Anda di halaman 1dari 28

KIMIA LINGKUNGAN

Pencemaran Logam Berat Dalam Air Laut


Dosen Pengampu :
Dr.Muliadi, S.Si.,M.Si

Oleh
Kelompok : 5

1. Martina Konio (03291811018)


2. Neni abdul hamid (03291811016)
3. Intan sapsuha (03291811016)
4. Afian buamona
5. Sri rahayu muhlis
6. Faisal fatah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pencemaran laut dibatasi sebagai dampak negative (pengaruh yang membahayakan) bagi
kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia yang
disebabkan Dampak negatif pencemaran logam berat pada wilayah perairan tidak hanya
mengganggu atau membahayakan kehidupan biota dan lingkungan perairan, tetapi juga dapat
membahayaseperti logam berat yang dibuang ke sungai akan bermuara ke laut. Bahan
pencemar logam berat yang berasal dari kegiatan industri, transportasi, pertambangan dan
pertanian yang masuk ke perairan dapat mempengaruhi kualitas lingkungan perairan sehingga
dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem alami wilayah.

Penurunan kualitas perairan berhubungan dengan penurunan kualitas biota yang hidup di
perairan tersebut.penurunan kualitas biota yang hidup di perairan tersebut akan berdampak
negatif pada konsumen. Kualitas dan keamanan konsumsi produk produk perikanan
merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan, karena menyangkut kepercayaan
konsumen dalam dan luar negeri terhadap produk yang dihasilkan.Penyebab tidak amannya
suatu produk untuk dikonsumsi adalah akibat adanya senyawa/bahan kimia, mikroorganisma
dan cemaran fisik berbahaya yang tidak dikehendaki keberadaaannya atau jumlahnya
melebihi ketentuan yang telah ditetapkan.

Kerang merupakan biota yang potensial terkontaminasi logam berat karena sifatnya yang
filter feeder yaitu biota yang cara makannya dengan menyaring air. Biota ini sering
digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada
organisma laut. Logam berat dalam jumlah tertentu dapat bersifat toksik terhadap organisme
hidup. Logam-logam berat tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh organisme melalui rantai
makanan, yang akhirnya akan membahayakan kesehatan manusia, keadaan ini biasa disebut
dengan biomagnifikasi.Logam-logam berat terlarut dalam perairan pada konsentrasi tertentu
akan berubah fungsi menjadi racun bagi kehidupan perairan. Logam-logam berat yang masuk
ke dalam tubuh hewan seperti kerang umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh kerang
makanan. Sistem rantai makanan menunjukkan bahwa manusia merupakan penumpuk logam
berat paling tinggi dalam tubuh karena berperan sebagai pemangsa tingkat tinggi.

Dampak negatif pencemaran logam berat pada wilayah perairan tidak hanya mengganggu
atau membahayakan kehidupan biota dan lingkungan perairan, tetapi juga dapat
membahayakan kesehatan manusia. Akibat pencemaran secara tidak langsung dirasakan
manusia karena bahan pencemar tersebut bersifat akumulatif yang berdampak kronis dalam
tubuh.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan permasalahn tersebut dapt dijabarkan sebagai berikut:
1. Apa dampak negatif dari pencemaran logam berat di air laut?
2. Apa solusi dari dampak negatif dari pencemaran logam berat di air laut?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui dampak negatif dari pencemaran logam berat di air laut

D. MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui faktor – faktor dari dampak negatif dari pencemaran logam
berat di air laut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pencemaran Logam Berat


Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas > 5 g/cm 3 dalam air laut,
logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam kondisi alami ini, logam
berat dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan hidupnya.
Peningkatan kadar logam berat dalam air sungai umumnya disebabkan oleh masuknya
limbah industri, pertambangan, pertanian dan domestik yang banyak mengandung logam
berat. Peningkatan kadar logam berat dalam air akan mengakibatkan logam berat yang
semula dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme akan berubah menjadi racun bagi
organisme akuatik.

Keberadaan logam berat dalam air laut dapat berasal dari aktivitas manusia di daratan
yang kemudian masuk ke laut lewat sungai, dapat pula berasal dari atmosfer yang jatuh ke
laut, serta dapat pula berasal dari aktivitas gunung berapi. Secara alamiah logam berat dapat
masuk ke perairan melalui berbagai cara. Hg dapat masuk ke badan perairanumumnya
berasal dari kegiatan-kegiatan gunung api, rembesan-rembesan air tanah yang melewati
daerah deposit merkuri dan lain-lainnya. Pb masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di
udara dengan bantuan air hujan, disamping itu proses korosifikasi dari batuan mineral akibat
hempasan gelombang dan angin. Cu masuk ke perairan melalui peristiwa erosi atau
pengikisan batuan mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfer yang dibawa turun
melalui hujan. Cd secara alamiah masuk ke perairan dalam jumlah yang sedikit.

Salah satu bahan pencemar akibat aktivitas manusia adalah logam berat timbal (Pb).
Adanya logam berat Pb di perairan dapat secara langsung membahayakan kehidupan
organisme perairan laut, dan secara tidak langsung mengancam kesehatan manusia melalui
kontaminasi rantai makanan. Sifat logam berat yang sulit terurai dapat dengan mudah
terakumulasi dalam lingkungan perairan, sedimen, serta pada biota laut. Logam berat
umumnya bersifat toksik terhadap makhluk hidup, walaupun beberapa diantaranya
diperlukan dalam jumlah kecil.

Menurut Nordberg., et.al (1986) logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh
maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga nantinya dibuang
melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama di
perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit
sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan
gunung berapi dan kebakaran hutan atau faktor manusia seperti pembakaran minyak bumi,
pertambangan, peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan,
serta limbah buangan termasuk sampah rumah tangga.

Selain bersifat racun, logam berat juga terakumulasi dalam sedimen dan biota melalui
proses biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota laut. Logam-logam berat
yang masuk ke dalam tubuh hewan umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh mereka.
Karena itu logam-logam cenderung untuk menumpuk dalam tubuh mereka. Sebagai
akibatnya, logam-logam ini akan terus ada di sepanjang rantai makanan. Hal ini disebabkan
karena predator pada satu trofik level makan mangsa mereka dari trofik level yang lebih
rendah yang telah tercemar (Hutabarat dan Evans, 1986).

Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai fungsi penting
bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan lingkungan. Sebagai
akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang maka baik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkungan
termasuk didalamnya pencemaran sungai yang berasal dari limbah domestik maupun non
domestik seperti pabrik dan industri. Oleh karena itu pencemaran air sungai dan lingkungan
sekitarnya perlu dikendalikan seiring dengan laju pembangunan agar fungsi sungai dapat
dipertahankan kelestariannya.

Kawasan sungai sering dicemari oleh logam-logam berat yang terdapat dalam air
buangan dari kawasan industri yang biasanya tidak diolah terlebih dahulu. Pencemaran
logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Kadmium (Cd), Cromium (Cr),
Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Nikel (Ni) dan Raksa (Hg), Berdasarkan sudut pandang
toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat
esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme
hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam
berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam
berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain.
Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian
mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Apabila kepekatan logam-logam ini tinggi
dari biasa, logam-logam ini akan menjadi suatu ancaman bagi kesehatan manusia jika
memasuki rantai makanan. Oleh karena itu pemantauan kadar logam berat dalam air sungai
sangat perlu dilakukan.
 Dampak negatif pencemaran logam berat
Dampak negatif pencemaran logam berat pada wilayah perairan tidak hanya mengganggu
atau membahayakan kehidupan biota dan lingkungan perairan, tetapi juga dapat
membahayakan kesehatan manusia. Akibat pencemaran secara tidak langsung dirasakan
manusia karena bahan pencemar tersebut bersifat akumulatif yang berdampak kronis dalam
tubuh.

Pencemaran laut dibatasi sebagai dampak negative (pengaruh yang membahayakan)


bagi kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia
yang disebabkan oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah secara langsung atau tidak
langsung yang berasal dari kegiatan manusia. Pencemaran logam berat merupakan salah satu
masalah yang sering terjadi di perairan pesisir. Wilayah pesisir merupakan daerah perikanan
yang sangat penting karena potensial untuk perikanan budidaya dan tangkap. Oleh sebab itu
perlu mendapat perhatian karena banyaknya bahan berbahaya seperti logam berat yang
dibuang ke sungai akan bermuara ke laut. Bahan pencemar logam berat yang berasal dari
kegiatan industri, transportasi, pertambangan dan pertanian yang masuk ke perairan dapat
mempengaruhi kualitas lingkungan perairan sehingga dapat mengakibatkan terganggunya
ekosistem alami wilayah tersebut.

