت َأ ْ ِو َّ ِب. َُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُون
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.” (Qs. Annisa’:59)
Dan para sahabat pernah melaksanakan ijma’ apabila terjadi suatu masalah yang
tidak ada dalam Al-qur’an dan Hadist rasulullah saw. Pada zaman sahabat Abu bakar dan
sahabat Umar r.a jika mereka sudah sepakat maka wajib diikuti oleh seluruh ummat
islam. Inilah beberapa hadist yang memperkuat ijma’ sebagai sumber hukum, seperti
disebut dalam sunan tirmidzi juz IV hal 466.
2. AL-QIYAS
Qiyas menurut bahasanya berarti mengukur, secara etimologi kata itu berasal dari
kata Qasa () قا س. Yang disebut Qiyas ialah menyamakan sesuatu dengan sesuatu yang
lain dalam hukum karena adanya sebab yang antara keduanya. Rukun Qiyas ada 4
macam: al-ashlu, al-far’u, al-hukmu dan as-sabab. Contoh penggunaan qiyas, misalnya
gandum, seperti disebutkan dalam suatu hadits sebagai yang pokok (al-ashlu)-nya, lalu
al-far’u-nya adalah beras (tidak tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits), al-hukmu,
atau hukum gandum itu wajib zakatnya, as-sabab atau alasan hukumnya karena makanan
pokok.
Dengan demikian, hasil gandum itu wajib dikeluarkan zakatnya, sesuai dengan hadits
Nabi, dan begitupun dengan beras, wajib dikeluarkan zakat. Meskipun, dalam hadits
tidak dicantumkan nama beras. Tetapi, karena beras dan gandum itu kedua-duanya
sebagai makanan pokok. Di sinilah aspek qiyas menjadi sumber hukum dalam syareat
Islam. Dalam Al-Qur’an Allah S.WT. berfirman :
ار
ِ صَ فَا ْعت َبِ ُر ْوا يأ ُ ْو ِلى اْْل َ ْي
“Ambilah ibarat (pelajaran dari kejadian itu) hai orang-orang yang mempunyai
pandangan”. (Al-Hasyr : 2).
ضى ِ ضا ٌء ؟ قَا َل ا َ ْق َ َض ق َ ضى اِذَا َع َر َ َكي:َِلى اْليَ َمنِى قَال
ِ ْف تَ ْق َ ى صلى هللا عليه وسلم ا ُّ َل َما بَ َعثَهُ النَّ ِب: َع ْن ُم َعا ٍذ َقا َل
ب
ِ فى ِكتَا ِ ال َ س ْو ِل هللاِ َو ُ اء ْن لَ ْم ت َِجدْ فِى
ُ سنَّ ِة َر ِ َ قَا َل ف,ِس ْو ِل هللا ُ هللا ؟ قَا َل فَ ِب
ُ سنَّ ِة َر ِ بِ اء ْن لَ ْم ت َِجدْ فِى ِكت َا ِ َهللا قَا َل ف
ِ ب ِ ِب َكت َا
س ْو َلُ صد َْرهُ َوقَا َل اْل َح ْمدُ هللِ ا َّلذِى َو َّفقَ َرَ س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم ُ ب َر َ َهللاِ ؟ قَا َل اَجْ ت َ ِهد ُ ِب َرأْ ِيى َوالَ الُ ْو قَا َل ف
َ ض َر
رواه أحمد وابو داود والترمذى.ِس ْو ُل هللا
ُ ضاهُ َر
َ س ْو ِل هللاِ ِل َما يَ ْر
ُ ر.
َ
“Dari sahabat Mu’adz berkata; tatkala Rasulullah SAW mengutus ke Yaman, Rasulullah
bersabda bagaimana engkau menentukan apabila tampak kepadamu suatu ketentuan?
Mu’adz menjawab; saya akan menentukan hukum dengan kitab Allah? Mu’adz
menjawab; dengan Sunnah Rasulullah s.aw. kemudian nabi bersabda; kalau tidak engkau
jumpai dalam Sunnah Rasulullah dan dalam kitab Allah? Mu’adz menjawab; saya akan
berijtihad dengan pendapat saya dan saya tidak kembali; Mu’adz berkata: maka
Rasulullah memukul dadanya, kemudian Mu’adz berkata; Alhamdulillah yang telah
memberikan taufiq kepada utusan Rasulullah SAW dengan apa yang Rasulullah meridlai-
Nya).
Kemudian Al-Imam Syafi’i memperkuat pula tentang qiyas dengan firman Allah S.W.T
dalam Al-Qur’an :
ص ْيدَ َوا َ ْنت ُ ْم ُح ُر ٌم َو َم ْن قَتَلَهُ ِم ْن ُك ْم ُمت َ َع ِمدًا فَ َجزَ ا ٌء ِمثْ ُل َما قَت َ َل ِمنَ النَّ َع ِم َيحْ ُك ُم ِب ِه ذَ َوا َعدْ ٍل ِم ْن ُك ْم
َّ ياأَيُّ َهااَّل ِذيْنَ َء ا َمنُ ْوا الَت َ ْقتُلُ ْواا ل
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika
kamu sedang ihram, barang siapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka
dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak yang seimbang dengan buruan yang
dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu”. (Al-Maidah: 95).
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Setelah di uraikan pada makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa aswaja atau
ahlussunnah wal jamaah adalah suatu golongan yang menganut pada syariat islam yang
berdasarkan pada al qur`an dan al hadis dan menggunakan ijtihad sebagai solusi yang terakhir.
Sumber sumber islam merupakan hal yang sangat penting bagi umat islam karena segala sesuatu
telah diatur sebagai petunjuk dalam mengarungi hidup sebagaimana jika kita melanggarnya
maka dosa besar pun sebagai ganti akan perbuatan tercela yang telah diperbuat dan Allah AWT
tidak segan segan untuk memberikan sanksi. Sumber hukum utama ajaran islma adalah al quran,
kedua adalah al hadist serta yang ketiga adalah ijtihad. Bisa terbentuk sumber hukum seperti
ijtihad maupun al hadist karena sebagai pelengkap akan segala sesuatu yang tidak atau kurang
tercantum maksud yang ada maupun tertera pada isi dari kitab Al-quran ataupun sebagai
petunjuk panduan dari alquran, sebagai contoh yaitu al quran menegaskan kewajiban sholat dan
ruku’ serta sujud dan sebagai petunjuk panduan seperti al hadist maka menjelaskan bagaimana
shalat itu dilakukan, mulai takhbiratul ihram, bacaan Allahuakbar sebagai pembuka sholat, doa
iftitah, bacaan alfatihah, gerakan sujud, sampai bacaan tayahud ataupun salam, semua itu baik
yang telah dilakukan oleh Rasulullulah SAW maupun sahabat sahabat beliau.
3.2 SARAN
Muhammad Daut Ali, Prof. H. S.H. 2011. Hukum Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Abdul Wahhab Khallafs. 2000. Kaidah-Kaidah Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada