Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

SISTEM KESEHATAN LINGKUNGAN

SKENARIO 2

“TRAGEDI PEMINDAHAN”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I

TUTOR :

dr. Lysa Veterini. Sp.PA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2018

KELOMPOK PENYUSUN

FITRIA ROMADONI (6130016001)

EKA ANGGI SAFITRI (6130016002)

MUHAMMAD JAUHAN FARHAD (6130016003)

NOSA ABDELLAH RAMASIMA (6130016005)

YUNIAR REVAYANTI IFTIHAR (6130016007)

JOHAN WIJAYANTO (6130016008)

MUHAMMAD DANDY RIZALDI P. (6130016010)

RIKA HARDIYANTI HANIFA (6130016011)

FERDIAN SATRIA TAMA (6130016012)


HALAMAN PENGESAHAN

Lembar tutorial berjudul “TRAGEDI PEMINDAHAN” telah melalui konsultasi dan disetujui
oleh Tutor Pembimbing

Surabaya, 27 Desember 2018

Tutor Pembimbing,

(dr. Lysa Veterini. Sp.PA)


Scenario 2

Seorang Pasien di RS berusia 50 tahun dengan diagnosis gastroenteritis akut hendak dipindahkan
dari IGD menuju ruang perawatan menggunakan brankar. Pasien bertubuh besar dengan berat
badan 105 kg. Saat anak pasien sedang mengurus administrasi IGD, petugas pemindahan
mendorong brankar pasien sendirian. Oleh karena tubuh pasien berat, pendorong mendorong
brankar sekuat tenaga dan secara tidak sengaja saat jalan turunan brankar melaju kencang tanpa
bisa dikendaliakan petugas. Brankar akhirnya membentur dinding di tikungan dengan keras dan
pasien terguncang sehingga infusnya tertarik dan lepas. Pasien menuntut pihak RS karena lalai
terhadap keamanan pasien.

Kata Sulit:

1. Gastroenteritis akut : Masuknya mikroorganisme atau virus ke dalam lambung maupun


usus.
2. Brankar : usulan untuk mengangkat orang sakit

Kata Kunci:

1. Pasien usia 50 tahun


2. Berat Badan 105 kg
3. Infus lepas dan tertarik
4. Lalai keamanan pasien
5. Tuntutan untuk pihak RS
Rumusan masalah:
1. Pihak mana saja yang harus bertanggung jawab atas kelalaian medis?
2. Apa saja faktor-faktor yang berkontribusi dalam terjadinya kecelakaan kerja pada
skenario diatas?
3. Bagaimana SOP pemindahan pasien?
4. Bagaimana pencegahan dari kasus diatas?
5. Apa saja kemungkinan yang dapat terjadi akibat kelalaian medis?
Jawaban Rumusan Masalah

1. MKDI berpengaruh dengan terciptanya pembinaan profesi, KUHP sebagai landasan


hukum pidana, Rumah Sakit
2. Faktor-faktor yang berkontribusi :
- Petugas Rumah Sakit
- Terkait fiksasi infus
- Tempat yang sempit
3. Dikutip dari SOP RUMKITALDr. MINTOHARDJO memindahkan pasien dari UGD ke
Ruangan
a. Pasien yang sudah memperoleh pelayanan di UGD diantar oleh petugas UGD ke
ruang perawatan dengan membawa hasil pemeriksaan diagnostik, status, dokter
penanggung jawab dan timbang terima keperawatan.
b. Perawat ruangan mendampingi perawat UGD untuk mengantarkan pasien ke ruangan
perwatan yang dituju.
c. Perawat ruaangan dan perawat UGD memindahkan pasien dari tempat tidur/kursi
roda ke tempat tidur yang sudah disediakan.
d. Perawat merapikan pasien dan memberikan kenyamanan pada pasien.
e. Perawat ruangan dan perawat UGD melakukan serah terima pasien dengan
menyertakan status, surat rawat inap, resep obat, hasil laboratorium, EKG, radiologi
dan pemeriksaan diagnostik lainnya
f. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan.
4. Mentaati serta mematuhi SOP yang berlaku
5. Kondisi Pasien dapat semakin memburuk, tuntutan secara hukum, serta tuntutan
pertanggung jawaban etik dan profesi.