Salah satu bioindikator pencemaran di lingkungan perairan adalah analisis kandungan


logam berat yang terakumulasi di dalam biota air, seperti ikan dan kerang di perairan
tersebut. Kerang dapat digunakan sebagai indikator yang baik karena sifatnya menetap dalam
suatu tempat habitat tertentu. Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi diikan
bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan. Akumulasi logam berat timbal
(Pb) sering terjadi pada kerang mentah dan menyebabkan keracunan bagi masyarakat yang
mengkonsumsinya, karena toksisitasnya tinggi

Di Teluk Jakarta perairannya telah mengalami pencemaran logam berat, bahkan di


kepulauan Onrust kanungan cenderung meningkat seperti logam merkuri mencapai 35 ppb
dan kadmium mencapai 450 ppb. Hasil penelitian Riani et al. (2004), di perairan tersebut
ditemukan kadar Hg 0.121 ppb; Pb 0.248 ppm dan Cd 0.023 ppm sedangkan sedimennya Hg
0.098 ppb; Pb 2.897 ppm dan Cd 0.135 ppm. Namun akumulasi logam berat tinggi seperti
kandungan merkuri dalam kerang ukuran sedang 190.235 ppm (berat logam mg/kg daging
kerang) dan ukuran berat 170.868 ppm, kandungan timah hitam (Pb) dalam kerang ukuran
sedang 36.36 ppm dan ukuran besar 43.894 ppm. Kandungan kadmium dalam kerang ukuran
sedang 0.075-2.891 ppm dan kerang ukuran besar 0.097-0.223 ppm. Demikian pula Teluk
Lada perairan lautnya telah mengalami pencemaran logam berat, kandungan logam Hg 0.09
mg/l, Pb 0.015 mg/l dan Cu 0.0276 mg/l (Muawanah et al., 2005). Teluk Banten perairan
lautnya juga mengalami pencemaran logam berat yaitu mengandung Hg 0.05 ug/l, Cd 0.064
mg/l dan Pb 0.153 mg/l (Setiobudiandi, 2004).
Sebagaimana diketahui, Teluk Jakarta merupakan tempat akumulasi aliran limbah
yang berasal dari perkotaan dan pabrik. Selain itu di perairan tersebut terdapat pula
pembudidayaan kerang, sehingga kerang hijau mengalami kontaminasi seperti merkuri,
aluminium, kadmium, timbal, seng dan lain-lain. Dalam kurun waktu yang lama, akumulasi
logam berat dalam jaringan daging akan berpengaruh terhadap aktivitas fisiologi dan
biokimia tubuh kerang. Menurut Darmono (1995), bahwa tanaman air dan jenis binatang
lunak (kerang, keong dan sebagainya) yang tidak bergerak atau mobilitasnya lamban tidak
dapat meregulasi logam seperti hewan air lainnya.

Penurunan kualitas perairan berhubungan dengan penurunan kualitas biota yang


hidup di perairan tersebut. Selanjutnya penurunan kualitas biota yang hidup di perairan
tersebut akan berdampak negatif pada konsumen. Kualitas dan keamanan konsumsi produk-
produk perikanan merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan, karena
menyangkut kepercayaan konsumen dalam dan luar negeri terhadap produk yang. Penyebab
tidak amannya suatu produk untuk dikonsumsi adalah akibat adanya senyawa/bahan kimia,
mikroorganisma dan cemaran fisik berbahaya yang tidak dikehendaki keberadaaannya atau
jumlahnya melebihi ketentuan yang telah ditetapkan

Sedang dari aktifitas kehidupan manusia diantaranya adalah berasal dari limbah
industri yang berkaitan dengan Hg, Pb, Cu, dan Cd seperti industri kertas, limbah
pertambangan bijih timah hitam, pertambangan Cu dan buangan sisa industri baterai dan
lain-lain. Dalam kondisi alami, kadar logam berat dalam air laut sangat rendah, yaitu berkisar
10-5 – 10-2 ppm. Peningkatan kadar logam berat dalam air laut yang terjadi pada umumnya
disebabkan oleh masuknya limbah industri, pertambangan, pertanian dan domestik yang
banyak mengandung logam berat. Dari keempat jenis limbah tersebut, limbah yang
umumnya paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini
disebabkan senyawa logam berat sering digunakan dalam kegiatan industrii, baik sebagai
bahan baku, bahan tambahan maupun katalis

Kerang merupakan biota yang potensial terkontaminasi logam berat karena sifatnya
yang filter feeder yaitu biota yang cara makannya dengan menyaring air. Biota ini sering
digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada
organisma laut. Logam berat dalam jumlah tertentu dapat bersifat toksik terhadap organisme
hidup. Logam-logam berat tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh organisme melalui rantai
makanan, yang akhirnya akan membahayakan kesehatan manusia, keadaan ini biasa disebut
dengan biomagnifikasi. Logam-logam berat terlarut dalam perairan pada konsentrasi tertentu
akan berubah fungsi menjadi racun bagi kehidupan perairan. Logam-logamberat yang masuk
ke dalam tubuh hewan seperti kerang umumnya tidak dikeluarkan lagi dari tubuh kerang
makanan. Sistem rantai makanan menunjukkan bahwa manusia merupakan penumpuk logam
berat paling tinggi dalam tubuhnya karena berperan sebagai pemangsa tingkat tinggi.

B. Interaksi mansuai dengan lingkungan

Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar
dan telah terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini
disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk
kelangsungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhan
manusiaharus diambil dari lingkungan hidupnya. Akan tetapi, dalam proses interaksi manusia
dengan lingkungannya ini tidak selalu mendapatkan keuntungan. Hubungantimbal balik antara
aktifitas manusia dengan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang menguntungkan manusia
(eugenik), ada pula yang merugikan manusia (disgenik).

Faktor yang merugikan dari interaksi manusia dengan lingkungannya, dapat memberikan
efek toksikologis. Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui mekanisme seperti absorpsi,
pengikatan protein dan biotransformasi. Risiko kemungkinan zat kimia menimbulkan
keracunan, tergantung dari besarnya dosis yang masuk ke dalam tubuh. Sedangkan dosis
meningkat dengan besarnya konsentrasi, lama dan seringnya pemaparan serta cara masuknya
ke dalam tubuh. Sedangkan semakin besar pemaparan terhadap zat kimia, semakin besar pula
risiko keracunan.

Jalur utama bahan toksik dapat masuk ke dalam tubuh manusia adalah melalui saluran
pencernaan atau gastrointestinal (menelan/ingesti), paru-paru (inhalasi), kulit (topical), dan
jalur parental lainnya (selain usus/ intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan efek yang
paling besar dan menghasilkan respons yang paling cepat bila diberikan melalui jalur
intravena. Efek toksik dari zat kimia dapat merusak sel, yaitu menyebabkan mutasi gen kanker
dan bila kerusakannya berat menimbulkan kematian pada sel- Sel merupakan tingkatan
struktur terendah yang mampu melakukan semua aktivitas kehidupan. Semua organisme
terbentuk dari sel, yaitu unit dasar dari struktur dan fungsi organisme. Sel diselimuti oleh suatu
membrane yang strukturnya terdiri dari lipid dan protein serta komponen yang lainnya.
Pengaturan reaksi-reaksi kimiawi dalam sel terpusat pada molekul protein yang disebut enzim.
Sedangkan intruksi-intruksibiologis terdapat dalam bentuk kode di dalam molekul yang
disebut DNA (1 deoxyribonucleic acid). Sel dapat mengalami kehilangan fungsinya, bila
komponen-komponen penting dari sel (seperti protein, DNA dan lipid pada membran)
berinteraksi dengan zat-zat kimia yang bersifat toksik. Beberapa zat kimia tertentu merupakan
unsur yang sangat toksik, sekalipun dalam konsentrasi rendah.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Stategi pencariam literature.


