SKENARIO 2
“TRAGEDI PEMINDAHAN”
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
TUTOR :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
KELOMPOK PENYUSUN
Lembar tutorial berjudul “TRAGEDI PEMINDAHAN” telah melalui konsultasi dan disetujui
oleh Tutor Pembimbing
Tutor Pembimbing,
Seorang Pasien di RS berusia 50 tahun dengan diagnosis gastroenteritis akut hendak dipindahkan
dari IGD menuju ruang perawatan menggunakan brankar. Pasien bertubuh besar dengan berat
badan 105 kg. Saat anak pasien sedang mengurus administrasi IGD, petugas pemindahan
mendorong brankar pasien sendirian. Oleh karena tubuh pasien berat, pendorong mendorong
brankar sekuat tenaga dan secara tidak sengaja saat jalan turunan brankar melaju kencang tanpa
bisa dikendaliakan petugas. Brankar akhirnya membentur dinding di tikungan dengan keras dan
pasien terguncang sehingga infusnya tertarik dan lepas. Pasien menuntut pihak RS karena lalai
terhadap keamanan pasien.
Kata Sulit:
Kata Kunci:
Hipotesis
Kelalaian dari pihak Rumah Sakit maupun tenaga medis karena tidak sesuai dengan SOP
sehingga menimbulkan dampak kerugian terhadap pasien.
Mind Mapping
Tidak Dipatuhi
Kecelakaan
Tuntutan
Learning objective
4. Hak dan Kewajiban pasien (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 69 Tahun 2014 Tentang
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien)
a. Hak Pasien
1. Meperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
2. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai standart profesi dan standart
prosedure operasional;
3. Memperoleh pelayanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
4. Memilih Dokter dan Dokter gigi serta kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
5. Meminta Konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada Dokter dan Dokter
Gigi lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar
Rumah Sakit;
6. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data data
medisnya;
7. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
8. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
9. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
10. Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya selama hal
tersebut tidak mengganggu pasien lainnya;
11. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama di Rumah Sakit;
12. Mengajukan, usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
13. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama maupun
kepercayaan yang dianutnya;
14. Mendapatkan perlindungan atas rahasia kedokteran termasuk kerahasiaan rekam
medik;
15. Mendapatkan akses terhadap isi rekam medis;
16. Memberikan persetujuan atau menolak untuk menjadi bagian dalam suatu
penelitian kesehatan;
17. Menyampaikan keluhan atau pengaduan atas pelayanan yang diterima;
18. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai standart pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan;
19. Menggugat dan atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standart baik secara perdata
ataupun pidana.
b. Kewajiban Pasien
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak-hak pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit.
4. Meberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujuin oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya yang menolak rencana
terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan atau tidak mematuhi
petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam rangka penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
5. Pasal 11 ayat (1) huruf b UU No. 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan (“UU Tenaga
Kesehatan”) yang telah dinyatakan dihapus oleh UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan. Oleh karena itu secara perundang-undangan, menurut Dr. H. Syahrul
Machmud, S.H., M.H., ketentuan Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan dapat
dijadikan acuan makna malpraktik yang mengidentifikasikan malpraktik dengan
melalaikan kewajiban, berarti tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan.
Pasal 11 ayat (1) huruf b UU Tenaga Kesehatan:
(1) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan di dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana dan Peraturan-peraturan perundang-undangan lain, maka terhadap tenaga
kesehatan dapat dilakukan tindakan-tindakan administratip dalam hal sebagai berikut:
a. melalaikan kewajiban;
b. melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang tenaga
kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat sumpah sebagai tenaga
kesehatan;
c. mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
d. melanggar sesuatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang ini.
6.
Daftar Pustaka