Hipotesis

Kelalaian dari pihak Rumah Sakit maupun tenaga medis karena tidak sesuai dengan SOP
sehingga menimbulkan dampak kerugian terhadap pasien.
Mind Mapping

Pasien dengan berat Rumah Sakit


badan 55 kg

SOP Pelayanan Tenaga Medis


Rumah Sakit

SOP Pemindahan Perawat


Pasien

Tidak Dipatuhi

Kecelakaan

Tuntutan

Learning objective

1. Untuk dapat menjelaskan definisi kelalaian medis


2. Untuk dapat menjelaskan dampak kelalaian medis di Rumah Sakit
3. Untuk dapat menjelaskan prosedur pemindahan pasien yang baik dan benar dari IGD ke
ruang rawat inap
4. Untuk dapat menjelaskan hak dan kewajiban pasien dan Rumah Sakit
5. Untuk dapat menjelaskan undung-undang yang terkait tentang kelalaian medis atau
malpraktek
6. Untuk dapat menjelaskan tanggung jawab rumah sakit terhadap kelalaian medis sesuai
skenario

Jawaban Learning objective

1. Definisi kelalaian medis


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995), kelalaian berasal dari
kata lalai yang bermakna lengah, kurang hati-hati atau tidak mengindahkan satu
kewajiban atau satu pekerjaan. Sementara itu, kelalaian itu sendiri adalah keadaan,
perbuatan kesalahan bukan karena ketidaktahuannya, melainkan karena semata-mata.
Kelalaian dalam dunia medis merupakan satu perbuatan salah oleh seorang tenaga
medis dalam melaksanakan pekerjaan atau kewajibannya sehingga menyebabkan satu
kerugian kepada orang lain. Kelalaian dokter atau tenaga medis sebagaimana diatas, di
Indonesia dikenali sebagai Malpraktikmedis (Riza, 2013)
Menurut Guwandi istilah malpraktik adalah berbeda dengan istilah kelalaian
medis. Kelalaian merupakan bagian dari malpraktik, tetapi di dalam malpraktik tidak
selalu harus terdapat unsur kelalaian (Guwandi, 2004)
Jika dilihat dari definisinya, malpraktik tersebut berasal dari kata malpractice,
yang mana mempunyai pengertian lebih luas dari makna kelalaian yang berasal dari kata
negligence. Malpraktik selain mencakup istilah kelalaian, juga mencakup satu perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja. Jadi malpraktik itu dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
malpraktik secara sengaja, misalnya dokter yang melakuan aborsi, maupun euthanasia
aktif. Berikutnya malpraktik karena kelalaian. Dalam perkembangannya banyak sarjana
yang melakukan kajian maupun penulisan mengenai malpraktik medis. Adami Chazawi
memberikan definisi malpraktik dokter sebagai seorang dokter atau orang yang ada di
bawah perintahnya dengan sengaja atau kelalaian melakukan perbuatan (aktif ataupun
pasif) dalam praktik kedokteran pada pasiennya dalam segala tingkatan yang melanggar
standar profesi maupun melanggar hukum (Adami Chazawi, 2007)
2. Dampak kecelakaan medis di RS
Rumah sakit merupakan institusi pelayan-an kesehatan yang menyelenggarakan
pelayan-an kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat ja-lan, dan gawat darurat, sebagaimana dapat di-lihat dalam ketentuan Pasal 1
angka 1 UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit. Dengan demikian kegiatan rumah
sakit dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terorganisir serta pe-nyediaan pelbagai sarana
medis dan non medis yang permanen, menyelenggarakan pelayanan medis dan
keperawatan secara berkesinam-bungan, termasuk pelayanan diagnosis dan pengobatan
pasien. (Setya,2011)
Tidak selamanya layanan medis yang diberikan oleh tenaga kesehatan di
rumahsakit, dapat memberikan hasil sebagaimanayang diharapkan semua pihak. Ada
kalanya layanan tersebut terjadi kelalaian tenaga kesehatan yang menimbulkan
malapetaka; sepertimisalnya cacat, lumpuh atau bahkan meninggaldunia.Kalau hal itu
terjadi, maka pasien ataupihak keluarganya sering menuntut ganti rugi.Permintaan ganti
rugi ini karena adanya akibat yang timbul, baik fisik maupun nonfisik. Kerugian fisik
(materiel) misalnya dengan hilangnya atau tidak berfungsinya seluruh atau sebagian
organ tubuh. Kerugian non fisik (immateriel) adalah kerugian yang.(Setya,2011)
berkaitan dengan martabat seseorang. Peluang untuk menuntut ganti rugi sekarang
ini telah ada dasar ketentuannya. Berdasarkan Pasal 46 UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit, yang menentukan bahwa rumah sakit bertanggung jawab secara hukum
terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian tenaga kesehatan di rumah
sakit. Ketentuan pasal ini menjadi dasar yuridis bagi seseorang untuk meminta tanggung
jawab pihak rumah sakit jika terjadi kelalaian tenaga kesehatan yang menimbulkan
kerugian