Stategi penelitian yang digunakan mencari berbagai sumber tentang pencemaran
logam berat di air laut.untuk mempermudah dalam penentuan kata kuci yang digunakan
dalam penelitian.

a. Teknik pengumpulan data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang dilakukan oleh peneliti
peneliti terdahulu.

b. Sumber data
sumber data yang diperoleh didapat dari berbagai sumber di internet.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pencemaran Logam Berat

Pencemaran tidak hanya dapat terjadi di air dan udara namun dapat pula terjadi di tanah.
Pencemaran yang terjadi di tanah berpengaruh pada tumbuhan yang tumbuh di atasnya.
Tanah adalah suatu benda alam yang bersifat kompleks atau memiliki suatu sistem yang
hidup dan dinamis. Bahan penyusun tanah adalah batuan, sisa-sisa tumbuhan dan hewan serta
jasad-jasad hidup, udara dan air (Sarief, 1986). Selain itu tanah adalah suatu lingkungan
untuk pertumbuhan tanaman. Bagian tanaman yang langsung berhubungan dengan tanah
adalah akar yang berperan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman dengan jalan
menyerap hara dan air. Kerusakan tanah terjadi bila daya sangga (kemampuan tanah untuk
menerima beban pencemaran tanpa harus menimbulkan (dampak negatif) telah terlampaui
dan biasanya bahan pencemar ini mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Berdasarkan
pendekatan GLASOD (Global Assessment of Soil Degradation), ada 5 jenis penyebab
degradasi tanah yaitu: (1) Deforestasi, (2) Overgrazing, (3) Aktivitas Pertanian, (4)
Eksploitasi vegetasi secara berlebihan untuk penggunaan domestik, dan (5) Aktivitas Bio –
Industri dan Industri (Oldeman, 1994). Dengan demikian tanah yang telah menurun
kemampuannya dalam mendukung kehidupan manusia dapat dikategorikan sebagai tanah
rusak dan umumnya kerusakan tanah lebih banyak disebabkan berkurangnya kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tumbuhan.

Kerusakan tanah akibat adanya kegiatan industri pada daerah sekitarnya memberikan
peluang terjadinya penurunan kesuburan tanah dan bahkan dapat menjadi racun bagi
tanaman. Adanya kerusakan tanah memerlukan upaya perbaikan dan pemulihan kembali
sehingga kondisi tanah yang rusak dapat berfungsi kembali secara optimal sebagai unsur
produksi, media pengatur air, dan sebagai unsur perlindungan alam (Zulfahmi, 1996).
Secara alami tanah telah mengandung berbagai unsur logam, unsur-unsur logam dominan
adalah Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, unsur–unsur logam pada tanah ini berasal dari pelapukan
batu-batuan (batuan induk), dan keberadaan unsur ini akan besar pengaruhnya terhadap sifat
fisik dan kimia tanah (Alloway, 1995). Logam pada umumnya termasuk logam yang
mempunyai berat jenis kurang dari 5 gram/cm3 atau bukan logam berat. Sementara logam
yang biasanya tidak terlalu banyak di tanah adalah logam berat. Logam ini mempunyai berat
jenis lebih dari 5 gram/cm3 bernomor atom 22 sampai dengan 92 terletak pada periode 4
sampai 7 dalam susunan berkala serta mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S
sehingga mendorong terjadinya ikatan logam berat dengan gugus S.
Logam berat dalam jumlah berlebih menyebabkan terjadinya pencemaran dalam tanah.
Saeni (2002) menjelaskan bahwa unsur-unsur logam berat yang potensial menimbulkan
pencemaran pada lingkungan adalah; Fe, As, Cd, Pb, Hg, Mn, Ni, Cr, Zn, dan Cu, karena
unsur ini lebih ekstensif penggunaannya demikian pula dengan tingkat toksisitasnya yang
tinggi. Sementara United States Environment Protection Agency (US EPA) mendata logam
berat yang merupakan pencemar utama berbahaya yaitu Sb, Ag, Be, Cd,Cr, Cu, Pb, Hg, Ni,
Se, Sr, Ag dan Zn (Sukhendrayatna, 2001).

Namun terdapat pula logam berat seperti Zn, Cu, Fe, Mn, Mo yang merupakan unsur hara
mikro yang esensial bagi tanaman, tetapi bila jumlahnya terlalu besar akan mengganggu
tumbuhnya tanaman. Bahaya logam berat pada tanah terutama bila logam tersebut telah
terakumulasi dan telah melebihi batas kritis dalam tanah.

 pendapat tentang pencemaran logam berat


 Alloway (1995) menyatakan bahwa kelebihan logam berat dalam tanah bukan hanya
meracuni tanaman dan organisme, tetapi dapat berimplikasi pada pencemaran
lingkungan.
 Yaron (1996) dalam Pendias (2000) menjelaskan logam berat dalam tanah terdiri atas
berbagai bentuk, seperti bentuk yang terikat pada partikel organik, bentuk tereduksi
(hidroksida), bentuk karbonat, bentuk sulfida dan bentuk larutan dalam tanah. Logam
berat yang terdapat didalam tanah atau sedimen dapat melakukan proses pertukaran
ion dan jerapan terutama pada partikel halus dengan permukaan yang luas dan gugus
bermuatan negatif, seperti tanah liat (kaolinit, klorit, montmorilonit), zat-zat humin
(asam humus, asam fulfik, asam humin) dan oksidaoksida Fe dan Mn.

 (Slamet, 1996). Logam berat termasuk zat pencemar karena sifatnya yang stabil dan
sulit untuk diuraikan. Logam berat dalam tanah yang membahayakan pada kehidupan
organisme dan lingkungan adalah dalam bentuk terlarut. Di dalam tanah logam
tersebut mampu membentuk kompleks dengan bahan organik dalam tanah sehingga
menjadi logam yang tidak larut. Logam yang diikat menjadi kompleks organik ini
sukar untuk dicuci serta relatif tidak tersedia bagi tanaman. Dengan demikian senyawa
organik tanah mampu mengurangi bahaya potensial yang disebabkan oleh logam berat
beracun

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan logam berat antara lain:


1. lingkungan (pH tanah, suhu)
2. Persaingan antara spesies tanaman
3. Ukuran partikel
4. Sistem perakaran
5. Ketersediaan logam dalam tanah, dan
6. Energi yang tersedia untuk memindahkan logam kejaringan tanaman. Penggunaan
logam berat sangat luas dan hampir setiap industri menggunakannya, karena
logam berat dapat berperan sebagai pereaksi ataupun katalis dalam berbagai
proses industri.

Logam digolongkan kedalam dua kategori, yaitu logam berat dan logam ringan.
Logam berat ialah logam yang mempunyai berat 5 g atau lebih untuk setiap cm 3, dengan
sendirinya logam yang beratnya kurang dari 5 g setiap cm3 termasuk logam ringan.

Logam berat sejatinya unsur penting yang dibutuhkan setiap makhluk hidup,
sebagai trace element, logam berat yang esensial seperti tembaga (Cu), selenium (Se),
besi (Fe), dan zink (Zn) penting untuk menjaga metabolisme tubuh manusia dalam jumlah
yang tidak berlebihan, jika berlebihan akan menimbulkan toksik pada tubuh. Logam yang
termasuk elemen mikro merupakan kelompok logam berat yang nonesensial yang tidak
mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh. Logam tersebut bahkan sangat berbahaya
dan dapat menyebabkan keracunan (toksik) pada manusia yaitu: timbal (Pb), merkuri
(Hg), arsenik (As), Cadmium (Cd). Logam berat merupakan komponen alami yang
terdapat dikulit bumi yang tidak dapat didegradasi ataupun dihancurkan dan merupakan
zat berbahaya karena dapat terjadi bioakumulasi. Bioakumulasi adalah peningkatan
konsentrasi zat kimia dalam tubuh mahluk hidup dalam waktu yang cukup lama,
dibandingkan dengan konsentrasi zat kimia yang terdapat di alam.

Karakteristik logam berat berdasarkan daya hantar panas dan listriknya, semua
unsur kimia yang terdapat dalam susunan berkala unsur-unsur dapat dibagi atas dua
golongan yaitu logam dan non logam. Golongan logam mempunyai daya hantar panas dan
listrik yang tinggi, sedangkan golongan non logam mempunyai daya hantar panas dan
listrik yang rendah. Berdasarkan densitasnya, golongan logam dibagi atas dua golongan,
yaitu golongan logam ringan dan logam berat. Golongan logam ringan (light metals)
mempunyai densitas <5, sedangkan logam berat (heavy metals) mempunyai densitas >5
(Hutagalung, 1991).

 Menurut Palar (1994), karakteristik dari logam berat adalah sebagai berikut:
1. Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar (>4).
2. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantanida dan aktanida.
3. Mempunyai respon biokimia (spesifik) pada organisme hidup.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek
khusus pada mahluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi
racun yang akan meracuni tubuh mahluk hidup. Namun demikian sebagian logam-logam
berat tersebut tetap dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit, tetapi apabila tidak
terpenuhi akan berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap mahluk hidup.

Diketahui ada 18 logam berat sebagai bahan pencemar, tetapi ada beberapa yang
bersifat esensial untuk kehidupan organisme, misalnya Cu dan Zn, tetapi dalam jumlah
berlebih dapat bersifat racun bagi organisme. Dalam kenyataanya logam berat Cd dan Pb
juga sangat berbahaya bagi kehidupan organisme walaupun dalam konsentrasi yang
sangat rendah. Logam berat ini mempunyai sifat biomagnifikasi yang artinya dapat
berakumulasi dalam jaringan organisme dan melalui rantai makanan akhirnya juga
membahayakan kehidupan organisme.

1. Arsen (Ar)
Arsen dijumpai di tanah, air dan udara. Unsur Ar ditemukan sebagai hasil
sampingan dari peleburan tembaga, timah, seng dan logam lainnya. Ini dapat
mengakibatkan dilepasnya Ar ke lingkungan. Pembakaran fosil terutama batu bara,
mengeiuarkan Ar ke lingkungan, dimana sebagian besar akan masuk ke dalam perairan
alami. Arsen terdapat di alam bersama-sama dengan mineral fosfat dan dilepas ke
lingkungan bersama-sama dengan senyawa fosfat. Arsen dalam bentuk Ar 3 + disebut
Arsenit dan daiam bentuk Ar5+ disebut Arsenal. Sumber utama paparan Ar di
lingkungan kerja adalah dari pabrik pembuat herbisida dan pestisida serta dari makanan.
Arsenit (Ar3+) larut dalam lipid dan dapat diabsorpsi melalui pencernaan, inhalasi dan
kontak langsung dengan kulit. Sebagian besar Ar di tubuh disimpan dalam hati, ginjal,
jantung dan paru.

 Efek Keracunan Arsen (As)


Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, disusul dengan. koma
dapat menyebabkan kematian. Keracunan kronis dapat menimbulkan ikterus, pendarahan
pada ginjal, dan kanker kulit. Arsenat dalam sel merupakan uncoupier (pemutus
rangkaian) pada proses fosforilasi oksidatif. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara
substitusi kompetitif arsenat dengan fosfat anorganik (Pi) sehingga terbentuk ester
arsenat yang cepat dihidrolisis (arsenolisis). Arsenit anorganik (arsen tri valen), terutama
mengikat gugus sulfidril (-SH). Sehingga Arsen tri valen menghambat aktifitas enzim
yang mengandung gugus -SH. Sistem piruvat dehidrogenase sensitif terhadap Arsen
trivalent karena interaksinya dengan dua kelompok sulfidril dari asam lipoat akan
membentuk cincin yang stabil.
Efek Arsen anorganik terhadap darah yaitu dapat mempengaruhi sumsum tulang dan
mengubah komposisi sel darah, terhadap hati menyebabkan nekrosis sentral dan sirosis
hati. Pengaruh arsen terhadap ginjal menyebabkan kerusakan pembuluh, tubulus dan
glomerulus ginjal. Ginjal yang pertama dipengaruhi oleh arsen adalah glomerulus
sehingga terjadi proteinuria. Arsenit juga dapat menggantikan fosfor dalam jaringan
tulang dan disimpan selama bertahun-tahun. Pada sistem sel, efek terhadap sel
mengakibatkan rusaknya mitokondria sel yang menyebabkan turunnya energi sel
sehingga sel dapat mati.

2. Timbal (Pb)
Timbal biasa disebut sebagai timah hitam merupakan logam lunak berwarna putih
kebiruan dan berkilau seperti perak, yang terletak pada Golongan IIB dalam susunan
periodik dengan nomor atom 82 dan bobot atom sebesar 207,2 (Pais dan Jones 1997).
Bentuk umum dalam mineral di antaranya sebagai PbS dan Pb SO4.

Kandungan timbal dalam tanah berkisar antara 2 sampai dengan 200 ppm,namun
umumnya berkisar 16 ppm (Pendias dan Pendias, 2000). Timbal merupakan unsur yang
tidak esensial bagi tanaman, kandungannya berkisar antara 0,1 sampai dengan 10 ppm
(Soepardi, 1983). Untuk tanaman tertentu akumulasi terhadap timbal sangat tinggi dan hal
ini mungkin tidak menunjukkan gejala keracunan dalam tanaman akan tetapi akan
berbahaya bila dikonsumsi oleh makhluk hidup khususnya manusia.

Selain di tanah, timbal terdapat pula di atmosfir yang berasal dari pembakaran
bahan -bahan aditif bensin dari kendaraan bermotor seperti timbal tetra etil dan timbale
tetra metil, selain itu juga berasal dari asap-asap buangan pabrik seperti timbale oksida.
Dalam kegiatan industri timbal banyak digunakan sebagai bahan pewarna cat, dan
pencetakan tinta.Timbal juga digunakan sebagai penyusun patri dan solar dan sebagai
formulasi penyambung pipa (Saeni, 2002).
Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat beracun yang dapat masuk
ke dalam tubuh terutama melalui saluran pencernaan, pernafasan dan kulit. Masuknya
timbal dalam saluran pencernaan berasal dari makanan dan minuman sedang dalam
saluran pernafasan dan kulit, timbal masuk akibat adanya udara yang tercemar senyawa
timbal. Akumulasi timbal dalam tubuh manusia terutama pada hati, ginjal dan tulang,
namun terdapat pula pada limpa dan rambut.Logam pada rambut berkorelasi dengan
jumlah logam yang diserap oleh tubuh. Timbal dalam darah terdapat pada eritrosit yang
terikat pada haemoglobin dan membran sel. Waktu paruh timbal dalam darah dan jaringan
lunak manusia dewasa antara 26 sampai dengan 36 hari sedang pada tulang antara 10
sampai 20 tahun.

Penyerapan timbal dari makanan ke dalam tubuh dipengaruhi oleh


umur.Umumnya orang dewasa menyerap 10 % sampai 15 % timbal dari makanan sedang
anak-anak dapat mencapai 50 % timbal dari makanan yang diserap. Selain itu faktor yang
mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap logam timbal adalah rendahnya nutrisi (gizi).
Kurangnya nutrisi dalam tubuh dapat meningkatkan kadar timbal dalam darah dan untuk
menghindari hal ini dapat diimbangi dengan cukupnya kandungan kalsium dan besi.
Tingginya kadar kalsium dan besi dalam makanan akan menurunkan penyerapan timbal
dan bila kekurangan kedua unsur ini penyerapan timbal akan meningkat.

Besarnya tingkat keracunan timbale dipengaruhi oleh:


1. umur; pada anak-anak cenderung lebih rentan dibandingkan dengan orang dewasa
2. jenis kelamin; wanita umumnya lebih rentan dibandingkan dengan laki-laki
3. penderita penyakit keturunan,orang yang tidak mempunyai penyakit khusus cenderung
lebih tahan
4. musim; musim panas akan meningkatkan daya racun terhadap anak-anak.
5. peminum alkohol cenderung lebih rentan terhadap timbal.

 Efek Keracunan Timbal (Pb)


Gejala keracunan timbal antara lain adalah rasa mual, sakit disekitar perut, anemia
dan rasa nyeri pada tulang serta gangguan syaraf. Bila timbal terakumulasi dalam tubuh
manusia maka dapat meracuni atau merusak fungsi mental, perilaku, dan menyebabkan
anemia. Selanjutnya bila tingkat keracunan lebih berat maka dapat menyebabkan
muntah-muntah serta kerusakan pada sistem syaraf bahkan dapat menyebabkan gangguan
dalam sistem otak. Soemarwoto (1985) menerangkan bahwa anemia terjadi karena timbal
dalam darah akan mempengaruhi aktivitas enzim asam delta amino levulenat dehidratase
(ALAD) dalam membentuk haemoglobin (Hb) pada butir-butir darah merah dalam tubuh
3. Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan logam toksik, terjadi secara primer di alam bercampur
dengan seng (Zn) dan timbale (Pb). Proses ekstraksi dan pengolahaan logam Zn dan Pb
sering menyebabkan pencemaran lingkungan oleh kadmium. Batu bara dan bahan fosil
lainnya mengandung kadmium, dan pembakaran bahan ini melepaskan kadmium ke
lingkungan. Sifat kimiawi yang bermanfaat menyebabkan kadmium digunakan secara
luas dalam electroplating, pewarna cat dan pembuatan plastik. Pekerja pada tempat
peleburan dan pabrik pengolahan logam lainnya dapat terpapar kadmium kadar tinggi.
Sedangkan bagi kebanyakan penduduk paling utama melalui kontaminasi makanan.
Kadmium sukar diabsorpsi dari saluran cerna, tetapi sebagian besar diabsorpsi melalui
saluran napas para perokok. Kadmium diangkut dalam darah, sebagian besar terikat pada
sel darah merah dan albumin. Waktu paruh kadmium dalam tubuh berkisar antara 10-30
tahut.