3. Cara pemindahan pasien


Dikutip dari SOP RUMKITAL Dr. MINTOHARDJO memindahkan pasien dari UGD ke
Ruangan
a. Pasien yang sudah memperoleh pelayanan di UGD diantar oleh petugas UGD ke
ruang perawatan dengan membawa hasil pemeriksaan diagnostik, status, dokter
penanggung jawab dan timbang terima keperawatan.
b. Perawat ruangan mendampingi perawat UGD untuk mengantarkan pasien ke
ruangan perwatan yang dituju.
c. Perawat ruaangan dan perawat UGD memindahkan pasien dari tempat tidur/kursi
roda ke tempat tidur yag sudah disediakan.
d. Perawat merapikan pasien dan memberikan kenyamanan pada pasien.
e. Perawat ruangan dan perawat UGD melakukan serah terima pasien dengan
menyertakan status, surat rawat inap, resep obat, hasil laboratorium, EKG,
radiologi dan pemeriksaan diagnostik lainnya
f. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan.

4. Hak dan Kewajiban pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 69 Tahun 2014 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien)
a. Hak Pasien
1. Meperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
2. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standart profesi dan standart
prosedure operasional;
3. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
4. Memilih Dokter dan Dokter gigi serta kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
5. Meminta Konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada Dokter dan Dokter
Gigi lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
6. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data data
medisnya;
7. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
8. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
9. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
10. Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya selama hal
tersebut tidak mengganggu pasien lainnya;
11. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama di Rumah Sakit;
12. Mengajukan, usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
13. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama maupun
kepercayaan yang dianutnya;
14. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk kerahasiaan rekam
medik;
15. Mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;
16. Memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian dalam suatu
penelitian kesehatan;
17. Menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan yang diterima;
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai standart pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan;
19. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara perdata
ataupun pidana.
b. Kewajiban Pasien
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit.
4. Meberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujuin oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya yang menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

5. Pasal 11 ayat (1) huruf b UU No. 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (“UU Tenaga
Kesehatan”) yang telah dinyatakan dihapus oleh UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Oleh karena itu secara perundang-undangan, menurut Dr. H. Syahrul
Machmud, S.H., M.H., ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan dapat
dijadikan acuan makna malpraktik yang mengidentifikasikan malpraktik dengan
melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan:
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap tenaga
kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga
kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
6.

Daftar Pustaka

Kurniawan, Riza A, 2013,Risiko Medis Dan Kelalaian Terhadap Dugaan Malpraktik


Medis Di Indonesia, Perspektif, Volume XVIII No. 3 Tahun 2013 Edisi September.
Chazawi, Adami, 2007, Malpraktik Kedokteran, Tinjauan Norma dan Doktrin
Hukum, Bayu Media
Guwandi, 2004, Hukum Medik (Medical Law), Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Wahyudi, Setya, 2011, Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat
Kelalaian Tenaga Kesehatan Dan Implikasinya, Jurnal Dinamika HukumVol. 11 No. 3
September 2011.

Anda mungkin juga menyukai