 Efek Keracunan Kadmium (Cd)


Keracunan akut kadmium biasanya terjadi karena menghirup debu dan asap yang
mengandung cadmium dan garam kadmium yang termakan. Setiap batang rokok
mengandung 1 sampai 2 mg kadmium. Efek toksik dini disebabkan oleh peradangan
setempat. Kadmium yang termakan akan menyebabkan mual, muntah, salivasi, diare dan
kejang perut. Secara akut, kadmium lebih toksik bila dihirup. Toksisitas kadmium bisa
berkembang menjadi udem paru.

Efek toksik paparan kronis kadmium tergantung dari caranya masuk tubuh. Efek
toksik dari cadmium menyebabkan kerusakan pada paru, ginjal, hati dan tulang. Ginjal
terkena paparan melalui paru atau saluran cerna. Kadar cadmium 300 mg/g ginjal akan
menyebabkan cedera ginjal. Ginjal merupakan organ utama yang rasak akibat paparan
kadmium dalam jangka waktu yang lama yaitu tubulus proksimal. Protein uria
merupakan indikasi cedera pada tubulus proksimal ginjal. Kadmium dalam sistem
sirkulasi terikat ke protein dalam bentuk metalotionin yang disintesis dihati, Kemudian
mengalami filtrasi di glomerulus ginjal. Kadmium metalotionin (CdMT) direabsorpsi
oleh sel tubulus proksimal dan terakumulasi di lisosom. CdMT terurai menjadi Cd2 +
dan menginhibisi Iisosom yang menyebabkan kerusakan (cedera) sel tubulus proksimal
ginjal.

Sesak nafas merupakan keluhan yang paling sering terjadi karena fibrosis dan
emfisema. Dimana secara spesifik menghambat biosintesis alfa,antitripsin plasma, ini
terlihat adanya asosiasi antara defisiensi alfa-antitripsin yang berat dengan emfisema
pada manusia. Penyimpanan kalsium dalam tulang menurun pada orang yang terpapar
kadmium. Efek kadmium ini menyebabkan gangguan keseimbangan kalsium dan fosfat.
4. Seng (Zn)
Seng (Zn) ditemukan hampir dalam seluruh jaringan hewan. Seng lebih banyak
terakumulasi dalam tulang dibanding dalam hati yang merupakan organ utama
penyimpan mineral mikro. Jumlah terbanyak terdapat dalam jaringan epidermal kulit,
rambut, dan bulu), dan sedikit dalam tulang, otot, darah, dan enzim

Richards (1989) dalam Brown (2004). Seng merupakan komponen penting dalam
enzim, seperti karbonik-anhidrase dalam sel darah merah serta karboksi peptidase dan
dehidrogenase dalam hati. Sebagai kofaktor, seng dapat meningkatkan aktivitas enzim.
Seng dalam protein nabati kurang tersedia dan lebih sulit digunakan tubuh dari pada seng
dalam protein hewani.

Ikatan enzim seng yang merupakan katalis reaksi hidrolitik melibatkan enzim pada
bagian aktif yang bertinda”superefisie”.Enzim karbonik anhidrase mengkatalisis CO 2
dalam darah, enzim karboksi peptidase mengkatalisis protein dalam prankreas, enzim
alkalin fosfatase menghindrolisis fosfat dalam beberapa jaringan, dan enzim amino
peptidase menghidrolisis peptida dalam ginjal. Seng juga berperan dalam menstabilkan
struktur protein, seperti insulin, alcohol dehidrogenase hati, alkalin fosfat, dan
superoksida dismutase

Frakeret (1986) dalam Brown (2002). Defisiensi seng sering ditemukan pada anak
ayam, dengan gejala pertumbuhan terganggu, tulang kaki memendek dan menebal, sendi
kaki membesar,penyerapan makanan menurun, nafsu makan hilang, dan dalam keadaan
parah menyebabkan kematian Frakeret (1986) dalam Darmono (1995). Pada babi, akibat
defisiensi seng yang penting adalah dermitis yang disebut para keratosis. Penyakit
tersebut ditandai dengan luka-luka pada kulit, pertumbuhan terganggu, kelemahan,
muntah-muntah, dan kegatalan.

Defisiensi seng pada anak sapi ditandai dengan peradangan pada hidung dan
mulut, pembengkakan persendian, dan parakeratosis Mills (1987) dalam Darmono dan
Bahri (1989). Di beberapa daerah di Jawa, terutama pesisir pantai utara Jawa Tengah dan
Jawa Timur, kandungan Zn dalam tanah rendah, sehingga ternak yang digembalakan
pada kawasan atau pada di daerah tersebut akan mengalami defisiensi seng (Prabowo,
1984). Defisiensi seng dapat mengganggu penghancuran mikroba (ingestion) dan
fagositosis, juga menghambat penyembuhan luka. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya kejadian infestasi parasit cacing nematoda Fraker (1986) dalam Sandstead
(1998). Jika cepat diobati dengan pemberian seng, ternak kembali normal dalam waktu
2−3 hari.
5. Merkuri (Hg)
Logam merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti
perak cair (Palar, 1994). Merkuri dan senyawa-senyawanya tersebar luas di alam, mulai
dari batuan, air, udara dan bahkan dalam tubuh organisme hidup dialam. Menurut Palar
(1994), secara umum logam merkuri mempunyai sifatsifatsebagai berikut:
1. Berwujud cair pada suhu kamar (25 0C) dengan titik beku paling rendah sekitar– 39
0
C, sehingga mudah menyebar di permukaan air dan sulit dikumpulkan.
0
2. Masih berwujud cair pada suhu 3960C, pada temperatur 396 C ini telah terjadi
pemuaian secara menyeluruh.
3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam
yang lain.
4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai
logam yang sangat baik untuk menghantarkan daya listrik.
5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut
dengan amalgam.
6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu dalam
bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan.

Metil merkuri mempunyai sifat racun, daya ikat yang kuat dan kelarutan yang
tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut mengakibatkan merkuri terakumulasi
melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air,
sehingga kadar merkuri dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan
air maupun kesehatan manusia yang mengkonsumsi.

Toksisitas adalah kemampuan suatu molekul atau senyawa kimia dalam


menimbulkan kerusakan pada bagian yang peka di dalam maupun di bagian luar tubuh
makhluk hidup Tolak ukur pengujian efek bahan pencemar yang saat ini dianggap paling
tepat adalah derajat toksisitas dengan metode Bioassay. Menurut Connel (1995), respon
makhluk hidup yang diuji dapat dimasukkan dalam kategori-kategori sebagai berikut:

1. Pengaruh akut, yaitu respon makhluk hidup terhadap suatu keadaan yang cukup parah
sehingga menyebabkan suatu respon cepat biasanya dalam waktu 96 jam.
2. Pengaruh sub akut, yang merupakan respon makhluk hidup terhadap suatu kondisi yang
kurang parah dan biasanya terjadi setelah waktu yang lebih lama.
3. Pengaruh kronis, yang merupakan respon makhluk hidup terhadap suatu kondisi
berkesinambungan yang terjaga tetap.
Merkuri masuk ke dalam tubuh organisme hidup terutama melalui makanan yang
dimakannya, karena hampir 90% logam berat (merkuri) masuk kedalam tubuh melalui
jalur makanan. Logam merkuri masuk pada jalur tersebut melalui dua cara, yaitu lewat air
(minuman) dan tanaman (bahan makanan).Sisanya akan masuk secara difusi atau
perembesan lewat jaringan dan melaluipernafasan.

Merkuri anorganik di perairan akan mengalami metilasi oleh bakteri anaerob


sebagai metil merkuri dan membebaskannya keperairan. FAO (1971) dalam Budiono
(2003) mengemukakan, bahwa merkuri yang dapat diakumulasi oleh ikan atau shellfish
adalah berbentuk metil merkuri. Metil merkuri yang terbentuk, bersifat tidak stabil
sehingga mudah dilepaskan kedalam perairan yang kemudian masuk ke hewan maupun
tumbuhan air dan mengalami akumulasi. Makanan yang telah terkontaminasi merkuri
akan dikonsumsi makhluk perairan termasuk ikan dan akan masuk dalam alur pencernaan.
Dari alur pencernaan (gastrointestinal) melalui dinding-dindingnya menuju kecairan
sirkulatori.

Bahan-bahan kimia setelah dari cairan sirkulatori ada yang di metabolisme dan
ada yang bertemu dengan kebanyakan jaringan badan dan selanjutnya ditimbun dalam
jaringan lemak. Bahan-bahan kimia (senyawa merkuri) dalam cairan sirkulatori
teroksidasi menjadi Hg2+ dan terakumulasi dalam hati. Dihati terjadi metabolisme,
merkuri dalam hati terjadi penonaktifkan oleh enzim-enzim di dalam hati sehingga terjadi
biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang tidak berbahaya yang kemudian
diekskresikan oleh ginjal dan mengalami pertukaran. Senyawa-senyawa kimia selain
masuk melalui saluran pencernaan, juga bisa masuk melalui saluran pernafasan (insang).
Senyawa kimia tersebut akan masuk melalui insang yang langsung bersentuhan dengan
lingkungan air. Setelah melewati insang, bahan-bahan kimia termasuk merkuri ikut
kedalam sistem pernafasan sampai akhirnya menembus sel epitel endothelial kapiler
darah untuk masuk ke dalam darah. Selanjutnya ikut kedalam aliran darah dan akhirnya
ikut dalam proses metabolism.

Beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan yang telah terpapar logam berat
yaitu pada insang, alat pencernaan dan ginjal (Dinata, 2004). Jumlah merkuri yang
terakumulasi pada tubuh ikan tergantung dari ukuran, umur dan kondisi ikan. Distribusi
dan akumulasi logam tersebut sangat berbeda-beda untuk organisme air. Hal ini
tergantung pada spesies, konsentrasi logam dalam air, pH, fase pertumbuhan dan
kemampuan untuk pindah tempat

(Darmono, 1995). Sanusi (1980) dalam Darmono (1995), mengemukakan bahwa


terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air terjadi karena kecepatan
pengambilan merkuri (uptake rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan
proses ekskresi. Merkuri merupakan logam yang terlibat dalam proses enzimatik, terikat
dengan protein (ligan binding). Ikatan merkuri dengan protein jaringan membentuk
senyawa metallotionein. Metallotionein merupakan protein aditif yang berperan dalam
proses homeostatis organisme dalam mentolelir logam berat. Senyawa-senyawa kimia
yang telah berikatan dengan protein dan membentuk metallotionein tersebut dibawa oleh
darah (Darmono, 1995). Senyawa merkuri yang masuk bersama makanan, kemudian
masuk kedalam alur pencernaan, setelah mengalami absorbsi di usus, senyawa merkuri
dibawa kehati oleh vena porta hepatik. Selanjutnya di dalam hati senyawa merkuri
mengalami metilasi lambat menjadi Hg2+, dan kemudian masuk ke dalam darah dan
teroksidasi sempurna menjadi merkuri bivalensi (Hg2+). Bersama peredaran darah, Hg2+
yang masuk kehati akan mengalami metabolisme, terdegradasi dan melepaskan Hg2+,
sehingga dapat menghambat enzim proteolitik dan menyebabkan kerusakan sel

(Lu, 1995). Merkuri yang tadinya masuk kedalam hati yang terbagi dua yaitu
sebagian terakumulasi pada hati, sedangkan sebagian lainnya dikirim ke empedu. Dalam
kantong empedu, dirombak menjadi senyawa merkuri anorganik yang kemudian dikirim
lewat darah ke ginjal, dimana sebagian terakumulasi pada ginjal dansebagian lagi dibuang
bersama urin.

Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dan memiliki multifungsi
kompleks. Pada sel hati terdapat banyak retikulum endoplasma kasar dan reticulum
endoplasma halus, hal ini menunjukkan bahwa hati mempunyai peran dalam
metabolisme. Retikulum endoplasma (RE) merupakan tempat sejumlah enzim dalam sel.
Enzim yang banyak terdapat dalam reticulum endoplasma adalah Sitokrom. Logam
merkuri dapat sampai ke saluran pencernaan selain melalui makanan, juga dapat terjadi
melalui air yang mengandung logam merkuri. Setelah melewati sistem pencernaan, logam
merkurimasuk ke peredaran darah dan menuju ke organ tubuh secara.

 Efek Keracunan Merkuri (Hg)


Paparan akut terhadap uap merkuri bisa menyebabkan gejala dalam beberapa jam
berupa rasa lemah, menggigil, mual, muntah, diare, batuk dan sesak nafas. Toksisitas
paru bisa berkembang menjadi pneumonia interstisial disertai gangguan fungsi paru
berat. Paparan kronis terhadap uap merkuri menyebabkan toksisitas yang timbui lambat
terutama gejala neurologis yang disebut sindroma vegetative astenik.

Merkuri mudah membentuk ikatan kovalen dengan sulfur, dan sifat inilah yang
mendasari sebagian besar efek biologisnya. Apabila sulfur terdapat dalam bentuk
sulfidril, maka merkuri divalen menggantikan atom hidrogeri membentuk merkaptida. X-
Hg-SR dan Hg(SR)2 ; X menunjukan suatu radikal elektro negatif dan R adalah protein.
Hg organik membentuk merkaptida tipe RHg-SR'. Aktifitas enzim sulfidril dapat
terhambat oieh Hg sehingga metabolisme dan fungsi sei terganggu.
Merkuri anorganik dan lonik (merkuri kioridat danat menyebabkan toksisitas akut
berat. Efek korosif'merkuri anorganik pada mukosausus menyebabkan hematochezia
yang ditandai dengan lepasnya mukosake dalam tinja. Efek sistemik paling serius dan
paling sering terjadi akibat Hg anorganik merupakan nefrotoksikan yang menyerang sel-
sel tubular proksimal. Merkuri berikatan dengan gugus sulfidril (SH) dari protein
membran, sehingga mempengaruhi integritas membran dan menyebabkan terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang disertai oliguria, anuria, dan uremia dan lebih menonjol
kerusakan pada glomerular. Gejala paparan metal merkuri sebagian besar bersifat
neurologis seperti gangguan penglihatan, ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan
pendengaran, aisentri, kemunduran mental, tremor, gangguan motorik, paralisis dan
kematian.

B. Sumber Pencemaran
Sumber pencemaran logam berat pada umumnya berupa hasil sisa industry
maupun rumah tangga yang dimana setiap industrial dan rumah tangga ini berpotensi
untuk mencemari lingkungan seperti halnya manufaktur dan formulasi produk seal,
gasket, dan packing yang memiliki uraian limbah berupa sisa asbestos dan adhesive
coatingyang memiliki hasil pencemaran utama berupa asbestos, logam berat (terutama
Pb, Hg, Zn), sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia No: 18 tahun 1999
tentang limbah B3 dari sumber yang spesifik (Putra, 2012). Sumber pencemar pada agro
ekosistem dapat berupa 1) point source (PS) polutan, yakni sumber-sumber pencemar
yang dapat dengan jelas dari mana titik asalnya, misalnya pencemar yang dihasilkan dari
kegiatan industri dan pertambangan, dan 2) non point source (NPS) polutan, yakni
sumber-sumber pencemar yang sulit untuk dikenali secara pasti dari mana titik pencemar
berasal. Bahan pencemar yang berasal dari kegiatan pertanian digolongkan sebagai NPS.
Penanggulangan pencemaran NPS relatif lebih sulit dibandingkan dengan
penanggulangan pencemaran PS polutan. Penanggulangan pencemaran PS polutan dapat
dilakukan dengan perbaikan prosedur pengolahan limbah yang dialirkan ke sungai atau
badan air lainnya.

Kegiatan pertanian seringkali dijadikan contoh sebagai penghasil utama NPS,


karena kegiatan ini umumnya menggunakan bahan kimia yakni pupuk dan pestisida.
Penggunaan agrokimia untuk budi daya pertanian dapat mencapai 30 – 50% dari total
input produksi pertanian. Input pertanian tersebut berubah menjadi bahan pencemar
sebagai akibat penggunaan yang berlebihan atau tingkat kehilangan yang tinggi.
Pencemaran bukan hanya dapat terjadi secara insitu, yakni pada areal dimana budi daya
dilakukan, namun berpeluang besar untuk menyebar ke daerah hilir. Adanya keterkaitan
melalui daur hidrologi menyebabkan adanya pengaruh yang sangat besar dari daerah hulu
terhadap daerah hilir. Perubahan penggunaan lahan yang dilakukan di daerah aliran
sungai bagian hulu seperti aktivitas pertanian, pertambangan, industri tidak hanya akan
berdampak pada sekitar tempat kegiatan berlangsung, tetapi juga akan berdampak pada
daerah hilir di antaranya dalam bentuk perubahan atau fluktuasi debit dan transpor
sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran air. Dalam hubungannya dengan
pencemaran, aliran air mempunyai peranan yang sangat penting karena aliran air baik
dalam bentuk aliran permukaan (surface run off) maupun aliran bawah permukaan
(subsurface run off) merupakan agen utama pengangkutan, pemindahan, dan penyebaran
bahan-bahan pencemar.Oleh karena itu, pencemaran pada suatu agroekosistem selain
ditentukan oleh jumlah bahan pencemar, juga sangat dipengaruhi oleh seberapa besar
persen air yang jatuh dalam agroekosistem yang berubah menjadi aliran permukaan dan
berperan sebagai agen pembawa bahan-bahan pencemar. Tanah atau sedimen yang
terbawa oleh aliran permukaan juga merupakan agen utama pembawa dan penyebar
bahan-bahan pencemar pada agroekosistem.

Logam Berat ada beberapa unsur logam yang termasuk elemen mikro merupakan
logam berat yang tidak mempunyai fungsi biologis. Logam tersebut bahkan sangat
berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan pada organisme, yaitu timbal (Pb), merkuri
(Hg), arsen (As), kadmium (Cd) dan aluminium (Al). Toksisitas tidak hanya disebabkan
diet logam nonesensial saja, tetapi logam esensial dalam jumlah yang berlebihan dapat
menyebabkan toksisitas.

Duxbury (1985) mengklasifikasikan logam berat menjadi tiga kelompok berdasarkan


tingkat potensi toksisitasnya terhadap makhluk hidup dan aktivitas mikroorganisme, yaitu

1) ekstrem toksik, seperti Hg


2) toksik sedang seperti Cd, dan
3) toksik rendah seperti Cu, Ni dan Zn.

Logam Pb umumnya terdapat dalam tanaman pangan berasal dari pencemaran


atmosfer karena penggunaan bahan bakar fosil. Senyawa Hg anorganik yang masuk ke
dalam sistem tanah bereaksi cepat membentuk kompleks organik atau diretensi oleh
mineral liat, tetapi dalam suasana tereduksi atau dalam sistem drainase dapat mudah
terlarut dan bergerak dari satu sistem ke sistem lainnya, dan dalam bentuk metil Hg
mudah diserap tanaman. Logam arsen (As) terdapat dalam pestisida. Pemakaian pestisida
secara terus menerus menyebabkan terakumulasinya Arsenik dalam tanah pertanian.
Beberapa sumber yang dapat menyebabkan logam berat masuk dalam ekosistem pertanian
yaitu buangan limbah industri yang masuk ke lahan pertanian, aktivitas pertambangan di
bagian hulu daerah aliran sungai, erosi dan dari pupuk dan pestisidayang mengandung
logam berat.
Kandungan alami logam pada suatu ekosistem terdampak akan berubah-ubah
tergantung pada kadar pencemaran oleh aktivitassumber pencemar yang membuang
limbahnya ke suatu sistem drainase, ketidak sempurnaan pengelolaan limbah
pertambangan yang masuk ke ekosistem sungai, erosi, dan di lahan pertanian karena
kandungan logam pupuk dan dalam pestisida. Sebagai perbandingan kandungan logam
dari pengaruh limbah tambang jauh lebih besar dari kandungan logam berat yang
terangkut oleh erosi.

Tabel 2.7 Jumlah logam yang mencemari lingkungan oleh pengaruh erosi dan
pertambangan (Darmono, 1995)

Logam Erosi Tambang Rasio tambang


Metric ton atau erosi
Pb 13 180 2.330 13
Hg 3 7 2.3

Cu 375 4.660 12
Zn 370 3.930 11
Ni 300 358 1.2
Ag 5 7 1.4
Mo 13 57 4.4
Sn 2 166 83

Selintas mengingat kembali tentang keracunan logam berat merkuri, walaupun


wilayah terdampak bukanlah wilayah aktivitas pertanian. Keracunan merkuri (Hg) adalah
keracunan logam pertama yang pernah dilaporkan dan merupakan kasus pertama penyakit
keracunan yang masuk dalam daftar undang-undang Kesehatan industry.Dalam
perkembangan teknologi industri sejak ratusan tahun yang lalu, logam merkuri telah
ditemukan terkandung dalam limbah dan mengakibatkan pencemaran lingkungan sungai,
danau, dan lautan. Kehidupan organisme perairan yang tercemar Hg jauh lebih tinggi dari
organisme yang hidup di perairan belum tercemar. Kasus Minamata dimana penduduk di
sekitar Teluk Minamata banyak mengkonsumsi ikan yang mengandung Hg sekitar 2.600
– 6.600 ug metil-Hg kg, yaitu kandungan metil- Hg dalam taraf yang meracun, sementara
ambang batas yang ditentukan oleh FAO atau WHO yaitu maksimum 30 ug.

Apabila sistem pertanian menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air
tanaman maka sungai yang tercemar ini membawa logam-logam berat ke lahan pertanian.
Wilayah hulu dari daerah aliran sungai dengan aktivitas pertambangan emas dan perak
dapat berakibat pencemaran pada agroekosistem daerah hilir yang menggunakan air
irigasi buangan aktivitas pertambangan logam mulai tersebut. Dalam proses pemurnian
bahan tambang emas dan perak, logam berat mercuri merupakan kimia yang digunakan
dalam proses pemurnian logam tersebut. Sisa hasil proses tambang emas pada
pertambangan tradisional tidak pernah dilakukan pengelolaan limbah. Limbah proses
aktivitas tambang liar dilepas ke sistem drainase alami, sehingga wilayah hilir dengan
beragam aktivitas yang menggunakan air aliran sungai dan pengairan untuk persawahan
akan menjadi wilayah terdampak pencemaran logam berat Hg. Apabila tanah pertanian
tercemar logam berat Hg, mineralisasi nitrogen dan nitrifikasi akan terhambat, dimana Hg
sangat menghambat mineralisasi N pada tanah.

C. Solusi Penanganan Pencemaran Logam Berat.

Dalam penangan logam berat perlu adanya upaya mencegahan agar tidak
menimbul efek yang tidak merugikan bagi lingkungan dan manusia. Pencemaran logam
berat dapat diatasi dengan proses penangkapat logam berat pada daerah yang dicemari
logam berat yang pertama, agar mencegah masuknya logam berat tersebut kedalam
perairan di daerah hulu sungai. penangkapan logam berat dilakukan melalui proses
biosrpsi dengan memanfaatkan biomassa yang mudah di peroleh. Metode ini digunakan
agar absorsi logam berat oleh dinding sel media bio yang bermuatan negatif. Adapun
Upaya lain adalah dengan biaokumulasi yaitu proses yang yang memanfaatkan mikroba
sebagai bioabsorben ntuk mengakumulasi berbagai logam. Metode ini sangat sangat
menarik untuk di kembangan dan di terapkan karena kelebihan dibandingkan dengan
prses kimawi yaitu pengunaannya lebih efektif.

 Peranan Mangrove Dalam Mereduksi Pencemaran


Salah satu upaya untuk mengurangi tingkat pencemaran di perairan pesisir
pantai dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi mangrove. Vegetasi mangrove
merupakan satu satunya tipe vegetasi yang dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik di kawasan pesisir yang merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat
dan laut. Vegetasi mangrove mempunyai kemampuan khusus untuk beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang,
kadar garam yang tinggi, kondisi tanah yang kurang stabil dan kondisi lingkungan
yang tercemar. Secara umum hutan mangrove adalah komunitas vegetasi pantai
tropis, yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang mampu tumbuh dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur .

Ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme


(tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungan dan dengan
sesamanya di dalam suatu habitat mangrove .Vegetasi mangrove yang banyak
tumbuh di wilayah perairan pesisir dan di muara muara sungai merupakan tempat
penampungan terakhir bagi limbah limbah yang terbawa oleh aliran sungai, baik
limbah rumah tangga maupun limbah industri Keberadaan ekosistem mangrove di
kawasan perairan pesisir menjadi sangat penting karena vegetasi mangrove
mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat dan membantu mengurangi
tingkat konsentrasi bahan pencemar di air, Pencemaran Logam Berat di Perairan
Pesisir.
apalagi jika jumlah limbah pencemar yang terkandung dalam perairan melebihi
kemampuan air untuk melakukan pemurnian secara alami. Perakaran mangrove turut
berperan sebagai bioakumulator logam berat. Konsentrasi logam berat Cu tertinggi pada
vegetasi mangrove jenis Avicennia marina dan Rhizopora mucronata terletak pada bagian
akar.Vegetasi mangrove yang tumbuh pada lingkungan yang tercemar
mempunyai mekanisme untuk beradaptasi dengan lingkungan yang tercemar.

Menurut Fitter (1982) dalam Rini (2008) mekanisme yang dilakukan tumbuhan
untuk menghadapi konsentrasi polutan yang tinggi di sekitarnya adalah dengan
teknikameliorasi dan toleransi. Ameliorasi yaitu meminimumkan pengaruh toksin
yang dilakukan dengan melokalisasi toksin pada organ tertentu, misalnya akar.
Teknikameliorasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu eskresi dan dilusi. Eskresi
yaitu mekanisme pada tumbuhan yang dilakukan dengan cara mengeluarkan toksin
secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara pasif melalui akumulasi pada
daun daun tua yang diikuti dengan pengguguran daun. Dilusi yaitu melemahkan
efek toksin melalui pengenceran dan inaktivasi toksin secara kimia. Rhizophora
mucronata merupakan salah satu jenis mangrove yang memiliki strategi dalam
akumulasi logam berat Cu. Pada lingkungan dengan konsentrasi Cu yang
rendah,Rhizophora mucronata akan bersifat sebagai phytostabilisatorn amun pada
lingkungan dengan konsentrasi Cu yang tinggi, Rhizophora mucronataakan
bersifat sebagai phytoextractor dimana logam berat akan di distribusi ke seluruh jaringan
tanaman sampai daun, melalui proses uptakepada akar, ditahan (retention) pada
jaringan, dan dikembalikan (return) ke lingkungan melalui pelepasan daun

Vegetasi mangrove secara tidak langsung juga sangat berperan dalam


mengurangi konsentrasi logam berat dalam perairan. Tumbuhan mangrove mempunyai
kapasitassebagai pendukung kehidupan mikro organisme pengurai limbah.
Keberadaan vegetasi mangrove pada perairan yang tercemar dapat memperluas area
tempat mikroorganisme pengurai limbah tersebut melekat untuk tumbuh dan
berkembang. Sedangkan akar mangrove akan mengeluarkan oksigen sehingga
akan terbentuk zona rizosferyang kaya oksigen. Dengan semakin banyaknya vegetasi
mangrove yang hidup pada perairan yang tercemar, akan semakinbanyak mikro
organisme pengurai yang hidup, berkembang dan melekat pada jaringan vegetasi
mangrove tersebut. Banyaknya mikro organisme pengurai limbah yang hidup
dalam perairan mangrove akan meningkatkan kinerja pembersihan ba han
pencemar secara menyeluruh, dikarenakan organisme mikro tersebut mencerna bahan
pencemar dalam rangka memperoleh energi. Mekanisme inilah yang menyebabkan
konsentrasi bahan pencemar dalam perairan mangrove akan Adaptasi vegetasi
mangrove terhadap lingkungan yang tercemar juga dapat dilakukan dengan cara
toleransi. Toleransi pada vegetasi mangrove dilakukan dengan mengembangkan
sistem metabolik yang dapat berfungsi pada lingkungan dengan konsentrasi
toksik yang tinggi Metabolisme atau transformasi secara biologis logam berat dapat
mengurangi toksisitas logam berat. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh
tanaman akan mengalami pengikatan dan penurunan daya racun, karena diolah
menjadi bentuk bentuk persenyawaan yang lebih sederhana. Proses ini dibantu
dengan aktivitas enzim yang mengatur dan mempercepat jalannya proses tersebut.
Dengan mekanisme tersebut konsentrasi logam berat yang bersifat toksin dalam
perairan laut bisa berkurang dan dinetralkan kembali sehingga biota laut yang hidup
didalamnya tidak lagi berbahaya dan aman untuk dikonsumsi karena kandungan
toksinnya dibawah ambang batas.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Arsen (As), Timbal (Pb), Merkuri(Hg) dan Kadmium (Cd) adalah beberapa logam-
logam berat yang bersifat toksik bagi manusia. Efek toksik yang muncul pada jaringan dan
organ tubuh adalah akibat terjadinya interaksi logam-logam berat dengan molekul-molekul
penting sel sehingga merusak struktur dan fungsi sel pada organ target.

B. Saran
Identifikasi lebih lanjut perlu dilakukan oleh instansi yang berwenang terhadap industri
yang berpotensi sebagai sumber pencemaran untuk memantau apakah limbahnya sudah
dikelola dengan baik atau belum. · Perlu adanya pemantauan secara berkala agar kondisi
kandungan logam berat dapat diketahui secara berkesinambungan dan perlu adanya tindak
lanjut dan upaya dalam menanggulangi pencemaran air sungai.

DAFTAR PUSTAKA
Connel,D.W.dan Miller,G.J. 1995. Kimia Dan Ekotoksikologi Pencemaran. Universitas
Indonesia. Jakarta.

Cordova, Muh. R. Kajian Air Limbah Domestik Diperumnas Bantar Kemang, Kota Bogor Dan
Pengaruhnya Terhadap Sungai Ciliwung. Skripsi. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institute Pertanian Bogor, 2008. Csuros M, Csuros C (2002)
Environmental sampling and analysis for metals. Lewis Publishers, CRC Press Company.

Darmono and S. Bahri. 1989. Defisiensi Cu dan Zn pada sapi di daerah Transmigrasi
Kalimantan Selatan. Penyakit Hewan 21(38):128−131.

Darmono, 1995,”Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup”, Penerbit UI- Press, Jakarta.

Yusma Y & Jovita Tri M. 2005.Kandungan Logam Berat Air Laut, Sedimen Dan Daging Kerang
Darah (Anadara Granosa) Di Perairan Mentok Dan Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu-
ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 12(1) : 27-32.

Satmoko Yudo. 2006. Kondisi Pencemaran Logam Berat Di Perairan Sungai Dki Jakarta.
https://media.neliti.com. Vol. 2 , No.1

Yusma Yennie.2015. Kandungan Logam Berat Air Laut, Sedimen Dan Daging Kerang Darah
(Anadara Granosa) Di Perairan Mentok Dan Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu-ilmu
Perairan dan Perikanan Indonesia, Jilid 12, Nomor 1: 27-32

Wahyu Andy Nugraha. 2019. Kandungan Logam Berat Pada Air Dan Sedimen Di Perairan Socah
Dan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan, Volume 2, No.2 ISSN : 1907-9931

M. Gandri Haryono.2017. Kandungan Logam Berat Pb Air Laut, Sedimen Dan Daging Kerang
Hijau Perna viridis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 1-7

Jalius.2018. Akumulasi Logam Berat Dan Pengaruhnya Terhadap Spermatogenesis Kerang Hijau
(Perna viridis). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Jilid 15, Nomor 1:
77-83

Ria Azizah. 2018. Kandungan Timbal Pada Air, Sedimen, Dan Rumput Laut Sargassum sp. Di
Perairan Jepara, Indonesia. Jurnal Kelautan Tropis Vol. 21(2):155-166 ISSN 0853-7291

Haru setiawan. 2014. Pencemaran Logam Berat Di Perairan Pesisir Kota Makassar Dan Upaya
Penanggulangannya. Jurnal Teknis Eboni. 11(1): 1- 13.

Anda mungkin juga menyukai